• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM KERANGKA KEBIJAKAN TARIF

A. Cukai Tembakau dan Retribusi Daerah

Berbicara mengenai cukai tembakau tidak terlepas dari pendapatan negara yang juga pendapatan daerah melalui ketentuan pembagian cukai hasil tembakau atau Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) di Sumatera Utara dapat yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8

Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2009 Peraturan Menteri Keuangan No. 60/PMK.07/2008 Peraturan Menteri Keuangan No. 85/PMK.07/2009 Peraturan Menteri Keuangan No. 66/PMK.07/2010 Rp. 428.097.200,- Rp. 1.193.498.600,- Rp. 10.387.046.342,-

Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Keuangan No. 60/PMK.07/2008 tentang Dana Alokasi Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2008, Lampiran Peraturan Menteri Keuangan No. 85/PMK.07/2009 tentang Penetapan Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2009, dan Lampiran Peraturan Menteri Keuangan No. 66/PMK.07/2010 tentang Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2010

Total tersebut di atas adalah pendapatan daerah melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) setiap tahun dari 2008 – 2010 yang disalurkan ke provinsi Sumatera Utara oleh Kementerian Keuangan yang membawahi Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dengan menggunakan Peraturan Menteri Keuangan No. 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut disalurkan dengan cara transfer melalui rekening kas daerah Sumatera Utara. Dengan menggunakan username rekening kas daerah dan password 4 digit angka terakhir nomor rekening kas daerah Sumatera Utara.

Pada tahun 2009 dan 2010 masih didapat dana alokasi sementara, maksudnya adalah bahwa dana tersebut akan naik lagi apabila kepala daerah menyampaikan laporan konsolidasi (penggunaan dana) kepada pemerintah pusat oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Apabila disampaikan dengan baik maka Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut akan ditambahkan lagi ke rekening daerah Sumatera Utara.

Segitu banyaknya dana yang ditransfer ke rekening daerah tapi pemerintah provinsi sendiri tidak tahu dana tersebut akan digunakan untuk apa, padahal sudah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.179

179 Wawancara dengan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan, 25

Kendati demikian, pemerintah provinsi Sumatera Utara menginginkan untuk menerapkan Pajak Daerah atau Retribusi Daerah (jika Rencana Pengesahan Rancangan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disahkan), yang antara lain akan memperbolehkan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara untuk memberlakukan pajak rokok, berpotensi menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga mencapai Rp. 100 miliar. Pemerintah provinsi Sumatera Utara meminta agar asosiasi pengusaha pada Industri Hasil Tembakau tidak memperlambat penerapan pajak rokok tersebut.180

Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara telah menghitung potensi penerimaan dari penerapan pajak rokok, yang bisa mencapai Rp. 100 miliar per tahunnya. Hasil wawancara mengenai pajak rokok di daerah adalah sebagai berikut :

“Kami memang pernah menghitung volume penjualan rokok di seluruh Sumut. Dengan menghitung nilai pajak sebesar 15% dari harga jual, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bisa mendapatkan Rp. 100 miliar per tahun. Meski nilai tersebut didistribusikan ke kabupaten/kota dengan proporsi 20% untuk provinsi dan 70% untuk kabupaten/kota.

Saat ini Dinas Pendapatan juga tengah memikirkan formulasi pemberlakuan pajak rokok, Apakah menumpang dengan pemberlakuan cukai tembakau atau dengan cara lain”.181

Pajak rokok yang wewenang pungutnya ada pada pemerintah provinsi jika Rancangan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di sahkan. Dalam hal ini tetap saja industri rokok lokal yang akan menerima imbasnya. Ada dua kali pengenaan pungutan disini yaitu cukai tembakau dengan ketentuan peraturan menteri keuangan mengenai tarif cukai tembakau dan pajak daerah atau retribusi daerah.

180 Ibid. 181 Ibid.

Untuk penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut Dinas Pendapatan Daerah sama sekali tidak memiliki otoritas/kewenangan dalam hal penggunaannya. Semua itu terdapat pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.182

Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) masuk ke rek Setdaprovsu untuk selanjutnya diserahkan kepada dinas yang bertanggung jawab untuk mendayagunakannya/mengalokasikannya. Apabila dana tersebut disalahgunakan maka peraturan yang berlaku adalah Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) pada Pasal 14 yang menyebutkan bahwa :

(1)Atas penyalahgunaan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau dapat diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentian penyaluran dana bagi hasil cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia.

(2)Termasuk dalam kategori menyalahgunakan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau adalah provinsi/kabupaten/kota yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

Dalam Pasal 15 menyebutkan bahwa sanksi berupa penangguhan apabila menyalahgunakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT), yang ditangguhkan disini adalah Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT)-nya yang tidak ditransfer ke daerah. Tidak ditransfernya Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut karena menunggu laporan konsolidasi dari kepala daerah. Jika yang dituduhkan kepada kepala daerah tidak terbukti maka penangguhan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) akan dicabut dan Dana Bagi

Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) akan disalurkan kembali, hal ini disebut dalam Pasal 16 ayat (1). Dana yang ditangguhkan akan disalurkan kembali mengikuti transfer triwulan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.183

Pada Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.07/2008 menyebutkan bahwa akan dihentikan penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) apabila kesalahan dari kepala daerah yang tidak menyalurkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) sebagaimana semestinya dilakukan 2 (dua) kali.184 Tidak adanya sanksi yang dapat menimbulkan efek jera bagi kepala daerah pada peraturan ini, dapat mengakibatkan penyalahgunaan wewenang kepala daerah.

Setiap peraturan pastinya ada struktur yang mengawasi atau yang disebut badan pengawas ketentuan tersebut.185 Dalam hal penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) ini, yang menjadi pengawas adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai beserta Kepolisian. Keduanya bekerja bersama-sama dalam mengawasi penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut.

Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) Provinsi Sumatera Utara digunakan untuk keperluan kantor setempat yaitu dimana uang tersebut disalurkan. Setiap dana yang keluar dari Setdaprovsu diserahkan 10% kepada

183 Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil

Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.

184 Ibid.

185 Seperti yang dikatakan Lawrence M. Friedman, jika hukum ingin berjalan dengan baik

maka harus memiliki 3 (tiga) unsur, yaitu : 1. substance (substansi hukum); 2. structure (struktur hukum); dan 3. culture (budaya hukum). Mahmul Siregar, “Modul Perkuliahan Teori Hukum : Sistem Hukum”, (Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2008).

pejabat terkait dengan cara membuat proyek fiktif, alasannya jelas adalah untuk biaya administrasi. Setelah dana masuk ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, sisanya hanya digunakan untuk proyek-proyek pembangunan dan tidak jelas kemana tujuan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) dialokasikan. Hal ini tidak seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.07/2008.186