• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

Lampiran 7: Contoh Satuan Pertemuan Katekese Model Shared Christian Praxis (18)

Tema 1 a. Identitas

Judul pertemuan : Membina Sikap Adil Terhadap Tetangga

Tujuan : Agar pendamping dan peserta lebih memperhatikan hubungan yang akrab dan baik dengan tetangga terdekat, dengan demikian mereka dapat mewartakan cinta kasih Allah dan keadilan Allah

Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat

Hari/tanggal : Kamis, 6 Februari 2014 Waktu : pkl. 19.00-20.15 WIB

Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita

Model : Pengalaman Hidup

Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita

Sumber Bahan : Roma 12:10-21Bergant, Dianne SJ .2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yoyakarta. Kanisius, KWI. 2011.

b. Pemikiran Dasar

Umumnya keluarga katolik diam terpencar-pencar dan tersebar. Kerapkali terjadi sebuah keluarga katolik terpencil dan dikelilingi oleh tetangga yang beragama lain. Memang ada baiknya demikian, karena keluarga katolik itu dapat memperoleh aspirasi dan pengalaman hidup baik dalam segi sosial maupun dalam segi keagamaan dari keluarga dan umat beragama lain. Juga diharapkan dengan berada di tengah-tengah mereka, bukan disemangati oleh kesombongan, akan tetapi serta dalam pengembangan dalam masyarakat di mana mereka hidup, sehingga dengan lingkungannya mereka tidak terkurung dan takut. Bergaul dan bertetangga umumnya dapat menjadi usaha penyadaran akan tugas dan kewajiban serta hak mereka sebagai warga kampung.

Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma 12:12-21, meneggaskan tentang nasihat yang harus kita lakukan bagi saudara- saudara kita. Nasihat tersebut mengatakan bahwa hendaknya kita hasrus hidup saling mengasihi, berbuat baik dan mengalahkan kejahatan yang membuat diri kita jatuh dalam dosa. Manusia ialah makhluk sosial. Oleh karena itu, manusia tidak dapat hidup sendiri maka hendaknya ia harus saling mengasihi dan berbagi, bersikap adil kepada sesama lain.

Umat lingkungan yang hidupnya tidak lepas dari masyarakat sekitar, maka diharapkan mereka dapat membina kekerabatan dalam kampung, membangun kampung dan menjalankan syariat agamanya

(19)   

sebagai orang Kristiani dan juga mendapatkan perlakuan dan penghargaan secara wajar dari tetangganya begitupula sebaliknya. Tidak kalah pentingnya berkomunikasi dengan tetangga yang berlainan agama dapat memberikan kesempatan untuk mendidik dan membina anak-anak sehingga mereka mampu bertindak adil dan bertanggung jawab terhadap sesamanya di kemudian hari.

c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan

1) Pengantar

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk lebih memperhatikan hubungan yang akrab dan baik dengan tetangga terdekat, dengan demikian mereka dapat mewartakan cinta kasih dan kehadiran Allah

2) Lagu pembukaan MB. no. 161 (Wahai Saudara) 3) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadaMu atas orang-orang yang dekat dengan kami. Bapa, bimbinglah kami agar kami dapat saling menjaga kerukunan dan hidup jujur, adil dan mu berbagai terhadap sesama kami. Doa ini kamu haturkan kehadiratMu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta

1) Membagikan teks cerita “Kampung baru kami” kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu

2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita “kampung baru kami”

3) Intisari cerita “kampung baru kami” ialah:

Cerita tersebut menggambarkan keluarga katolik yang miskin dalam hal ekonomi dan diam di pinggiran kota karena desakan ekonominya dan disadari oleh keuletannya, pindah ke sebuah kampung. Kampung tersebut jauh dari kota dan lingkungan sekitar adalah orang-orang yang fanatic dan tertutup. Keluarga ini tinggal di tengah-tengah mereka dengan mengandalkan pekerjaannya sebagai pedagang kecil-kecilan. Memang di kampung ini ada kemajuan tetapi kefanatikan dan ketertutupan orang- orang kampung tersebut membuat keluarga ini tidak krasan.

