• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penyelenggaraan Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Tingkat SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penyelenggaraan Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Tingkat SD"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyelenggaraan Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Tingkat SD Di Kota Surakarta

1. Deskripsi Kebijakan

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), dalam Peraturan Bersama Antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Nomor 04/Vi/Pb/2011 dan Nomor Ma/111/2011, adalahpenerimaan peserta didik pada TK/RA/BA dan sekolah/madrasah yang dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru. PPDB bisa diartikan sebuah proses seleksi yang dilakukan pada tingkat sekolah, dimana merupakan bagian integral dari upaya peningkatan mutu calon peserta didik serta gambaran awal bagi pelayanan pendidikan dan selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan siswa pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Dasar pelaksanaan kebijakan PPDB adalah amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dimana dinyatakan di dalam salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Amanat tersebut kemudian diturunkan ke dalam

53

(2)

commit to user

bentuk UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Diturunkan lagi ke dalam bentuk PP No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Aturan tersebut kemudian dijadikan dasar bagi pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora), dalam membuat pedoman yang nantinya sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sekolah dalam penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru yang menjadi tanggung jawabnya.

Tahap awal penyelenggaraan PPDB dimulai ketika Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) mengeluarkan pedoman sebagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Penerimaan Peserta Didik Baru. Pedoman itu selanjutnya diserahkan kepada tiap sekolah baik negeri maupun swasta untuk kemudian dilaksanakan pada saat penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru. Dalam penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru, baik dinas maupun pihak sekolah, diharuskan membentuk kepanitiaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) membentuk dan menetapkan kepanitiaan Penerimaan Peserta Didik Baru Tingkat Kota dengan susunan : Penanggung Jawab, Ketua, Sekretaris, dan anggota sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan Sekolah membentuk dan menetapkan kepanitiaan Penerimaan Peserta Didik Baru yang terdiri dari : Ketua, Sekretari, dan Seksi seksi yang dibutuhkan.

(3)

commit to user

Dari masing- masing kepanitiaan yang dibentuk, baik kepanitiaan dinas maupun sekolah, wajib melaksanakan tugas seperti yang diatur di dalam pedoman. Adapun tugas kepanitiaan tersebut:

1. Tugas Kepanitiaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga a. Penyusunan Administrasi RKA

b. Penyusunan Naskah Kerjasama/ MoU dengan UNS/ UPT Puskom

c. Memberikan layanan informasi dan sosialisasi d. Fasilitas bimbingan teknis

e. Validasi/ verifikasi piagam prestasi (untuk SMP/SMA/SMK) 2. Tugas Kepanitiaan Sekolah

a. Menyelenggarakan pendaftaran

b. Mengirimkan 1 set copy berkas pendaftaran ke Dinas Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta setiap hari selama PPDB berlangsung

c. Memberikan layanan informasi d. Menyediakan PC dan koneksi internet

e. Setiap Sekolah menyediakan 1 tempat pendaftaran

f. Melakukan verifikasi, legalisasi dokumen pendaftaran dan entry data

g. Tugas-tugas lain yang berkaitan dengan PPDB masing-masing Sekolah.

(4)

commit to user

Setelah kepanitian terbentuk, kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru baru bisa dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada di dalam pedoman. Adapun ketentuan PPDB untuk SD/MI/SDLB yang diatur di dalam pedoman meliputi:

a. Menjelang pendaftaran SD/MI/SDLB, mengumumkan daya tampung peserta didik baru yang akan diterima dan jumlah kelas yang disediakan. Dalam hal daya tampung peserta didik tiap kelasnya, sesuai aturan pedoman PPDB untuk SD/MI dibatasi maksimum 32 siswa.

b. SD/MI/SDLB wajib menerima calon peserta didik baru berusia 7 Tahun sampai dengan 12 Tahun sebagai peserta didik sampai dengan batas daya tampungnya.

c. Untuk peserta didik yang berusia kurang dari 6 Tahun dilakukan atas dasar Rekomendasi tertulis dari pihak yang berkompeten (konselor sekolah maupun psikolog).

d. Penerimaan calon peserta didik kelas 1 SD/MI atau bentuk lain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain.

e. Pertimbangan utama penerimaan peserta didik sesuai daya tampung adalah usia, jarak tempat tinggal, dan awal waktu pendaftaran.

(5)

commit to user

f. Keikutsertaan pada pendidikan TK/RA/BA dari calon peserta didik, bukan merupakan syarat untuk dapat diterima pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB.

Ketentuan-ketentuan tersebut harus benar-benar dijadikan pedoman panitia sekolah SD dalam penyelenggaraan PPDB di tempatnya. Kemudian tiba waktu sekolah membuka prosedur PPDB bagi siswa SD/MI/SDLB.

Prosedur PPDB sendiri dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu prosedur pendaftaran, seleksi penerimaan peserta didik, dan pengumuman.

1. Prosedur pendaftaran

Mengingat siswa yang mendaftar dalam PPDB untuk SD/MI/SDLB masih tergolong anak-anak. Pendaftaran dalam hal ini bisa diwakilkan oleh orang tua anak dengan mendaftarkan anaknya ke SD/MI/SDLB yang dituju. Adapun prosedur yang harus dilalui orang tua siswa dalam proses pendaftaran SD/MI/SDLB adalah Pertama, mengisi formulir pendaftaran yang disediakan pihak sekolah. Kedua, mengembalikan formulir pendaftaran kepada SD/MI/SDLB yang menjadi tujuan pendaftaran dengan dilengkapi:

a. Surat kelahiran/akta kelahiran dan menyerahkan copynya b. Kartu Keluarga dan menyerahkan copynya

c. Dokumen lain yang ditetukan oleh SD/MI/SDLB yang bersangkutan.

(6)

commit to user

2. Seleksi Penerimaan Peserta Didik

Setelah prosedur pendaftaran sudah dipenuhi, tiba bagi sang anak sebagai calon siswa baru mengikuti mekanisme proses seleksi.

Mekanisme seleksi tersebut diadakan sebagai langkah sekolah mengantisipasi jumlah pendaftar melebihi daya tampung yang telah ditentukan. Apabila terjadi kondisi demikian, maka seleksi penerimaan peserta didik dilakukan sebagai berikut:

a. Berdasarkan rentang usia pendaftar 6 -12 Tahun, diprioritaskan usia yang paling tua.

b. Jika seleksi sesuai huruf adiatas tetap terjadi kelebihan calon peserta, maka seleksi berikutnya didasarkan pada jarak tempat tinggal calon peserta, diprioritaskan calon peserta yang jaraknya paling dekat dengan lokasi sekolah.

c. Jika dengan dua mekanisme seleksi di atas (huruf a dan b) masih terjadi kelebihan calon peserta didik, maka seleksi terakhir didasarkan pada urutan waktu pendaftaran, dengan memprioritaskan calon peserta yang mendaftar lebih dahulu.

Namun, apabila kondisi jumlah pendaftar seimbang atau bahkan belum melebihi daya tampung, maka seleksi pendaftaran tidak berlaku dan sekolah wajib menerima calon siswa baru tersebut.

(7)

commit to user

3. Pengumuman

Prosedur terakhir dalam prosedur PPDB, dimana mekanisme seleksi penerimaan peserta didik telah selesai dilakukan oleh panitia PPDB, adalah pengumuman penerimaan. Sebagaimana panitia PPDB harus mengikuti segala ketentuan dalam pedoman PPDB, maka proses pengumuman penerimaan harus mengikuti asas di dalam pedoman penyelenggaraan PPDB. Dimana asas tersebut meliputi:

a. Obyektif, artinya PPDB dilaksanakan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, dan prosesnya dilakukan dengan seleksi berdasarkan nilai prestasi siswa (untuk PPDB SMP, SMA).

b. Transparan, artinya bahwa PPDB bersifat terbuka dan dapat diketahui oleh masyarakat termasuk orang tua siswa/wali peserta didik baru, untuk menghindarkan penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi.

c. Akuntabel, artinya bahwa PPDB dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat baik prosedur maupun hasilnya.

Dalam melaksanakan kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru, panitia SD tidak terlepas dari pertanggungjawaban kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga. Hal ini mengingat panitia SD merupakan pelaksana dari kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru. Pertanggungjawaban tersebut direalisasikan dalam bentuk pelaporan kegiatan. Alur pelaporannya, panitia SD diharuskan melaporkan perkembangan pelaksanaan kebijakan Penerimaan

(8)

commit to user

Peserta Didik Baru kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga melalui UPTD. Selanjutnya laporan panitia SD tersebut diteruskan kepada bidang SD dan Paud untuk ditindak lanjuti. Untuk periode pelaporannya, dilakukan setiap sebulan sekali setelah pelaksanaan kebijakan sampai batas waktu yang telah ditentukan.

