• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melihat penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwasanya dalam tahap pendaftaran PPDB, prinsip non-diskriminasi belum dijalankan dengan baik oleh pelaksana kebijakan dalam hal ini sekolah dasar swasta. Kesimpulan tersebut didasarkan masih ditemukannya persoalan diskriminasi atas dasar pandangan-pandangan lain, dimana anak harus pernah mengikuti pendidikan TK/RA/BA, dan juga orang tua diharuskan membayar biaya pendaftaran dan tes. Kondisi ini tentu membatasi anak yang berasal dari rumah tangga yang sebelumnya belum pernah mengenyam pendidikan TK/RA/BA. Disisi lain juga membatasi anak dari keluarga yang kurang mampu.

b. Tahap Seleksi

Non-diskriminasi dalam tahap seleksi ditandai dengan tidak adanya mekanisme seleksi yang menimbulkan korban diskriminasi.

Dalam artian hak-hak anak untuk memperoleh pendidikan tidak dibatasi dan dipersulit dengan berbagai ketentuan yang ada.

Kemudahan layanan dan akses anak dalam memperoleh pendidikan harus dijamin dan dilindungi.

Adanya mekanisme seleksi sebenarnya diadakan sebagai langkah sekolah mengantisipasi jumlah pendaftar melebihi daya tampung yang telah ditentukan. Kata antisipasi disini mengandung

commit to user

pengertian bahwasanya mekanisme seleksi dijalankan apabila terjadi kondisi dimana jumlah pendaftar melebihi daya tampung yang telah ditentukan. Namun, apabila kondisi jumlah pendaftar seimbang atau bahkan belum melebihi daya tampung, maka mekanisme seleksi tersebut tidak berlaku dan sekolah wajib menerima calon siswa baru tanpa seleksi apapun.

Langkah antisipatif tersebut penting mengingat dalam keberjalanan implementasi PPDB sering terjadi kelebihan kuota bagi sekolah dengan label sekolah favorit. Jumlah kuota yang dibatasi hanya 32 siswa untuk SD/MI/SDLB setiap kelasnya, memaksa pihak sekolah melakukan seleksi guna memenuhi kuota yang telah ditentukan dari dinas tersebut. Untuk itu pemerintah pusat, sesuai amanat UUD 45 dan juga hasil Konveksi Hak Anak menetapkan PP No 17 Tahun 2010 yang mengatur mengenai mekanisme seleksi dengan jalan non-diskriminasi. Melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, mekanisme seleksi tersebut dituangkan ke dalam pedoman petunjuk teknis PPDB untuk selanjutnya dipedomani pelaksana kebijakan yaitu sekolahan.

Adapun mekanisme seleksi guna mengantisipasi kondisi dimana jumlah pendaftar yang melebihi daya tampung dengan jalan non-diskriminasi adalah dengan tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain, melainkan didasarkan pada seleksi kematangan usia, jarak tempat

commit to user

tinggal, dan urutan waktu mendaftar. Sekolah dalam hal ini sebagai pelaksana kebijakan, apabila dalam penyelenggaraan PPDB menemui kondisi yang mengharuskan adanya seleksi, maka mekanisme seleksi yang sesuai yang mana tidak menimbulkan korban diskriminasi adalah dengan melaksanakan apa yang sudah ditetapkan pemerintah. Hal ini penting, mengingat pemerintah sudah merumuskan dan menetapkan langkah yang sesuai dalam melakukan seleksi tanpa menimbulkan korban diskriminasi. Dimana poin-poin dalam mekanisme seleksi tersebut sebagai hasil rujukan dari UUD 45 dan Konveksi Hak Anak.

Namun dalam pelaksanaan PPDB di lapangan, ternyata masih ditemukan mekanisme seleksi yang tidak bersumber dari aturan pemerintah dan mekanisme seleksi tersebut cenderung menimbulkan diskriminasi pada anak. Hak-hak anak untuk bersekolah dengan layanan dan akses yang mudah ternyata dibatasi dan dipersulit dengan ketentuan yang diterapkan sekolahan dalam penyelenggaraan PPDB.

