Skema 2.1 Model Health Promotion (Pender, 1996)
2.2.2 Community Mental Health Nursing
Keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan tidak terlepas dari manajemen pelayanan keperawatan yang digunakan. Adanya keselarasan antara proses manajemen keperawatan dengan proses asuhan keperawatan diharapkan keduanya saling menopang dalam mewujudkan pelayanan keperawatan yang profesional.
Pelayanan Keperawatan atau intervensi keperawatan untuk penanganan masalah berdasarkan paradigma sehat yang lebih menekankan pada upaya preventif dan promotif yang komprehensif sepanjang daur kehidupan. Oleh karena itu pandangan hospital based bergeser menjadi community based. Paradigma ini dicanangkan dalam upaya untuk menurunkan treatment gap kasus gangguan jiwa yang terjadi dengan kasus gangguan jiwa yang mendapat layanan kesehatan jiwa sebagaimana yang terjadi secara global di semua negara (Kurniawan, 2011; World Federation for Mental Health, 2009). Melalui upaya ini diharapkan pelayanan kesehatan jiwa dapat merata dan terjangkau oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan melalui upaya komprehensif baik pada kelompok ganguan, resiko maupun yang sehat agar tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
Program manajemen pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa di komunitas dilaksanakan melalui program CMHN. Menurut Stuart dan Laraia (2005) tujuan dari CMHN yaitu memberikan pelayanan, konsultasi, edukasi, dan informasi mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada masyarakat, menurunkan angka risiko terjadinya gangguan jiwa, dan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap praktik kesehatan jiwa.
Townsend (2009) menyatakan terdapat tiga konsep yang dikembangan dalam pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan insiden gangguan jiwa di masyarakat, pencegahan sekunder bertujuan untuk meminimalkan gejala awal gangguan jiwa dan secara langsung menurunkan prevalensi dan lamanya ganguan jiwa. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menurunkan gejala sisa yang berhubungan dengan gangguan jiwa (rehabilitasi).
Manajemen pelayanan CMHN yang dikembangkan saat ini (Keliat, Panjaitan & Riasmini, 2010) terdapat 4 pilar, yaitu manajemen pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, manajemen pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas sektor dan lintas program dan manajemen kasus kesehatan yang akan dilaksanakan oleh perawat CMHN dan kader kesehatan.
a. Pilar I, Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, di mana kegiatan itu dilakukan.
Kegiatan perencanaan yang digunakan dalam pelayanan keperawatan jiwa komunitas meliputi perencanaan yang akan dilaksanakan oleh Perawat CMHN dan kader kesehatan. Perencanaan bulanan perawat CMHN adalah melakukan kegiatan asuhan keperawatan pada kelompok anak usia sekolah dalam menstimulasi perkembangan anak usia sekolah sehingga tercapainya perkembangan fase industri yang optimal dan memberikan psikoedukasi keluarga tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, diharapkan orang
tua mampu memberikan stimulasi sesuai dengan usia perkembangannya. Rencana bulanan Kader Kesehatan Jiwa meliputi bersama orang tua anak usia sekolah membuat jadwal kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah sesuai dengan jadwal, mendampingi kegiatan perawat CMHN dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan psikoedukasi keluarga, melakukan deteksi keluarga dengan anak usia sekolah, menggerakkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan/stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, melakukan kunjungan rumah kepada keluarga untuk pemantauan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan kepada Perawat CMHN dan mendokumentasikan semua kegiatan.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan di komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Perawat CMHN bertanggung jawab terhadap wilayah binaaan, toma dan kader bertanggung jawab terhadap keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di setiap RW. Kader Kesehatan Jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing RW yang melakukan kegiatan Desa Siaga Sehat Jiwa.(IC-CMHN, 2006)
Wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur memiliki dua kelurahan yaitu Katulampa dan Baranangsiang. Untuk kelurahan Baranangsiang Perawat CMHN bertanggung jawab terhadap 14 RW yang ada, yang dikelola oleh mahasiswa residensi adalah RW 03 dan 11 yang
masing-masing RW dikembangkan menjadi RWSSJ dan perawat CMHN bersama Toma pada tingkat RW menetapkan calon Kader Kesehatan Jiwa. Untuk RW 03 terdapat 10 KKJ dan RW 11 terdapat 6 KKJ.
Dalam pengorganisasian KKJ membagi wilayah kerja dan tanggung jawab bersama KKJ yang lain dengan mengelompokkan keluarga sehat, resiko dan gangguan, melakukan deteksi keluarga dengan anak usia sekolah, menggerakkan keluarga dengan anak usia sekolah untuk mengikuti kegiatan TKT anak sekolah, mendampingi perawat CMHN dalam melakukan TKT, melakukan supervisi kepada keluarga dalam melakukan stimulasi tumbang anak sekolah dan merujuk kasus ke Perawat CMHN.
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu pelaksanaan perencanaan kegiatan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian dan pengaktifan. (IC-CMHN, 2006)
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas di Rw 03 dan 11 adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik, melakukan advokasi dan negosiasi.
Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh individu untuk memuaskan kebutuhannya. Maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas karena kebutuhan manusia bervariasi. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah satu cara memotivasi. Budaya
motivasi dapat ditumbuhkan di RWSSJ dengan memberikan harapan yang jelas kepada petugas (Perawat CMHN dan Kader Kesehatan), bersikap terbuka dan konsisten terhadap semua petugas yang terlibat, membuat keputusan yang bijaksana, menggunakan konsep kerja kelompok, mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan petugas dengan kebutuhan dan tujuan RW Siaga Sehat Jiwa, memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, melibatkan petugas dalam pengambilan keputusan, memastikan bahwa petugas mengetahui alasan di belakang semua keputusan dan tindakan, menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong sesama petugas, menjadi role model dan memberikan pujian sesering mungkin.
Pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di RW Siaga Sehat Jiwa penciptaan budaya motivasi ditujukan pada semua pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Pemberian motivasi dapat dilakukan oleh perawat CMHN kepada kader kesehatan. Penciptaan budaya motivasi dapat dilakukan dengan membudayakan pemberian pujian positif ( reinforcement positif), melakukan pertemuan secara periodik antara perawat CMHN dengan semua kader kesehatan dan pihak lain yang terlibat (lintas program dan sektor), melakukan peningkatan kemampuan secara terencana/pelatihan berkelanjutan.
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki. Pada RW Siaga Sehat Jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan Jiwa masyarakat.
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian
dilaksanakan melalui proses: membuat rencana tugas yang perlu diselesaikan; mengidentifikasi kemampuan kader kesehatan yang akan melaksanakan tugas; memilih kader kesehatan yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan; mengkomunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya; membuat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas; jika kader kesehatan Jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, perawat CMHN harus bisa menjadi contoh peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi; mengevaluasi kinerja setelah selesai tugas.
Supervisi adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Pada RW Siaga Sehat Jiwa, kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Perawat CMHN melakukan supervisi terhadap kader kesehatan jiwa satu kali seminggu terkait kemampuan kader kesehatan dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan asuhan keperawatan.
Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan manajemen konflik. Penanganan konflik yang akan diterapkan di RW Siaga Sehat Jiwa adalah upaya yang sama-sama tidak dirugikan (win-win solution). Cara kolaborasi akan diterapkan di RWSSJ dalam menangani konflik. Pembudayaan kolaborasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam RW Siaga Sehat Jiwa menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan RW Siaga Sehat Jiwa.
Perawat CMHN diharapkan mampu melakukan advokasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai kebutuhan masyarakat. Advokasi dalam RW Siaga Sehat Jiwa bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pihak-pihak penentu kebijakan bahwa RW Siaga Sehat Jiwa merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Pilar II, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat.
Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah dan mempertahankan kesehatan diwilayahnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi baik pengetahuan atau keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Helvie,1998). Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di masyarakat.
Kompetensi perawat CMHN dan kader kesehatan dalam pengelolaan RWSSJ yang ada di masyarakat perlu ditingkatkan melalui pemberdayaan sumber-sumber yang ada guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kompetensi kader kesehatan jiwa dalam melakukan kegiatan perlu dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui manajemen pemberdayaan kader yang konsisten disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kader digambarkan sebagai suatu proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan baik. Hal ini merupakan penghargaan bagi kader melalui manajemen SDM yang baik, kader mendapatkan penghargaan (compensatory reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan.
Manajemen pemberdayaan kader kesehatan Jiwa di RW Siaga Sehat Jiwa berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan kader. Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa. Proses seleksi adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah calon kader diterima atau tidak sebagai kader kesehatan. Proses seleksi ini penting, karena akan diperoleh sumber daya manusia yang mempunyai motivasi dan kemampuan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan.
Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi Program CMHN dan pelatihan Kader Kesehatan Jiwa. Orientasi yang dilakukan mencakup informasi budaya kerja dan informasi umum tentang visi, misi, filosofi, dan kebijakan Desa Siaga Sehat Jiwa.
Penilaian kinerja Kader Kesehatan Jiwa dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kemampuan kader dalam melaksanakan program kesehatan jiwa komunitas. Penilaian kinerja kader dengan cara supervisi langsung (observasi) atau tidak langsung (melalui dokumentasi laporan).
Pengembangan kemampuan Kader Kesehatan Jiwa merupakan salah satu proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yang bertujuan membantu kader mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk penghargaan terhadap kinerja yang telah dicapai, melalui penyegaran kader atau pelatihan lanjutan. Kader Kesehatan Jiwa yang mempunyai kinerja baik dapat sebagai nara sumber bagi kader yang baru.
c. Pilar III, Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program.
Kemitraan adalah membangun dan mempertahankan hubungan dengan profesional dan berbagai sektor lainnya terkait di masyarakat dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan program baru dan mempertahankan dukungan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Helvie, 1998). Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk strategi kemitraan lintas program dan lintas sektor yang terintegrasi atas prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes R.I., 2000).
Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan, dan kesepakatan bersama terhadap pelayanan kesehatan jiwa komunitas.
Pelaksanaan kemitraan tingkat kecamatan dan kelurahan diprakarsai oleh pihak puskesmas sebagia pemberi pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan bekerjasama dengan perawat CMHN untuk melakukan negosiasi dengan sektor terkait yaitu unsur kecamatan serta Lembaga/Organisasi yang ada di masyarakat (PKK, LKMD, dll) dalam rangka menggerakkan dukungan dana, sarana dan prasarana serta kebijakan terhadap pelaksanaan program CMHN. Dinas Kesehatan Kabupaten berperan sebagai pembina program secara keseluruhan sesuai dengan tanggung jawab sektor masing-masing. Pembinaan tersebut dapat dilakukan secara efektif dengan membentuk tim / penanggung jawab di tingkat kecamatan, kelurahan dan RW/RT.
Untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor maka perlu dilakukan pertemuan secara berkala berupa rapat koordinasi yang merupakan media komunikasi antara tim kesehatan dengan sektor terkait baik pemerintah maupun non pemerintah untuk membahas kebijakan dan berbagai dukungan yang diberikan pada kelompok anak usia sekolah.
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas termasuk GP+, maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan : dokter, perawat, bidan, psikolog klinik, psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan Lintas Program di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten adalah menggalang kerjasama dengan subdin. lain yang ada dinas kesehatan dalam mengintegrasikan program CMHN dengan program kesehatan yang ada di Dinkes terutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah, melakukan koordinasi dengan kepala sekolah berkaitan dengan kegiatan UKS dan seluruh kepala puskesmas tentang program CMHN yang diimplementaskan di wilayah kerja puskesmas masing-masing.
d. Pilar IV, Manajemen Kasus Kesehatan Jiwa.
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang profesional mempunyai ciri praktek yang didasari oleh keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal. Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi. Perawat CMHN bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas kepada kepada pasien, keluarga, kelompok dan komunitas secara sistematis dan terorganisir kepada kelompok keluarga yang sehat. (IC-CMHN, 2006)
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat CMHN dibantu oleh kader kesehatan jiwa dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Pemberian asuhan keperawatan oleh perawat CMHN dilakukan melalui pendekatan individual dengan menggunakan manajemen kasus, pendekatan kelompok dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan, terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga dalam menstimulais tumbuh kembang anak.
Untuk kader kesehatan bertanggung jawab untuk menggerakkan anak usia sekolah dan orang tua mengikuti kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah, melakukan supervisi untuk memantau perkembangan anak usia sekolah dan orang tua dalam menstimulasi serta melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan ke perawat CMHN dan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan.
STIMULASI
PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH Perkembangan anak usia sekolah
1. Aspek motorik 2. Aspek Kognitif 3. Aspek bahasa 4. Aspek emosi 5. Aspek kepribadian 6. Aspek moral 7. Aspek spiritual 8. Aspek psikososial PERILAKU SEHAT
Perkembangan anak usia sekolah 1. Aspek motorik 2. Aspek Kognitif 3. Aspek bahasa 4. Aspek emosi 5. Aspek kepribadian 6. Aspek moral 7. Aspek spiritual 8. Aspek psikososial -
PERKEMBANGAN FASE INDUSTRI
anak usia sekolah
Kemampuan orang tua dalam mensitimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah
1. Mengidentifikasi kemampuan keluarga terhadap tumbang anak usia sekolah
2. Kemampuan dalam perawatan tumbang anak usia sekolah
3. Manajemen stress dan beban keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah
PERILAKU AWAL
PERKEMBANGAN FASE INDUSTRI : Anak usia sekolah
Kemampuan orang tua dalam mensitimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah
1. Mengidentifikasi kemampuan keluarga terhadap tumbang anak usia sekolah
2. Kemampuan dalam perawatan tumbang anak usia sekolah
3. Manajemen stress dan beban keluarga dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah
4. Pemberdayaan keluarga dan komunitas
Perawat :
- Terapi kelompok terapeutik - Terapi generalis Keluarga - Family Pschycoeducation - Pemantauan TKT Kader kesehatan - Pendampingan TKT - Faktor individu : Usia Jenis kelamin Pendidikan Suku - Faktor predisposisi : Biologi Psikologis Sosiokultural
Pada bab ini akan diuraikan tentang profil wilayah dan pelaksanaan program manajemen pelayanan Community Mental Health Nursing (CMHN) yang telah dilakukan, meliputi profil Kecamatan Bogor Timur terdiri dari profil pelayanan kesehatan jiwa di Kelurahan Baranangsiang, serta RW 03 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang yang menjadi lahan praktik spesialis keperawatan jiwa serta manajemen pelayanan kesehatan jiwa di wilayah Puskesmas Bogor Timur,