2. Penyelenggaraan Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Tingkat SD Di Kota Surakarta

Penyelenggaraan kebijakan PPDB dimulai ketika Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga mengeluarkan pedoman petunjuk teknis PPDB kepada tiap sekolah baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pedoman tersebut berisikan ketentuan-ketentuan yang mengatur PPDB seperti pada prosedur pendaftaran, mekanisme seleksi dan pengumuman. Dengan dikeluarkannya pedoman petunjuk teknis PPDB dari dinas, diharapkan pelaksanaan PPDB dapat berjalan seirama dengan ketentuan yang mampu menjamin kemudahan akses anak untuk bisa memperoleh pendidikan.

Namun usaha itu tampaknya tidak berjalan dengan mudah, mengingat masih ditemukannya penyimpangan yang dilakukan sekolah terhadap pelaksanaan PPDB. Dalam artian, pelaksanaan PPDB tidak sejalan atau tidak sesuai dengan apa yang diatur di dalam pedoman dari dinas yang mana sebagai hasil rujukan dari PP No 17 Tahun 2010. Adanya temuan penyimpangan yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan PPDB diidentifikasi dari data yang dihimpun dilapangan yang menyatakan

(9)

commit to user

bahwasanya terdapat ketentuan di dalam pedoman yang cenderung dilanggar oleh sekolah. Kecenderungan pelanggaran ini lebih banyak dilakukan oleh sekolah dasar swasta.

Adapun bentuk pelanggaran yang dilakukan sekolah dasar swasta dalam pelaksanaan PPDB dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Pertama,dalam segi waktu pelaksanaan PPDB sekolah dasar swasta

tidak sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang di atur di dalam pedoman dari dinas. Sekolah swasta dalam melaksanakan PPDB dimulai pada waktu awal tahun yaitu bulan januari. Selain itu, waktu pelaksanaan PPDB sekolah swasta juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Dimana selang waktu pendaftaran dengan seleksi terpaut 1 bulan, sedangkan seleksi dengan pengumuman berselang 1 minggu. Kondisi ini jelas tidak sejalan atau tidak sesuai dengan apa yang diatur di dalam pedoman yang dikeluarkan dinas.

Padahal di dalam pedoman sebenarnya sudah diatur secara rinci mengenai waktu pelaksanaan PPDB mulai dari prosedur pendaftaran sampai pengumuman. Di dalam pedoman, waktu pelaksanaan PPDB seharusnya dilaksanakan setiap awal Tahun Ajaran baru yaitu bulan Juni dan proses pelaksanaan PPDB hanya 1 minggu mulai dari pendaftaran sampai pengumuman.

Kedua, dalam segi tahapan PPDB yang dilaksanakan di sekolah

swasta tidak sesuai dengan apa yang telah diatur di dalam pedoman dari dinas. Kesimpulan ini diambil berdasar identifikasi temuan dilapangan sebagai berikut:

(10)

commit to user

a. Dalam prosedur pendaftaran PPDB di sekolah swasta, terdapat syarat yang dibebankan ke orang tua calon murid diluar ketentuan yang diatur di dalam pedoman dari dinas. Apabila di dalam pedoman dari dinas diatur mengenai prosedur yang harus dilalui orang tua siswa dalam proses pendaftaran SD/MI/SDLB adalah Pertama, mengisi formulir pendaftaran yang disediakan pihak sekolah. Kedua, mengembalikan formulir pendaftaran kepada SD/MI/SDLB yang menjadi tujuan pendaftaran dengan dilengkapi:

1.) Surat kelahiran/akta kelahiran dan menyerahkan copynya 2.) Kartu Keluarga dan menyerahkan copynya

3.) Dokumen lain yang ditetukan oleh SD/MI/SDLB yang bersangkutan.

Namun dalam prosedur pendaftaran PPDB di sekolah swasta, orang tua masih dikenakan biaya untuk pendaftaran dan tes dengan jumlah yang telah ditetapkan pihak sekolah. Selain itu, orang tua juga diharuskan menyerahkan fotocopy rapor TK A dan TK B lengkap. Padahal di dalam ketentuan pedoman dari dinas keikutsertaan TK/RA/BA bukan merupakan syarat untuk dapat diterima pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB. Kondisi ini jelas tidak sesuai dan cenderung melanggar terhadap apa yang diatur di dalam pedoman dari dinas. Berikut Syarat pendaftaran yang terpampang di dalam brosur sekolah swasta:

(11)

commit to user

Gambar 4.1 Syarat Pendaftaran PPDB Sekolah Swasta

b. Dalam melaksanakan mekanisme seleksi, standar penilaian yang diberlakukan sekolah swasta tidak berdasar kematanganusia, jarak tempat tinggal, dan awal waktu pendaftaran. Melainkan berdasar usia dan hasil tes minimal passing grade yang telah ditetapkan sekolah swasta. Seleksi usia disini, hanya dijadikan syarat seleksi bagi calon siswa untuk bisa mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Di sekolah swasta, hasil dari tes menjadi syarat utama bagi anak untuk bisa diterima atau tidaknya di sekolah

(12)

commit to user

swasta tersebut. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan K selaku tim PPDB sekolah swasta:

lum dia mendaftar usia. Usia minimal ada di brosur masing-masing unit, kalau SD itu 5 Tahun, 7 bulan per bulan Juli. Kalau anak itu usianya dibawah 5,7 berarti sudah tidak bisa daftar, itu termasuk seleksi kan. Itu seleksi e.. apa namanya.. seleksi kualifikasi umur. Yang kedua nanti seteleh dia mendaftar, mengumpulkan persyaratan dia kan pasti tes, seleksinya itu 100% dari hasil observasi dan hasil rekomendasi psikotes anak tersebut. Jadi e..

kalau anak tersebut itu dari observasi yang diberikan, itu pemetaannya nilainya minimal pasing grade, 70 nilainya, berarti sudah disarankan masuk dan punya hasil rekomendasi psikologi disarankan. Cuma itu aja, jadi kualifikasi umur dan

Di dalam tes, anak diobservasi kemampuan salah satunya dalam hal Calistung. Temuan ini diketahui saat penyampaian hasil pengumuman penerimaan siswa baru dimana hasil tes anak diinformasikan kepada orang tua murid meliputi penilaian untuk berhitung, penilaian untuk berbahasa, penilaian untuk seni, dsb.

Kondisi ini jelas tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ketentuan dari dinas dimana di dalam penerimaan calon peserta didik kelas 1 SD/MI atau bentuk lain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain. Adapun mekanisme seleksi yang dilakukan itu hanya berdasar kematanganusia, jarak tempat tinggal, dan awal waktu pendaftaran.

c. Dalam tahap pengumuman dimana identik dengan melakukan daftar ulang pembayaran. Di sekolah swasta, daftar ulang memang masih

(13)

commit to user

diperkenankan melakukan penarikan bagi orang tua calon murid yang mampu. Bagi orang tua calon murid yang tidak mampu, biaya daftar ulang sudah dialihkan ke dana BOS dari pemerintah sehingga tidak diperkenankan dilakukan penarikan dan sifatnya gratis. Hal ini sebagaimana pemaparan dari informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga berikut:

itu tidak boleh. begini untuk swasta itu kan ada biaya operasional sekolah (BOS). BOS itu biasanya digunakan untuk membebaskan siswa miskin dan meringankan biaya anak semuanya. Jadi siswa miskin yang sekolah di swasta itu bebas tidak bayar seharusnya. Terus kemudian meringankan biaya operasioanal siswa yang tidak miskin, hanya untuk meringankan. Tapi kalau di SD negeri, semuanya membebaskan siwa dari pembiayaan. Bedanya itu, karena meringankan berarti kan masih boleh bayar.

April 2014)

Namun dalam pelaksanaannya, sekolah swasta belum menggratiskan segala pembiayaan bagi orang tua calon murid yang tidak mampu. Adapun sifat bantuan bagi orang tua calon murid tidak mampu disini adalah beasiswa. Beasiswa itupun sifatnya fleksibel mengikuti kesanggupan orang tua dan diperuntukkan bagi mereka yang memang tergolong cerdas dibuktikan dari hasil tes dimana diatas standar nilai minimal penerimaan. Bagi siswa yang dinyatakan lulus minimal passing grade, peluang mendapatkan beasiswa sangatlah kecil mengingat interfal pembiayaan di sekolah swasta berbanding terbalik. Dalam artian kalau nilainya bagus

(14)

commit to user

bayarnya murah tapi kalau nilainya buruk bayarnya maksimal. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan K berikut:

azhar itu sekolah mentereng, segmentasinya menengah keatas, isinya orang-orang kaya saja. Itu yang orang lihat kebanyakan.

e.. memang betul orang-orang disini kebanyakan orang menengah keatas tapi pada kenyataan disinipun kita juga punya anak-anak yang bahkan orang tuanya pun tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya disini tapi tetep bisa bersekolah disini. Itu beasiswa dari yayasan. Jadi dari yayasan itu menemukan ada anak yang punya kemampuan lebih dalam segi prestasi kemudian memang anak itu pintar tapi tidak punya kesempatan untuk berkontribusi di tempat yang baik . Nah ini dari yayasan anak itu akan diangkat. Sistemnya kaya ada apa y.. dari yayasan dibebaskan spp, dibebaskan pembayaran uang pangkal dengan catatan bahwa anak itu memang berprestasi. Tapi kalaupun tidak misalkan ada anak orang tua yang mungkin tidak apa ya.. e.. apa namanya tidak begitu kuat financialnya untuk menyekolahkan disini itu pun banyak kebijakan dari yayasan. Misalkan kalau betul-betul, kembali lagi, anak tersebut itu apa prestasinya bagus trus cerdas juga kemampuannya dalam segi kognitif tetapi ada masalah di pembayaran. Itu kebijakan yayasan selalu turun sesuai kesanggupan orang tua tapi memang ada permohonan.

