ABSTRAK
Skripsi yang berjudul: PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT
UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN
SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA
BARU YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan katekese
orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan masih memprihatinkan.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese, jumlah umat yang
hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan merasa cepat
bosan mendengar materi yang disampaikan oleh katekis. Hal tersebut membuktikan
bahwa umat kurang berminat dalam mengikuti katekese. Bertitik tolak pada kenyataan
tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu katekis agar dapat meningkatkan
minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa.
Persoalan pokok dalam skripsi ini bagaimana menemukan gambaran sosok
katekis dalam berkatekese yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti
katekese dan membuat umat terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat agar
umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan di tengah-tengah
masyarakat. Untuk membahas masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena
itu, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para pemimpin
pendalaman iman lingkungan dan pemberian kuisioner kepada umat lingkungan Santo
Yosef Benediktus Sagan. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk
menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi para
pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.
Hasil akhir menunjukkan bahwa minat umat dalam mengikuti katekese orang
dewasa dipengaruhi oleh sosok katekis. Sosok katekis yang berspiritualitas sekaligus
kreatif dalam menyampaikan materi yang menarik dan tidak menggurui, semakin
membuat umat berminat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef
Benediktus Sagan. Oleh karena itu, untuk membantu meningkatkan kualitas katekis,
penulis menawarkan usulan program pendampingan bagi pendamping katekese yang
menggunakan model
Shared Christian Praxis
.
Shared Christian Praxis
merupakan
ii
ABSTRACT
The title of this thesis is THE EFFECT OF CATECHIST FIGURE TO
INTEREST OF PARISHIONERS WHO FOLLOWS ADULT’S CATECHESIS IN
THE COMMUNITY OF SAINT JOSEPH BENEDICT SAGAN, ANTONIUS
KOTABARU YOGYAKARTA PARISH
.
This title selected based on the fact that the
implementation of adult catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan
is needed to be concerned. The fact is that just few of people attend in every catechesis
gathering. In the process of catechesis, they tend to be passive and feel quickly bored
of hearing the material presented by the catechist. It proves that people are not
interesting in this process of catechesis. Focuses on this fact, the purpose of this thesis
is helping catechists in order to increase the interest of people to attend the adult’s
catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan.
The main issue in this thesis is how to find the image of catechists who are able
to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis and boosted them
participate in the church life and their own society so that the presence of the Church
is becoming increasingly significant and relevant in the midst of society. To address
this problem, the author needs accurate data. Therefore, the author conducted
interviews with the leaders of the community and distributed some questionnaire to the
people in the community of Saint Joseph Benedict Sagan. In addition, the authors used
theoretical description to be able to understand and assess the above issues
conceptually.
PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM
MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO
YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh
Fransiska Wayan Meila Candraningsih
NIM: 091124039
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Semua orang yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini,
terutama kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat selama penulis
menjalankan studi di Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
vi
viii
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul: PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan masih memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese, jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan merasa cepat bosan mendengar materi yang disampaikan oleh katekis. Hal tersebut membuktikan bahwa umat kurang berminat dalam mengikuti katekese. Bertitik tolak pada kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu katekis agar dapat meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa.
Persoalan pokok dalam skripsi ini bagaimana menemukan gambaran sosok katekis dalam berkatekese yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese dan membuat umat terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat agar umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan di tengah-tengah masyarakat. Untuk membahas masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para pemimpin pendalaman iman lingkungan dan pemberian kuisioner kepada umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi para pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is THE EFFECT OF CATECHIST FIGURE TO INTEREST OF PARISHIONERS WHO FOLLOWS ADULT’S CATECHESIS IN THE COMMUNITY OF SAINT JOSEPH BENEDICT SAGAN, ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA PARISH. This title selected based on the fact that the implementation of adult catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan is needed to be concerned. The fact is that just few of people attend in every catechesis gathering. In the process of catechesis, they tend to be passive and feel quickly bored of hearing the material presented by the catechist. It proves that people are not interesting in this process of catechesis. Focuses on this fact, the purpose of this thesis is helping catechists in order to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan.
The main issue in this thesis is how to find the image of catechists who are able to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis and boosted them participate in the church life and their own society so that the presence of the Church is becoming increasingly significant and relevant in the midst of society. To address this problem, the author needs accurate data. Therefore, the author conducted interviews with the leaders of the community and distributed some questionnaire to the people in the community of Saint Joseph Benedict Sagan. In addition, the authors used theoretical description to be able to understand and assess the above issues conceptually.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
senantiasa telah memberkati, membimbing, menerangi dan mencurahkan Rahmat-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH
SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI
KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF
BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU
YOGYAKARTA. Maksud penulisan skripsi ini sebagai sumbangan pemikiran bagi
umat lingkungan Santo Yosef Benediktus dalam meningkatkan minat mengikuti
katekese di lingkungan. Di samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat
keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan setia
mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang
membangun. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada:
1. Drs. F.X.. Heryatno W.W.,SJ.,M.Ed, selaku dosen utama yang mendampingi,
menuntun, mengembangkan ide dan memberi motivasi dengan penuh kesabaran
dan sepenuh hati membimbing dalam seluruh proses penulisan skripsi ini sampai
xi
2. Dr. B.Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing
akademik yang memberi semangat kepada penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji III yang memberi
semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama
belajar sampai terselesaikannya skripsi ini.
5. Maria G. Mintarsih, selaku ketua lingkungan Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru yang telah memberi kesempatan dan menolong penulis
dengan sepenuh hati untuk melakukan penelitian di lingkungan Yosef Benediktus
Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru dan juga kepada umat lingkungan Yosef
Benediktus Sagan yang bersedia meluangkan waktu dan berkorban dalam
membantu selama proses penelitian sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Teman-teman angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
masukan ide dan juga kerjasama selama belajar di IPPAK sampai
terselesaikannya skripsi ini.