4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan

 Bagaimanakah perasaan dan kesan anda setelah mendengar kisah tadi?  Usaha apa yang dapat mereka lakukan dalam menghadapi kesulitan

(20)   

 Kenyataannya keluarga ini masih tetap tabah dan bertahan. Semangat apakah yang mendorong mereka?

 Bagaimana jika anda diposisikan sebagai keluarga yang punya penghasilan yang cukup tersebut?

5) Suatu contoh rangkuman

Tentu saja tidak ada orang yang krasan jika lingkungan sekitarnya orang- orangnya cuek atau kurang peka apalagi fanatik. Tetapi keluarga tadi masih tetap bertahan untuk tinggal di lingkungan tadi. Semangat dalam dalam diri keluarga itulah yang membuat mereka untuk tetap bertahan yakni keteguhan, kerendahan hati dan ketabahan dalam menghadapi situasi yang terjadi. Sebagai orang Kristiani, kita diharapkan mampu menghadapi kejadian seperti itu. Orang-orang seperti itu butuh kita perhatikan dengan sapaan dan kepedulian kita sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini, kita patut mencontoh semangat keluarga tadi yang mampu bertahan dalam situasi seperti itu. Berusahalah hidup baik kepada lingkungan tempat kita tinggal dan jangan menuntut balasan bahwa mereka akan berbuat baik kepada kita. Biarkan Tuhan yang berperan dalam semuanya ini.

Langkah III: Menggali pengalaman

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, Roma 12:10-21 atau dari teks fotocopy yang dibagikan

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan:

 Dalam surat Paulus yang kita dengar tadi, sebutkan anjuran-anjuran tadi yang patut kita ketahui?

 Menurut anda, apa alasan Paulus menulis surat tadi?

3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas

4) Pendamping memberikan tafsir dari Roma 12:10-21 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya:

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, anjuran Paulus bukan terbatas pada jemaat di Roma saja. Tetapi rasanya cocok pula untuk sekarang ini yakni bagaimana hubungan umat katolik dengan tetangganya yang masih ada rasa balas dendam dan membiarkan diri atau kurang peka dsb. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma mengajak kita untuk hidup saling mengasihi satu sama lain. Jangan sekali-kali kita membalas dendam kepada orang lain atas apa yang mereka lakukan pada kita. Biarlah Allah yag menghukum. Surat Rasul Paulus mengajak kita semua agar kita mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Mewartakan cinta kasih dan keadilan Allah ialah dengan cara berbuat kebaikan dengan siapapun tanpa memilih.

(21)   

Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan makna dan sikap-sikap orang Kristiani yang harus kita lakukan terhadap sesama kita. Santo Paulus mengajak kita agar kita berbuat kebaikan dan mengalahkan kejahatan. Maka dari itu, mulailah saat ini kita melihat situasi yang terjadi di sekitar kita. Apakah sebagai orang Kristiani kita sudah mewartakan cinta kasih Allah kepada sesama atau tetangga dan lingkungan sekitar kita?

2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati dan menerapkan cinta kasih terhadap sesama atau tetangga, kita akan melihat situasi konkrit yang sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari-hari kita dalam keluarga

 Apakah kita semakin disadarkan untuk selalu hidup peduli dan rukun terhadap tetangga atau umat di lingkungan kita? (direfleksikan dalam hati masing-masing)

 Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat membangun kekerabatan dengan tetangga atau dalam lingkungan sekitar kita?

3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan praktis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin memantapkan diri dalam penghayatan dan penerapan cinta kasih terhadap sesama yang paling dekat.