Jadi tidak serta merta pembayaran harus 13 juta, kalau tidak bisa bayar 13 juta tidak bisa masuk disini. Itu tidak, disini tidak

Kondisi ini jelas tidak sesuai dengan peruntukan dana BOS yang diberikan pemerintah kepada tiap sekolah terutama sekolah swasta untuk mempermudah akses anak terutama dari golongan tidak mampu untuk bisa bersekolah. Adapun rincian jumlah penarikan pembiayaan di sekolah swasta yang dibebankan kepada orang tua calon siswa adalah sebagai berikut:

(15)

commit to user

Gambar 4.2 Daftar Biaya Masuk Sekolah Swasta

Ketiga, dalam melaksanakan PPDB sekolah swasta tidak

memberikan laporan pelaksanaan PPDB kepada dinas selaku penanggung jawab PPDB. Hal ini didasarkan dari pendapat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga yang menyatakan bahwa selama pelaksanaan PPDB berlangsung, sekolah swasta sama sekali tidak memberikan laporan kegiatan PPDB ke dinas. Hal ini jelas tidak sesuai dengan tugas kepanitian PPDB yang dibentuk sekolah, dimana di dalam pedoman dari dinas salah satu tugasnya adalah berkewajiban menyerahkan berkas atau laporan ke dinas. Akibatnya, pelaksanaan PPDB sekolah swasta tidak bisa di pantau.

Ujung-ujungnya telah terjadi pelanggaran baru kemudian dinas memanggil kepala sekolahnya. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga berikut:

(16)

commit to user

kepala sekolahnya. Toh selama melakukan kegiatan PPDB itu mereka tidak memberikan laporan ke kita (dinas), artinya kita tidak tau kapan mereka melakukan itu tau tau ternyata sudah melaksanakan kegiatan itu. Kita juga kecolongan juga ya tapi kedepan pasti ada sanksi untuk SD yang melanggar apa namanya peraturan itu. Karena memang dari sekarang itu kan untuk swasta dan negeri itu sama sebenarnya, tidak ada perbedaan antara keduanya.

Adanya berbagai bentuk pelanggaran yang dilakukan sekolah swasta dalam pelaksanaan PPDB, dilatarbelakangi oleh perbedaan pegangan pedoman yang digunakan sekolah swasta dalam pelaksanaan PPDB. Dalam hal ini, sekolah swasta dalam melaksanakan PPDB berpedoman terhadap petunjuk teknis yang dikeluarkan Yayasan dimana sekolah swasta tersebut menjadi binaannya, sedangkan pedoman dari dinas cenderung diabaikan dan tidak dilaksanakan. Adanya kepentingan pemenuhan kualitas calon peserta didik yang menjadi standar atau patokan di sekolah swasta tersebut menjadi alasan utama penggunaan pedoman dari Yayasan. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan K berikut:

Oh ya, segala sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran dan tata caranya dan prosedurnya kita semua itu mengacu pada pusat, itu di Jakarta. Tetapi kalau untuk pengajaran yang skalanya itu apa y e..

waktu pelaksanaan test, kemudian pada saat ujian semester itu juga kita tetep smua materi instrumen test dari pusat Jakarta Al Syifa Budi Jakarta. Tapi waktu pelaksanaannya kita menghargai dinas, jadi menyesuaikan jadwal dari dinas. Kalau soal, kita pakai soal

(wawancara, 16 April 2014) Lebih lanjut dipertegas Informan J berikut:

Jangankan sekolah Al Azhar, tidak ada anak-anak masuk SD usia 7 tahun mas. Kemudian yang jarak itu, mungkin negeri bisa.

Peraturan itu bisa dilaksanakan tapi untuk swasta tidak bisa karena sudah ada standar sendiri. Jadi tidak e.. kemampuannya masa hanya bisa ditentukan hanya dari jarak. Ya kan? jadi kita punya

(17)

commit to user

ketentuan sendiri, setiap sekolah sebenarnya punya ketentuan

Sedangkan pelaksanaan PPDB di sekolah negeri sudah sesuai dengan apa yang diatur di dalam pedoman dari dinas. Hal ini diidentifikasi dari pelaksanaan PPDB di lapangan dimana mulai prosedur pendaftaran, seleksi dan sampai pengumuman sesuai dengan ketentuan di dalam pedoman.Tidak adanya kepentingan dari sekolah negeri dalam mengimplementasikan kebijakan PPDB membuat pelaksanaan PPDB sekolah negeri sesuai dengan apa yang diinstruksikan dinas. Kalaupun ada tambahan kegiatan dalam PPDB, itu hanya sebatas sosialisasi pemantapan minat dari siswa. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan N berikut:

itu sudah keluar baru kita bergerak, karena kita kan negeri selalu seperti itu. Disitu tertuang ada jadwalnya, jadwal kapan penerimaan, siapa yang bisa diterima, kemudian e..

pengumumannya kapan. Kuotanya itu adalah e.. sesuai sekolah masing-masing, iya, karena sekolah itu sekarang Manajemen Berbasis Sekolah. Kalau di SD 15, dulu itu 2 paralel tapi muridnya itu bisa 45-50. Untuk itu sekarang sesuai dengan SNP yang baru, 1 kelasnya hanya 32. Kita tetap e... apa namanya... menerima siswa sekitar 90 siswa karena kita sudah punya perencanaan bahwa nanti kita punya 21 ruangan, diantaranya untuk 3 paralel supaya anak betul-betul bisa mendapatkan pelayanan yang

Pendapat tersebut dipertegas oleh orang tua siswa bahwasanya saat pertama kali melakukan prosedur pendaftaran syarat yang harus dilengkapi berupa Fotocopy Akte, KK, dan pas foto anak. Tidak ada persyaratan harus menyerahkan rapor TK dan melakukan pembayaran sepeserpun.

Selain itu, dalam proses seleksi yang dilakukan tidak berdasar pada tes

(18)

commit to user

Calistung. Berikut pemaparan Informan P selaku orang tua siswa kelas 1 SD:

Setelah memperoleh nomer antrian mengisi formulir data anak, trus dikumpulkan. Selang 2 hari seleksi. Seleksinya tu nyanyi di panggung, mewarnai. Dah itu saja. Baca tulis ndak ada, berhitung juga ndak ada. Persyaratan kita mengikuti dari sekolah, syaratnya 2014)

Dari penjelasan tersebut maka penyelenggaraan PPDB tingkat SD di Kota Surakarta dapat disimpulkan dalam matriks berikut:

(19)

commit to user

Tabel 4.1Penyelenggaraan PPDB tingkat SD di Kota Surakarta

Sekolah

Dasar Temuan Kasus

Swasta

Telah terjadi penyimpangan dalam waktu pelaksanaan PPDB dimana tidak sesuai dengan instruksi dari dinas

Sekolah swasta dalam melaksanakan PPDB dimulai pada waktu awal tahun yaitu bulan januari, bukan pada awal tahun ajaran baru yaitu bulan juni

Telah terjadi penyimpangan dalam tahapan pelaksanaan PPDB dimana tidak sesuai dengan instruksi dari dinas

1. Dalam prosedur pendaftaran PPDB di sekolah swasta, orang tua masih dikenakan biaya untuk pendaftaran dan tes, serta orang tua juga diharuskan menyerahkan fotocopy rapor TK A dan TK B lengkap.

2. Dalam melaksanakan mekanisme seleksi, standar penilaian yang diberlakukan sekolah swasta berdasar usia dan utamanya dari hasil tes minimal passing grade yang telah ditetapkan sekolah swasta.

3. Dalam melakukan pembayaran, sekolah swasta belum menggratiskan segala

pembiayaan bagi orang tua calon murid yang tidak mampu. Selain itu, peluang

mendapatkan beasiswa sangatlah kecil mengingat interfal pembiayaan di sekolah swasta berbanding terbalik. Dalam artian kalau nilainya bagus bayarnya murah tapi kalau nilainya buruk bayarnya maksimal.

Telah terjadi penyimpangan dalam

melaksanakan tugas kepanitiaan PPDB yang dibentuk sekolah

Dalam melaksanakan PPDB, panitia sekolah swasta tidak memberikan laporan pelaksanaan PPDB kepada dinas selaku penanggung jawab PPDB.

