commit to user
iMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MATERI
BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA FILM
PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA SLB NEGERI
WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2011
SKRIPSI
oleh:
SUYANTO X 5209024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iiMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MATERI
BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA FILM
PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA SLB NEGERI
WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2011
SKRIPSI
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Khusus
oleh:
SUYANTO X 5209024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
vMOTTO
´/RQJOLIHHGXFDWLRQµPHQXQWXWLOPXDGDODKVHXPXUKLGXS
commit to user
viPERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan pada:
x Kedua orang tXDNX \DQJ VHODOX PHPEHULNDQ GR¶D
untukku agar selalu sukses selalu dalam menuntut ilmu. x Istriku tercinta, yang selalu mendukung dan memberi
semangat dalam menempuh pendidikan ke jenjang S1. x Kedua putriku yang tersayang telah memberi dorongan
agar sukses dalam meneruskan pendidikan.
x Rekan-rekan seperjuangan yang selalu membantu saya
commit to user
vii ABSTRAKSuyanto, MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA FILM PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011, Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi pecahan sederhana melalui media film pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Tunarungu wicara yang berjumlah 7 anak. Teknik pengumpulan data dengan tes.
Teknik analisa data yang digunakan dengan penilaian data deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil tes kondisi awal nilai tes siklus I dan nilai tes setelah diadakan siklus II.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media film dapat meningkatkan
commit to user
viii ABSTRACTSuyanto. IMPROVING THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT OF SIMPLE FRACTION NUMBER MATERIAL USING FILM MEDIA IN DEAF-MUTE III GRADERS OF SLB NEGERI WIRADESA OF PEKALONGAN REGENCY IN 2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July. 2011.
This research aims to improve the mathematics learning achievement of simple fraction number material using film media in deaf-mute III graders of SLB Negeri Wiradesa of Pekalongan Regency in 2011.
This study employed a Classroom Action Research (CAR). The subject of research was the deaf-mute III graders of consisting of 7 students. Technique of collecting data using test.
Technique of analyzing data used was a descriptive comparative data assessment, that is, to compare the result of prior condition test, cycle I test value and the test value after cycle II.
commit to user
ixKATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan AlhamdulOLOODKKLUREELOµDODPLQ DWDV 5RKPDW $OORK
SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar
Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak sekali hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, penulisan
skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya doa, bantuan, dan dorongan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, yang telah
memberikan ijin penelitian untuk melaksanakan penelitian dan sekaligus
sebagai pembimbing II Skripsi.
3. Drs. Gunarhadi, MA,Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa,
yang telah memberikan ijin penelitian serta memberikan motivasi, masukan
dan saran.
4. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. Sebagai pembimbing I yang selalu memberi
motivasi serta pembimbingan sampai selesainya skripsi.
5. Bapak, Ibu Dosen dan Stap Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis sehingga mambantu dalam
penulisan skripsi ini.
6. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan ijin
studi S1. di UNS.
7. Kepala SLB Negeri wiradesa Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan
ijin sebagai tempat penelitian di SLB Negeri Wiradesa.
8. Seluruh Staf pengajar di SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan, yang
commit to user
x9. Seluruh Siswa SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang di butuhkan dalam penelitian.
10. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga semua pihak yang telah berkenan memberikan sumbangan tenaga,
pikiran dan kesempatan dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan imbalan dari
Alloh SWT, atas amal baik yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu dengan adanya saran dan kritik yang membangun penulis
terima dengan senang hati demi kebaikan kebaikan skripsi ini.
Surakarta, Juli 2011.
commit to user
xiDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --- i
HALAMAN PERSETUJUAN --- iii
HALAMAN PENGESAHAN --- iv
MOTTO --- v
PERSEMBAHAN --- vi
ABSTRAK --- vii
KATA PENGANTAR --- ix
DAFTAR ISI --- xi
DAFTAR TABEL --- xiv
DAFTAR LAMPIRAN --- xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang --- 1
B. Perumusan Masalah --- 3
C. Tujuan Penelitian --- 3
D. Manfaat Penelitian --- 3
1. Manfaat Teoritis --- 3
2. Manfaat Praktis --- 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Anak Tunarungu a. Pengertian Anak Tunarungu --- 5
b. Faktor Penyebab Anak Tunarungu --- 6
c. Klasifikasi Anak Tunarungu --- 9
d. Ciri-ciri Anak Tunarungu --- 10
e. Permasalahan yang dihadapi Anak Tunarungu --- 12
f. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunarungu --- 13
2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar matematika. a. Pengertian Hasil Belajar --- 14
commit to user
xiic. Pengertian Matematika --- 17
d. Pengertian Pecahan Sederhana --- 18
e. Pengertian Media --- 19
f. Pengertian Film --- 19
g. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SLB --- 20
h. Ruang Lingkup Pelajaran Matematikam--- 21
B. Kerangka Berfikir --- 22
C. Perumusan Hipotesis Tindakan --- 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian --- 25
2. Waktu Penelitian --- 25
B. Subyek penelitian --- 26
C. Data dan Sumber Data --- 26
D. Teknik Pengumpulan Data Diadakan Melalui Tes. 1. Pengertian Tes --- 27
2. Materi Tes --- 28
3. Jenis-Jenis Tes --- 28
4. Cara Mengerjakan Tes --- 29
5. Kunci Jawaban --- 30
6. Penilaian atau Skor --- 30
E. Teknik Analisis Data --- 30
F. Prosedur Penelitian 1. Siklus I --- 31
2. Siklus II --- 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal --- 33
2. Deskripsi Siklus I a. Tahap Perencanaan --- 34
commit to user
xiiic. Hasil Pengamatan --- 36
d. Repleksi --- 37
3. Deskripsi Siklus II a. Tahap Perencanaan --- 37
b. Pelaksanaan Tindakan --- 38
c. Hasil Pengamatan --- 39
B. Hasil Penelitian --- 40
C. Pembahasan Hasil Penelitian --- 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan --- 44
B. Implikasi --- 44
C. Saran --- 44
DAFTAR PUSTAKA --- 46
commit to user
xivDAFTAR TABEL
Tabel. 3.1. Jadwal Penelitian --- 26
Tabel. 4.1. Nilai Kondisi Awal --- 33
Tabel. 4.2. Nilai Rata-rata Kondisi Awal --- 34
Tabel. 4.3. Nilai Ulangan Pada Siklus I --- 36
Tabel. 4.4. Nilai Ulangan Pada Siklus II --- 40
Tabel. 4.5. Hasil Evaluasi Nilai Rata-rata Akhir Siklus II --- 40
commit to user
xvDAFTAR LAMPIRAN
1. RPP Siklus I --- 48
2. Postes Siklus I --- 66
3. Kunci Jawaban siklus I --- 67
4. Skor Penilaian Siklus I --- 67
5. Silabus (matematika) Siklus I--- 68
6. Silabus (PKn) siklus I --- 71
7. Kisi-kisi siklus I --- 73
8. Foto Kegiatan siklus I --- 74
9. RPP Siklus II --- 75
10.Postes Siklus II --- 93
11.Kunci Jawaban siklus II --- 94
12.Silabus (matematika) Siklus II --- 95
13.Silabus (PKn) siklus II --- 98
14.Kisi-kisi siklus II --- 100
15.Foto Kegiatan siklus II --- 101
16.Instrumen Penilaian RPP (Lamp-5) --- 102
17.Instrumen Penilaian Implementasi RPP (Lamp-6) --- 104
18.Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa --- 106
19.Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa.--- 108
commit to user
xviiPEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN DINAS PENDIDIKAN
SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN JENJANG PENDIDIKAN TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB
Alamat: Jl. Mrican Kepatihan-Wiradesa-Pekalongan Telp.(0285) 7927588 Kode Pos 51152
SURAT KETERANGAN
No: 421.8/ 069 / 2011
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah SLB Negeri Wiradesa
Kabupaten Pekalongan menerangkan bahwa:
N a m a : SUYANTO
N I M : X5209024
Mahasiswa : FKIP UNS, Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu
Pendidikan
Bahwa mahasiswa tersebut diatas telah mengadakan penelitian dalam rangka
menyususn skripsi dengan judul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA TENTANG MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA
MELALUI MEDIA FILM PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA
SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011,
yang dilaksanakan mulai tanggal 3 Mei sampai dengan 13 Mei 2011.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
perlunya.