Kecenderungan pelanggaran dalam mekanisme seleksi ini dilakukan oleh sekolah dasar swasta. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga.

gi aturan jelas. Mereka itu (swasta) yang melanggar artinya karena menginginkan anak-anak yang lebih ini ya.. apa namanya.. lebih berkualitas tapi sebenarnya itu sudah melanggar aturan, pedoman yang dikeluarkan oleh dinas

)

Dalam menyelenggarakan PPDB, mekanisme yang diterapkan sekolah swasta sudah menjadi ketentuan baku. Ketentuan baku

commit to user

tersebut bukan berasal dari ketentuan yang dikeluarkan dari dinas, melainkan ketentuan sendiri yang dikeluarkan oleh Yayasan dimana sekolah swasta menjadi binaannya. Ketentuan baku ini yang senantiasa dipegang sekolah swasta dalam setiap penyelenggaraan PPDB. Untuk bisa diterima di sekolah swasta, terdapat kualifikasi yang harus dipenuhi oleh calon siswa. Setelah umur, terdapat nilai minimal passing grade yang harus dipenuhi calon siswa. Berikut pemaparan Informan K selaku tim PPDB sekolah swasta:

dipenuhi. Pertama itu tadi usia, yang kedua kalau dia sudah mendaftar usia masuk mengumpulkkan persyaratan dan sudah dinyatakan bisa masuk kalau nilainya minimal passing grade.

Passing grade benar-benar ditekankan di sekolah ini. Pertama itu usia, kedua di nilai, itu kita pegang trus dari pertama. Udah

Dalam mekanisme seleksi di sekolah swasta, memang umur menjadi pertimbangan penerimaan. Namun yang membedakan disini umur hanya dijadikan syarat seleksi bagi calon siswa untuk bisa mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Apabila kualifikasi umur terpenuhi walaupun di usia yang paling minimal, calon siswa memiliki peluang sama untuk bisa diterima dengan usia diatasnya. Alasannya mengingat dasar utama calon siswa diterima di sekolah swasta adalah memenuhi kualifikasi minimal passing grade yang telah ditentukan sekolah swasta. Passing grade benar-benar ditekankan di sekolah swasta. Walaupun usia calon siswa dinyatakan telah matang dengan rentang 6-12 tahun, tetapi kalau hasil tes tidak memenuhi minimal

commit to user

passing grade, maka calon siswa tersebut tetap dinyatakan tidak

disarankan diterima di sekolah swasta tersebut. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan K berikut:

Usia minimal ada di brosur masing-masing unit, kalau SD itu 5 tahun, 7 bulan per bulan Juli. Kalau anak itu usianya dibawah 5,7 berarti sudah tidak bisa daftar, itu termasuk seleksi kan. Itu seleksi e.. apa namanya.. seleksi kualifikasi umur. Yang kedua nanti seteleh dia mendaftar, mengumpulkan persyaratan dia kan pasti tes, seleksinya itu 100% dari hasil observasi dan hasil rekomendasi psikotes anak tersebut. Jadi e.. kalau anak tersebut itu dari observasi yang diberikan, itu pemetaannya nilainya minimal pasing grade, 70 nilainya, berarti sudah disarankan masuk dan punya hasil rekomendasi psikologi disarankan. Cuma itu aja, jadi kualifikasi umur dan kualifikasi

16 April 2014)

Melihat mekanisme seleksi yang diterapkan sekolah swasta tersebut, jelas berbeda dengan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah. Dimana umur tidak hanya dijadikan syarat, tetapi memang dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam menentukan diterima atau tidaknya calon siswa. Semakin matang usia anak, peluang diterimanya semakin besar. Sebaliknya, hasil tes tidak dijadikan dasar bagi sekolah dalam menerima atau tidaknya calon siswa, kembali lagi kematangan umur.

Mekanisme seleksi tersebut benar-benar dilaksanakan oleh sekolah negeri. Dalam melaksanakan seleksi kepada calon siswa guna memenuhi daya tampung yang ada, sekolah negeri melakukan seleksi utamanya berdasar kematangan umur. Berikut pemaparan Informan N selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri:

commit to user

alau kami di SD 15 sudah 3 Tahun ini menerapkan memang... hak anak...jadi tidak didominasi anak yang pintar yang kita terima, tetapijustru kematangan umur yang kita ambil.. dari umur yang tertua dulu. Kemarin kita mendapat anak umur 7 lebih 2 bulan. Jarang sekarang mendapat anak umur 7 itu sulit, karena apa ya itu orang tua terlalu awal memasukkan anak ke sekolah terutama TK. Biasanya 3 Tahun sudah masuk Playgrup, 4 Tahun masuk TK, 6 Tahun lulus TK la... pemaksaan ke SD, tetapi ada orang tua yang memang sudah tau.Jadi gini mas, di TK sudah 2.. 6Tahun, tetapi karena pengen masuk ke SD 15 mungkin dia liad lingkungannya, hasilnyabgitu.Dia bekorban memindahkan anaknya ke TK lain supaya umurnya 7 Tahun baru masuk SD 15. Supaya bisa masuk SD 15 ncara, 12 April 2014)