Negeri

Tidak ditemukan adanya

penyimpangan dalam pelaksanaan PPDB

Pelaksanaan PPDB di lapangan, dimana mulai prosedur pendaftaran, seleksi dan sampai pengumuman, sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam pedoman dari dinas.

(20)

commit to user

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Kebijakan PPDBTingkat SD Di Kota Surakarta

Dalam melaksanakan implementasi kebijakan tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Demikian halnya dalam kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tingkat SD di kota Surakarta.

Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi dan berpengaruh terhadap penyelenggaraan kebijakan. Faktor tersebut antara lain faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor kecenderungan-kecenderungan, dan faktor struktur birokrasi. Faktor tersebut penting untuk diketahui mengingat untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kebijakan PPDB Tingkat SD di Kota Surakarta, sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan, atau perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau bahkan harus dihentikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain:

1. Faktor Komunikasi

Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan-keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Dalam hal ini tentu komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh pelaksana. Kondisi tersebut dapat terwujud manakala dimensi transformasi, kejelasan dan konsistensi dapat dijalankan dengan baik.

Dalam kaitan terhadap implementasi kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Tingkat SD di Kota Surakarta, dimensi transformasi, kejelasan

(21)

commit to user

dan konsistensi kurang begitu dijalankan dengan baik oleh pelaksana kebijakan. Akibatnya dalam implementasi kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Tingkat SD di Kota Surakarta terdapat berbagai penyimpangan yang terjadi. Lemahnya dimensi tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Dimensi Transformasi

Lemahnya dimensi transformasi terlihat manakala dalam mengimplementasikan kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru antara sekolah negeri dan sekolah swasta berbeda dalam hal pegangan pedoman petunjuk teknis PPDB. Padahal seharusnya pedoman petunjuk teknis yang digunakan sekolah, baik negeri maupun sekolah swasta berasal dari sumber yang sama yaitu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga.

Namun dalam pelaksanaan PPDB, pedoman yang digunakan sekolah swasta bukan berasal dari dinas. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan Informan K berikut:

Oh ya, segala sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran dan tata caranya dan prosedurnya kita semua itu mengacu pada pusat, itu di Jakarta. Tetapi kalau untuk pengajaran yang skalanya itu apa y e..

waktu pelaksanaan test, kemudian pada saat ujian semester itu juga kita tetep smua materi instrumen test dari pusat Jakarta Al Syifa Budi Jakarta. Tapi waktu pelaksanaannya kita menghargai dinas, jadi menyesuaikan jadwal dari dinas. Kalau soal, kita pakai soal

(wawancara, 16 April 2014)

Kondisi tersebut berbeda dengan sekolah negeri, dimana dalam menjalankan kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru mengacu kepada pedoman petunjuk teknis yang dikeluarkan dinas. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan Informan N berikut:

(22)

commit to user

n Disdikpora. Kalau itu sudah keluar baru kita bergerak, karena kita kan negeri selalu seperti itu. Disitu tertuang ada jadwalnya, jadwal kapan penerimaan, siapa yang bisa diterima, kemudian e..

pengumumannya kapan. Kuotanya itu adalah e.. sesuai sekolah masing-masing, iya, karena sekolah itu sekarang Manajemen Berbasis Sekolah. Kalau di SD 15, dulu itu 2 paralel tapi muridnya itu bisa 45-50. Untuk itu sekarang sesuai dengan SNP yang baru, 1 kelasnya hanya 32. Kita tetap e... apa namanya... menerima siswa sekitar 90 siswa karena kita sudah punya perencanaan bahwa nanti kita punya 21 ruangan, diantaranya untuk 3 paralel supaya anak betul-betul bisa mendapatkan pelayanan yang

Perbedaan pegangan petunjuk teknis PPDB berakibat pada perbedaan pelaksanaan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta.

Apabila dikaitkan dengan pedoman petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh dinas. Sekolah swasta cenderung menyimpang dari aturan yang seharusnya. Adanya perbedaan pegangan pedoman petunjuk teknis PPDB tersebut disebabkan karena sekolah swasta bertentangan pendapat dengan apa yang diatur di dalam ketentuan dari dinas. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan Informan J berikut:

. Jangankan sekolah Al Azhar, tidak ada anak-anak masuk SD usia 7 tahun mas. Kemudian yang jarak itu, mungkin negeri bisa.

Peraturan itu bisa dilaksanakan tapi untuk swasta tidak bisa karena sudah ada standar sendiri. Jadi tidak e.. kemampuannya masa hanya bisa ditentukan hanya dari jarak. Ya kan? jadi kita punya ketentuan (wawancara, 16 April 2014)

Adanya perbedaan pendapat ini tentu menimbulkan hambatan- hambatan bagi kelancaran pelaksanaan PPDB yang sesuai dengan pedoman petunjuk teknis yang ada. Sekolah swasta dalam hal ini

(23)

commit to user

cenderung mengabaikan peraturan PPDB yang dikeluarkan dinas, yang mana seharusnya menjadi rujukan semua sekolah. Melihat permasalahan tersebut, bisa disimpulkan bahwasanya dimensi transformasi antara pejabat yang mengambil keputusan dengan pelaksana kebijakan masih lemah dan belum berjalan dengan baik.

b. Dimensi Kejelasan

Dimensi kejelasan memegang peranan yang penting dalam implementasi kebijakan PPDB. Dalam kaitan dengan pelaksanaan dilapangan, pedoman petunjuk teknis PPDB yang dikeluarkan dinas bisa dikatakan sudah jelas mengingat sudah tidak diperlukannya sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait pedoman tersebut. Hal itu selain dari segi petunjuk yang sudah dijelaskan secara rinci, faktor lain karena kebijakan PPDB merupakan kebijakan yang rutin diselenggarakan setiap tahun sehingga secara garis besar masing-masing pelaksana sudah memahami akan ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam pedoman petunjuk teknis PPDB yang dikeluarkan dinas.

Namun kelemahan dimensi kejelasan disini terletak pada segi ketidakjelasan pesan komunikasi berkenaan dengan pedoman pelaksanaan PPDB yang dikeluarkan oleh dinas. Hal ini diidentifikasi dari temuan dilapangan bahwasanya masih terjadi pelanggaran pelaksanaan PPDB yang dilakukan oleh sekolah swasta. Kondisi ini disebabkan informasi mengenai ketentuan pelaksanaan PPDB yang dikeluarkan pemerintah tidak semuanya diketahui oleh panitia pelaksana di sekolah swasta. Petunjuk

(24)

commit to user

pelaksanaan PPDB yang diterima panitia pelaksana di sekolah swasta hanya berasal dari instruksi dari kepala sekolah. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan K berikut:

au itu untuk ketentuan tertulisnya sebetulnya saya belum pernah ada. Kalaupun ada itu yang mengetahui kepala sekolah, karena saya disini lebih ke teknis, teknis untuk apa ya.. publikasi itu tadi. Kalau itu saya dapat informasi langsung dari kepala sekolah, pokoknya bulan desember jangan keluar e.. iklan dulu entah spanduk, banner dsb. Karena nanti kita ndak disemprit sama dinas karena ada ketentuan dari dinas bulan januari itu baru boleh 2014)

Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakjelasan sanksi yang diberlakukan bagi sekolah yang melanggar. Dalam melaksanakan kebijakan PPDB terdapat perbedaan penerapan sanksi yang diberlakukan dinas terhadap sekolah baik negeri maupun swasta yang melanggar. Untuk sekolah negeri penerapan sanksi diberlakukan secara tegas oleh dinas terhadap pelanggaran yang dilakukan. Sebagaimana pemaparan dari Informan O berikut:

seandainya kita salah dalam artian mengambil keputusan tidak sesuai dengan kriteria yang diamanahkan di juklak kita akan kena sanksi. Dalam artian misalkan umur, umur sebagai faktor utama dalam PPDB tetapi misalkan dikatakan di juklak yang diterima harus pling tidak 6,5 tahun tapi kita dibawah itu kan akhirnya kita dapat kena sanksi. Ini hanya contoh yang pertama. Trus apalagi nanti kalau e... ini masalah kuota, apabila kita melebihi kuota kita (wawancara, 14 April 2014)

Namun berbeda halnya apabila sekolah swasta yang melanggar, sampai saat penelitian ini dilaksanakan dari pihak dinas belum mempunyai pandangan yang jelas terhadap sanksi apa yang baiknya diberlakukan

(25)

commit to user

terhadap sekolah swasta yang melanggar. Dari pihak dinas masih merencanakan dan merumuskan sanksi yang tepat untuk diberikan kepada sekolah swasta yang melanggar. Berikut pemaparan Informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga:

ini harus sekian tapi kenyataan kok seperti itu. Tinggal kita nanti ya itu tadi memberikan sanksi. Ya kita baru merumuskan dan menggodog sanksi apa yang harus kita berikan ke sekolah untuk

Ketidakjelasan pesan komunikasi dan belum adanya kejelasan sanksi sangat berpengaruh terhadap implementasi kebijakan PPDB.