7. Teman-teman Asrama Syantikara, unit UBA yang selalu memberikan dukungan
bagi penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendoakan,
mendukung, memperhatikan penulis dalam menempuh studi di IPPAK sampai
xii
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 8
D. Manfaat Penulisan ... 8
E. Metode Penulisan ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN RELEVAN ... 11
xiv
1. Pengertian Katekese ... 12
2. Tujuan Katekese ... 15
3. Tugas Katekese ... 18
B. Katekis ... 21
1. Sosok Katekis ... 21
2. Tugas Katekis ... 26
3. Pembinaan Katekis ... 28
4. Syarat Menjadi Katekis ... 30
C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat ... 32
1. Katekis di tengah Umat ... 32
2. Katekese di tengah Umat ... 33
3. Gereja Signifikan dan Relevan ... 35
4. Katekese Mewujudkan Gereja yang Signifikan dan Relevan ... 36
BAB III. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA ... 40
A. Gambaran umum Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 41
1. Sejarah Singkat Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 41
2. Situasi Umat di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 42
3. Keadaan Katekese di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 46
4. Katekis di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 48
B. Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta ... 49
1. Latar Belakang Penelitian ... 49
2. Jenis Penelitian ... 50
xv
4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
5. Populasi dan Sampel ... 52
6. Variabel Penelitian ... 53
a. Sosok Katekis ... 53
b. Minat Umat ... 53
7. Instrumen Pengumpulan Data ... 54
8. Kisi-kisi Penelitian ... 55
9. Teknik Analisis Data ... 58
C. Laporan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta .... 60
1. Hasil penelitian melalui Wawancara 4 Katekis Sukarelawan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi ... 60
a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 60
b. Keterampilan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan . 61 c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan .... 62
d. Katekis memberikan kesan dan gambaran mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese ... 63
2. Hasil penelitian berdasarkan angket terbuka terhadap 15 umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi ... 65
D. Pembahasan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat Dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta ... 70
1. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 70
a. Pengalaman katekis menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 70
xvi
c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 76
d. Kesan katekis mengenai minat umat dalam berkatekese ... 78
2. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 82
3. Pendalaman Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan dan 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 90
a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 90
b. Keterampilan katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 91
c. Spiritualitas katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 93
d. Katekis memberikan kesan mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese ... 94
4. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 94
BAB IV. SOSOK KATEKIS YANG MAMPU MEMBANGUN MINAT UMAT DALAM MELAKSANAKAN KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN ... 97
A. Sosok Katekis yang dapat membangun Minat Umat supaya mampu Terlibat dalam Hidup Menggereja maupun Memasyarakat ... 98
1. Spiritualitas Katekis ... 101
a. Iman seorang katekis ... 101
b. Pengharapan seorang katekis ... 102
c. Cinta Kasih seorang katekis ... 103
2. Program Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 105
xvii
b. Program Pelaksanaan Pendampingan Pendamping
Dalam Melaksanakan Katekese Orang Dewasa di Lingkungan
Santo Yosef Benediktus Sagan ... 109
1). Pemikiran Dasar Program ... 109
2). Tujuan Pelaksanaan Program Pendampingan ... 111
3). Target Peserta ... 112
4). Tema dan Tujuan ... 112
BAB V. PENUTUP ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 120
LAMPIRAN ... 123
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian ... (1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... (2)
Lampiran 3: Panduan Pertanyaan Wawancara kepada Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (3)
Lampiran 4: Kuisioner Penelitian kepada Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (4)
Lampiran 5: Rincian Materi Kaderisasi Bagi 4 Orang Katekis Sukarelawan dan 10 Orang sebagai Kader Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (6)
Lampiran 6: Daftar Pengurus di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (17)
Lampiran 7: Contoh Satuan Pertemuan Katekese Model Shared Christian Praxis .. (18)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang
terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (2009) terbitan Lembaga
Alkitab Indonesia.
B. Singkatan lain
AG : Ad Gentes: Dekrit Konsili Vatikan II, tentang kerasulan awam, 7
Desember 1965
CT : Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979
Dsb : dan sebagainya
EN : Evangelii Nuntiandi: Evangelisasi di Dunia Modern merupakan
himbauan apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember
1975 oleh Paus Paulus VI pada tema evangelisasi Katolik
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KHK : Kitab Hukum Kanonik
KK : Kepala Keluarga
xix
LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II, tentang
Gereja, 21 November 1964
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PUK : Pedoman Umum Katekese
SCP : Shared Christian Praxis
St. : Santo
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Roh Allah yang tinggal dalam diri seseorang merupakan kekuatan dan
menjadi tenaga pendorong seseorang untuk mendayagunakan kemampuan yang
ada dalam dirinya melalui pikiran dan perasaan sehingga mampu menghadirkan
nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Arah Dasar
Keuskupan Agung Semarang 2011-2015 mengatakan bahwa:
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.
Sebagai umat Allah, manusia diajak untuk selalu mendekatkan diri
kepada-Nya dan mereka dipanggil untuk bersatu membentuk sebuah paguyuban sebagai
murid-murid Yesus. Berkat bimbingan dan karya Roh Kudus yang hadir, mereka
dibimbing untuk dapat menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah
masyarakat, sehingga Kerajaan Allah semakin signifikan dan relevan bagi
warganya. Signifikan berarti bahwa kehadiran dan gerak Gereja sungguh penting
diperhitungkan oleh warga dan masyarakatnya. Relevan berarti bahwa kehadiran
Gereja memiliki kesesuaian dan kegunaan bagi kehidupan konkrit warganya.
Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat.
Salah satu kegiatan umat yang dapat dilakukan untuk menghadirkan
nilai-nilai Kerajaan Allah secara signifikan dan relevan yaitu dengan melaksanakan dan
Kristiani yang berusia berapapun (anak-anak, dewasa, orang tua). Melalui
kegiatan ini umat dibantu untuk semakin mengenal Yesus dan ajaran-Nya
sehingga mereka semakin memperdalam imannya akan Yesus. Melalui katekese
ini juga, umat dapat bersatu untuk membentuk suatu paguyuban sebagai pengikut
Kristus. Melalui katekese, umat dapat semakin mengenal satu sama lain, terbuka
untuk membagikan pengalaman iman mereka dan semakin akrab satu sama lain
sebagai saudara seiman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.
Kegiatan katekese ini dilaksanakan “dari umat, oleh umat, dan untuk umat”
(Heryatno, 2009). Katekese dari umat berarti bahwa materi katekese bersumber dari pengalaman hidup umat dan pengalaman itu digali lebih dalam lagi sehingga
makna pengalaman itu dapat menjadi kekuatan untuk saling meneguhkan diri
sendiri dan orang lain. Katekese oleh umat, artinya katekese itu sendiri berasal
dari umat karena yang melaksanakan katekese ialah umat itu sendiri dan yang
menjadi pusat katekese ialah umat. Katekese untuk umat, artinya katekese yang
sudah dilaksanakan dapat berguna bagi umat sendiri supaya mereka semakin
mengenal dan mencintai Yesus yang mereka imani dan semakin matang dalam
iman mereka.
Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota
Baru sudah secara rutin melaksanakan katekese. Mereka menyebutnya dengan
kegiatan pendalaman iman. Kegiatan pendalaman iman di lingkungan Santo
Yosef Benediktus Sagan dilaksanakan setiap hari Kamis dan dimulai pada pukul
19.00-20.00 WIB juga termasuk masa liturgi misalnya: pendalaman iman masa
iman tersebut dilaksanakan di rumah umat secara bergantian setiap minggunya.
Selain pendalaman iman lingkungan, mereka juga mengadakan kegiatan
lingkungan lainnya, antara lain; perayaan syukur atas pesta santo pelindung
lingkungan, hari raya besar (Natal dan Paskah), mendoakan umat yang
meninggal, latihan koor, ziarah, doa rosario pada bulan Mei dan Oktober,
mengunjungi orang sakit, dsb.
Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan berjumlah sekitar 33 KK dan
secara keseluruhan umat berjumlah 134 jiwa termasuk anak-anak, remaja, dewasa
dan orang tua. Dari 134 jiwa yang tergolong umat dewasa berjumlah ± 66 jiwa. Pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir ada sekitar 10-16
orang. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah orang dewasa yang ada di
lingkungan. Keterlibatan umat untuk mengikuti pendalaman iman lingkungan
sangatlah minim. Mereka kurang menyadari bahwa kegiatan pendalaman iman
dapat membantu mereka untuk semakin mengenal Yesus yang mereka imani,
saling mengakrabkan umat di lingkungan dan terutama membantu mereka untuk
semakin mematangkan iman mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua lingkungan, umat yang ada di
lingkungan Yosef Benediktus Sagan memang terlibat aktif dalam berbagai macam
kegiatan menggereja antara lain: kelompok paduan suara, tata laksana, lektor,
petugas parkir di gereja, dsb. Umat yang sudah merasa terlibat dalam kegiatan
menggereja tidak pernah hadir untuk mengikuti pendalaman iman di lingkungan.
dalam kegiatan menggereja terkecuali dalam mengikuti kegiatan pendalaman
iman di lingkungan.