Selanjutnya, apabila dalam PPDB masih terjadi kelebihan kuota pendaftar dalam hal ini mungkin umurnya sama dsb, maka sekolah negeri sebagaimana bunyi di dalam pedoman dari dinas mengambil langkah antisipasi mengadakan seleksi jarak antara rumah calon siswa dengan sekolah. Mekanisme seleksi tersebut diadakan sebagai langkah sekolah mengatasi jumlah pendaftar melebihi daya tampung yang telah ditentukan. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan O berikut:

ndak.. Diformulir itu kan ada. Jarak rumah misal dari 140 itu yang 40 dari luar kota yang 100 dalam kota. Misal ini hanya yang dari luar kota, yang luar kota itu satu ada dari sragen tetapi yang satu sukoharjo. Sini otomatis tentu yang lebih dekat. Ketakutannya nanti kalau yang dari sragen kesini lama.

(wawancara, 14 April 2014)

Dengan melihat mekanisme seleksi yang diterapkan sekolah swasta dan sekolah negeri tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya mekanisme seleksi yang diterapkan sekolah swasta masih belum pro

commit to user

terhadap prinsip non-diskriminasi. Kesimpulan ini diidentifikasi dari temuan di lapangan dimana sekolah swasta dalam menyelenggarakan mekanisme seleksi utamanya menggunakan sistem passing grade.

Adanya sistem passing grade jelas membatasi dan mempersulit anak untuk bisa mendapatkan akses pendidikan sekolah dasar. Terutama bagi anak dari rumah tangga, yang sebelumnya belum pernah mengenyam pendidikan TK/RA/BA, tentu akan kesulitan mengerjakan setiap tes yang disediakan sekolah swasta terlebih di dalamnya memuat tes Calistung. Akibatnya anak yang terdaftar di SD swasta hanya anak-anak yang kompeten mengerjakan tes masuk, sedangkan anak yang tidak kompeten te

SD swasta tersebut.

c. Tahap Pengumuman

Non-diskriminasi dalam tahap pengumuman ditandai dengan tidak adanya persyaratan daftar ulang yang dinilai membatasi dan mempersulit akses anak untuk memperoleh pendidikan. Daftar ulang menjadi hal penting mengingat setelah calon siswa dinyatakan diterima, supaya secara resmi menjadi siswa di sekolah tersebut harus melakukan daftar ulang. Daftar ulang biasanya identik dengan melakukan pembayaran, seperti: pembayaran uang pangkal, uang kegiatan, uang untuk seragam, uang buku, uang spp dll.

Dalam penyelenggaraan PPDB tingkat SD, segala pembiayaan sudah dialihkan ke dalam dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

commit to user

yang setiap tahun sudah dianggarkan pemerintah. Oleh sebab itu bagi calon siswa yang sudah diterima di sekolah negeri yang dituju, tidak perlu melakukan pembayaran dari segala pembiayaan yang dibebankan ke siswa. Baik itu dari keluarga mampu maupun tidak mampu. Berbeda untuk sekolah swasta, sifat dana BOS terbagi menjadi 2 yaitu menggratiskan dan membebaskan. Sifat menggratiskan, diperuntukkan bagi calon siswa yang diterima di sekolah swasta apabila dari keluarga tidak mampu. Namun, bagi keluarga mampu, sifat dana BOS hanya sebatas untuk meringankan pembiayaan yang dibebankan ke siswa. Akibatnya untuk sekolah swasta masih diperkenankan melakukan penarikan ke orang tua murid yang mampu tapi sifatnya menyesuaikan. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga:

au yang negeri itu tidak boleh. begini untuk swasta itu kan ada biaya operasional sekolah (BOS). BOS itu biasanya digunakan untuk membebaskan siswa miskin dan meringankan biaya anak semuanya. Jadi siswa miskin yang sekolah di swasta itu bebas tidak bayar seharusnya. Terus kemudian meringankan biaya operasioanal siswa yang tidak miskin, hanya untuk meringankan. Tapi kalau di SD negeri, semuanya membebaskan siwa dari pembiaayaan. Bedanya itu, karena meringankan berarti kan masih boleh bayar.