Seperti sekarang ini, saat penelitian dilakukan, pelaksanaan kebijakan PPDB yang diberlakukan swasta banyak yang menyimpang dari ketentuan yang ada di dalam pedoman dari dinas. Apabila kondisi tersebut tidak diluruskan, cepat atau lambat, ketidakjelasan pesan komunikasi dan sanksi tersebut akan memberikan peluang bagi sekolah lain untuk ikud melanggar ketentuan yang ada di dalam pedoman. Bagaimanapun, hadirnya kejelasan sanksi yang tegas dan adil penting bagi kelancaran implementasi karena sebagai kontrol.

c. Dimensi Konsistensi

Lemahnya dimensi konsistensi terlihat dari pelaksanaan PPDB yang tidak sesuai dengan pedoman petunjuk teknis yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga. Kecenderungan penyimpangan tersebut lebih banyak dilakukan oleh sekolah swasta. Di dalam pedoman telah dengan jelas disebutkan bahwasanya waktu pelaksanaan dilakukan

(26)

commit to user

secara serempak pada awal tahun ajaran baru. Begitu juga prosedur PPDB sendiri, dalam melaksanakan mekanisme seleksi apabila kuota pendaftar melebihi kuota penerimaan tidak diperkenankan menggunakan tes terlebih tes Calistung. Melainkan diambil dari segi umur, jarak, dan urutan waktu mendaftar.

Namun realitas di lapangan saat penyelenggaraan PPDB, sekolah swasta melaksanakan PPDB lebih awal dari ketentuan yang seharusnya.

Pelaksanaan PPDB di sekolah swasta islam dilakukan pada awal tahun, bukan seperti yang diatur dalam petunjuk teknis setiap awal tahun ajaran baru. Menurut sekolah swasta, adanya penyelenggaran PPDB yang dilaksanakan di awal tahun karena mendapat ijin dari dinas. Kondisi ini disebabkan karena jumlah sekolah swasta yang banyak. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan K berikut:

siswa baru, untuk sekolah negeri paling tidak bulan April Mei lah tapi kalau swasta islam karena jumlahnya sangat banyak, jadi bulan Januari diperkenankan. Nanti kalau misalkan kurang dari bulan Januari, misalkan bulan November Desember itu sudah publik keluar buka pendaftaran, kita kena tegur dari dinas. Nanti kalau kita kena tegur dari dinas bisa-bisa urusan sama dinas itu dipersulit. Seperti itu. Jadi dari dinas ada ketentuan kita ya sebaik

(wawancara, 16 April 2014)

Selain itu, dari segi mekanisme seleksi, sekolah swasta masih menerapkan tes sebagai standar penerimaan siswa. Temuan ini didasarkan setelah anak menyelesaikan persyaratan pendaftaran, sekolah swasta akan menentukan hari bagi anak untuk mengikuti tes. Biasanya penentuan hari

(27)

commit to user

pelaksanaan tes, 1 bulan setelah pendaftaran ditutup. Di dalam tes tersebut, anak diobservasi kemampuan salah satunya dalam hal Calistung. Temuan ini diketahui saat penyampaian hasil pengumuman penerimaan siswa baru dimana hasil tes anak diinformasikan kepada orang tua murid meliputi penilaian untuk berhitung, penilaian untuk berbahasa, penilaian untuk seni, dsb. Hasil dari tes ini menjadi syarat utama bagi anak untuk bisa diterima atau tidaknya di sekolah swasta tersebut. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan K berikut:

tama sebelum dia mendaftar usia.

Usia minim ada di brosur masing-masing unit, kalau SD itu 5,7 bulan per bulan Juli. kalau anak itu usianya dibawah 5,7 berarti sudah tidak bisa daftar, itu termasuk seleksi kan. Itu seleksi e.. apa namanya.. seleksi kualifikasi umur. Yang kedua nanti seteleh dia mendaftar, mengumpulkan persyaratan dia kan pasti tes, seleksinya itu 100% dari hasil observasi dan hasil rekomendasi psikotes anak tersebut. Jadi e.. kalau anak tersebut itu dari observasi yang diberikan, itu pemetaannya nilainya minimal pasing grade, 70 nilainya, berarti sudah disarankan masuk dan punya hasil rekomendasi psikologi disarankan. Cuma itu aja, jadi kualifikasi 2014)

Adanya temuan tersebut dapat diartikan bahwasanya dimensi konsistensi belum dijalankan dengan baik oleh sekolah swasta. Padahal di dalam pedoman petunjuk teknis telah dijelaskan secara rinci, baik dari segi jadwal penyelenggaraan PPDB, ketentuan seleksi, dsb. Namun, kembali lagi kurangnya konsistensi dalam pelaksanaan PPDB membuat implementasi kebijakan PPDB antara sekolah satu dengan yang lain terjadi

(28)

commit to user

perbedaan dan belum bisa beragam, serta kecenderungan untuk terjadi penyimpangan.

2. Faktor Sumber Daya

Dalam melaksanakan kebijakan, sumber daya memegang peranan yang penting. Sebab bagaimanapun kualitas ketentuan atau aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan atau aturan, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggungjawab kurang mempunyai sumberdaya yang efektif untuk melaksanakan pekerjaan, maka implementasi kebijakan tidak akan efektif. Dalam melaksanakan kebijakan PPDB Tingkat SD di Kota Surakarta terkait faktor sumber daya dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Dari segi staff, baik dinas maupun sekolah sudah mempersiapkan personilnya jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan PPDB. Selain karena termasuk kebijakan yang selalu diimplementasikan setiap tahunnya, faktor lain karena di dalam pedoman secara jelas diatur bahwasanya dalam menyelenggarakan proses PPDB dibentuk tim yang bertanggung jawab penuh terhadap jalannya proses PPDB sesuai ketentuan yang ada. Adanya ketentuan tersebut membuat pelaksanaan PPDB berjalan dengan lancar dan terstruktur.

b. Dari segi kewenangan, sudah diatur secara jelas di dalam pedoman yang dikeluarkan oleh dinas. Baik dinas maupun sekolahan, dalam hal wewenang sudah diatur secara rapi. Tinggal pelaksana kebijakan memedomani apa yang sudah diatur di dalam petunjuk teknis PPDB.

(29)

commit to user

Dalam hal wewenang adalah seperti apa yang sudah di atur dalam pedoman PPDB dari dinas. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan I berikut:

wewenang yang diberikan ke sekolah. Wewenang ya harus

Namun, dalam pelaksanaan PPDB Tingkat SD di kota Surakarta terjadi over kewenangan yang dilakukan sekolah swasta.

Hal ini didasarkan pada temuan bahwasanya sekolah swasta dalam melaksanakan PPDB lebih menginduk kepada apa yang diinstruksikan Yayasan. Dalam hal ini Yayasan mengeluarkan pedoman PPDB sendiri untuk dilaksanakan sekolah swasta yang menjadi binaannya.

Pedoman yang dikeluarkan dinas cenderung diabaikan dan tidak dilaksanakan. Kondisi ini mengisyaratkan adanya tumpang tindih kewenangan dalam hal institusi yang berwenang mengeluarkan pedoman yang dijadikan rujukan dalam pelaksanaan PPDB. Kondisi ini mengakibatkan pelaksanaan PPDB yang sesuai aturan pemerintah menjadi terhambat dan cenderung untuk dilanggar.

c. Dari segi informasi, dalam kaitan implementasi PPDB Tingkat SD di Kota Surakarta, masihlemah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hal ini diidentifikasi dari temuan dilapangan bahwasanya masih terjadi pelanggaran pelaksanaan PPDB yang dilakukan oleh sekolah swasta. Kondisi ini disebabkan informasi mengenai ketentuan pelaksanaan PPDB yang dikeluarkan pemerintah tidak semuanya

(30)

commit to user

diketahui oleh panitia pelaksana di sekolah swasta. Petunjuk pelaksanaan PPDB yang diterima panitia pelaksana di sekolah swasta hanya berasal dari instruksi dari kepala sekolah. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan K berikut:

pernah ada. Kalaupun ada itu yang mengetahui kepala sekolah, karena saya disini lebih ke teknis, teknis untuk apa y..

publikasi itu tadi. Kalau itu saya dapat informasi langsung dari kepala sekolah, pokoknya bulan desember jangan keluar e..

iklan dulu entah spanduk, banner dsb. Karena nanti kita ndak disemprit sama dinas karena ada ketentuan dari dinas bulan januari itu baru boleh publish untuk penerimaan. Oh gitu ya

Padahal supaya kebijakan PPDB dapat berjalan efektif, salah satu faktornya tentu berasal dari kejelasan informasi mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dipedomani. Dimana ketentuan tersebut harus tersampaikan kepada semua pelaksana. Apabila kondisi ini tidak terpenuhi, akibatnya seperti yang terjadi dilapangan, implementasi kebijakan PPDB tidak sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah dan cenderung terjadi pelanggaran.

