• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dapat dilihat dari nilai rata-rata pada kondisi awal (50) dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir siklus I (68.5) maka dapat kenaikan sebesar 18,5. Kenaikan nilai rata-rata yang mencapai angka 18,5 tergolong kenaikan yang belum cukup, mengapa demikian? Jika diamati dari kondisi awal sampai sklus I, walaupun minat belajar siswa sudah mulai terbangun namun dari hasil tes masih ada 3 siswa yang belum memenuhi KKM. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dalam siklus I siswa masih kurang berhasil diatas KKM..

Penggunaan Film dalam mata pelajaran matematika tentang materi bilangan pecahan sederhana sudah menarik perhatian siswa secara individual, sebab dilihat dari hasil tes siklus I dengan rata-rata 68,5, namun masih ada siswa yang nilainya di bawah KKM, untuk mata pelajaran matematika kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan dengan menetapkan KKM 70. Tetapi jika dilihat hasil tes akhir siklus I hanya mencapai rata-rata 68,5, jadi belum menunjukkan keberhasilan yang maksimal dan perlu adanya siklus II.

3. Deskripsi siklus II a. Tahap Perencanaan (planning)

Rencana awal dalam pelaksanaan siklus II dilakukan hari jumat tanggal 13 Mei 2011 pada minggu ke tiga. Pada proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika mengoptimalkan tentang materi bilangan pecahan sederhana. Untuk Tes siklus II diberikan pada hari jum at tanggal 13 Mei 2011.

Perencanaan tindakan (planing) meliputi tiga langkah yaitu awal, inti dan

akhir. Awal:

Sebagaimana proses pembelajaran pada minggu yang lalu, guru bersama murid berdoa dan dilanjutkan mengkondisikan kelas agar siswa siap

commit to user

menerima pelajaran. Guru menanyakan kembali pada pelajaran yang lalu pada siklus I.

Inti:

.Kegiatan pembelajaran ini seperti yang telah dilaksanakan pada siklus I, proses pembelajaran mata pelajaran matematika dengan mengoptimalkan tentang materi bilangan sederhana dengan media film.

Akhir:

Pada akhir siklus II dilakukan evaluasi secara individual tetang materi yang telah disampaikan pada siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan:

1) Tindakan awal:

a) Mengatur tempat duduk setengah lingkaran agar semua siswa dapat melihat langsung kedepan tanpa terhalang teman lain dan saling menatap teman yang lainnya.

b) Berdoa sebelum kegiatan pelajaran dimulai,

c) Mengkondisikan kelas agar siap menerima pelajaran yang akan disampaikan.

d) Guru menanyakan pelajaran yang lalu atau mengulas kembali pelajaran pada siklus I.

2) Tindakan inti:

a) Guru mengulang menayangkan film tentang bilangan pecahan

sederhana.

b) Guru menjelaskan tentang bilangan pecahan sederhana.

c) Siswa menyebutkan bersama-sama lambang bilangan pecahan

sederhana yang ditunjukkan oleh guru.

d) Guru memanggil siswa secara individual untuk menyebutkan

bilangan pecahan yang di tujukkan oleh guru.

e) Guru menyuruh siswa secara individual menuliskan lambang

bilangan yang disebutkan oleh guru.

commit to user

3) Tindakan akhir:

a) Bersama-sama siswa menyebutkan lambang bilangan pecahan

sederhana setengah, seperempat, sepertiga, dan seperenam dan seperdelapan.

b) Siswa dan guru menyimpulkan tentang lambang bilangan sederhana.

c) Siswa latihan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Pada akhir siklus II diadakan tes. Tes yang dilaksanakan dalam pembelajaran ini adalah tes uji kemampuan dalam menjawab soal/tugas yang dilakukan secara individual. Tes siklus II berjalan sesuai yang rencanakan yaitu hari tanggal Jum at tanggal 13 Mei 2011.

Kegiatan selanjutnya siswa diminta melakukan tugas yang diberikan guru. Guru mendampingi para siswa untuk memberikan penilaian mata pelajaran matematika tentang bilangan pecahan sederhana melalui kegiatan belajar, pada tes siklus II. Selain peneliti juga mengamati ada pengamat teman sejawat sebagai kolaborator untuk memberikan penilaian jalannya proses kegiatan belajar mengajar.

c. Hasil Pengamatan:

Pada akhir siklus II dapat dilaksanakan dalam waktu satu kali pertemuan yaitu pada hari jumat tanggal 13 Mei 2011 seluruh subyek penelitian yaitu siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 7 siswa, semua dapat mengikuti tes akhir siklus II. Dari hasil siklus II dapat diketahui bahwa peserta tes yang berjumlah 7 siswa, semuanya mendapatkan nilai diatas ketuntasan kriteria minimal (KKM). Diketahui bahwa nilai yang diperoleh nilai 80 ada tiga siswa dan nilai 100 sebanyak empat siswa.Hal ini menunjukkan luar biasa menurut peneliti yang meningkat dratis. Hasil perolehan dapat terbaca dalam tabel berikut:

commit to user

Tabel. 4.4. Nilai Ulangan Pada Siklus II.