Hal tersebut membuktikan bahwa pendalaman iman memang kurang diminati
oleh umat di lingkungan Yosef Benediktus Sagan. Bahkan terjadi pula pada saat
pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir terkesan pasif. Mereka kurang
terlibat dalam pelaksanaan pendalaman iman. Ketika pemimpin memberikan
kesempatan untuk mensharingkan pengalaman, justru umat cenderung tidak mau
berbicara.
Dalam hal ini, umat diharapkan untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan katekese. Keaktifan umat sangat penting karena menentukan proses jalannya
katekese. Jika umatnya pasif, maka katekese tersebut tidak berjalan dengan baik
Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak ada katekis full time atau
akademik tetapi ada katekis sukarelawan yang berperan sebagai fasilitator dalam
pelaksanaan katekese di lingkungan. Mereka ialah prodiakon, tokoh umat dan 2
orang yang sudah terbiasa memimpin katekese. Hal tersebut sungguh
memprihatinkan karena diantara 134 umat hanya terdapat 4 orang yang merelakan
diri untuk berkarya di bidang katekese. Pemimpin katekese bergantian setiap
minggunya dan yang memimpin katekese biasanya seorang bapak, ibu dan orang
muda yang dipandang mampu untuk memimpin pelaksanaan katekese dan
dianggap sudah memahami ajaran iman Katolik oleh umat setempat. Walaupun
pemimpin katekese sudah bergantian setiap minggunya, masih saja umat terlihat
katekese, sehingga katekese terkesan membosankan dan tidak menarik umat di
lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.
Dalam pelaksanaan katekese, keaktifan umat juga ditentukan oleh seorang
katekis sebagai pemimpin sekaligus fasilitator dalam pelaksanaan katekese. Ada
kesan bahwa prodiakon dan pemimpin katekese di lingkungan Santo Yosef
Benediktus Sagan kurang memperhatikan situasi umat sehingga selama
pelaksanaan, katekese hanya mengalir begitu saja. Mereka belum sepenuhnya
berkarya di tengah umat dan hanya sebatas pada saat proses pelaksanaan katekese
saja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese dibutuhkan sosok katekis yang sungguh-sungguh memperhatikan situasi umat baik dalam proses pelaksanaan
maupun tindak lanjutnya. Selain itu katekis juga diharapkan mampu
membangkitkan minat dan semangat umat dalam mengikuti katekese. Salah
satunya ialah membuat umat menjadi aktif terlibat baik dalam proses katekese
maupun setelah proses katekese agar mereka dapat mewujudkan nilai-nilai
Kerajaan Allah yang menjadi harapan Gereja.
Salah satu tugas seorang katekis ialah membangkitkan kesadaran, semangat
dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral yang juga mengambil
bagian dalam kehidupan bermasyarakat, seorang katekis sebenarnya memiliki
peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang
menjiwainya.
Dalam hal tersebut, memang katekis seharusnya memperhatikan tugasnya
sebagai pelayan umat. Ia harus memiliki jiwa dan mental yang kuat, pribadi yang
Selain itu ia diharapkan membuat umat yang dilayaninya merasa nyaman dan
tertarik untuk terlibat aktif dalam mengikuti katekese sehingga katekese menjadi
hidup dan timbul suasana yang menyenangkan dan nyaman bagi siapa saja yang
mengikuti katekese.
Katekis adalah sosok yang menjadi panutan bagi hidup umat. Katekis
diharapkan memiliki kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan kondisi
dimanapun dia berada. Katekis diharapkan profesional dalam tugas pelayanannya.
Selain memiliki kepribadian yang baik, katekis juga harus memiliki iman yang
mendalam akan Yesus Kristus. Tugas katekis adalah mewartakan sabda Allah. Ia diharapkan memahami ajaran Kristiani dan memiliki pengalaman iman yang
mendalam agar mampu memberikan kesaksian bagi umat yang dilayaninya.
Dalam proses katekese, katekis dan umat harus diharapkan mampu
menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dan berusaha mewujudnyatakan dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran
rahmat Allah dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang
dinyatakan dalam perbuatan baik. Kerajaan Allah harus diwujudnyatakan dalam
tindakan sehari-hari (KWI, 2007:262). Oleh karena itu katekese adalah salah satu
cara agar umat dapat menghadirkan Kerajaan Allah bahkan mewujudnyatakan
dalam tindakan. Dalam kegiatan katekese, katekis dan umat diajak untuk berbagi
dengan sesamanya lewat pengalaman iman mereka, mempererat tali persaudaraan,
menciptakan suasana rukun, damai dan komunikasi berjalan dengan baik tanpa
Keberadaan dan jati diri katekis ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya
sehari-hari, baik dalam keluarga, maupun sebagai anggota Gereja dan anggota
masyarakat. Kehadiran sosok katekis hendaknya dapat membuat umat merasa
nyaman dan krasan bila ia berada di tengah umat. Sudah umum sosok katekis
menjadi sorotan dan pembicaraan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kalau ia berupaya untuk mengembangkan aneka keutamaan yang
mendukung kehidupannya sehari-hari, khususnya sikap dan semangat
keteladanan. Dalam aspek kehidupan, ia diharapkan mampu menjadi teladan yang
baik bagi umat, bukan malah menjadi sandungan.
Mengingat keberadaan katekis yang sangat strategis di kalangan masyarakat
dan umat beriman Katolik lainnya, sudah sepantasnya kalau dipikirkan aneka
kriteria atau syarat menjadi seorang katekis. Aneka kriteria atau syarat ini
bertujuan untuk menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan
penuh tanggung jawab. Diharapkan ia tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu,
baik yang menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu
membawa orang lain untuk sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus
serta membantu umat beriman Katolik lainnya membangun intimitas dengan-Nya
(Prasetya, 2007:40-41).
B.Rumusan Masalah
1. Sosok katekis macam apa yang dapat membantu umat untuk mewujudkan
2. Apakah sosok katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki
Santo Antonius Kota Baru mampu meningkatkan minat umat dalam
mengikuti katekese?
3. Bagaimana membantu meningkatkan sosok katekis demi membangun
keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan St. Yosef
Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru?
C.Tujuan Penulisan
1. Membantu penulis memperdalam pengetahuan tentang sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.
2. Mengetahui sosok katekis yang dapat meningkatkan minat umat dalam
mengikuti pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan,
Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta.
3. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan sosok katekis demi membangun
keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef
Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru.
D.Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi penulis dan pembaca
mengenai sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan
Gereja yang signifikan dan relevan.
2. Sebagai upaya untuk menggali lebih dalam kehadiran sosok katekis yang
Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta dalam mengikuti katekese orang
dewasa.
3. Membantu mengembangkan sosok katekis lingkungan Yosef Benediktus
Sagan dalam rangka membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese
di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.
E.Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analisis berdasarkan
penelitian. Melalui metode ini penulis melakukan pengamatan secara langsung
(obesevasi) kemudian memaparkan permasalahan yang terjadi di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Setelah itu, penulis membuat penelitian sederhana
dengan metode survei menggunakan instrumen wawancara dan kuisioner yang
topiknya bersumber dari rumusan masalah. Penulis membahas hasil penelitian
dan menarik kesimpulan terhadap penelitian tersebut. Penulis memanfaatkan studi
pustaka untuk mendukung pembahasannya.