Pekalongan, 21 Mei 2011
Kepala Sekolah
NURHADI, S.Pd
commit to user
xviii Lampiran ± 5 Instrumen Penilaian RPP INSTRUMEN PENILAIAN RPP1. Nama mahasiswa : SUYANTO
2. Tempat Praktik : SLB NEGERI WIRADESA, KAB. PEKALONGAN 3. Kelas / Jurusan : III/ TUNARUNGU WICARA
4. Mata Pelajaran : MATEMATIKA, PKN 5. Tanggal : Mei 2011
No Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Skor
I Perumusan Masalah
1 Kejelasan masalah 1 2 3 4
2 Sifat masalah 1 2 3 4
3 Pemecahan melalui perbaikan pembelajaran 1 2 3 4
II Rumusan Kompetensi dan Indikator
1 Kejelasan rumusan 1 2 3 4
2 Kelengkapan cakupan rumusan 1 2 3 4 3 Kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar 1 2 3 4
III Pemilihan dan Pengorganisasian materi ajar
1 Kesesuaian materi dengan kompetensi 1 2 3 4 2 Kesesuainnya dengan karakter peserta didik 1 2 3 4 3 Keruntutan dan sistematika / organisasi materi 1 2 3 4 4 Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 1 2 3 4
IV Pemilihan sumber belajar / media Pembelajaran
1 Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan kompetensi 1 2 3 4 2 Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan materi
pembelajaran
1 2 3 4
3 Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan karakter peserta didik
1 2 3 4
No
Komponen Rencana Pelaksanan Pembelajaran Skor
V Strategi pembelajaran
1 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan kompetensi 1 2 3 4 2 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi
pembelajaran
1 2 3 4
3 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakter peserta didik
1 2 3 4
4 Kesesuaian penerapan strategi pembelajaran dengan alokasi waktu 1 2 3 4
VI Penilaian hasil belajar
1 Kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi 1 2 3 4 2 Kesesuaian item soal dengan indikator 1 2 3 4 3 Kejelasan prosedur penilaian 1 2 3 4
commit to user
xix Komentar :... ... ... ...
Pengamat / Penilai :
Nama : NURHADI, S.Pd
NIP / NIK : 19560504 198304 1 001
commit to user
xxLampiran ± 6
Instrumen Penilaian Implementasi RPP INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK PEMBELAJARAN
1. Nama Mahasiswa : SUYANTO
2. Tempat Praktik : SLB NEGERI WIRADESA, KAB. PEKALONGAN 3. Kelas /Jurusan : III/TUNARUNGU WICARA
4. Mata Pelajaran : MATEMATIKA, PKn 5. Waktu : 2 X 30 MENIT 6. Tanggal : Mei 2011
No Aspek yang diamati Skor
I Pra Pembelajaran
1. Kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran 1 2 3 4
2. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 4
II Membuka pembelajaran
1. Kesesuaian kegiatan apersepsi dengan materi ajar 1 2 3 4 2. Menyempaikan kompetensi ( tujuan ) yang akan di capai 1 2 3 4 III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penguasaan Materi Pembelajaran
1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 2. Mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 1 2 3 4 3. Menyampaikan materi ajar sesuai dengan hierarki belajar 1 2 3 4 4. Mengkaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 B. Pendekatan / Strategi pembelajaran
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi ( tujuan ) yang akan dicapai
1 2 3 4
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa
1 2 3 4
3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4
4. Menguasai kelas 1 2 3 4
5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 6. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif
1 2 3 4
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di alokasikan 1 2 3 4 C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar
1. Menunjukkan ketrampilan dalam penggunaan media 1 2 3 4
2. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4
3. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4 4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4 D. Pembelajaran yang menantang dan memacu keterlibatan siswa
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 1 2 3 4 2. Merespon positif partisipasi siswa 1 2 3 4 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar 1 2 3 4 4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 1 2 3 4 5. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif 1 2 3 4 6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar 1 2 3 4 E. Penilaian proses dan hasil belajar
1. Memantau kemajuan belajar 1 2 3 4
commit to user
xxi1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar 1 2 3 4 2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 1 2 3 4 3. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 IV Penutp
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 1 2 3 4
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa 1 2 3 4
3. Melaksanakan tindak lanjut 1 2 3 4
Total
Komentar :
... ... ... ... ...
Pengamat / Penilai :
Nama : NURHADI, S.Pd
NIP / NIK : 19560504 198304 1 001
commit to user
xxiiLembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS BELAJAR SISWA
1. Nama Mahasiswa : SUYANTO
2. Tempat Praktik : SLB NEGERI WIRADESA, KAB. PEKALONGAN 3. Kelas : III/TUNARUNGU WICARA
4. Mata Pelajaran : MATEMATIKA, PKn 5. Waktu : 2 X 30 MENIT 6. Tanggal : Mei 2011
No ASPEK YANG DI AMATI Catatan
I Pra Pembelajaran
1. Siswa menempati tempat duduknya masing ʹ masing 2. Kesiapan menerima pembelajaran
II Kegiatan membuka pembelajaran
1. Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi
2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan kompetens yang hendak dicapai
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pembelajaran
1. Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran 2. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi
3. Adanya interaksi positif antar siswa
4. Adanya interaksi positif antar siswa ʹ guru, siswa ʹ materi pelajaran
B. Pendekatan / strategi belajar
1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
2. Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan 3. Aktif mencatat berbagai penjelasan yang diberikan
4. Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran 5. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan tenag dan
tidak merasa tertekan
6. Siswa merasa senang menerima pelajaran
C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar
1. Adanya interaksi positif antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru
2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran
3. Siswa tampak tekun mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru
NO ASPEK YANG DIAMATI Catatan
D. Penilaian proses dan hasil belajar
1. Siswa merasa terbimbing
2. Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan ʹ pertanyaan yang diajukan guru
commit to user
xxiii1. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dengan lancar 2. Siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan lugas
IV Penutup
1. Siswa secara aktif memberi rangkuman
2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan senang
Total
Catatan tambahan :
Nama Pengamat :
commit to user
xxivLembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN BELAJAR SISWA
A. Kapan siswa mulai berkonsentrasi untuk belajar ? ( harus berdasar pada fakta konkrit yang diamati dengan disertai nama siswa )
B. Kapan para siswa berhenti berkonsentrasi dalam belajar ? ( harus berdasar pada fakta konkrit yang diamati dengan disertai nama siswa )
C. Pelajaran berharga apa yang anda petik dari pengamatan tadi ?
Nama Praktikan : SUYANTO SD / Kelas/jURUSAN : SDLB/ III/ B Mata Pelajaran : Matematika, PKn Tanggal : Mei 2011
commit to user
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
Matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Pembekalan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup pemecahan masalah khususnya pecahan sederhana.
Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan
ketrampilan, memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan
masalah, dan menafsirkan solusinya. Dengan membekali kemampuan berfikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif melalui media pembelajaran film
pecahan sederhana, diharapkan anak tunarungu wicara dapat mengikuti proses
belajar mengajar yang baik, dengan proses belajar mengajar yang baik akan
menghasilkan kelulusan yang baik dan mandiri.
Anak tunarungu adalah Anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan salah satu indera pendengaran yang mengakibatkan mengalami
keterbatasan pula dalam menerima informasi khususnya melalui pedengarannya.
Maka bagi anak tunarungu indera andalan yang dipergunakan adalah indera
penglihatan atau disebut anak pemata.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika selalu dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).
Dengan mengajukan masalah kontektual, peserta didik secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran, dan sekolah diharapkan menyediakan teknologi informasi dan
komunikasi yang modern, seperti komputer, alat peraga, TV, DVD, handycam
atau media lainnya, agar anak didik tidak selalu ketinggalan menerima informasi
dari dunia luar walaupun anak tunarungu.
commit to user
Pada setiap kegiatan proses belajar mengajar di Kelas III Tunarungu guru
selalu memberi kesempatan siswa untuk bertanya, namun siswa masih banyak
yang tidak bertanya entah mengapa siswa tidak bertanya, apa mungkin belum
jelas sehingga tidak tahu apa yang harus ditanyakan, atau malu bertanya, atau
tidak dapat bertanya. Dengan keaktifan siswa yang terbatas ini mengakibatkan
hasil belajar siswa kelas III tunarungu pada materi pecahan sederhana selalu
rendah. Maka peneliti mencoba untuk menampilkan pembelajaran melalui media
film yang mudah diterima oleh anak, sebab sesuai dengan kekurangan salah satu
indera pendengarannya, anak tersebut yang digunakan penyerapan ilmu yang
paling banyak melalui indera penglihatan.
Dalam pembelajaran matematika kami selalu memberikan alat peraga
walaupun sederhana , misalnya dengan gambar dipapan tulis, benda nyata, beda
tiruan. Hal ini apakah anak menjadi bosan, anak kurang konsentrasi terhadap
pembelajaran khususnya matematika yang menggunakan alat peraga yang kurang
menarik, sehinga anak merasa bosan terhadap pembelajaran khususnya pada
materi pecahan sederhana. Kali ini saya akan mencoba dengan menggunakan
media ICT khususnya gambar film artinya gambar benda mati yang dapat
bergerak.
³Dalam proses pembelajaran siswa selalu diarahkan agar kreatif, serta
tidak malu bertanya kepada guru bila ada kesulitan. Karena mengajar adalah
proses pemberian bimbingan/bantuan pada anak didik dalam melaksanakan
kegiatan proses belajar mengajar ³(Nana Sudjana, 1991 :29).
Setrategi pembelajaran melalui media pengamatan film, siswa diberi
kesempatan untuk dapat melihat gambar yang ditayangkan oleh guru tentang
pecahan sederhana, kegiatan ini akan dapat menarik perhatian dan memperjelas
tentang pecahan yang selama ini masih sulit dibayangkan atau dimengerti oleh
anak.
Dengan demikian untuk mengupayakan penanganan kesulitan belajar
matematika pada materi pecahan sederhana, perlu mengoptimalkan kegiatan siswa
dengan menggunakan media yang modern akan lebih menarik dan terkesan dalam
commit to user
lebih mudah terutama pada bilangan pecahan. Diharapankan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada materi pecahan sederhana pada siswa kelas III
tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan semester II tahun
pelajaran 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut: Apakah dengan melalui media film dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang materi bilangan pecahan sederhana pada siswa
kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun
2011?
C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:
Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bilangan pecahan sederhana
melalui media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa
Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru-guru SLB dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara
SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
Manfaat yang dapat diambil oleh peneliti dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika dengan indikator mengenal bilangan pecahan sederhana
melalui media film adalah:
1. Manfaat teoritis
Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya
bagi pendidikan Sekolah Luar Biasa maupun akademisi dan mahasiswa tentang
ada tidaknya pengaruh peningkatan hasil belajar matematika melalui media film
commit to user
2. Manfaat Praktisa) Manfaat bagi anak:
Untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi peserta didik, sehingga
dalam jangka waktu yang singkat peserta didik dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan materi bilangan pecahan sederhana.
b) Manfaat bagi guru:
Manfaat yang bisa diambil oleh guru yaitu memperoleh alternatif model
media pembelajaran matematika pada materi bilangan pecahan sederhana.
c) Manfaat bagi sekolah:
Sekolah memperoleh peningkatan mutu pembelajaran matematika khususnya
commit to user
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Anak Tunarungu a. Pengertian Anak Tunarungu
Kata tunarungu terdiri dari dua kata, yaitu tuna dan rungu, yang artinya
tuna berarti kurang dan rungu berarti pendengaran. Jadi tunarungu dapat
diartikan kurang pendengaran.
Tunarungu dapat diartikan sebagai sebuah keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak
tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada
dasarnya mengandung pengertian yang hampir sama. Dibawah ini dikemukakan
definisi anak tunarungu.
Menurut Sukaesih (2010 : 5) Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya, sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak-anak dengar pada umumnya, sebab orang akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada saat berbicara, mereka berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka berisyarat.
Pendapat Bandi Delphie (2009: 127 ³Pengertian hendaya pendengaran
(tunarungu) adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak
berfungsinya sebagian atDXVHOXUXKLQGHUDSHQGHQJDUDQ´
Menurut Sarjono (2000: 6) anak tunarungu didefinisikan sebagai berikut:
³$QDN \DQJ NHKLODQJDQ VHOXUXK DWDX NXUDQJ PDPSX EHUNRPXQLNDVL VHFDUD
verbal, dan walaupun telah dibantu Alat Bantu Mendengar (ABM) tetap
membutuhkan pelayanan khusus.´
commit to user
Pendapat Soewito dalam SarjoQR ³ $QDN WXQDUXQJX DGalah
seseorang yang mengalami ketulian berat sampai total. Yang tidak dapat lagi
menangkap tutur kata tanSDPHPEDFDELELUODZDQELFDUD´
0HQXUXW,PDV$5*XQDZDQGDODP6DUMRQR³$QDNWXQDUXQJX
adalah anak yang kehilangan kemampuan pendengaran sedemikian rupa
sehingga anak tersebut tidak dapat mengartikan bahasa oral walaupun
menggunakan Alat BDQWX0HQGHQJDU$%0´
Dari beberapa definisi di atas tentang anak tunarungu, pada dasarkan
menekankan pada masalah adanya kelainan pendengaran, yang akhirnya
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa, berhitung, dan membaca.