Kondisi tersebut diperparah dengan ketidaktauan orang tua siswa akan pedoman PPDB yang dikeluarkan dinas. Akibatnya publik tidak bisa melakukan pemantauan ketaatan terhadap pelaksanaan PPDB di setiap sekolahan, khususnya di Kota Surakarta. Pada umumnya orang tua siswa hanya mengetahui sebatas informasi yang ditempel pihak sekolah setiap kali PPDB diselenggarkan. Informasi yang ditempelkan pun hanya sebatas alur pendaftaran beserta

(31)

commit to user

persyaratan yang diperlukan tanpa mengetahui ketentuan PPDB dari dinas secara keseluruhan. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan P selaku orang tua siswa kelas 1 SD:

aturan dari dinas kita belum tau. Pada umumnya yang tau

d. Dari segi fasilitas, dalam melaksanakan PPDB Tingkat SD di Kota Surakarta tidak diketemukan kendala yang menghambat maupun yang mempengaruhi pelaksanaannya. Mengingat kebijakan PPDB merupakan kebijakan rutin sehingga segala persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari-H. Mulai dari pendanaan, sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan PPDB sudah dianggarkan sebelumnya pada rapat tahun ajaran lama. Hal ini sebagaimana pemaparan dari informan O berikut:

sudah kita anggarkan dari tahun ajaran, misalkan sekarang tahun ajaran baru 2014 nanti akan ada PPDB untuk pelajaran tahun 2014/2015. dari sekarang memang sudah dsiapkan masalah angaran untuk keperluan PPDB. (wawancara, 14 April 2014) Selain fasilitas dana, fasilitas lain seperti ATK juga sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum hari-H. Melihat kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya dimensi fasilitas dijalankan dan dipersiapkan dengan baik oleh pelaksanan kebijakan.

3. Faktor Kecenderungan-kecenderungan

Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan menjadi faktor penting ketiga bagi implementasi kebijakan yang efektif. Hal ini karena

(32)

commit to user

implementasi kebijakan akan berhasil secara efektif dan efisien, apabila para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Dalam beberapa kasus, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan bertentangan secara langsung dengan pandangan-pandangan pelaksana kebijakan atau kepentingan pribadi atau organisasi para pelaksana kebijakan. Kasus tersebut juga terjadi dalam pelaksanaan kebijakan PPDB tingkat SD di Kota Surakarta. Dalam mengimplementasikan kebijakan PPDB, sekolah swasta cenderung menyimpang dari aturan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga. Hal ini disebabkan karena sekolah swasta dalam menjaring calon siswa, menginginkan calon siswa yang berkualitas dibuktikan dengan adanya seleksi kemampuan calon siswa untuk memenuhi standar minimal yang telah ditentukan sekolah swasta. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga berikut:

lebih tinggi tapi disini merupakan salah satu bentuk pelanggaran.

Karena di SD itu mestinya tidak ada test, tidak ada pembelajaran sifatnya Baca Tulis Hitung (CaLisTung). Kalau itu ada hanya pengenalan, jadi d SD pun ketika SD menerima siswa atau seleksi.

Itu ya seleksinya umur karena dalam pedoman kan umur, kemudian baru jarak sekolah. Tidak ada seleksi untuk baca tulis.

Paling-

Akibat adanya kepentingan yang diterapkan sekolah swasta tersebut, membuat sekolah swasta menerapkan mekanisme seleksi melalui

(33)

commit to user

jalur tes dalam prosedur PPDB. Padahal menurut pedoman yang dikeluarkan dinas, hal itu jelas telah melanggar karena dalam prosedur PPDB sekolah tidak diperkenankan memasukkan segala bentuk tes sebagai patokan bagi anak untuk diterima atau tidaknya. Namun peraturan dinas tersebut tidak diindahkan dan cenderung diabaikan. Dalam kasus ini sekolah swasta tetap melakukan seleksi tes sebagai patokan anak untuk dapat diterima atau tidaknya.

Dalam meneriman atau tidaknya calon siswa, sekolah swasta telah mempunyai standar penilaian sendiri yang menentukan anak dinyatakan lulus atau tidaknya seleksi. Apabila anak dalam menjalani tes memperoleh hasil dibawah standar penilaian yang ditentukan sekolah swasta, maka anak tersebut tidak disarankan untuk diterima di sekolah tersebut. Namun apabila hasil dari tes menunjukkan bahwa hasilnya minimal standar penilaian yang ditetapkan sekolah, maka anak tersebut disarankan untuk diterima di sekolah tersebut. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan K berikut:

Pertama itu tadi usia, yang kedua kalau dia sudah mendaftar usia masuk mengumpulkkan persyaratan dan sudah dinyatakan bisa masuk kalau nilainya minimal passing grade. Passing grade benar- benar ditekankan di sekolah ini. Pertama itu usia, kedua di nilai, itu kita pegang trus dari pertama.

2014)

Berbeda dengan sekolah negeri dimana dalam melaksanakan PPDB tidak didasarkan pada kualitas calon siswa tetapi lebih ke kematangan umur. Hal ini dilakukan mengingat di dalam pedoman dari

(34)

commit to user

dinas dilarang untuk melakukan seleksi sebagai patokan diterima dan tidaknya calon siswa. Tidak adanya kepentingan dari sekolah negeri dalam mengimplementasikan kebijakan PPDB membuat pelaksanaan PPDB sekolah negeri sesuai dengan apa yang diinstruksikan dinas. Kalaupun ada tambahan kegiatan dalam PPDB, itu hanya sebatas sosialisasi pemantapan minat dari siswa. Biasanya itu dilaksanakan pada hari kedua.Namun, kembali lagi itu bukan termasuk seleksi hanya pemantapan guru untukmengetahui kematangan anak. Berikut pemaparan dari Informan N:

alau kami di SD 15 sudah 3 tahun ini menerapkan memang hak anak...Jadi tidak didominasi anak yang pintar yang kita terima, tetapijustru kematangan umur yang kita ambil. Dari umur yang tertua dulu. Kemarin kita mendapat anak umur 7 lebih 2 bulan.

Jarang sekarang mendapat anak umur 7 itu sulit, karena apa y itu orang tua terlalu awal memasukkan anak ke sekolah terutama TK.

Biasanya 3 tahun sudah masuk Playgrup, 4 thn masuk TK, 6 tahun lulus TK la pemaksaan ke SD. Tetapi ada orang tua yang memang sudah tau. Jadi gini mas, di TK sudah6tahun, tetapi karena ingin masuk ke SD 15 mungkin dia liad lingkungannya, hasilnya bgitu.Dia bekorban memindahkan anaknya ke TK lain supaya umurnya 7 tahun baru masuk SD 15. Supaya bisa masuk SD 15.

(wawancara, 12 April 2014)

Selanjutnya, apabila dalam PPDB masih terjadi kelebihan kuota pendaftar dalam hal ini mungkin umurnya sama dsb, maka sekolah negeri sebagaimana bunyi di dalam pedoman dari dinas mengambil langkah antisipasi mengadakan seleksi jarak antara rumah calon siswa dengan sekolah. Mekanisme seleksi tersebut diadakan sebagai langkah sekolah mengatasi jumlah pendaftar melebihi daya tampung yang telah ditentukan.

Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan O berikut:

paling ndak..

Diformulir itu kan ada. Jarak rumah misal dari 140 itu yang 40 dari

(35)

commit to user

luar kota yang 100 dalam kota. Misal ini hanya yang dari luar kota, yang luar kota itu satu ada dari sragen tetapi yang satu sukoharjo.

Sini otomatis tentu yang lebih dekat. Ketakutannya nanti kalau (wawancara, 14 April 2014)

Melihat kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya dimensi kecenderungan masih ditemukan dalam implementasi kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru tingkat SD di Kota Surakarta. Adanya kecenderungan-kecenderungan dari pelaksana kebijakan tersebut membuat implementasi kebijakan PPDB yang sesuai dengan aturan dari pemerintah tidak terlaksana dengan baik dan cenderung menyimpang.

4. Faktor Strukur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Dalam pelaksanaannya, seringkali birokrasi melibatkan organisasi-organisasi lain. Dalam pelibatan tersebut biasanya terdapat struktur birokrasi yang meliputi pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya (Widodo, 2007:96).

Namun dalam pembagian struktur tersebut tidaklah mudah, seringkali pembagian struktur justru menimbulkan perbedaan yang ikud berpengaruh terhadap impelentasi kebijakan. Perbedaan itu menimbulkan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan, membingungkan pejabat di tingkat rendah, bahkan menyebabkan kebijakan-kebijakan berjalan dengan tujuan-tujuan yang berlawanan.