Penutup

1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan

2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutupMB.530 (Alangkah Bahagianya)

(22)   

Tema 2 a. Identitas

Judul pertemuan : Tanggungjawab Terhadap Gereja

Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja

Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat

Hari/tanggal : Kamis, 13 Februari 2014 Waktu : pkl. 19.00-20.15 WIB

Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita

Model : Pengalaman Hidup

Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita

Sumber Bahan : Yoh 15:1-8 Bergant, Dianne SJ .2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yoyakarta. Kanisius, KWI. 2011. b. Pemikiran Dasar

Gereja adalah kita yang percaya akan Kristus dan kita yang menerima dengan sadar tugas dan tanggungjawab yang diberikan Kristus kepada kita. Maka dengan sendirinya kita merasa terdorong untuk ikut melaksanakan tugas penyelamatan Kristus itu dalam hidup kita yang konkrit.

Umat lingkungan santo Yosef Benediktus sudah melaksanakan kewajibannya sebagai orang Kristiani. Salah satunya ialah melaksanakan katekese di lingkungan untuk mengembangkan iman mereka akan Kristus. Hanya saja masih ada umat yang belum berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan katekese yang ada di lingkungan.

Umat Kristiani seluruhnya diharapkan terlibat dalam kegiatan menggereja baik di lingkungan, paroki maupun masyarakat sekitar sehingga mereka dapat melaksanakan tugas penyelamatan Kristus dan mempertanggungjawabkan iman mereka akan Kristus.

c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan

1) Pengantar

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk semakin menyadari tugas kita sebagai anggota Gereja. Tugas dan tanggungjawab sebagai anggota Gereja memang tidaklah mudah. Oleh karena itu, dalam pendalaman iman kita akan bersama-sama melihat dan mencoba membangun niat-niat yang akan kita lakukan untuk kemajuan Gereja kita.

2) Lagu pembukaan MB. no. 518 (Gereja Bagai Bahtera) 3) Doa Pembukaan

(23)   

Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadaMu atas rahmat kesehatan yang Engkau berikan pada kami. Bapa, bimbinglah kami agar kami dapat semakin menyadari tugas kami sebagai anggota Gereja dan semakin mengimani Putra-Mu Yesus. Doa ini kamu haturkan kehadiratMu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta

1) Membagikan teks cerita “Pak Bedo” kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu

2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita “Pak Bedo”

3) Intisari cerita “Pak Bedo” ialah:

Cerita tersebut menggambarkan sikap pak Bedo yang menjadi teladan bagi masyarakat di kampungnya. Walaupun pak Bedo sibuk bekerja namun ia selalu kelihatan senang dan penuh semangat. Biarpun pak Bedo lebih dalam segala hal daripada orang lainnya di kampung itu ia tetap sederhana dan dekat dengan siapa saja. Tidak semua orang di kampungnya senang dengan pak Bedo bahkan ada yang iri dan membencinya. Sehingga membuat keluarga pak Bedo merasa sedih dan istrinya mengajak pindah ke kota dimana sudah ada SD yang telah ditawarkan padanya. Pak Bedo sudah berkali-kali menolak tawaran itu karena ia tidak mau pindah dari kampungnya padahal kampungnya sepi, tidak mudah dijangkau orang lain dan ia juga merasa bahwa ia masih dibutuhkan orang-orang di kampung itu.

4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan

 Mengapa pak Bedo mau bertahan di kampung yang miskin dan sepi itu?

 Mengapa pak Bedo tak jemu-jemunya memberikan teladan dan nasihat kepada orang-orang di kampung itu?

 Mengapa pak Bedo selalu kelihatan bahagia meskipun dia sering dibenci orang lain?

 Bagaimana perasaan anda jika anda sudah menunjukkan sikap baik tapi justru ada orang lain yang membenci dan iri pada anda?

5) Suatu contoh rangkuman

Tindakan pak Bedo memang bijaksana. Ia sudah merasa nyaman tinggal di kampung itu walaupun ada orang yang benci dan iri dengan dia tetapi dia tetap tegar dan mau menerimanya. pak Bedo menolak ketika istrinya mengajak dia pindah ke kota karena pak Bedo merasa ia sangat dibutuhkan oleh orang-orang kampung tersebut. Pak Bedo ini seorang yang beragama katolik tetapi ia akrab dengan semua orang. Sikap dan tindakan pak Bedo

(24)   

merupakan realisasi dari iman sebagai orang katolik sekaligus anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, kita juga diharapkan mau peduli terhadap masyarakat sekitar kita. Wujud kepedulian kita terhadap lingkungan dan masyarakat merupakan tindakan nyata Gereja di tengah-tengah dunia. Langkah III: Menggali pengalaman

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, Yoh 5:1-8 atau dari teks fotocopy yang dibagikan

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan:

 Siapa yang dimaksud dalam perumpamaan tadi?