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1 An 80 Tuntas 2 Ans 80 Tuntas 3 Di 100 Tuntas 4 Im 80 Tuntas 5 Nda 100 Tuntas 6 SR 100 Tuntas 7 Tg 100 Tuntas Jumlah 640 Nilai rata-rata 91,4 B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti evaluasi dalam bentuk tes dari kondisi awal, dilanjutkan siklus I dan siklus II terjadi peningkatan terhadap hasil belajar dengan menggunakan media film tentang materi bilangan pecahan sederhana pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiardesa Kabupaten Pekalongan, hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Rata-rata Nilai Hasil Belajar dari Kondisi Awal Sampai Akhir siklus II.

Nomer Nama siswa Hasil Penelitian

Kondisi Awal Pos Tes Siklus I Pos Tes Siklus II

1 An 40 40 80 2 Ans 40 40 80 3 Di 55 90 100 4 Im 50 30 80 5 Nda 60 100 100 6 SR 60 80 100 7 Tg 50 100 100 Rata-rata 50,7 68,5 91,4

commit to user

Evaluasi hasil belajar dari kondisi awal, kondisi akhir siklus I dan akhir siklus II dapat dilihat dalam diagram berikut ini.

Grafik 1. Hasil Evaluasi Belajar Rata-rata dari kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

Dari hasil evaluasi belajar pada subjek penelitian dari kondisi awal dengan rata-rata nilai 50,7 (lima puluh koma tujuh) ke akhir siklus I mencapai rata-rata nilai 68,5 (enam puluh delapan koma lima) terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil belajar 68,5 (enam puluh delapan koma lima) berarti mengalami kenaikan 7,8 poin. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata nilai 68,5 (enam puluh delapan koma lima) menjadi nilai rata-rata 91,4 (sembilan puluh satu koma empat) berarti terjadi kenaikan 22,9 poin. Dengan demikian dari kondisi awal kekondisi akhir siklus II rata-rata nilai 50,7 (lima puluh koma tujuh) menjadi 91,4 (sembilan puluh satu koma empat) merupakan peningkatan yang signifikan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

commit to user

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian bila dikaitkan dengan teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar masih relevan. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya Nurhadi (2009: 50) faktor-faktor yang mempengaruhi

SUHVWDVLEHODMDUDGDODK³)DNWRUDQDNDWDXLQGLYLGX\DQJEHODMDUIDNWRUOLQJNXQJDQ

anak, faktor bahan atau maWHUL \DQJ GLSHODMDUL´ EDKZD EDKDQ DWDX PDWHUL \DQJ

dipelajari anak sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak yang mempelajari pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai rendah.

'DULKLSRWHVDWLQGDNDQ\DQJGLDMXNDQEHUEXQ\L³PHODOXLPHGLDILOPGDSDW

meningkatkan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan sederhana kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011, terbukti kebenaranya. Dari hasil penelitian tersebut, penggunaan media film dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan sederhana memiliki kelebihan yang dapat dijadikan pedoman yang baik untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika tentang bilangan pecahan sederhana pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiardesa Kabupaten Pekalongan, karena dengan menggunakan media film dapat memperjelas yang selama ini belum dimengerti sehingga dapat memecahkan permasalahan khususnya pada bilangan pecahan sederhana. Disamping itu siswa juga sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga mereka mau bertanya dengan menggunakaan bahasa yang mereka pahami dan mau bekerja sama dengan teman lain serta kelihatan menyenangkan.

Sedangkan kelemahan dari media film untuk media pembelajaran adalah tidak semua siswa dapat konsentrasi penuh sesuai rencana pembelajaran, karena anak tunarungu SLB kelas III Wiradesa kabupaten pekalongan yang sangat komplek, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperluan strategi guru dalam pembelajaran yaitu memahami betul kondisi siswa baik lingkungan keluarga maupun teman sebaya di lingkungan masyarakat, dari segi alat media

commit to user

memang mahal harganya dan menggunakaan listrik yang sesaat kadang mati lampu.

Untuk mengatasi kelemahan siswa tunarungu wicara kelas III SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

1. Latihan mengerjakan soal-soal dan diberi tugas rumah (PR).

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar kelompok.

3. Melatih ketrampilan siswa untuk mau bertanya hal-hal yang belum jelas.

4. Memberikan penghargaan atau reward agar siswa merasa ada perhatian.

Dari segi alat media dengan cara sekolah menyediakan dengan mengajukan permohonan kepada dinas terkait.

Mengatasi kadang sering mati lampu maka menaikkan daya voltase listrik 450 watt menjadi 900 watt.

commit to user

Dokumen terkait