(36)

commit to user

Seperti halnya penyelenggaraan PPDB tingkat SD di Kota Surakarta. Dalam keberjalanannya menimbulkan perbedaan pelaksanaan yang amat mencolok antara pelaksanaan PPDB yang diselenggarakan sekolah negeri dengan sekolah swasta. Kecenderungan pelanggaran dalam hal impelementasi kebijakan PPDB lebih dilakukan sekolah swasta. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan pegangan pedoman yang dipakai sekolah negeri maupun sekolah swasta dalam penyelenggaraan PPDB.

Telah terjadi over kewenangan yang dilakukan sekolah swasta.

Dalam hal ini Yayasan mengeluarkan pedoman PPDB sendiri untuk dilaksanakan sekolah swasta yang menjadi binaannya. Pedoman yang dikeluarkan dinas cenderung diabaikan dan tidak dilaksanakan.

Kondisi ini mengisyaratkan adanya tumpang tindih kewenangan dalam hal institusi yang berwenang mengeluarkan pedoman yang dijadikan rujukan dalam pelaksanaan PPDB. Kondisi ini mengakibatkan pelaksanaan PPDB yang sesuai aturan pemerintah menjadi terhambat dan cenderung untuk dilanggar.

Dari penjelasan tersebut maka faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan PPDB tingkat SD di Kota Surakarta dapat disimpulkan dalam matriks berikut:

(37)

commit to user

(38)

commit to user

C. Penyelenggaraan Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tingkat SD di Kota Surakarta ditinjau dari prinsip-prinsip Human Governance.

Analisis Penyelenggaraan Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SD di Kota Surakarta dibagi ke dalam tiga tahapan, meliputi:

tahap pendaftaran, tahap seleksi, dan tahap pengumuman. Pada ketiga tahapan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan dua aspek prinsip- prinsip Human Governance, yaitu: prinsip non-diskriminasi, dan transparansi.

Setelah melakukan pengumpulan data dan reduksi data diperoleh hasil sebagaimana yang dipaparkan di dalam matriks berikut:

Tabel 4.3 Hasil Analisis Human Governance

Kategori Sekolah

Prinsip Non-diskriminasi Prinsip Transparansi

Pendaftaran Seleksi Pengumuman Pendaftaran Seleksi Pengumuman

Negeri Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak

Swasta Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya

Dari tabel di atas, berdasar temuan dilapangan, dapat disimpulkan bahwasanyadalam penyelenggaraan PPDB Tingkat SD di Kota Surakarta belum sepenuhnya mendasarkan pada prinsip Human Governance, terutama dalam prinsip non-diskriminasi dan transparansi. Hal ini diperkuat dengan temuan:Pertama, dari aspek prinsip Non-diskriminasi.Sekolah negeri dalam melaksanakan PPDB tingkat SD sudah memenuhi prinsip non-diskriminasi di

(39)

commit to user

setiap tahapannya. Sebaliknya, dalam setiap tahapan PPDB yang dilakukan pihak sekolah swasta tidak memenuhi prinsip non-diskriminasi. Kedua, dari aspek prinsip Transparansi. Sekolah negeri dalam melaksanakan tahapan PPDB tidak memenuhi prinsip transparansi kecuali tahap pendaftaran. Di sisi lain, prinsip transparansi sudah terpenuhi dalam setiap tahapan PPDB yang dilaksanakan sekolah swasta.

Adapun bentuk temuan yang mendasari analisis di atas dijelaskan sebagai berikut:

1. Non-Diskriminasi

Sebagaimana dijelaskan di dalam Konvensi Hak Anak bahwasnya non-diskriminasi mengandung arti bahwa semua hak yang diakui dan terkandung dalam konvensi hak anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa perbedaan apapun. Dari penjelasan itu, menegaskan bahwa semua anak pada dasarnya berkedudukan sama. Semua anak memiliki hak yang sama tanpa diskriminasi atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain, asal- usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri atau dari orang tua atau walinya yang sah. Upaya tersebut harus tercermin dalam segala aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara, tanpa terkecuali dalam urusan penyelenggaraan pendidikan yaitu dengan menjamin kemudahan layanan dan akses pendidikan bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Kemudahan layanan dan akses pendidikan tersebut dapat

(40)

commit to user

diidentifikasi dari prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), meliputi: tahap pendaftaran, tahap seleksi, dan tahap pengumuman.

a. Tahap Pendaftaran

Non-diskriminasi dalam tahap pendaftaran ditandai dengan tidak adanya persyaratan yang membatasi akses anak untuk bisa mendapatkan pendidikan formal dalam hal ini sekolah dasar. Baik itu atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain, asal-usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri atau dari orang tua atau walinya yang sah.

Dengan mengacu pedoman yang dikeluarkan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, akses anak untuk mendapatkan pendidikan sekolah dasar terbuka dengan luas. Hal ini dapat diidentifikasi dari tidak adanya persyaratan yang membatasi anak untuk bisa mendaftarakan diri ke dalam pendidikan formal sekolah dasar. Dari ketentuan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, syarat yang harus dipenuhi anak untuk bisa mendaftarkan diri ke sekolah yang dituju cukup mudah.

Mengingat siswa yang mendaftar dalam PPDB untuk SD/MI/SDLB masih tergolong anak-anak. Pendaftaran dalam hal ini bisa diwakilkan oleh orang tua anak dengan mendaftarkan anaknya ke SD/MI/SDLB yang dituju. Kemudian orang tua mengisi formulir

(41)

commit to user

pendaftaran yang disediakan SD/MI/SDLB yang menjadi tujuan pendaftaran. Setelah mengisi formulir, orang tua diharuskan melengkapi formulir tersebut dengan:

1.) Surat kelahiran/akta kelahiran dan menyerahkan copynya 2.) Kartu Keluarga dan menyerahkan copynya

3.) Dokumen lain yang ditetukan oleh SD/MI/SDLB yang bersangkutan.

Melihat syarat tersebut, tidak ada pembatasan maupun perbedaan pandangan bagi anak yang ingin mendaftarkan dirinya ke sekolah dasar yang dituju. Terlebih dalam pendaftaran pendidikan SD/MI/SDLB, keikutsertaan TK/RA/BA dari calon peserta didik bukan merupakan syarat dapat diterima atau tidaknya pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan I berikut:

ada perbedaan. Disitupun (pedoman) ditentukan untuk anak- anak SD, siswa itu tidak harus dari tk. Dari rumah tangga pun boleh. Jadi kan tidak ada larangan untuk anak yang tidak TK

Adanya ketentuan tersebut semakin mempertegas bahwasanya semua anak memiliki peluang dan akses yang sama untuk memperoleh pendidikan SD/MI/SDLB. Oleh sebab karena ketentuan ini bersumber dari Dinas, maka ketentuan ini mutlak harus diimplementasikan oleh semua sekolah dasar, baik itu sekolah dasar negeri maupun sekolah dasar swasta.

(42)

commit to user

Namun dalam pelaksanaan dilapangan, terjadi perbedaan persyaratan bagi anak yang ingin mendaftarkan dirinya ke sekolah yang dituju. Perbedaan persyaratan tersebut diidentifikasi dari temuan dilapangan dimana ada penambahan persyaratan yang dikeluarkan oleh sekolah swasta terhadap ketentuan yang dikeluarkan dinas.

Penambahan persyaratan tersebut meliputi: Pertama, pada saat mendaftar orang tua dikenakan biaya untuk pendaftaran dan tes dengan jumlah yang telah ditetapkan pihak sekolah. Kedua, orang tua diharuskan menyerahkan fotocopy rapor TK A dan TK B lengkap.

Kondisi ini tentu memiliki peluang membatasi akses anak untuk bisa memperoleh pendidikan SD/MI/SDLB. Hal ini mengingat telah terjadi diskriminasi atas dasar pandangan-pandangan lain, dimana anak harus pernah mengikuti pendidikan TK/RA/BA, dan juga orang tua diharuskan membayar biaya pendaftaran dan tes. Kondisi ini tentu membatasi anak yang berasal dari rumah tangga yang sebelumnya belum pernah mengenyam pendidikan TK/RA/BA. Disisi lain juga membatasi anak dari keluarga yang kurang mampu.

Dari pemerintah sebenarnya juga sudah memberikan pembinaan dan dana bantuan kepada sekolah swasta seperti dana bos, dsb. Namun tetap saja sekolah swasta masih mempersyaratkan ketentuan pendaftaran di luar ketentuan dari dinas. Hal ini sebagaimana paparan dari Informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga berikut:

(43)

commit to user

ari sisi bantuan kan ada, dari sisi pembinaan ada, dari sisi bantuan yang bos tadi ada. Sebenarnya kita antara sekolah negeri maupun swsata tidak ada perbedaan. Dalam hal pemberian bantuan, dalam segi pembinaan, kita sama sebenarnya. tapi mereka itu (swasta) utamanya yang lebih banyak.. apa ya.. cenderung untuk melakukan pelanggaran.(wawancara, 21 April 2014)

Berbeda dengan sekolah negeri, dalam melaksanakan prosedur pendaftaran mengikuti apa yang sudah di atur di dalam pedoman yang dikeluarkan oleh Dinas. Hal ini sebagaimana pemaparan Informan O selaku panitia PPDB sekolah negeri :

n juknis dari dinas Disdikpora, dalam artian kalau misalkan pertama pendaftarannya itu tanggal berapa ya kita sesuai dengan juklak dan juknisnya. Alur pendaftaran disini yang pertama itu e...msuk di ruang aula semua, jadi yang mau daftar biasanya kan bapak ibu orang tua calon. Semua masuk di ruang aula nanti ada pengarahan dari panitia. Pengarahan itu pertama mulai dari pendaftaran, pembagaian formulir sampai nanti apa ngisi formulir sampai selesai menyerahkan syarat-syarat pendaftaran. Itu dalam 1 hari.