F.Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis
menyampaikan pokok-pokok gagasan yang terkandung pada masing-masing bab:
BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II tentang kajian teoritis yang menjawab masalah pertama dalam skripsi
mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan yang meliputi: katekese, sosok
katekis dan katekis demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan.
BAB III menjawab permasalahan kedua yaitu sosok katekis dalam
berkatekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius
Kota Baru Yogyakarta yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti
katekese meliputi: Gambaran umum umat lingkungan Santo Yosef Benediktus
Sagan, penelitian sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese
orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, laporan hasil
penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB IV menanggapi permasalahan ketiga tentangsosok katekis yang mampu
membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo
Yosef Benediktus Sagan yang meliputi: sosok katekis yang dapat membangun
minat umat supaya mampu terlibat dalam Gereja maupun masyarakat yang
memiliki spiritualitas dalam dirinya, program pelaksanaan katekese di lingkungan
Santo Yosef Benediktus Sagan.
BAB V merangkum secara keseluruhan bab dalam skripsi yaitu kesimpulan
BAB II
SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN
RELEVAN
Catechesi Tradendae artikel 43 menguraikan bahwa sebagai umat Allah, kita
diajak untuk mendekatkan diri pada-Nya. Hendaknya umat Kristiani baik
anak-anak, orang dewasa maupun orang tua terlibat untuk memperdalam dan
mengembangkan imannya akan Yesus Kristus. Katekese mempunyai peranan
dalam usaha dan proses untuk mendalami dan mematangkan iman dalam Gereja
(CT, 43).
Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah secara rutin melaksanakan
katekese orang dewasa. Katekese dilaksanakan untuk membantu mengembangkan
iman umat akan Yesus Kristus. Tentu saja dalam pelaksanaan katekese yang ada
di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa ada seorang yang menjadi fasilitator. Fasilitator berperan untuk membantu
umat dalam proses pelaksanaan katekese. Fasilitator dalam katekese ialah katekis.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese, diperlukan sosok katekis yang
sungguh mampu membantu proses pelaksanaan katekese. Ia mengajak umat
terlibat aktif dan membantu mereka dalam mengembangkan imannya untuk
mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.
Sangat penting bagi seorang katekis memahami katekese demi mewujudkan
Gereja signifikan dan relevan. Bab ini menguraikan tentang pengertian katekese
pembinaan, syarat menjadi katekis dan katekese di tengah umat demi
mewujudkan Gereja signifikan dan relevan.
A. Katekese
1. Pengertian Katekese
Katekese merupakan pendidikan iman secara terus-menerus bagi umat
Kristiani baik usia anak-anak maupun usia dewasa. Dalam hal ini, umat Kristiani
perlu memahami katekese supaya mereka semakin menyadari bahwa katekese
sangatlah penting terutama untuk membantu mengembangkan iman akan Kristus.
Rumusan pengertian katekese diambil dari berbagai sumber dari dokumen Gereja yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, Pertemuan Kateketik
antar Keuskupan Indonesia (PKKI) II, para ahli dan menurut penulis sendiri.
Catechesi Tradendae artikel 18 menguraikan bahwa:
Katekese adalah “Pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”.
Paus Yohanes Paulus II, menegaskan bahwa katekese adalah pembinaan bagi
semua umat Kristiani baik anak-anak, kaum muda maupun dewasa. Pembinaan
iman sangat penting bagi semua umat Kristiani terutama untuk mendewasakan iman mereka akan Yesus Kristus. Pembinaan iman dilakukan secara sistematis
dan organis supaya dapat membantu umat semakin mendalami ajaran Gereja dan
dapat memahami secara penuh ajaran hidup Kristiani. Oleh karena itu, satu
kegiatan yang dapat membantu dan membina iman umat adalah katekese.
Katekese dapat diartikan sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar
sehari-hari. Usaha pembinaan iman dengan menyampaikan ajaran Kristiani bagi
umat ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota Gereja.
Sedangkan menurut Pedoman Umum Katekese (PUK), katekese ialah salah
satu bentuk pelayanan Sabda di dalam Gereja (PUK 17). Umat Kristiani
mendengarkan Sabda Allah tidak hanya melalui perayaan liturgi dalam Gereja
tetapi mendengarkan Sabda Allah juga dapat melalui kegiatan katekese. Pada
dasarnya, kegiatan katekese ialah mewartakan Kabar Gembira Kristus.
Katekese adalah pewartaan tentang Kristus (PUK, 41). Kristus merupakan
pusat dan acuan katekese dan Ia yang menjadi pusat sejarah keselamatan umat manusia. Dalam katekese, Yesus sendirilah yang hadir. Katekese mengajarkan
tentang Yesus yang menjadi dasar hidup umat Kristiani. Pengalaman hidup kita
dan segala sesuatu lainnya diajarkan dengan mengacu pada Yesus.
Umat Kristiani hidup di dalam iman yang masak, jika mendengarkan sabda Allah dengan penuh hormat, jika selalu mengusahakan pertobatan dan pembaharuan hati, jika rajin mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja (PUK, 22).
Jika umat Kristiani ingin hidup dalam iman yang dewasa maka mereka
hendaknya mendengarkan sabda Allah, melakukan pembaharuan hatinya dan rajin mendengarkan ajaran Roh kepada Gereja. Melakukan ketiga hal tersebut tidak
mudah. Oleh karena itu perlulah uluran tangan dari Allah serta pertolongan Roh
kudus yang berperan untuk mengarahkan dan menggerakkan hati kita pada Allah
menuju iman yang dewasa. Jadi, arti katekese adalah suatu proses pengembangan
iman umat yang masak melalui penghayatan Sabda Allah, mengusahakan
pertobatan, pembaharuan hati dan rajin mendengarkan apa yang dikatakan Roh
Katekese ialah komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota kelompok, Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna (PKKI II).
Dalam pelaksanaan katekese, yang berkatekese ialah umat. Artinya semua
orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul
untuk lebih memahami Kristus yang menjadi pola hidup. Katekese mengajak
umat untuk mengkomunikasikan iman mereka kepada peserta lain atau sharing
pengalaman imannya agar mereka semakin diteguhkan. Oleh karena itu, umat
harus terbuka untuk mengungkap kesaksian iman mereka dalam hidup sehari-hari
supaya iman mereka dapat semakin berkembang dan dihayati makin sempurna.
Katekese ialah proses pembinaan atau pendidikan iman (Heryatno, 2009).
Katekese sangat penting bagi kita umat Kristiani sehingga katekese harus
terus-menerus dikembangkan oleh seluruh umat Kristiani agar mereka semakin
memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus sehingga umat dapat
mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.
Katekese diibaratkan sebagai “pupuk iman” artinya, kita memiliki iman akan
Yesus tetapi jika iman kita tidak dipupuk oleh katekese, maka iman akan sulit untuk berkembang. Tanpa pupuk tersebut iman kita semakin lama akan rapuh dan
mati. Oleh karena itu, katekese penting bagi umat Kristiani untuk memupuk iman
yang ada dalam diri kita. Kesaksian iman yang kita miliki dikomunikasikan
kepada orang lain supaya kita semakin diteguhkan dan semakin mencintai Yesus
2. Tujuan Katekese
Setelah berbicara mengenai pengertian katekese, maka bagian ini akan
menjelaskan tujuan katekese. Tujuan katekese merupakan hal penting yang harus
diketahui oleh umat Kristiani. Jika umat Kristiani melaksanakan katekese tanpa
ada tujuannya, maka katekese tidak berjalan dengan baik dan terkesan tidak
memiliki arah yang jelas. Rumusan tujuan katekese diambil dari dokumen Gereja
yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, pandangan para ahli dan
kesimpulan menurut penulis sendiri. Tujuan katekese juga penting untuk
dipahami oleh semua umat Kristiani dan katekis dalam melaksanakan kegiatan katekese sehingga pelaksanaan katekese menjadi terarah. Catechesi Tradendae
artikel 5 menguraikan bahwa tujuan mutakhir katekese ialah:
Katekese bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra dengan-Nya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kristus.
