• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Cooperative Learning

Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antara siswa dalam group yang bersifat sosiai dan masing-masing bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani.

2. Tipe Learning Together

Tipe Learning Together adalah salah satu tipe dalam pembelajaran, kooperatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Guru melakukan presentasi bahan pelajaran

b. Siswa dalam kelompok heterogen (tediri dari 4-5 siswa) mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. c. Siswa secara individual mengerjakan kuis. Guru menilai hasil kerja

individual. 3. Partisipasi Belajar

Partisipasi merupakan unsur keikutsertaan siswa, baik secara fisik, mental, maupun emosional dan unsur dorongan untuk bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.

4. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegairahan belajar, pengaruh dan memperkuat tingkah laku pada kegiatan belajar.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ing-in dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi dan motivasi beiajar siswa kelas XI IPS2 SMA Pangudi Luhur Sedayu melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Learning Together Berbasis Presentasi Kelompok.

G. Manfaat Penetitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini, dapat digunakan oleh guru untuk lebih meningkatkan pembelajaran di kelasnya dan semakin terbiasa melakukan penelitian tindakan, khususnya dalam meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar siswa.

2. Bagi Siswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mempermudah mereka dalam memahami materi dan meningkatkan partisipasi serta motivasi belajarnya.

3. Bagi Peneliti / Penulis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang pengelolaan kelas yang lebih balk sehingga berrnanfaat membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memberikan dukungan pada guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menggunakan penerapan pendekatan pembelajaran yang inovatif, khususnya pendekatan pembelajaran Cooperative Learning sebagai salah satu cara memecahkan masalah pembelajaran yang terkait dengan partisipasi dan motivasi yang rendah.

5. Bagi Bidang Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendapatkan pendekatan pembeiajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.

6. Bagi Universitas

Hasii penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk referensi dalam pengembangan pengetahuan tentang penelitian tindakan.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Cooperative Learning

a. Pengertian Cooperative Learning

(Lie, 2002: 12) Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Pendekatan kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar pembelajar bertanggungjawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan, 1992 dalam Purnomo dkk, 2007: 37).

Dengan pendekatan ini, diharapkan pembelajar semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan, dan ketrampilan dengan bekerjasama dengan pembelajar lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan tugas-tugas atau latihan.

Model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran

Cooperative Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. (Lie, 2002 : 28) Slavin mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan Robert J. Stahl, mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar (Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Atau seperti yang dikemukakan oleh Kagan (1994: 8). Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar pelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pelajar bertanggungjawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani. Selain itu, (Nurhadi 2004: 112) menjela skan cooperative learning sebagai pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan,

dan keterampilan dengan bekerjasama dengan siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan tugas-tugas atau latihan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif. Untuk itu, suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi dengan sikap saling percaya, terbuka, dan rileks di antara anggota kelompok sangat penting karena memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberikan masukan di antara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran (Solihatin dan Raharjo, 2007: 6). b. Metode Cooperative Learning

Slavin (1995: 71 – 144) atau Slavin dalam Lorin W. Anderson, (1995: 140 – 141) memperkenalkan empat metode pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

1) Student Team Learning

Student Team Learning (STL) adalah metode yang dikembangkan dan dipelajari di Universitas John Hopkins. Semua metode

pembelajaran kooperatif memberikan ide bahwa siswa belajar bekerja sama dan bertanggung jawab atas keberhasilan tim mereka. Tiga konsep inti dari metode Student Team Learning adalah ”hadiah tim” (team rewards), ”akuntabilitas individu (individual accountability), dan ”peluang bersama untuk berhasil” (equal opportunity for succes). Pada prinsipnya ada empat metode Student Team Learning yang secara luas dikembangkan dan diteliti, yaitu : a) Student Team Achievement Division (STAD) :

Student Team Achievement Division (STAD) diawali dengan presentasi oleh guru, kemudian dilanjutkan dengan kerja kelompok. Para siswa dikelompokkan menurut jenis kelamin, etnis atau menurut tingkat kemampuan (Kagan, 1994 dalam Purnomo dkk, 2007: 37). Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian pengajar mengadakan kuis.

b) Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) merupakan metode pembelajaran cooperative learning pertama yang diterapkan di John Hopkins University. Hampir sama dengan STAD, ada presentasi materi pembelajaran dari guru, tidak ada kuis tetapi

hasil belajar dievaluasi dengan permainan akademik seperti cerdas cermat. Siswa dapat berkompetisi sebagaimana dalam sebuah turnamen unt uk mengumpulkan poin. Skor tim secara keseluruhan ditentukan oleh presentasi kelompok.