Pendapat tersebut dipertegas oleh orang tua siswa bahwasanya saat pertama kali melakukan prosedur pendaftaran syarat yang harus dilengkapi berupa Fotocopy Akte, KK, dan pas foto anak. Tidak ada persyaratan harus menyerahkan rapor TK dan melakukan pembayaran sepeserpun. Berikut pemaparan Informan P selaku orang tua siswa kelas 1 SD:

antrian. Setelah memperoleh nomer antrian mengisi formulir data anak, trus dikumpulkan. Selang 2 hari seleksi. Seleksinya tu nyanyi di panggung, mewarnai. Dah itu tok. Baca tulis ndak ada, berhitung juga ndak ada. Persyaratan kita mengikuti dari

(44)

commit to user

(wawancara, 14 April 2014)

Melihat penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwasanya dalam tahap pendaftaran PPDB, prinsip non-diskriminasi belum dijalankan dengan baik oleh pelaksana kebijakan dalam hal ini sekolah dasar swasta. Kesimpulan tersebut didasarkan masih ditemukannya persoalan diskriminasi atas dasar pandangan- pandangan lain, dimana anak harus pernah mengikuti pendidikan TK/RA/BA, dan juga orang tua diharuskan membayar biaya pendaftaran dan tes. Kondisi ini tentu membatasi anak yang berasal dari rumah tangga yang sebelumnya belum pernah mengenyam pendidikan TK/RA/BA. Disisi lain juga membatasi anak dari keluarga yang kurang mampu.

b. Tahap Seleksi

Non-diskriminasi dalam tahap seleksi ditandai dengan tidak adanya mekanisme seleksi yang menimbulkan korban diskriminasi.

Dalam artian hak-hak anak untuk memperoleh pendidikan tidak dibatasi dan dipersulit dengan berbagai ketentuan yang ada.

Kemudahan layanan dan akses anak dalam memperoleh pendidikan harus dijamin dan dilindungi.

Adanya mekanisme seleksi sebenarnya diadakan sebagai langkah sekolah mengantisipasi jumlah pendaftar melebihi daya tampung yang telah ditentukan. Kata antisipasi disini mengandung

(45)

commit to user

pengertian bahwasanya mekanisme seleksi dijalankan apabila terjadi kondisi dimana jumlah pendaftar melebihi daya tampung yang telah ditentukan. Namun, apabila kondisi jumlah pendaftar seimbang atau bahkan belum melebihi daya tampung, maka mekanisme seleksi tersebut tidak berlaku dan sekolah wajib menerima calon siswa baru tanpa seleksi apapun.

Langkah antisipatif tersebut penting mengingat dalam keberjalanan implementasi PPDB sering terjadi kelebihan kuota bagi sekolah dengan label sekolah favorit. Jumlah kuota yang dibatasi hanya 32 siswa untuk SD/MI/SDLB setiap kelasnya, memaksa pihak sekolah melakukan seleksi guna memenuhi kuota yang telah ditentukan dari dinas tersebut. Untuk itu pemerintah pusat, sesuai amanat UUD 45 dan juga hasil Konveksi Hak Anak menetapkan PP No 17 Tahun 2010 yang mengatur mengenai mekanisme seleksi dengan jalan non-diskriminasi. Melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, mekanisme seleksi tersebut dituangkan ke dalam pedoman petunjuk teknis PPDB untuk selanjutnya dipedomani pelaksana kebijakan yaitu sekolahan.

Adapun mekanisme seleksi guna mengantisipasi kondisi dimana jumlah pendaftar yang melebihi daya tampung dengan jalan non-diskriminasi adalah dengan tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain, melainkan didasarkan pada seleksi kematangan usia, jarak tempat

(46)

commit to user

tinggal, dan urutan waktu mendaftar. Sekolah dalam hal ini sebagai pelaksana kebijakan, apabila dalam penyelenggaraan PPDB menemui kondisi yang mengharuskan adanya seleksi, maka mekanisme seleksi yang sesuai yang mana tidak menimbulkan korban diskriminasi adalah dengan melaksanakan apa yang sudah ditetapkan pemerintah. Hal ini penting, mengingat pemerintah sudah merumuskan dan menetapkan langkah yang sesuai dalam melakukan seleksi tanpa menimbulkan korban diskriminasi. Dimana poin-poin dalam mekanisme seleksi tersebut sebagai hasil rujukan dari UUD 45 dan Konveksi Hak Anak.

Namun dalam pelaksanaan PPDB di lapangan, ternyata masih ditemukan mekanisme seleksi yang tidak bersumber dari aturan pemerintah dan mekanisme seleksi tersebut cenderung menimbulkan diskriminasi pada anak. Hak-hak anak untuk bersekolah dengan layanan dan akses yang mudah ternyata dibatasi dan dipersulit dengan ketentuan yang diterapkan sekolahan dalam penyelenggaraan PPDB.

Kecenderungan pelanggaran dalam mekanisme seleksi ini dilakukan oleh sekolah dasar swasta. Hal ini sebagaimana pemaparan dari Informan I dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga.

gi aturan jelas. Mereka itu (swasta) yang melanggar artinya karena menginginkan anak-anak yang lebih ini ya.. apa namanya.. lebih berkualitas tapi sebenarnya itu sudah melanggar aturan, pedoman yang dikeluarkan oleh dinas

)

Dalam menyelenggarakan PPDB, mekanisme yang diterapkan sekolah swasta sudah menjadi ketentuan baku. Ketentuan baku

(47)

commit to user

tersebut bukan berasal dari ketentuan yang dikeluarkan dari dinas, melainkan ketentuan sendiri yang dikeluarkan oleh Yayasan dimana sekolah swasta menjadi binaannya. Ketentuan baku ini yang senantiasa dipegang sekolah swasta dalam setiap penyelenggaraan PPDB. Untuk bisa diterima di sekolah swasta, terdapat kualifikasi yang harus dipenuhi oleh calon siswa. Setelah umur, terdapat nilai minimal passing grade yang harus dipenuhi calon siswa. Berikut pemaparan Informan K selaku tim PPDB sekolah swasta:

dipenuhi. Pertama itu tadi usia, yang kedua kalau dia sudah mendaftar usia masuk mengumpulkkan persyaratan dan sudah dinyatakan bisa masuk kalau nilainya minimal passing grade.

Passing grade benar-benar ditekankan di sekolah ini. Pertama itu usia, kedua di nilai, itu kita pegang trus dari pertama. Udah

Dalam mekanisme seleksi di sekolah swasta, memang umur menjadi pertimbangan penerimaan. Namun yang membedakan disini umur hanya dijadikan syarat seleksi bagi calon siswa untuk bisa mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Apabila kualifikasi umur terpenuhi walaupun di usia yang paling minimal, calon siswa memiliki peluang sama untuk bisa diterima dengan usia diatasnya. Alasannya mengingat dasar utama calon siswa diterima di sekolah swasta adalah memenuhi kualifikasi minimal passing grade yang telah ditentukan sekolah swasta. Passing grade benar-benar ditekankan di sekolah swasta. Walaupun usia calon siswa dinyatakan telah matang dengan rentang 6-12 tahun, tetapi kalau hasil tes tidak memenuhi minimal

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka

Laporan Akhir ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui penilaian sikap konsumen dalam minat memilih jasa logistik pada PT POS Indonesia cabang Merdeka

45Semua murid di dalam kelas Enam Bestari __________ untuk mendapat 5A dalam Ujian Penilaian Sekolah Rendah.. A berebut B bersaing C berjuang

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas penanggulangan peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Badan Narkotika Nasional

Dalam hal kewenangannya Lembaga Administrasi Negara (LAN) melaksanakan pengembangan terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) antara lain kewenangan penelitian, pengkajian

- kawasan rawan kekeringan Kecamatan Purwosari, Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Girisubo, Rongkop, Semanu dan sebagian Wonosari, Patuk dan Gedangsari;.. 300

Pada Tipe ini unit bisnis bisa memiliki personil TI dalam membantu layanan TI-nya secara oprasional dan bertanggung jawab pada kepala unit bisnisnya secara

Tabel 2.. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa lebih dari setengah responden cenderung memiliki sikap yang negatif sebesar 60.5% responden terhadap penggunaan