 Apa artinya perumpamaan ini bagi karya dan hidup kita?

 Apakah Kristus selama ini merupakan sumber hidup dan karya kita? Mengapa?

3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas

4) Pendamping memberikan tafsir dari Yoh 15:1-8 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya:

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, Yesus adalah pokok anggur yang benar yang sangat diperhatikan secara pribadi oleh Bapa, mempunyai cabang-cabang yang bersemi dan menghasilkan buah- buah yang bagus. Bagian-bagian pohon ini adalah para murid yang telah menerima sabda Yesus yang memberi hidup. Mereka diundang, didorong untuk terus hidup dan tetap tinggal dalam Yesus. Yesus adalah Guru yang selalu mengasihi kita. Sebagai murid Yesus, kita adalah cabang-cabang pohon anggur tersebut dan Yesuslah kepalaNya. Kita melakukan segala tugas dan tanggungjawab seperti apa yang dilakukan oleh Yesus yaitu hidup dalam kasih. Sebagai anggota Gereja, hendaklah kita hidup saling mengasihi satu sama lain terhadap siapa pun. Kasih inilah yang akan menjadi sumber kegembiraan bagi kita. Demi kasih, Yesus memberikan hidupNya bagi kita.

Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan tugas dan tanggungjawab sebagai orang Kristiani yang harus kita lakukan terhadap sesama kita. Sebagai orang Kristiani hendaknya kita mewartakan Kabar Gembira di tengah-tengah dunia yakni hidup dalam kasih seperti apa yang diajarkan oleh Yesus kepada kita.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Gereja, kita akan melihat situasi konkrit yang

(25)   

sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari- hari kita dalam keluarga

 Sebagai anggota Gereja, apakah kita semakin disadarkan untuk selalu hidup dalam kasih? (direfleksikan dalam hati masing-masing)

 Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat menjalankan tugas dan kewajiban kita sebagai anggota Gereja?

3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan prakis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja

Penutup

1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan

2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutup(Kasih)

Tema 3 a. Identitas

Judul pertemuan : Kemajuan Sejati

Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah sebagai pendorong untuk mencapai kemajuan sejati

Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat

Hari/tanggal : Kamis, 20 Februari 2014 Waktu : pkl. 19.00-20.15 WIB

Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita

Model : Pengalaman Hidup

Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita

Sumber Bahan : 1 Kor 13:1-13 Bergant, Dianne SJ .2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yoyakarta. Kanisius, KWI. 2011.

b. Pemikiran Dasar

Dalam alam pembangunan sekarang ini banyak orang berlomba-lomba mengejar kemajuan material. Di desa ada orang berlomba-lomba untuk memiliki kursi sedan yang empuk dan mode-mode pakaian terbaru dsbnya. Demikian pula kehidupan orang-orang di kota-kota ada yang berlomba- lomba memiliki kendaraan bermotor, rumah mewah sedangkan kemajuan di bidang rohani kurang mendapat perhatian. Dalam hal ini, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus termasuk aktif terlibat dalam

(26)   

kehidupan menggereja yaitu koor, tata laksana, pendalaman iman, parkir di gereja, dsb. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus diharapkan dapat mengimbangi dalam mengejar kemajuan material dan kemajuan rohani mereka karena kemajuan sejati tidak bisa dicapai dengan mengejar kemajuan material saja.