Yesus adalah jantung hati katekese. Katekese bertujuan untuk membangun
persekutuan dengan Yesus dan menghubungkan umat Allah dengan Pribadi
Yesus. Dalam pelaksanaan katekese, kita diundang oleh Yesus untuk memasuki
persekutuan yang mesra dengan Dia. Hanya Yesuslah yang dapat membimbing
kita kepada cinta kasih Allah dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup
Tritunggal Mahakudus. Oleh karena itu, ketika kita melaksanakan katekese
berarti kita diundang oleh Yesus sendiri untuk memasuki persekutuan
dengan-Nya karena Dialah yang menjadi pokok dan pegangan hidup kita.
kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda ataupun tua (CT, 20).
Maksud katekese ialah mengembangkan pengertian tentang misteri Yesus
Kristus dalam cahaya Firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi
oleh Firman itu. Berkat bantuan dan karya Allah, manusia diubah menjadi ciptaan
baru dan semakin mengikuti Kristus sebagai dasar hidup iman Kristiani. Umat
Kristen, baik tua maupun muda diajak untuk memantapkan hidup mereka sebagai
pengikut Kristus agar mereka dapat mencapai kepenuhannya yakni mewujudkan
nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus.
Katekese mempunyai tujuan untuk membawa orang Kristiani pada kematangan iman dan memungkinkan mereka untuk menerima Roh Kudus dan mendalami pertobatan mereka (PUK, 22).
Iman adalah anugerah dari Allah yang memanggil manusia untuk bertobat.
Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, katekese memiliki tujuan agar umat
dibantu dalam mematangkan dan mendewasakan iman mereka. Berkat
pertolongan Roh Kudus, mereka dapat melakukan pembaharuan iman dalam
dirinya demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Katekese sebagai salah satu pokok dalam pewartaan Injil yang bertujuan membantu umat menuju kematangan iman mereka, perlu dilaksanakan bukan
hanya bagi anak-anak, tetapi bagi seluruh umat dari semua golongan usia,
termasuk kaum dewasa. Katekese sebagai pendalaman iman orang dewasa adalah
usaha Gereja untuk memperbaharui diri umat.
Bersatu dengan Kristus berarti pula bersatu dengan Allah Bapa yang
mengutus-Nya, dengan Roh Kudus yang mendorong perutusan-Nya, dengan
diselamatkan-Nya (PUK, 80-81). Dengan demikian umat pun akan terbantu agar
semakin terpikat kepada Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Umat akan
terdorong untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari sehingga
terjadi pembaharuan hidup (Telaumbanua, 1999: 9).
Katekese umat memiliki tujuan supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari dan kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani supaya semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan kita dapat memberikan kesaksian tentang Kristus di tengah dunia (PKKI II).
Katekese umat memiliki tujuan melalui terang Injil yang kita dengarkan pada
saat pelaksanaan katekese membuat kita agar semakin meresapi pengalaman
hidup kita sehari-hari sebagai umat Kristiani. Dengan terang Injil juga, kita
dipanggil untuk bertobat dan mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kita percaya
bahwa Allah selalu hadir dan ikut berperan dalam hidup sehari-hari kita. Dengan
begitu, bukan saja iman kita yang menjadi semakin sempurna dan berkembang
tetapi juga kita dapat selalu berharap pada Allah yang selalu hadir menopang,
membimbing kita dalam hidup sehari-hari.
Selain itu, kita dapat mengamalkan cinta kasih Allah terhadap sesama dan
kita pun semakin dikukuhkan dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam
persekutuan dengan Kristus, kita dapat semakin menjemaat, tegas mewujudkan
tugas Gereja setempat dan memberikan kesaksian tentang Kristus di tengah dunia
walau banyak tantangan yang ada. Kita percaya bahwa Tuhan selalu ada dan hadir
Tujuan katekese ialah membantu umat memperdalam iman mereka dengan
cara memahami, mencintai dan menghayati iman akan Kristus dalam hidup
sehari-hari dan membantu umat baik secara perorangan maupun bersama
(komunal) di dalam mendewasakan imannya. Selain itu, katekese juga membantu
umat supaya makin mengenal, mencintai dan mengikuti Yesus Kristus dan
membantu mereka untuk terus-menerus melakukan pertobatan (metanoia).
Katekese dapat memperluas pengetahuan dan wawasan beriman umat agar aktif
memberikan kesaksian iman di tengah hidup masyarakat demi pembangunan
hidup bersama. Di samping itu, katekese berusaha meningkatkan kesatuan umat dan mengembangkan Gereja dan yang pokok ialah katekese membantu umat
untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia (Heryatno, 2009).
Dari berbagai pernyataan di atas mengenai tujuan katekese, penulis
menyimpulkan bahwa tujuan katekese tidak hanya sekedar berkumpul dengan
saudara seiman tetapi membangun persekutuan dengan Kristus sebagai pedoman
hidup umat Kristiani. Dalam katekese, umat diajak untuk mengembangkan iman
mereka akan Kristus dengan meresapi pengalaman hidup sehari-hari yang
bertolak pada terang Injili sehingga mereka mampu hidup sesuai dengan ajaran
iman Kristiani dan mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah
dunia.
3. Tugas Katekese
Selain pengertian dan tujuan katekese, maka umat dan katekis hendaknya
memahami tugas katekese. Uraian ini dimaksudkan agar umat Kristiani
katekese dan menjalankan tugas katekese demi mengembangkan iman mereka
dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari mereka.
Kita hidup dalam dunia yang serba sulit: kegelisahan menyaksikan hasil-hasil ciptaan manusia yang terbaik lolos dari padanya dan memberontak melawannya menimbulkan iklim ketidak-pastian. Di dunia ini, katekese wajib membantu umat Kristen demi kegembiraan mereka sendiri dan pengabdian kepada semua orang menjadi “terang” dan “garam” di tengah dunia (CT, 56).
Di zaman ini, banyak persoalan hidup yang dialami oleh umat manusia.
Berbagai masalah yang dialami oleh manusia membuat ketidakpastian dan
kebingungan sehingga manusia seringkali merasa putus asa dan ragu dalam
menentukan jati diri mereka. Maka dari itu, tugas katekese membantu umat
Kristiani untuk menghadapi tantangan hidup yang ada dalam dunia ini. Katekese
menyampaikan hal-hal yang pasti tetapi juga merupakan suatu upaya pencarian
yang terbuka. Katekese zaman sekarang perlu memiliki rasa dan sikap
proporsional dalam usaha bersama mencari kebenaran. Ada dua hal penting dalam
katekese. Dari satu pihak, katekese perlu memiliki keyakinan bahwa memiliki
kebenaran dapat meneguhkan orang-orang Kristiani dalam jati diri mereka dan
membantu mereka agar dapat melepaskan diri dari iklim keragu-raguan,
ketidakpastian dan kejenuhan yang mengelilingi mereka. Dari lain pihak katekese perlu menyadari bahwa setiap pembicaraan tentang Tuhan tidak pernah tuntas.
