• Tidak ada hasil yang ditemukan

Provinsi Jawa Barat 21.168.078.000 2 Kab Banyuwangi 5.077.844

KEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DI INDONESIA

C. Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau di Indonesia Dilihat Dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) dan Peruntukannya

II. Provinsi Jawa Barat 21.168.078.000 2 Kab Banyuwangi 5.077.844

1. Kab. Bandung 827.398.867 3. Kab. Blitar 8.147.131.000

2. Kab. Bekasi 17.527.734.661 4. Kab. Bojonegoro 16.180.107.000

3. Kab. Bogor 814.156.846 5. Kab. Bondowoso 8.310.589.000

4. Kab. Ciamis 815.416.522 6. Kab. Gresik 4.931.230.000

5. Kab. Cianjur 815.900.699 7. Kab. Jember 8.881.538.000

6. Kab. Cirebon 1.762.779.429 8. Kab. Jombang 8.665.564.000

7. Kab. Garut 823.344.814 9. Kab. Kediri 40.439.736.000

8. Kab. Indramayu 814.156.846 10. Kab. Lamongan 7.471.848.000

9. Kab. Karawang 5.535.032.242 11. Kab. Lumajang 5.767.563.000

10. Kab. Kuningan 814.597.634 12. Kab. Madiun 5.868.054.000

11. Kab. Majalengka 815.260.916 13. Kab. Magetan 5.409.331.000

12. Kab. Purwakarta 814.156.846 14. Kab. Malang 26.309.449.000

13. Kab. Subang 814.156.846 15. Kab. Mojokerto 6.279.890.000

14. Kab. Sukabumi 814.156.846 16. Kab. Nganjuk 8.693.462.000

15. Kab. Sumedang 819.525.517 17. Kab. Ngawi 7.625.025.000

16. Kab. Tasikmalaya 819.095.531 18. Kab. Pacitan 5.491.580.000

17. Kota Bandung 814.717.067 19. Kab. Pamekasan 18.505.921.000

18. Kota Bekasi 814.156.846 20. Kab. Pasuruan 39.087.881.000

19. Kota Bogor 814.174.038 21. Kab. Ponorogo 5.828.686.000

20. Kota Cirebon 6.582.136.601 22. Kab. Probolinggo 10.549.339.000

21. Kota Depok 814.156.846 23. Kab. Sampang 6.288.888.000

22. Kota Sukabumi 814.156.846 24. Kab. Sidoarjo 9.579.298.000

23. Kota Cimahi 814.156.846 25. Kab. Situbondo 5.541.379.000

24. Kota Tasikmalaya 815.182.169 26. Kab. Sumenep 13.321.702.000

25. Kota Banjar 818.011.052 27. Kab. Trenggalek 5.548.492.000

26. Kab. Bandung Barat 814.462.627 28. Kab. Tuban 6.190.436.000

Total Prov. JABAR 70.560.260.000 29. Kab. Tulungagung 10.765.363.000

III. Provinsi Jawa Tengah 84.737.511.000 30. Kota Blitar 5.476.281.000 1. Kab. Banjarnegara 2.457.318.751 31. Kota Kediri 41.053.938.000

2. Kab. Banyumas 2.511.354.331 32. Kota Madiun 4.918.193.000

3. Kab. Batang 3.223.109.285 33. Kota Malang 17.628.730.000

4. Kab. Blora 3.467.162.799 34. Kota Mojokerto 5.468.411.000

5. Kab. Boyolali 3.425.770.857 35. Kota Pasuruan 5.605.436.000

6. Kab. Brebes 2.498.146.883 36. Kota Probolinggo 4.840.917.000

7. Kab. Cilacap 2.639.202.510 37. Kota Surabaya 13.877.089.000

8. Kab. Demak 6.026.330.489 35. Kota Batu 5.077.714.000

9. Kab. Grobogan 5.035.985.688 Total Prov. JATENG 599.357.180.000

10. Kab. Jepara 2.693.632.118

11. Kab. Karanganyar 5.662.862.425

12. Kab. Kebumen 2.576.797.667

13. Kab. Kendal 9.142.532.869

T O T A L 964.802.000.000

Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Keuangan No. 85/PMK.07/2009 tetang Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2009

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa pemerataan pembagian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) telah tercapai (di mata pemerintah), jika memandang dari perspektif petani tembakau ataupun Industri Hasil Tembakau maka pembagian seperti itu adalah tidak adil bagi daerah penghasil tembakau. Keadaan inilah yang membuat situasi dan kondisi Industri Hasil Tembakau di Indonesia saling tarik menarik antara kebijakan pemerintah dengan Industri Hasil Tembakau.

Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut di atas diberikan melalui transfer ke rekening masing-masing daerah melalui Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan yang dibawah Departemen Keuangan yang dipimpin oleh Menteri Keuangan dengan dasar Peraturan Menteri Keuangan No. 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. 84 Pada Pasal 21 ketentuan ini menyebutkan bahwa pelaksanaan

84 Peraturan Menteri Keuangan No. 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan

Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah, Berita Negara Republik Indonesia Nomor 343, Pasal 21 menyebutkan bahwa :

(1) Penyaluran DBH CHT dilaksanakan secara triwulanan, dengan rincian sebagai berikut : a. Triwulan I dilaksanakan bulan Maret sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi

sementara;

b. Triwulan II dilaksanakan bulan Juni sebesar 30% (tiga puluh persen) dari alokasi sementara;

c. Triwulan III dilaksanakan bulan September sebesar 30% (tiga puluh persen) dari alokasi dana sementara; dan

d. Triwulan IV dilaksanakan bulan Desember sebesar selisih antara alokasi definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan pada triwulan I, triwulan II, dan triwulan III.

(2) Penyaluran triwulan I dilakukan setelah Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester II tahun anggaran sebelumnya dari Gubernur;

(3) Penyaluran triwulan III dilakukan setelah Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester I tahun berjalan dari Gubernur.

(4) Dalam hal laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) menunjukkan tidak adanya realisasi penggunaan, penyaluran DBH CHT ditunda sampai dengan disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT.

penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) dilakukan triwulanan. Penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut akan dilakukan apabila telah disampaikannya laporan konsolidasi, yaitu laporan penggunaan dana yang tandatanganin oleh Gubernur.

Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) tersebut dapat dilihat pada Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, pada Pasal 2 peraturan ini menyebutkan bahwa :

1. “Penggunaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66A ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, digunakan untuk mendanai kegiatan :

a. Peningkatan kualitas bahan baku; b. Pembinaan industri;

c. Pembinaan lingkungan sosial;

d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau e. Pemberantasan barang kena cukai ilegal.

2. Gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk menggerakkan, mendorong, dan melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan prioritas dan karakteristik daerah masing-masing”.

Dalam peraturan penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) seluruhnya digunakan untuk menanggulangi permasalahan yang timbul dari tembakau tersebut, seperti para petani yang kesulitan bibit dan pupuk harus diberikan jalan keluar dengan cara memberikan bibit dan pupuk gratis melalui Dinas Pertanian masing-masing daerahnya. Cara yang lebih real lagi adalah dengan memberikan para petani tembakau tersebut informasi mengenai daftar harga pasaran dari tembakau

agar petani tidak menjual dengan harga yang sudah ditentukan oleh Industri Hasil Tembakau tersebut (tengkulak).

Dalam hal penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) untuk pembinaan Industri Hasil Tembakau dilakukan dengan cara memberikan kemudahan dalam pengurusan izin-izin terkait usaha industri rokok tersebut. Apabila Industri Hasil Tembakau ingin mengekspor produksinya banyak sekali tahapan- tahapan yang harus dilaluinya, seperti pembuatan Nomor Registrasi Produk (NRP). Pembuatan Nomor Registrasi Produk tersebut harus menggunakan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Izin Usaha Industri (IUI) yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi. Pengurusan izin terkait ekspor tersebut memiliki hambatan dalam hal pungutan liar yang dilakukan oleh para pegawai- pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi (Depperindag). Setelah izin- izin tersebut selesai dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, belum bisa digunakan untuk mengekspor masih ada lagi pengurusan Nomor Registrasi Produk di pusat. Hal ini yang membuat para pengusaha Industri Hasil Tembakau kesulitan dalam mengekspor produk mereka.

Dalam pembahasan bab ini ditemukan bahwa ada pandangan yang berbeda- beda dari setiap departemen pemerintah terkait dengan kebijakan tarif cukai hasil tembakau. Namun keadaan seperti ini diluruskan kembali oleh pemerintah dengan mengeluarkan Roadmap Tembakau 2007 – 2020 dengan pembangunan bertahapnya.

BAB III

PENGARUH KEBIJAKAN TARIF TERHADAP INDUSTRI HASIL