Kemajuan sejati merupakan pembangunan manusia seutuhnya baik lahir maupun batin. St. Paulus mengatakan: “Sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Demikian pun kalau kita memiliki harta yang banyak tetapi tidak memiliki kasih sedikitpun tidak berguna. Kasih itu membuat orang sabar, murah hati, berlaku sopan, tidak mencari keuntungan sendiri dan sesamanya. Dengan kata lain kasih itu membuat orang menemukan kemajuan sejati dalam dirinya.

c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan

1) Pengantar

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah sebagai pendorong untuk mencapai kemajuan sejati. Maka dari itu kita kan bersama-sama mendengarkan sabda Yesus agar kita dapat semakin meresapkan dan melaksanakannya di tengah-tengah hidup kita.

2) Lagu pembukaan MB. no. 230 (Hidup cerah) 3) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadaMu atas rahmat kesehatan yang Engkau berikan pada kami. Bapa, bimbinglah kami agar kami dapat semakin menyadari tugas kami sebagai anggota Gereja dan semakin mengimani Putra-Mu Yesus. Doa ini kamu haturkan kehadiratMu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta

1) Membagikan teks cerita “Kepala Desa yang Kaya” kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu

2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita “Kepala Desa yang Kaya”

3) Intisari cerita “Kepala Desa yang Kaya” ialah:

Cerita tersebut menggambarkan seorang kepala desa yang paling kaya di kampungnya. Sebagai seorang kepala desa, ia memiliki pendidikan yang memadai dan kecakapan untuk memimpin. Penduduk desa segan dengannya. Ekonomi rumah tangga kepala desa tak dapat ditandingi oleh penduduk di sana. Kekayaannya berupa kebun karet, kebun kopi, peternakan babi dan barang mewah lainnya. Sebagai kepala desa, ia

(27)   

sendiri merasa bahwa ia disegani dan ditakuti oleh penduduknya. Tak segan-segan ia minta bantuan tenaga dari masyarakat untuk menggarap kebun karet dan kebun kopinya, ternak babi dan sapi dengan membayar upah yang murah. Penduduk desa yang lemah dan memiliki perasaan takut kepada pemimpin selalu tunduk dan mengikuti apa yang dikatakan atau diperhitungkan oleh kepala desanya. Kepala desa sendiri tidak menyadari bahwa ia mendidik penduduknya bermental kuli. Tentu saja situasi semacam ini akan berlanjut kalau tidak ada orang yang mulai berani mengubah nasib rakyat.

4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan

 Apa kesan anda terhadap kepala desa yang demikian?

 Apakah dengan pendidikan, kecakapan dan harta benda yang dimiliki ia mengalami keseimbangan kemajuan jasmani dan rohani?

 Bagaimana perasaan anda jika anda menemukan seorang pemimpin yang seperti itu?

 Apakah anda pernah mengalami peristiwa seperti cerita di atas yang berkaitan dengan kepemimpinan yang otoriter? Misalnya: di keluarga, lingkungan dan masyarakat?

5) Suatu contoh rangkuman

Tindakan kepala desa sungguh kurang mencerminkan kasih. Ia memanfaatkan penduduk untuk melakukan apa yang menjadi inginnya yakni menggarap kebunnya. Kepala desa tidak memikirkan perasaan yang dialami oleh penduduk, ia hanya mencari kesenangan duniawi. Sebagai orang Kristiani, kepala desa tersebut kurang menyadari arti cinta kasih yang diajarkan oleh Yesus. Terkadang kita juga sering melalaikan ajaran Yesus dan sering berbuat seenaknya sendiri. Oleh karena itu, cerita tadi mengajak kita untuk menyadari bahwa kepuasan jasmani tidak akan mengantarkan kita menuju kemajuan sejati.

Langkah III: Menggali pengalaman

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, 1 Kor 13:1-13 atau dari teks fotocopy yang dibagikan

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan:

 Ayat mana yang berkesan/menyentuh di hati anda?

 Apa maksud kasih itu mengatasi iman, pengetahuan dan pengharapan?  Apakah pesan pokok yang mau disampaikan Tuhan lewat 1 Kor 13:1-

Dokumen terkait