Berbagai istilah itu digunakan seperti kurang dengar, tuli, dan tunarungu
merupakan istilah yang dipakai orang untuk menyebutnya, tetapi pada
umumnya kalangan pendidikan luar biasa atau sosial menyebut tunarungu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang kehilangan sebagian pendengaran atau seluruh daya
pendengarannya, sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,
membaca, berhitung yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya,
maka anak tunarungu memerlukan bantuan atau pendidikan secara khusus.
Secara umum, anak dikatakan tunarungu apabila indera pendengaranya tidak
berfungsi sebagai mana umumnya anak normal atau dengan kata lain indera
dengarnya tidak dapat menerima suara dari luar dengan baik.
b. Faktor Penyebab Anak tunarungu.
Penyebab kelainan pada pendengaran atau ketunarunguan dapat terjadi
sebelum anak dilahirkan, waktu kelahiran atau anak sesudah dilahirkan. Faktor
penyebab merupakan sesuatu yang menjadikan akibat, menurut Soewito dalam
Sarjono (2000: 15), mengemukakan bahwa faktor ketunarunguan dapat dibagi 3
faktor menurut waktu terjadinya, sebagai berikut:
1) Faktor-faktor yang terjadi sebelum anak dilahirkan (prenatal)
commit to user
Anak mengalami tunarungu sejak anak dilahirkan karena ada salah satu anggota keluarga, terutama ayah/ibu menderita tunarungu.
b) Karena Penyakit
Misalnya cacar air, campak. Pada waktu ibu mengandung menderita penyakit cacar air atau campak, sehingga dalam kandungan dapat terserang pengyakit cacar air atau campak, dan kemungkinan besar anak menjadi tunarungu.
c) Karena Keracunan atau Infeksi (keracunan darah)
Pada waktu mengandung keracunan darah yang berakibat placenta rusak, dan sesudah dilahirkan anak bisa menderita tunarungu.
d) Penggunaan pil kimia dalam jumlah besar
Adakalanya seseorang ingin menggugurkan kandunganya dengan cara minum pil kimia dalam jumlah yang besar, dan ada pula yang tidak berhasil. Hal ini menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi tunarungu. e) Anak mengalami organ pendengaran sejak lahir
Kemungkinan anak yang dilahirkan mengalami kelainan pada organ pendengarannya, misalnya: liang telinga sempit, tidak berdaun telinga atau gendang telinga tebal. Kelainan ini dapat menjadi penyebab anak menjadi tunarungu.
f) Karena lain
Penggunaan kontra sepsi yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh juga menyebabkan kelainan pendengaran.
2) Faktor-faktor yang terjadi pada saat dilahirkan. a) Karena faktor rhesus
Manusia selain mempunyai golongan darah A, B, AB dan O juga mempunyai jenis Rh positif dan Rh negatif. Ketidak cocokan Rh antara ibu dan anak yang dikandung menyebabkan sel-sel darah membentuk antibody yang justru menyerang sel darah merah anak. Sehingga anak menderita kurang darah dan sakit kuning yang menyebabkan terganggunya sistem syaraf, dan akibatnya anak menjadi tunarungu.
b) Kelahiran prematur
Anak lahir prematur/sebelum ± 9 bulan dalam kandungan mempunyai
gejala sama seperti diatas, yaitu menderita kurang darah atau kurang oksigen.
3) Faktor-faktor yang terjadi sesudah lahir anak dilahirkan (post natal) a) Karena infeksi atau luka-luka
Sesudah anak dilahirkan kadang-kadang anak dapat terserang penyakit seperti cacar, campak dan syphilis. Penyakit ini kemudian dapat menyebabkan kerusakan organ pendengaran yang menyebabkan seseorang menjadi tunarungu.
b) Meningitis (peradangan selaput)
Meningitis dapat menyebabkan syaraf menjadi tidak berfungsi secara normal, termasuk syaraf pendengaran. Hal ini dapat berakibat anak menjadi tunarungu perseptif.
commit to user
Tunarungu jenis ini disebabkan ketunarunguan orang tuanya. Tetapi tunarungu ini diakibatkan ada kelainan pada syaraf pendengaran.
d) Otitis madia yang kronis
Cairan otitis dapat mengakibatkan tertutupnya liang telinga sehingga menghambat getaran suara yang akan dilanjutkan ketelinga bagian dalam. e) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan
Akibat dari infeksi menyebabkan gangguan pada telinga bagian luar dan tengah. Sutji Somantri dalam buku kajian psikologi.
Menurut H. T. Sutjihati Somantri (1996: 75) Penyebab ketunarunguan
dilihat dari waktu terjadinya ada beberapa faktor:
1. Waktu terjadinya pada saat sebelum dilahirkan (prenatal).
a) Salah satu atau kedua orangtua menderita tunarungu, atau mempunyai gen/ sel bawaan sifat abnormal misalnya: dominan genes, recesive gen, dll.
b) Karena penyakit: sewaktu ibu mengandung ibu terserang penyakit; terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan trisemeter pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu ialah rubella, morbili, dan lain-lain.
c) Karena keracunan obat-obatan: Pada suatu kehamilan, ibu minum obat-obatan terlalu banyak atau ibu seorang pecandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya, ia meminum obat penggugur kandungan akan dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan.
2. Waktu terjadinya pada saat kelahiran.
a) Sewaktu ibu melahirkan, ibu mengalami kesulitan, sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan (tang).
b) Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya. 3. Waktu terjadinya pada saat setelah kelahiran (post natal)
a) Ketulian terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak
(meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lainnya. b) Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
c) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat
pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab anak
tunarungu menurut waktu terjadinya prenatal, natal dan posnatal dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) mengalami
kelainan/penyimpangan baik fisik, mental, sosial, emosional dibandingkan anak
commit to user
c. Klasifikasi anak tunarunguMenurut Bandi Delphie (2009: 127) Alat audiometer merupakan alat
untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB).
Derajat kemampuan berdasarkan ukuran instrumen audiometer menyebabkan
klasifikasi anak dengan hendaya pendengaran (tunarungu) sebagai berikut:
1) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 0dB-26dB, yaitu anak masih
mempunyai pendengaran normal.
2) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 27dB-40dB, yaitu anak
mempunyai kesulitan mendengar tingkat ringan dan masih mampu mendengar bunyi-bunyian yang jauh sehingga membutuhkan terapi bicara.
3) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 41dB-55dB, yaitu anak yang
mengalami kesulitan mendengar tingkat menengah dan dapat mengerti bahasa percakapan sehingga membutuhkan alat bantu dengar.
4) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 56dB-70dB, yaitu anak yang
mengalami kesulitan mendengar tingkat menengah berat, mampu mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar, dan membutuhkan latihan berbicara secara khusus.
5) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 71dB-90dB, yaitu anak yang
mengalami kesulitan mendengar tingkat berat sehingga termasuk anak yang mengalami ketulian, hanya mampu mendengarkan suara keras yang berjarak lebih kurang satu meter, dan keseulitan membedakan suara yang berhubungan dengan bunyi secara tetap.
6) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 91dB dan seterusnya, yaitu anak
yang mengalami ketulian sangat berat, tidak dapat mendengar suara sehingga sangat membutuhkan bantuan khusus secara intensif terutama dalam ketrampilan percakapan atau berkomunikasi.
7) Perilaku yang muncul terhadap peserta didik dengan hendaya pendengaran
(tunarungu) di sekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi .
Menurut Emon Sastrawinata dalam Sarjono(2000: 30)
mengklasifika-sikan ketunarunguan sesuai dengan dasar-dasarnya yaitu:
1) Klasifikasi secara ettiologis
a) Tunarungu endogen atau turunan atau bawaan
b) Tunarungu eksogen atau disebabkan penyakit atau kecelakaan. 2) Secara otomatis
a) Tunarungu hantaran (konduktif) b) Tunarungu perseptif (syaraf)
c) Tunarungu campuran antara hantaran dan tunarungu perseptif 3) Klasifikasi menurut terjadinya ketunarunguan dapat dibedakan menjadi:
commit to user
b) Anak tunarungu yang terjadi pada kelahiran atau neonatal.
c) Anak tunarungu yang terjadi pada saat setelah kelahiran atau post natal. 4) Klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran audiometer dapat dibedakan menjadi:
a)Tunarungu taraf ringan antara 5-25dB
b)Tunarungu taraf sedang antara 26-50dB
c)Tunarungu taraf sedang antara 51-57dB
d)Tunarungu taraf berat > 51dB
Menurut Connix dalam Sarjono (2000: 37) menggolongkan ketunarunguan
sebagai berikut:
1) Kehilangan pendengaran 0-30dB normal
2) Kehilangan pendengaran 31-50dB ketunarunguan ringan
3) Kehilangan pendengaran 51-70dB ketunarunguan sedang
4) Kehilangan pendengaran 71-90dB ketunarunguan berat
5) Kehilangan pendengaran 91dB tergolong tuli
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
ketunarunguan didasarkan atas klasifikasi secara ettiologis, anatomis, fisiologis,
terjadinya ketunarunguan, dan derajat ketunarunguan berdasarkan ukuran
audiometer menurut tarafnya membedakan tingkatan pendengaran yang
menjadikan perhatian dalam memberikan pelayanan dalam pembelajaran.
d. Ciri-ciri anak tunarungu
Menurut Bandi Delphie (2009: 128) Ciri umum hambatan perkembangan
bahasa dan komunikasi pada anak tunarungu, sebagai berikut:
1)Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas.
2)Selalu memiringkan kepalanya sebagai upaya untuk berganti posisi telinga
terhadap sumber bunyi dan mereka sering kali meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas.
3)Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
4)Keengganan untuk berpartisipasi secara oral sehingga menyebabkan
mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengaranya.
5)Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat di kelas.
6)Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara.
7)Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara tergganggu.
commit to user
Menurut Sarjono (2000: 43-46) mengemukakan ciri-ciri anak tunarungu
sebagai berikut:
1) Ciri dalam segi fisik
a)Cara perjalanannya kaku dan membungkuk hal ini disebabkan adanya
kemungkinan kerusakan pada alat pendengaran bagian keseimbangan.
b)Gerakan matanya cepat dan agak beringas, hal ini menunjukkan
bahwa ia ingin menangkap keadaan sekitarnya, sehingga anak tunarungu dapat disebut manusia pemata.
c)Gerakan anggota badannya cepat dan lincah. Hal tersebut kelihatan
dalam mengadakan komunikasi yang mereka cenderung menggunakan gerak isyarat dengan orang disekitarnya, dapat dikatakan pula bahwa anak tunarungu adalah manusia motorik.
d)Pada waktu bicara pernapasan pendek dan agak terganggu. Hal ini
terjadi disebabkan tidak terlatih sejak kecil, terutama pada masa menangis dan pada masa meraba yang merupakan dasar perkembangan bicara/bahasa.
e)Dalam keadaan biasa (bermain, tidur, tidak bicara) pernafasan biasa.
2) Ciri-ciri khas dalam intelegensi
Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental seseorang. Pada anak tunarungu dalam hal ini intelegensi tidak banyak berbeda anak normal, pada umumnya ada yang memiliki itelegensi rata-rata dan ada pula yang memang memiliki intelegensi rendah. Sesuai sifat ketunaannya pada umumnya anak tunarungu sukar menangkap pengertian-pengertian yang abstrak sebab, dalam hal ini diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun bahasa tulisan, sehingga pada umumnya anak tunarungu dalam segi intelegensi dapat dikatakan dalam hal ini intelegensi potensial tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya, hal intelegensi rata-rata lebih rendah.
3) Ciri-ciri khas dalam segi emosi
Kekurangan pemahaman akan bahasa lisan dan tulisan seringkali dalam komunikasi menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab sering menimbulkan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan hal negatif dan menimbulkan tekanan pada emosinya. Tekanan emosi ini dapat menghambat perkembangan kepribadianya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak secara agresif, atau sebaliknya, menampakkan kebimbangan, dan keragu-raguan. Emosi anak tunarungu menjadi tidak stabil.
4) Ciri-ciri khas dalam segi sosial
commit to user
a) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga dan
masyarakat.
b) Perasaan cemburu dan salah sangka dan merasa diperlakukan tidak
adil.
c) Kurang dapat bergaul, mudah marah, dan berlaku agresif atau
sebaliknya.
d) Akibat yang lain dapat menimbulkan cepat merasa bosan, tidak
tahan berfikir.
Berdasarkan ciri-ciri anak tunarungu tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa anak tunarungu dengan kemampuan yang ada perlu
pengajaran khusus dalam hal membaca, menulis, dan berhitung dengan
menggunakan media yang jelas dan menghindari/meperkecil hal-hal yang
abstrak agar tidak menimbulkan penapsiran yang salah, kemungkinan pula
dari ketidak jelasan informasi efeknya akan berdampak pada perilaku
negatif.
Anak tunarungu umumnya mempunyai penglihatan yang baik atau
juga disebut manusia pemata sebagai penerima informasi, maka peneliti
manfaatkan untuk mengoptimalkan dalam memberikan informasi melalui
penglihatan.
e. Permasalahan yang dihadapi anak tunarungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal sekalipun diberi alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan
pendidikan khusus dan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat
peraga semi nyata, nyata atau abstrak.
Menurut Djoko S. Sindusakti (2007:7) Adapun yang dihadapi anak
tunarungu antara lain:
1) Secara nyata tidak mampu mendengar
2) Terlambat perkembangan bahasa
3) Sering menggunakan isyarat dalam komunikasi
4) Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
5) Ucapan kata tidak jelas
6) Kualitas suara aneh/monoton
commit to user
8) Banyak perhatian terhadap getaran
9) .HOXDUFDLUDQ³QDQDK´GDULNHGXDWelinga.