April 2014)

Namun dalam penyelenggaraan PPDB di lapangan, masih saja ditemukan pelanggaraan terkait penggunaan dana BOS yang seharusnya memberi kemudahan akses bagi anak untuk memperoleh

commit to user

pendidikan. Kecenderungan pelanggaran tersebut menurut dinas dilakukan oleh sekolah swasta. Menurut dinas walaupun ada dana bantuan pemerintah yaitu dana BOS, dimana sifat dana BOS di sekolah swasta untuk siswa mampu sifatnya meringankan dan bagi siswa miskin sifatnya menggratiskan, sekolah swasta masih tetap melakukan penarikan bagi siswa tidak mampu dalam artian tidak menggratiskan. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan I berikut:

melanggar. Itu tadi, menginginkan swasta lebih banyak untuk pembiayaannya. Tapi sebenarnya dari pemerintah pun sudah ada BOS karena sama seperti di negeri. Trus kelebihannya mereka masih bisa menarik, kan di negeri tidak bisa menarik, sudah gratis. Kalau mereka (swasta) membantu siswa yang miskin, menggratiskan siswa yang miskin. Memang swasta itu saya yakin juga dilanggar. Kalo di negeri semua siswa gratis kan gitu, tidak ada yang boleh menarik. Jadi dengan adanya pembayaran ini mereka (swasta) lebih menginginkan siswa itu lebih banyak biar pendapatan atau pemasukannya lebih banyak. Juga mereka bisa mengembangkan apa yang bisa dikembangkan di sekolah itu lebih banyak. kan

Dari sekolah swasta sebenarnya sudah menyediakan beasiswa bagi siswa tidak mampu. Namun yang memberatkan disini, beasiswa tersebut baru bisa didapatkan apabila anak tersebut benar-benar cerdas dan pintar dibuktikan dengan hasil tes, dimana nilai anak harus jauh di atas standar minimal penilaian penerimaan. Tanpa memenuhi persyaratan tersebut, beasiswa tidak akan turun walaupun dari keluarga tidak mampu. Di sisi lain, pemberian beasiswa di sekolah swasta pun tidak serta merta dibebaskan dari semua pembiayaan.

commit to user

Beasiswa diberikan bisa dalam wujud pembebasan SPP, pembebasan biaya uang pangkal, dsb. Adanya beasiswa di sekolah swasta, sifatnya fleksibel mengikuti kesanggupan dari orang tua siswa tersebut. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan K selaku tim PPDB di sekolah swasta:

azhar itu sekolah mentereng, segmentasinya menengah keatas, isinya orang-orang kaya saja. Itu yang orang lihat kebanyakan.

e.. memang betul orang-orang disini kebanyakan orang menengah keatas tapi pada kenyataan disinipun kita juga punya anak-anak yang bahkan orang tuanya pun tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya disini tapi tetep bisa bersekolah disini. Itu beasiswa dari yayasan. Jadi dari yayasan itu memang berprestasi. Tapi kalaupun tidak misalkan ada anak orang tua yang mungkin tidak apa ya.. e.. apa namanya tidak begitu kuat financialnya untuk menyekolahkan disini itu pun banyak kebijakan dari yayasan. Misalkan kalau betul-betul, kembali lagi, anak tersebut itu apa prestasinya bagus trus cerdas juga kemampuannya dalam segi kognitif tetapi ada masalah di pembayaran. Itu kebijakan yayasan selalu turun sesuai kesanggupan orang tua tapi memang ada permohonan.