c) Team Assisted Individuaization (TAI)

Hampir sama dengan STAD dan TGT, tetapi dalam TAI ada kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Siswa bekerja dalam tim tetapi tiap anggota tim bekerja pada unit yang berbeda. Anggota ini bisa mengecek pekerjaan teman dan membantu teman yang mengalami kesulitan atau masalah. Saat ujian masing- masing anggota tim bekerja tanpa dibantu oleh anggota tim lainnya. Hasil kerja tim, hasil tes akhir, point ekstra dan tugas-tugas rumah kemudian dikumpulkan dan tim yang memperoleh skor tertinggi diberikan hadiah. TAI didesain khusus untuk pengajaran matematika bagi siswa kelas tiga sampai enam. d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Metode Student Team Learning yang terbaru adalah program komprehensif yang digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis pad tingkat sekolah dasar yang disebut Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam CIRC, siswa dalam kelompok homogen atau heterogen yang terdiri dari tiga sampai enam orang, belajar membaca

ceritera, membuat rangkuman atas ceritera, menulis tanggapan-tanggapan tentang ceritera, praktek spelling, decoding dan vocabulary. Siswa bekerja secara total dalam tim untuk menemukan ide-ide utama dan keterampilan pemahaman lainnya. Kuis dilakukan setelah semua anggota tim merasa siap. 2) Tipe Jigsaw

Jigsaw didesain oleh Elliot dan rekan-rekannya. Slavin kemudian memodifikasi metode ini dan menerapkannya di John Hopkins University yang disebut Jigsaw II. Dalam metode Jigsaw siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima sampai enam orang, masing- masing anggota tim mempelajari satu bagian materi pelajaran. Anggota tim dari masing- masing tim kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok kemudian guru mengadakan kuis.

3) Learning Together

Para peneliti di Universitas Minnestosa mengembangkan learning together ini yang merupakan salah satu model dari cooperative learning. Pengajar melakukan presentasi bahan pelajaran. Setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri dari empat sampai lima orang mengerjakan satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian secara ind ividual mengerjakan kusi yang dinilai oleh pengajar sebagai hasil kerja individual.

4) Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

c. Unsur-Unsur Cooperatiev Learning

Menurut Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2002), ada lima unsur yang harus dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Kerjasama dan usaha setiap anggota turut mempengaruhi keberhasilan kelompok. Abdurrahman dan Bintoro (Nurhadi, 2004) menjelaskan bahwa saling ketergantungan ini dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

2) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

3) Tatap muka

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing- masing. Interaksi tatap muka semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Sinergi tidak bisa didapatkan begitu saja dalam sekejap, tapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki aga r para pembelajar dibekali dengan keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada

kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka aga selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.

d. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Slevin dan Stahl dalam (Solihatin dan Raharjo, 2007: 10-12), langkah- langkah pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut :

1) Langkah pertama adalah merancang rencana pembelajaran. Pada langkah ini perlu ditetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran, sikap dan keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam perancangan proses pembelajaran, materi dan tugas-tugas perlu distruktur sedemikian rupa sehingga mencerminkan sistem kerja dalam kelompok-kelompok kecil. Artinya, bahwa materi dan tugas-tugas itu hádala untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi

kerja kelompok. Agar kegiatan belajar bersama dalam kelompok berjalan baik dan efektif, maka pada tahap ini perlu dijelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan social yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran. Hal ini mutlak perlu, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung. 2) Langkah kedua, merancang lembar observasi yang akan digunakan

untuk mengobservasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Pada tahap ini, dalam menyampaikan materi, guru tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman materi akan berlangsung dalam kelompok. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi denga n tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat kegiatan belajar dalam kelompok kecil, guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dir ancang sebelumnya.

3) Langkah ketiga adalah observasi kegiatan belajar siswa. Selama melakukan observasi, guru berusaha untuk mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi, sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Pemberian pujian dan kritik yang membangun merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan pada tahap ini.

4) Langkah keempat adalah presentasi hasil kerja kelompok. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. Setelah kegiatan presentasi berakhir, guru mengajak siswa untuk membuat refleksi diri terhadap proses pembelajaran, dengan tujuan untuk melihat dan sekaligus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.

Dokumen terkait