Menurut Maria Susilawati (2006: 17) yaitu:
1) Akibat ketunarunguan anak tunarungu tidak mengalami masa
pemerolehan bahasa.
2) Akibat berikutnya anak tunarungu tidak dapat berkembang bahasanya
3) Akibat miskin bahasa anak tunarungu mengalami masalah dalam
komunikasi dan belajar/pendidikannya
4) Akibatnya anak tunarungu tertinggal dalam segala aspek kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
permasalahan yang dihadapi anak tunarungu timbul karena ketunarunguannya
sulit berkomunikasi, sulit menerima informasi sehingga dalam pembelajaran
mengalami ketertinggalan dan dari segala aspek kehidupan juga tertinggal.
Untuk itu mengatasi masalahnya dilakukan memberi latihan komunikasi
melalui visual dalam pengamatan media film pada pembelajaran matematika
agar mudah diterima dan tidak salah persepsi.
f. Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu
Anak tunarungu banyak hal yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar
mencapai ketuntasan dalam belajarnya dengan baik. Tuntutan anak tunarungu
adalah agar dapat menyesuaikan lingkungan dengan baik tanpa ada kendala
sepertinya anak normal, tetapi karena keterbatasannya dalam hendaya
pendengaran maka ada saja kesulitannya dalam menerima pelajaran di sekolah.
Menurut Permanarian dan Hernawati (2004: 31) Pendidikan anak tunrungu
untuk mengembangkan komunikasi sebagai berikut:
1) Didiklah anak tunarungu seperti mendidik anak-anak yang mendengar
2) Libatkan anak tunarungu dalam kegiatan keluarga
3) Jangan memanjakan anak tunarungu secara berlebihan.
4) Berilah kesempataan bermain seluas mungkin pada anak tunarungu
5) Anak tunarungu harus diberi contoh perilaku yang baik
6) Berikanlah kewajiban yang sama kepada anak tunarungu dalam
melaksanakan tugas-tugas.
7) Pupuklah rasa cinta terhadap keindahan alam sekitar.
8) Gunakan dalam setiap kesempatan untuk merangsang perkembangan
commit to user
Menurut H. T. Sutjihati Somantri (1996: 81) adalah:
³Usaha lain yang mungkin akan mendorong anak tunarungu dapat
bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti pendidikan pada
sekolah normal/biasa dan disediakan program-program khusus bila
mereka tidak mampu mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal.´
Berdasarkan pendapat di atas, yang harus diperhatikan kebutuhan
pembelajaran anak tunarungu pada dasarnya sama dengan pembelajaran yang
digunakan bagi anak mendengar/normal akan tetapi dalam pelaksanaannya
harus banyak bersifat visual artinya lebih banyak memanfaatkan indera
penglihatan pada siswa tunarungu.
2. Tinjauan Tentang hasil belajar matematika a. Pengertian hasil belajar
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia ³Hasil adalah sesuatu
yang diadakan usaha untuk mendapatkan sesuatu´.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 14) ³%HODMDUDGDODK
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu melalui membaca; berlatih: agar
berubah tingkah laku atau tanggDSDQ\DQJGLVHEDENDQROHKSHQJDODPDQ´
0HQXUXW 6DLIXGGLQ $]ZDU ³%HODMDU DGDODK VHWLDS SHUXEDKDQ
perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya.
Menurut 3XUZRWR ³%HODMDU DGDODK VXDWX SURVHV \DQJ
berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi
lebih terampil, dari sikap belum baik menjadi baik, dari fasif menjadi aktif, dan
dari tidak teliti menjadi tHOLWL´
0HQXUXW6DUGLPDQ$0³%HODMDUDGDODKEHUXEDKGDODPKDOLQL
yang dimaksud belajar berarti usaha untuk merubah tingkah laku, jadi belajar
commit to user
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah
sesuatu yang diadakan usaha untuk mendapatkan perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas
menjadi cerdas, dan dari sikap belum baik menjadi baik dan sebagainya.
Dengan cara melalui membaca, menulis, berhitung dan berlatih, sehingga
dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
lebih baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum.
Kemampuan hasil belajar siswa sangat berfariasi antara anak yang satu
dengan anak yang lain berbeda, ada yang baik, ada yang sedang, dan ada yang
kurang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa, baik faktor internal maupun ekternal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Muhibin
Syah (2004 : 132) yaitu:
1. Faktor Intern
a. Psikis, antara lain: intelgensi, bakat, minat, perhatian, motivasi, emosi, dan konsentrasi kepribadian.
b. Fisik, antara lain: alat indera, cacat tubuh keadaan jasmani.
2. Fartor Ektern
a. Faktor keluarga, antara lain: faktor dari orang tua, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, antara lain: gizi, kondisi, gedung, kurikulum, waktu, sekolah dan kedisiplinan.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pedekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi: strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Menurut Kartini, Kartono dalam bukunya Srikuwati (2009 : 17) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada garis besarnya adalah
1.Faktor-faktor yang berasal dari dalam murid, antara lain:
a. Kecerdasan
b. Bakat
c. Minat dan perhatian
d. Motivasi
e. Kesehatan jasmani
commit to user
2. Faktor-faktor dari luar murid, antara lain:a. Foktor lingkungan yang terdiri lingkungan alam, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat.
b. Faktor sekolah
c. Faktor peralatan belajar.
Menurut Bimo Walgito (1986 : 124) Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah:
1. ³Faktor anak atau individu yang belajar
2. Faktor lingkungan anak
3. Faktor bahan atau materi yang dipelajari´
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor anak atau individu yang belajar
Faktor anak ini sangat penting dalam aktifitas belajar, sebab anak itu
belajar atau tidak, tergantung dari anak yang bersangkutan. Faktor
anak atau individu ini terdiri faktor fisik dan psikis, dimana antra
kedua faktor saling berhubungan dan tidak daapat dipisah-pisahkan.
a. Faktor Fisik
Faktor fisik ini sangat erat hubunganya dengan kesehatan jasmani.
Bila fisik sedang lelah atau sakit, maka akan dapat mengganggu
proses kegiatan anak yang bersangkutan.
b. Faktor Psikis
Faktor psikis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah
sebagai berikut:
1) Perhatian
Bila belajar tidak disertai dengan perhatian yang baik,
dimungkinkan dalam belajarnya anak akan kurang berhasil
untuk mencapai hasil yang baik.
2) Minat
Apabila dalam kegiatan belajar minat anak rendah, hal ini akan
mempengaruhi konsentrasi terhadap masalah yang dipelajari.
Keadaan ini secara langsung atau tidak lansung dapat
commit to user
3) Dorongan ingin tahu
Semakin besar dorongan ingin tahu seseorang akan semakin
besar pula minat dan perhatiannya dalam belajar, kemungkinan
besar anak akan mampu mencapai hasil belajar yang tinggi.
4) Disiplin diri
Anak yang memiliki disiplin tinggi dalam kegiatan belajar akan
membantu dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
5) Intelegensi
Faktor intelegensi ini sangat dominan dalam mempengaruhi
keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi intelegensi anak
dimungkinkan semakin tinggi pada tingkat prestasi belajarnya.