Oleh karena itu di zaman yang serba sulit dan sering membuat hidup manusia
bimbang, katekese memberikan pengajaran tentang Kristus sendiri yang dapat
menjadi pegangan hidup sehari-hari. Berkat Kristus, kita menjadi semakin
Katekese mempunyai tugas menolong untuk menghayati persekutuan dengan Allah. Katekese juga perlu menyuguhkan warta Kristiani sehingga nampak betapa katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia (PUK, 23).
Seseorang memiliki iman yang masak menyatakan untuk selalu hidup dalam
peresekutuan dengan Allah. Dalam hal ini, katekese mempunyai tugas untuk
mendorong dan menolong umat Kristiani dalam menghayati persekutuan dengan
Allah. Dalam katekese terkandung ajaran Kristiani tentang warta iman akan
Kristus sehingga katekese menjadi hal yang penting bagi umat dalam
mengembangkan iman dan nilai-nilai Kristiani yang terkandung di dalamnya.
Oleh karena itu katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia
yakni nilai Injili dan ajaran Kristiani.
Tugas pengembangan iman, pendidikan liturgis, mengajar berdoa, dan
pendidikan hidup berjemaat merupakan tugas yang berkaitan dengan intern
Gereja, sedangkan tugas pembinaan moral dan perutusan menyangkut tugas umat
di dalam masyarakat. Dengan kata lain, tugas katekese adalah untuk
mengembangkan Gereja dengan mewartakan Kristus dan mendidik umat untuk
semakin beriman dan bertanggungjawab dalam tugas perutusan Gereja (Telaumbanua, 1999:9-10).
Tugas utama katekese ialah memberitakan sabda Allah yang hadir secara
penuh di dalam diri Yesus Kristus. Katekese mewartakan Kristus agar umat
semakin mengenal, mencintai dan mengikuti-Nya, serta semakin peka mengenali
kehadiran-Nya di dalam hidup sehari-hari. Karena itu, katekese harus bersifat
Katekese mendidik umat supaya makin beriman. Peranan katekese
membantu, menyemangati dan meneguhkan umat supaya makin beriman. Yang
ditekankan adalah pendidikan yang bersifat utuh yang mencakup secara serentak
dan seimbang segi kognitif, afektif dan operatif praktis. Pendidikan ini berpusat
pada peserta. Secara aktif mereka mengambil bagian di dalam prosesnya yang
bersifat partisipatif-dialogis.
Katekese mengembangkan Gereja. Sebagai tindakan gerejawi, katekese
bertujuan untuk mengembangkan, memperbaharui dan menggerakkan Gereja.
Pengembangan Gereja tidak hanya dilakukan oleh katekese tetapi juga oleh liturgi, pewartaan, dan pelayanan Gereja lainnya. Pengembangan Gereja
merupakan tanggungjawab seluruh umat (Heryatno, 2009).
B. Katekis
1. Sosok Katekis
Di kalangan lingkungan maupun paroki, umat sering menyebut prodiakon
dari pada katekis. Dalam kenyataan, banyak katekis yang berkarya di lingkungan
maupun di paroki adalah para katekis sukarelawan. Selain sukarelawan, ada juga
katekis profesional yaitu, katekis yang menempuh pendidikan dan pelatihan
khusus di bidang katekese dan diharapkan menjadi katekis yang sungguh
memahami ilmu kateketik.
Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan lebih fokus pada sosok katekis
sukarelawan yang menjadi harapan umat dan Gereja. Katekis sukarelawan yang
dimaksud ialah katekis yang bersedia untuk membantu melaksanakan katekese,
terutama di lingkungan. Ia juga dengan rela dan tulus hati membantu umat
lingkungan dalam mengembangkan iman mereka akan Kristus. Katekis
sukarelawan maupun katekis profesional tidak menjadi persoalan yang utama. Hal
yang terpenting ialah kemauan dalam diri dan memahami secara sungguh ajaran
iman Kristiani, mau berusaha membantu membangun umat dalam mewujudkan
Gereja yang signifikan dan relevan.
Katekis merupakan panggilan Allah kepada kaum awam untuk mewartakan
kabar sukacita kepada semua orang. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, Yesus
berkata kepada murid-Nya: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Itu berarti Yesus sendirilah yang telah memilih para
rasul-Nya. Katekis juga rasul Kristus yang dipilih oleh Yesus untuk mewartakan
Kabar Gembira dan melayani sesama sehingga dapat menghasilkan buah yang
melimpah dalam karya pelayanannya.
Katekis menyadari panggilan dan perutusannya. Ia diharapkan menyadari
bahwa menjadi katekis itu bukan karena kemauan sendiri, tetapi pertama-tama
sebagai panggilan Allah yang patut disyukuri, seperti para murid yang dipanggil
Yesus Kristus. “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”
(Mrk. 1:17). Panggilan ini mengandung konsekuensi bahwa ia diutus mewartakan
Kabar Gembira. Panggilan dan perutusan ini diharapkan menjadi keyakinannya.
Yesus adalah Guru dan Tuhan kita. Seorang katekis, perlu meneladani sikap
Yesus sebagai Guru yang mau melayani murid-muridNya. Yesus memberikan
teladan bagi umat-Nya agar memiliki sikap saling mengasihi dan melayani satu
sama lain sama seperti yang dibuat oleh Yesus. Katekis hendaknya memiliki
semangat melayani. Katekis juga dapat dikatakan sebagai seorang guru atau
pembimbing yang dianggap sebagai orang yang lebih memahami ajaran Kristiani
dibanding umatnya. Oleh karena itu, katekis harus memberikan suatu teladan,
sikap yang baik sekaligus pemahaman mengenai ajaran Kristiani yang lebih
mendalam lagi untuk membantu mengembangkan iman umat.
Katekis adalah orang beriman. Katekis perlu terbuka terhadap kehadiran dan
sapaan Allah serta mau menanggapi atau mengamini tawaran keselamatan Allah
itu, baik bagi dirinya sendiri maupun umat beriman Katolik lainnya. Meski
kehadiran, sapaan, dan tawaran keselamatan Allah itu tidak jelas, ia berani berkata
seperti Maria. “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Katekis diharapkan menjadi sosok orang yang
beriman dan sekaligus menjadi contoh orang beriman. Hidup dan tugas
perutusannya didasarkan pada Sakramen Baptis dan Penguatan atau Krisma yang
telah diterima dan dihidupinya selama ini.
Selain memiliki sikap melayani, katekis perlu memiliki sikap rela berkorban.
Rela berkorban dapat diartikan sebagai keikhlasan memberikan sesuatu tanpa ada
imbalan bagi dirinya. Rela berkorban memang tidak mudah, bukannya mendapat
keuntungan justru mendapatkan kerugian misalnya, rugi waktu, tenaga, pikiran,
akan memberikan anugerah bagi mereka yang dengan ikhlas memberikan segala
miliknya dan mereka akan mendapat upah di Surga. Katekis diharapkan mampu
mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan umat. Di
sini, ia mampu menunjukkan sikap dan semangat mencintai tugas perutusannya
dalam segala situasi dan siap untuk tidak menerima imbalan karena Tuhanlah
yang akan memberikan upah bagi dirinya.
“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: ‘Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi” (Mat 6:2-4).