Jadi tidak serta merta pembayaran harus 13 juta, kalau tidak bisa bayar 13 juta tidak bisa masuk disini. Itu tidak, disini tidak

Kondisi tersebut jelas berseberangan dengan apa yang dimaksudkan adanya bantuan dana BOS dari pemerintah. Dimana sifat dana BOS di sekolah swasta meringankan dan menggratiskan seperti

commit to user

yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun adanya beasiswa bagi siswa tidak mampu yang diberikan dengan syarat, tidak serta merta pembebasan dari semua biaya melainkan sesuai kesanggupan orang tua, jelas menunjukkan belum terjaminnya kemudahan akses anak terutama dari orang tua tidak mampu untuk bisa bersekolah di sekolah swasta. Prinsip non-diskriminasi belum termasnifestasi dalam tahapan pembiayaan daftar ulang yang dilakukan sekolah swasta. Hal ini mengingat, sudah adanya kemudahan akses anak tidak mampu untuk bersekolah melalui dana BOS dari pemerintah, tetapi dalam implementasinya masih ditemukan penarikan bagi siswa yang tidak mampu.

Berbeda dengan daftar ulang di sekolah negeri. Sesuai dengan istruksi dinas bahwasanya dalam penyelenggaraan PPDB tidak diperkenankan melakukan penarikan dana kepada orang tua siswa, sekolah negeri benar-benar tidak melakukan penarikan dana kepada orang tua siswa. Hal tersebut dipertegas oleh pendapat orang tua siswa bahwasanya tidak ada penarikan saat penyelenggaraan PPDB walau sepeserpun. Sekolah negeri dalam hal ini lebih pro terhadap prinsip non-diskriminasi dalam segi pembayaran saat proses daftar ulang berlangsung.

Menurut sekolah negeri, tidak adanya penarikan tersebut dikarenakan dari pemerintah sudah memberikan dana BOS. Segala kebutuhan anak memasuki pendidikan formal sudah tercukupi dari

commit to user

bantuan dana BOS tersebut. Kalaupun ada keperluan untuk pengembangan gedung sekolah diserahkan semuanya kepada komite sekolah sebagai wakil dari orang tua siswa. Pihak sekolah tidak lantas membebankan kepada siswa saat daftar ulang dilaksanakan. Berikut pemaparan Informan N selaku kepala sekolah negeri:

pembayaran sudah ada bos, bos dari pemerintah 580 ribu setahun setiap anak. Nanti dengan liad RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah) kita punya, jadi kita pampangkan di luar biar semua orang tau, itu yang untuk operasional sekolah. Kemudian untuk pengembangan sekolah kita serahkan ke komite, yang mengelola komite, yang mengumpulkan komite. Sekolah memang punya program misal contoh yang tahun kemarin SD sini masih ada yang belum dikramik. Ada 3 ruangan yang belum dikeramik. Saya matur kepada komite, pak komite yang belum dikeramik adalah ni ni ni dan saya punya program mau paving silahkan dirembuk. Dirembuk ketemunya antara 500 ribu 1,5 juta, itu yang menerima komite, yang mengelola komite, guru-guru tidak boleh menerima uang. Jadi itu semua yang mengelola komite dan e... apa beliau-beliau itu komit, uang itu benar-benar untuk pelaksanaan. Kita harus berani walaupun musuhnya banyak. Kelihatan bersih kelihatan apa ya terserah,

2. Transparansi

Dalam upaya mewujudkan pendidikan yang merata, transparansi memegang hal yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan hak semua individu sehingga dalam pelaksanaanya tidak boleh terjadi diskriminasi. Oleh sebab itu, dalam setiap proses penyelenggaraannya, haruslah diketahui setiap masyarakat secara transparan. Terlebih dalam proses seleksi Penerimaan Peserta

commit to user

Didik Baru (PPDB) yang merupakan agenda rutin tiap awal tahun ajaran baru. Transparansi dalam penyelenggaraan PPDB dapat diidentifikasi dari berbagai tahapan berikut, meliputi: tahap pendaftaran, tahap seleksi, dan tahap pengumuman.

a. Tahap Pendaftaran

Transparansi dalam tahap pendaftaran dapat diidentifikasi dari adanya keterbukaan dan standarisasi dalam prosedur pendaftaran yang dilakukan. Dalam konteks ini dapat dilihat dari adanya keterbukaan informasi mengenai prosedur pendaftaran PPDB yang dikeluarkan pihak sekolahan.