2. Faktor Lingkungan Anak
Lingkungan sekitar anak sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kegiatan belajar. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan alam,
keluarga, dan masyarakat. Lingkungan alam yang kurang
menguntungkan akan mempengaruhi hal yang negatif terhadap kegiatan
belajar anak. Begitu juga dengn lingkungan keluarga, besar sekali
pengaruhnya pada keberhasilan belajar anak. Keluarga yang broken
home misalnya, keadaan keluarga ini akan dapat menimbulkan pengaruh
yang negatif pada aktivitas belajar anak. Disamping itu pengaruh
lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar anak.
Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar anak.
c. Pengertian Matematika
.DPXV %HVDU %DKDVD ,QGRQHVLD ³PDWHPDWLND DGDODK LOPX
tentang bilangan-bilangan yang berhubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan´
Menurut Soedjadi R (2000: 11) Matematika mempunyai beberapa definisi
antara lain: Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang
commit to user
1) Matematika merupakan pengetahuan ilmu bilangan dan kalkulasi.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika yang
berhubungan dengan bilangan.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
4) Matematika adalah pengetahuan yang mengadung aturan-aturan yang
kuat.
Menurut pendapat Bandi Delphie (2009: 2) ³0DWHPDWLNDadalah bahasa
simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Selain itu matematika merupakan
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat,
serta mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas dalam
bukunya Muhafilah, M, 1999.´
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa: matematika
adalah bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan
hubungan kuantitatif dan keruangan dalam cabang ilmu pengetahuan eksak,
tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logic, dan bentuk aturan-aturan yang
ketat dan pola keteraturan struktur yang terorganisasikan yang bersifat sangat
kuat dan jelas, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan..
d. Pengertian Pecahan Sederhana
0HQXUXW $FKPDG GNN ³%LODQJDQ SHFDKDQ GDSDW GLJXQDNDQ
untuk menyatakan banyaknya bagian dari suatu benda utuh yang dibagi
menjadi beberapa bagian yang sama besar.´
Dalam kamus Besar Bahasa IndonesLD ³3HFDKDQ DGDODK
bilangan yang bukan bulat seperti 2/3,3/8, dst.´
Dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang bukan bulat
seperti 2/3,3/8, dst. yang dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian
commit to user
e. Pengertian MediaMenurut AECT, (1977: 19) dalam bukunya Arief S. Sadiman dan
kawan-kawan: ³Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau
informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan
peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) sendiri
merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada
media tersebut.´
Moedjiono dan Moh. Dimyati (1992: 2) menjelaskan bahwa: ³0HGLD
yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk
menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan´
Menurut Briggs (1970 : 6) dalam bukunya Arief S. Sadiman dkk
berpendapat bahwa ³media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar´
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat untuk menyampaikan informasi yang akan diberikan kepada siswa
dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi dalam
proses belajar mengajar sehinggga siswa lebih mudah dalam memahami
materi/informasi yang disampaikan guru.
f. Pengertian Film
Menurut Pringgodigdo. A.G. (1991: 328) Dalam ensiklopedi umum
diterangkan /³%ahwa film adalah Gambar Hidup.´
Menurut John Mcllwain (2007 : 97) dalam Kamus Inggris-Indonesia
1(n) ³film adalah cerita yang ditayangkan di televisi atau bioskop.´
Menurut Sadiman Arief S. dkk (1990 : 70) Film merupakan media yang
amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Sebagai
suatu media film mempunyai keunggulan-keunggulan antara lain:
1) Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang cerdas
commit to user
2) Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan
lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi;
3) Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian sejarah yang lampau;
4) Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang
lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk kelas;
5) Film dapat menyajikan teori maupun praktek dari yang bersifat umum ke
khusus atau sebaliknya;
6) Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya di
kelas;
7) Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat,
animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu;
8) Film memikat perhatian anak;
9) Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya, sesuai
dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas;
10)Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan); dan
11)Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Film merupakan gambar hidup dengan
cerita yang sangat menarik dan dapat diulang-ulang, baik teori maupun
praktek, dari dunia luar dapat dibawa ke dalam kelas, dan untuk mengatasi
keterbatasan indera penglihatan, serta merangsang motivasi kegiatan anak
yang dapat memperjelas proses pembelajaran sehingga hasil belajar dapat
meningkat.
g. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SDLB
Berdasarkan Standar Kompetensi Dasar pada Kurikulum SDLB-B, yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa (2006: 99) tujuan mata pelajaran matematika agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
commit to user
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Kurikulum Sekolah Dasar 1993 tentang Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), tujuan pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian tujuan matematika tersebut diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa matematika bertujuan agar siswa mampu berfikir kritis,
realistis, dan penuh penalaran, sehingga hasil yang diharapkan dapat akurat dan
bertanggung jawab serta efisien.
h. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar
Biasa Tunarungu (SDLB-B) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) ³Bilangan
2) Geometri dan pengukuran
3) Pengolahan data.
Pecahan sederhana termasuk pada ruang lingkup bilangan.´
Menurut Suseno dalam bukunya Nurhadi (2004: 1) ruang lingkup
matematika meliputi:
³2SHUDVLSHUKLPSXQDQatau aritmatika
2) Pengukuran
commit to user
4) Bangun ruang%HUILNLUVHFDUDNXDQWLWDWLI´
Sedangkan menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono
Abdurrahman (1997: 218), bidang studi matematika yang diajarkan di SD
mencakup tiga cabang yaitu:
1) ³$ULWPDWLND
2) Aljabar
3) *HRPHWUL´
Dapat dijelaskan dari pengertian tersebut diatas:
1) Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan
dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan
mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan
tentang bilangan.
2) Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar ternyata tidak
hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang diketahui atau
yang belum diketahui, tetapi juga menggunakan lambang-lambang lain
seperti titik-titik, lebih besar, lebih kecil, dan sebagainya.
3) Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa: mata pelajaran
matematika adalah ilmu yang mempelajari bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dalam matematika yang perlu dibuktikan kebenaranya, dalam bilangan pecahan
termasuk ruang lingkup aritmatika atau bilangan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan dengan kajian teori tersebut diatas metode dan pendekatan
yang akan digunakan penelitian untuk mengupayakan agar proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film dapat meningkat, guru harus mampu
commit to user
menyenangkan sehingga dapat mengatasi keterbatasan pendengaran bagi anak
tunarungu.
Dengan mengoptimalkan belajar dengan media film, guru dapat menggali
potensi untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, kerjasama dalam
menyelesaikan masalah, serta membuka peluang untuk menumbuhkan rasa ingin
tahu pada setiap permasalahan.
Dengan media film siswa dapat pengalaman yang modern dan dapat
kesempatan untuk bertanya dan saling memberi penjelasan terhadap sesama teman
dengan cara dan bahasanya yang jelas. Dengan demikian pemahaman konsep akan
dapat menyelesaikan masalah selanjutnya tentang pecahan yang selama ini masih
dalam hafalan akan memperjelas dan arti pecahan maupun wujud benda pecahan.