Selain itu, katekis terbuka pada karya Roh Kudus. Dalam mewartakan Kabar
Gembira, katekis diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan
utama kegiatan ini adalah Roh Kudus. Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada
diri katekis itu sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir.
Evangelii Nuntiandi artikel 75 menguraikan bahwa:
Roh Kuduslah yang sekarang ini persis seperti awal Gereja, bertindak di dalam setiap penginjil yang membiarkan dirinya dikuasai dan dipimpin oleh Dia. Roh Kudus meletakkan dalam bibirnya kata-kata, yang orang itu tidak dapat menemukannya sendiri, dan sekaligus Roh Kudus menyiapkan jiwa pendengar untuk terbuka dan siap menerima Kabar Baik dan Kerajaaan yang sedang diwartakan.
Pembina katekese umat ialah seorang yang mampu dan rela untuk
menjalankan katekese umat dalam kelompok besar. Seorang pembina katekese
umat ialah seorang pribadi yang beriman Katolik yang sadar akan panggilan Roh
untuk melayani sesama umat. Ia juga seorang pribadi yang rela mengumpulkan,
umat. Selain itu, ia dapat menghargai setiap peserta kelompok katekese umat
dengan segala latar belakang dan situasinya dan ia juga berperan sebagai
pengarah dan pemudah untuk menciptakan suasana komunikatif dalam kelompok
umat dasar yang dilayani (Lalu, 2005:7-8).
Katekis banyak belajar dari segala sesuatu yang ia alami didalam hidupnya. Ada suka dan duka yang ia alami. Berkat kesederhanaan yang ia miliki,
pengalaman duka yang dialami justru bukan membuat dirinya menjadi lemah
bahkan ia mampu belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut dan berkat
bantuan Tuhan, ia mampu bangkit dan menjadi orang yang luar biasa (Heryatno, 2012: 39-44).
Katekis adalah “pejuang Kerajaan Allah”. Artinya, katekis memiliki tugas mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah lewat perjalanan hidupnya. Selain
itu, mewartakan Kerajaan Allah juga dapat melalui gerakan sosial, politik, budaya
maupun ekonomi (Heryatno, 2012: 100).
Pelaku katekese adalah katekis (bersama umat). Peran katekis adalah sebagai pendamping dan pembina umat dalam proses pewartaan iman mereka bersama.
Katekis juga berkatekese di tengah-tengah kelompok-kelompok kategorial. Sosok
katekis yang menjadi harapan ialah orang yang sungguh beriman, mampu menjadi
fasilitator umat, pewarta sabda Allah, mampu menggerakkan dan membimbing
umat karena ia merupakan awam yang secara khusus dipanggil untuk menjadi
tokoh dan pemimpin umat. Di tengah-tengah umat, katekis hendaknya mampu
terlibat aktif dengan memberi kesaksian sebagai orang beriman dan kehadirannya
Dalam penyelenggaraan katekese, katekis diharapkan sungguh
memperhatikan kebutuhan umat, kenyataan hidup umat, dan masalah-masalah
mereka. Katekis mengajak umat untuk berkumpul dan katekis berusaha secara
bersama menciptakan suasana katekese yang komunikatif sehingga peserta semua
aktif dalam mengikuti katekese (Heryatno, 2009).
Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam di bidang pewartaan, yaitu menjadi katekis. Keberadaan dan jati diri katekis tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik. Dalam perjalanan waktu,
keberadaan dan jati diri katekis sungguh dapat dirasakan manfaatnya dalam menumbuhkembangkan Gereja Katolik. Keberadaan dan perannya untuk
mewartakan kabar Gembira tidak dapat diremehkan. Tanpa mengenal lelah ia
menebarkan benih-benih iman, dan akhirnya boleh menuainya dalam diri banyak
orang untuk menjadi anggota Gereja (Prasetya, 2007:5-6).
Seorang katekis, yakni seorang yang mendidik ke arah iman. Mendidik
merupakan tugas yang sukar. Mendidik meliputi membentuk alam pikiran dan
nilai orang-orang, membimbing mereka kepada kebebasan kepada kemampuan
mengambil keputusan dan memberikan penilaian secara pribadi dan matang.
Kalau mendidik biasa sudah sukar, apalagi mendidik dalam bidang agama
(religius). Oleh karena itu katekis memang harus berusaha terus-menerus demi
perkembangan iman umat.
2. Tugas Katekis
Seorang katekis ialah seorang yang dipanggil oleh Tuhan. Sebagai seorang
perutusannya sebagai katekis. Tidak mudah bagi katekis untuk menjalankan tugas
tersebut tetapi berkat pertolongan dari Allah, maka katekis berusaha untuk
melaksanakan tugasnya demi kepentingan umat.
Kami wartakan apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Kor. 2:9).
Seperti yang dikatakan Yesus, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh:20:29). Hal itu menunjukkan bahwa umat Kristiani harus
percaya pada Yesus melalui apa yang mereka rasakan selama ini yakni kasih
Allah yang tak berkesudahan. Dalam hal ini, katekis membantu umat untuk mewartakan kasih Allah kepada mereka melalui sabda-Nya. Menjadi pelayan dan
saksi misteri kasih Allah adalah tugas seorang katekis. Katekis hendaknya
memahami dan mendalami ajaran Kristiani supaya ia dapat menyampaikan kasih
Allah melalui sabda-Nya.
Tugas katekis adalah memberikan pengajaran tentang Kristus melalui pembinaan, baik melalui katekese maupun perayaan liturgi sehingga dapat
membantu umat dalam mengembangkan iman mereka agar iman mereka dapat
bertumbuh semakin dewasa (Prasetya, 32-33). Katekis diharapkan dapat
memahami kegiatan pewartaan sebagai mewartakan Yesus Kristus yang pertama
dan terutama, baik bagi orang yang belum beriman maupun orang yang sudah
beriman kepadaNya. Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan Kabar
Gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran
sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka terbantu untuk semakin
3. Pembinaan Katekis
Supaya katekis dapat melaksanakan tugas perutusannya dengan baik dan
bertanggungjawab, katekis perlu dibekali dengan pembinaan. Pembinaan ini
sangat penting dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan diri seorang katekis.
Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik, yakni supaya dengan diberikan pendidikan yang terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari secara teoritis dan praktis norma-norma yang khas untuk ilmu – ilmu pendidikan (KHK kan. 780).
Sudah sepantasnya para Ordinaris wilayah mengupayakan pembinaan yang berguna bagi katekis, baik yang bersifat formal maupun informal, baik yang
bersifat rutin maupun berkala. Pembinaan ini menyangkut, baik pengetahuan
maupun keterampilan berpastoral agar pewartaan para katekis sungguh berbobot
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, pendidikan mereka harus dilaksanakan dan disesuaikan dengan kemajuan kebudayaan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi rekan sekerja yang tangguh bagi para imam, dan mampu menunaikan sebaik mungkin tugas mereka yang semakin bertambah sulit karena beban-beban baru yang lebih berat. Maka dari itu, hendaknya jumlah sekolah-sekolah, baik tingkat keuskupan maupun regio diperbanyak untuk menampung para calon katekis yang mendalami ajaran Katolik, terutama perihal Kitab Suci dan litrugi; juga mengembangkan metode katekese dan praktek pastoral. Selain itu, juga membina diri menurut adat-perilaku Kristiani, dan tiada hentinya berusaha mengembangkan keutamaan serta kesucian hidup. Kecuali itu, hendaklah diselenggarakan pertemuan-pertemuan atau kursus-kursus untuk pada masa-masa tertentu membantu para katekis menyegarkan diri dalam ilmu-ilmu dan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi pelayanan mereka serta memupuk dan meneguhkan hidup rohani mereka (AG, 17).