Pada penyelenggaraan PPDB tingkat SD di Kota Surakarta, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta telah menjamin keterbukaan dan standarisasi dalam hal pembagian informasi mengenai prosedur pendaftaran PPDB. Untuk sekolah negeri upaya keterbukaan informasi mengenai prosedur PPDB diwujudkan dalam bentuk pengumuman yang ditempel di mading sekolahan. Biasanya penempelan pengumuman dilakukan H-2 atau H-3 sebelum pelaksanaan PPDB berlangsung. Di dalam pengumuman tersebut berisikan ketentuan-ketentuan mengenai tahapan-tahapan pendaftaran PPDB, seperti: hari pelaksanaan, waktu pendaftaran, syarat-syarat yang harus dipenuhi, dll. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan O berikut:

ri H, misalkan kurang 2 atau 3 hari baru itu kita mengumumkan

commit to user

seperti surat pengumuman terus di tempel di depan bahwa pendaftaan di SD 15 tanggal ini, jam ini terus syarat-syaratnya

(wawancara, 14 April 2014)

Disisi lain untuk sekolah swasta, dalam usaha menjamin keterbukaan dan standarisasi pembagian informasi mengenai prosedur pendaftaran PPDB, diwujudkan dalam bentuk pemberitaan di media massa baik cetak maupun elektronik. Hal itu dilakukan dengan mengundang wartawan untuk merelease atau meliput kegiatan pendaftaran PPDB yang akan diselenggarakan di sekolah swasta tersebut. Tidak jauh berbeda dengan konten pengumuman yang diberitakan sekolah negeri, di sekolah swasta dalam setiap pemberitaan PPDB berisikan ketentuan-ketentuan mengenai tahapan-tahapan pendaftaran PPDB, seperti: hari pelaksanaan, waktu pedaftaran, syarat-syarat yang harus dipenuhi, waktu pelaksanaan seleksi dll. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan K berikut:

mungkin mereka tau dari web, mereka tau dari koran karena setiap ada kegiatan kita selalu release undang wartawan dan wartawan alhamdulillah selalu datang, seperti itu. Atau mereka tau itu informasi dari mulut ke mulut,barangkali ada saudara,ataukeluarga, famili, rekanan, kolega dsb bersekolah disini dan dia dapat rekomendasi untuk menyekolahkan anaknya ke sisi, seperti itu. Jadi mereka datang langsung ke sini untuk pendaftaran online. Memang kami baru menyediakan online itu untuk informasi. Tapi kalau untuk pendaftaran itu memang masih kita terima lewat langsung terima ditempat. Karena kalau disini ada sesuatu hal yang 2014)

Adanya realitas tersebut menunjukkan bahwa baik sekolah negeri mapun sekolah swasta telah menjamin adanya keterbukaan dan

commit to user

standarisasi dalam setiap tahapan pendaftaran PPDB. Adanya jaminan tersebut membuat pelaksanaan pendaftaran PPDB berjalan lancar mengingat terpenuhinya prinsip transparansi.

b. Tahap seleksi

Transparansi dalam tahap seleksi dapat diidentifikasi dari adanya kejelasan dan standarisasi dalam proses mekanisme seleksi yang dilakukan. Dalam konteks ini dapat dilihat dari adanya keterbukaan standar penilaian mekanisme seleksi yang dilakukan sekolahan dalam PPDB terhadap calon siswa. Hal ini bertujuan agar calon siswa dapat terhindar dari korban diskriminasi dalam seleksi PPDB yang dilakukan sekolahan.

Untuk sekolah negeri, prinsip transparansi belum dijalankan dengan baik oleh pihak sekolah. Hal itu dapat diidentifikasi dari temuan di lapangan bahwasanya terjadiketidaktahuan orang tua terkait kejelasan aspek standar penilaian yang diterapkan pihak sekolah negeri. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwasanya sekolah negeri dalam hal pedoman PPDB merujuk pada pedoman dari dinas, sehingga untuk mekanisme seleksi yang diterapkan juga mengikuti ketentuan dari dinas dimana tidak didasarkan pada hasil tes melainkan berdasar usia, jarak tempat tinggal dan urutan mendaftar.

Namun orang tua menilai bahwa standar penilaian yang ditekankan dalam proses seleksi berkaitan dengan aspek umur, percaya diri, kemandirian dan keberanian. Aspek lain selain umur

commit to user

seperti jarak tempat tinggal dan urutan mendaftar tidak diketahui

seperti jarak tempat tinggal dan urutan mendaftar tidak diketahui

Dokumen terkait