Dari uraian tersebut di atas maka diharapkan dengan pembelajaran
menggunakan media Film , dapat menyelesaikan pemecahan masalah khususnya
bilangan pecahan akan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pretasi belajar
pada mata pelajaran matematika.
Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berfikir tentang
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film dapat dibuat gambar skema sebagai
commit to user
Skema Kerangka BerfikirC. Perumusan Hipotesis Tindakan
+LSRWHVLVWLQGDNDQXQWXN37.EHUMXGXO³8SD\DPHQLQJNDWNDQhasil belajar
mata pelajaran matematika tentang materi bilangan pecahan sederhana melalui
media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara´DGDODK3HPEHODMDUDQGHQJDQ
media film yang dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar
tentang materi bilangan pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika pada
siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun
2011.
KONDISI AWAL
Sebelum menggunakan
media Film
TINDAKAN
Menerapkan media
belajar dengan
menggunakan Film
KONDISI AKHIR
Hasil belajar siswa
dapat meningkat
Hasil belajar siswa kurang
optimal
Siswa memperhatikan dan
commit to user
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan di SLB Negeri Wiradesa
Kabupaten Pekalongan Kelas III tunarungu wicara tahun pelajaran 2010/2011
semester II. Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan
tempat bertugas sehingga peneliti dapat melakukan penelitian sekaligus
melaksanakan tugas sehari-hari tanpa harus meninggalkan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tugas pokok peneliti, bahkan peneliti ini
merupakan hal yang sangat tepat dan menunjang proses kegiatan belajar
mengajar, sehingga masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran
diteliti mengapa timbul masalah, apa saja penyebabnya, kesulitan-kesulitan
siswa, bagaimana mengatasinya sampai dengan ditemukan cara pemecahanya,
sehingga pembelajaran dapat meningkat dan efektif.
Dengan demikian kualitas proses pembelajaran dapat ditingkatkan
sehingga nilai hasil belajar dapat meningkat pula. Hasil Penelitian Tindakan
Kelas tersebut didokumentasikan melalui daftar nilai sehingga sewaktu-waktu
dapat dibuka kembali dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi teman-teman
guru Sekolah Luar Biasa Negeri wiradesa kabupaten Pekalongan kususnya
kelas III tunarungu wicara sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar penelitian
selanjutnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Maret 2011 atau dimulai
minggu ke 2 semester II pada tahun pelajaran 2010/2011 yang diawali dengan
[image:50.612.142.510.205.461.2]kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan
gambaran terhadap permasalahan di kelas yang akan diteliti sebagai data awal
dan dilanjutkan dengan membahas hasil observasi serta merencanakan dan
menetapkan tindakan selanjutnya.
commit to user
Rancangan ini menggunakan model proses yang dilakukan dua siklus.
Setiap siklus selama 4 minggu. Adapun pelaksanaannya desesuaikan dengan
jadwal yang ada. Pada setiap akhir siklus diadakan kegiatan refleksi untuk
menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Apabila pada siklus I, siswa
belum tuntas maka diadakan putaran berikutnya dengan diadakan perbaikan
pada siklus ke II.
Proses penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1 maret 2011 sampai
dengan tanggal 12 Juni 2011. Dan diakhiri dengan laporan penelitian .pada
[image:51.612.138.504.223.568.2]bulan juli 2011.
Tabel:3.1 Jadwal penelitian
No Kegiatan Bulan / Tanggal
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1. Menyusun
Proposal 2. Menyusun
Instrumen 3. Menyusun
RPP 4. Memvalidasi
instrumen 5. Merancang
Pembelajaran 6. Melaksanakan
Pembelajaran dan Refleksi 7. Penyusunan
Laporan 8. Ujian Skripsi
Dan revisi 9. Pelaporan
Hasil Penelitian
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III Tunarungu wicara SLB
Negeri Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan dengan jumlah siswa 7 anak,
yang terdiri dari laki-laki 3 siswa dan perempuan 4 siswa.
Usia siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri wiradesa kabupaten
Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011 ini pada kisaran 9 ± 11 tahun. Dilihat dari
commit to user
kebawah dengan mata pencaharian sebagai nelayan, kuli bangunan, buruh dan ada
pula guru. Dari segi penghasilan para orangtua/wali murid hanya paspasan untuk
kebutuhan sehari-hari, sehingga mereka tidak dapat mencukupi
kebutuhan-kebutuhan sekolah pada anaknya secara maksimal.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian berupa hasil belajar mata pelajaran matematika pada
materi bilangan pecahan sederhana melalui media film, untuk menguji kebenaran
suatu pengetahuan yang diawali dengan memberikan informasi atau pejelasan dari
sebelum tindakan dan sesudah tindakan yang sumbernya dari siswa kelas III
Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
Adapun usaha yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode tes tertulis.
D. Teknik Pengumpulan Data Diadakan Melalui Tes.. 1. Pengertian Tes:
Menurut Gilbert Sax yang dikutip Anton SXNDUQR ³6XDWX WHVW
dapat didefinisikan sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas-tugas yang
digunakan memperoleh pengamatan yang sistematik tentang suatu atribut atau
KDVLOSHQGLGLNDQ\DQJUHSUHVHQWDWLI´
Menurut $ULNXQWR6³7HVDGDlah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
DWDXNHORPSRN´
0HQXUXW 0XFKWDU %XNKRUL PHQ\DWDNDQ EDKZD ³7HV DGDODK
suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil
SHODMDUDQWHUWHQWXSDGDVHRUDQJPXULGDWDXNHORPSRN´
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa test adalah
serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
commit to user
2. Materi Tes.Materi tes mata pelajaran matematika sebagai berikut:
Pengenalan bilangan pecahan sederhana meliputi membaca, menulis, mengarsir
bangun datar, tentang materi bilangan pecahan setengah, sepertiga, seperempat,
seperlima, seperenam, sepertujuh, dan seperdelapan.
Soal yang peneliti berikan pada siswa sebanyak 5 soal terdiri dari 10 jawaban.
Soal nomer 1dan 2 ada masing-masing 1 jawaban, soal nomer 3 ada 1 jawaban,
soal nomer 4 ada 5 jawaban dan nomer 5 ada 2 jawaban. Adapun materi
tes/tugas sebagai penelitian dapat dilihat pada lampiran.
3. Jenis-jenis test.
Menurut Cece Rahmat, Dede Suherdi (2001) yang dikutip Anton Sukarno
(2008: 94) membedakan tiga jenis test yaitu:
³D Menurut bentuknya.
b. Test lisan
c. 7HVWSHUEXDWDQ´
Menurut Asmawi Zaenal, Nochi Nasution (1995) yang dikutip Anton
Sukarno (2008: 94) test dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
³D0HQXUXWEHQWXNQ\D
c.Menurut tipenya
d.MeQXUXWUDJDPQ\D´
Dapat diuraikan bahwa, secara umum ada dua bentuk test yaitu (1) menurut
tipenya dan (essay test) dan (2) butir test bentuk obyektif (objective test). Dua
bentuk test ini dapat dipilih menjadi berbagai tipe. Menurut tipenya butir test
uraian dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu test uraian terbatas
(restucted essay) dan butir test obyektif menurut tipenya dapat dibedakan
menjadi tiga