Pembinaan katekis dilakukan dan disesuaikan dengan budaya setempat
katekis menjadi rekan kerja imam yang sungguh-sungguh dapat bekerjasama
dengan para imam dan menjalankan kegiatan karya pastoral yang baik dan penuh
tanggungjawab.
Dalam hal ini, tingkat keuskupan maupun regio hendaknya memperbanyak
sekolah untuk menampung calon katekis muda sebagai penerus katekis yang
sudah lanjut usia dan melakukan pembinaan bagi mereka mengenai ajaran Gereja
terutama Kitab Suci dan liturgi. Pembinaan yang dimaksud ialah melakukan
pertemuan atau kursus bagi para katekis terutama dalam mengembangkan
keterampilan dalam berkatekese, memahami pengetahuan tentang ajaran Gereja dan dapat saling meneguhkan hidup mereka dalam melayani jemaat.
Pembinaan katekis dapat dilakukan melalui pembinaan berkala dan
pembinaan rutin. Pembinaan berkala ini sangat mudah dilakukan dan menarik
karena dapat dilakukan tiga bulan sekali atau enam bulan sekali atau setahun
sekali dengan aneka tema dan kepentingannya. Sedangkan, pembinaan rutin
umumnya tidak menarik dan banyak kendala yang dihadapi, baik pihak Pastor
Paroki maupun pihak katekis sendiri, karena keduanya tidak mempunyai sikap
dan semangat kesetiaan terhadap komitmen atas karya pewartaan ini. Padahal,
pembinaan rutin inilah yang sangat menunjang tercapainya tujuan untuk
mengolah motivasi, spiritualitas, pengetahuan, dan keterampilan katekis
(Prasetya, 2007: 53-55, 57).
PKKI III mengharapkan agar baik jumlah maupun mutu Pembina Katekese
Umat dapat meningkat. Peserta menyadari pula masih terdapat banyak hambatan,
lokal, kurangnya sarana dan dana, situasi geografis yang sulit. Namun hal tersebut
tidak boleh menyurutkan usaha kita (Lalu, 2005:9-10).
Dalam pembinaan katekis, ada berbagai hal yang harus dikembangkan yakni
pengetahuan dan teknik dalam berkatekese. Katekis adalah seorang pendidik yang
memperlancar kematangan iman, yang dengan bantuan Roh Kudus diperoleh para
katekumen dan mereka yang menerima katekese. Dalam bidang pembinaan ini,
realitas pertama yang patut diperhitungkan ialah yang berkaitan dengan pedagogi
iman yang orisinil. Katekis dipersiapkan atau dibina supaya mempermudah suatu
pertumbuhan dalam pengalaman iman yang tidak ditanamkannya sendiri, karena Tuhanlah yang menaburkannya dalam hati manusia. Tanggungjawab katekis
hanyalah mempersuburkan karunia ini dengan memberinya makan dan
menolongnya untuk bertumbuh.
Pembinaan berusaha mematangkan kemampuan mendidik dalam diri katekis
yang mencakup suatu kesanggupan untuk memperhatikan orang, kemampuan
untuk menafsirkan atau menanggapi tugas-tugas mendidik atau prakarsa dalam
mengatur kegiatan belajar, dan kesanggupan untuk membimbing kelompok
manusia kepada kematangan.
4. Syarat Menjadi Katekis
Demi menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya sebagai katekis,
baiklah kalau ia memenuhi kriteria atau syarat yang dapat mendukung
keberlangsungan karya pewartaan itu sendiri. Aneka kriteria atau syarat yang
diperlukan, antara lain; memiliki hidup rohani yang mendalam. Sudah
yang terbuka akan sapaan Allah, baik melalui doa, membaca dan merenungkan
Kitab Suci, maupun dengan cara lain.
Katekis hendaknya memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya.
Katekis haruslah memiliki nama baik, entah perilakunya, hidup imannya, entah
hidup moralnya. Nama baik tidak hanya berlaku untuk pribadinya sendiri karena
kesalehan dan aktivitasnya menyangkut juga seluruh anggota keluarganya.
Katekis diharapkan menjadi pribadi yang sungguh diterima oleh umat beriman
Katolik di lingkungan tempat ia tinggal dan hidup bersama umat.
Katekis hendaknya mempunyai pengetahuan yang memadai. Mewartakan Kabar Gembira tidak cukup hanya mau, tetapi ia diharapkan mempunyai bekal
pengetahuan yang memadai misalnya Kitab Suci, teologi, moral, liturgi, dan
sebagainya. Katekis juga memiliki keterampilan yang cukup. Dalam mewartakan
Kabar Gembira, katekis diharapkan mempunyai aneka keterampilan yang dapat
mendukung tugas perutusannya, termasuk dalam menggunakan aneka sarana yang
diperlukan dalam proses pewartaannya (Prasetya, 2007:41-42).
Selain itu, katekis diharapkan memiliki sikap keterbukaan terhadap umat dan
mau bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan. Katekis juga diharapkan
memiliki mental yang kuat sehingga ketika ia mengalami tantangan, ia tidak
mudah putus asa. Katekis diharapkan memiliki jiwa seorang pelayan. Sesuai
dengan tugas yang akan ia laksanakan, katekis siap untuk meluangkan waktu,
tenaga, pikiran untuk melayani umat.
Hal yang pokok ialah katekis harus dekat dengan Allah. Jika hati seorang
yang terbaik demi perkembangan iman umat. Allah akan selalu menyertai langkah
perjalanan hidupnya dan katekis pun semakin mengandalkan Allah dalam
melakukan segala hal. Hanya Allah lah yang menjadi pedoman dan andalan
hidupnya.
C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat
1. Katekis di tengah Umat
Katekis mengemban tugas mulia. Mulia karena menuntun umat Kristiani
supaya hidup terpuji di hadapan manusia dan di hadapan Allah. Katekis juga
berperan untuk membantu umat demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan.
Sebelum berkatekese di tengah umat, katekis diharapkan mengenal situasi umat yang ada di lingkungannya sehingga katekese yang dilaksanakan sungguh relevan
dengan situasi yang dialami umat lingkungannya.
Katekis mendapat panggilan untuk mewartakan sabda Allah. Katekis yang
diharapkan adalah mereka yang senantiasa sadar, bahwa tugasnya adalah
memperkenalkan Allah dan misteri penyelamatan-Nya kepada manusia. Seorang
katekis tidak boleh menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Katekis
diharapkan semakin mendalami seluk-beluk persekutuan sosio-eklesial agar
pewartaannya mengena, menggema di hati dan mengantar manusia konkret
kepada keselamatan dalam Kristus (Telaumbanua, 1999:179). Katekis berhadapan
dengan manusia konkret dan berusaha untuk mengakrabkan mereka dengan Allah.
Oleh karena itu, katekis diharapkan memiliki sikap terbuka dan rasa sosialisasi
Selain itu, katekis diharapkan memiliki spiritualitas. Spiritualitas katekis
berkaitan erat dengan hal-hal yang dituntut dalam menunaikan panggilan sebagai
katekis. Spiritualitas yang dimiliki katekis antara lain berhubungan dengan iman,
pelayanan dan kehidupan rohani sebagai seorang katekis. Spiritualitas ialah
karunia dari