BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA
B. Customer Perspective
Sasaran Strategis (SS – 2) :
Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP
Kedaulatan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai salah satu pilar dari misi kementerian yang harus diwujudkan sesuai dengan Nawa Cita Presiden, untuk itu KKP bersama intansi terkait mempunyai tugas untuk mengawal perwujudan kemandirian dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan memperkuat kemampuan nasional untuk melakukan penegakan hukum di laut demi mewujudkan kedaulatan secara ekonomi. Selama tiga tahun 2015 – 2017 sudah banyak program dan kegiatan di KKP yang sudah dilaksanakan untuk mewujudkan sasaran ini melalui peningkatan kepatuhan pelaku usaha kelautan dan perikanan serta membangun sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis di pulau-pulau kecil (PPK). Untuk mengukur kadar keberhasilan misi ini digunakan dua indikator, yaitu: (i) Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, dan (ii) Tingkat Kemandirian Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), untuk tahun 2017 terdapat 12 (duabelas) lokasi yang ditargetkan selesai.
3. IKU - 3 : Persentase Kepatuhan (compliance) Pelaku Usaha KP terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku
Pada tahun 2016 realisasi indikator Kepatuhan (compliance) Pelaku Usaha KP terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku mencapai 79,70% dari target sebesar 73% sedangkan capaian di tahun 2015 sebelumnya mencapai angka 82,91%. Pada tahun 2017 telah melampaui target, yakni realisasinya mencapai 93,57% dari target sebesar 76 atau mencapai 123,12%. Capaian kinerja kepatuhan pelaku usaha KP di tahun 2017, mengalami peningkatan sebesar 13,87%
jika dibandingkan dengan capaian di tahun 2016, kemudian jika dibandingkan dengan target di akhir RPJMN tahun 2019 menunjukkan bahwa target kepatuhan memungkinkan untuk dicapai.
TABEL. 3.7. CAPAIAN PERSENTASE KEPATUHAN (COMPLIANCE)
PELAKU USAHA KP TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
SS - 2 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP
IKU - 3 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku (%)
REALISASI 2016 2017 KENAIKAN 2016-2017 (%/TAHUN) 2019 TARGET % CAPAIAN 2017-2019 TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
79,70 76 93,57 123,12 17,40 87 107,55
Indikator Kinerja pembentuk dari IKU tersebut di atas adalah :
1. Persentase ketaatan kapal perikanan terhadap ketentuan sistem pemantauan kapal perikanan (Bobot 15%);
2. Persentase ketaatan unit usaha Perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Bobot 50%)
3. Persentase ketaatan kapal perikanan yang mampu diperiksa di laut terhadap peraturan perundang-undangan (Bobot 20%)
4. Persentase Ketaatan Pemanfaatan; WP3K (Kawasan konservasi, reklamasi, pasir laut, PPK, wisata bahari, BMKT, usaha garam) dan ruang laut (KSN dan KSNT) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (Bobot 15%).
TABEL. 3.8. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK IKU PERSENTASE KEPATUHAN
(COMPLIANCE) PELAKU USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN
TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
NO. INDIKATOR KINERJA PEMBENTUK REALISASI 2016 (%)
2017 TARGET
(%) REALISASI (%) %
1 Persentase ketaatan Pelaku Usaha Perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan 69,78 86,62% 93,22% 107,62
2
Persentase ketaatan pemanfaatan WP3K (Kawasan konservasi, reklamasi, pasir laut, PPK, wisata bahari, BMKT, usaha garam) dan ruang laut (KSN dan KSNT) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
91,07 57,50% 91,42% 120,00
3
Persentase Ketaatan Kapal Perikanan yang mampu diperiksa di laut terhadap peraturan perundang-undangan
96,07 96.79% 98,79% 102,07 4 Persentase ketaatan kapal perikanan terhadap ketentuan sistem pemantauan kapal perikanan 61,50 85.00% 89,91% 105,78
Uraian terhadap capaian indikator kinerja pembentuk adalah sebegai berikut : 1) Ketaatan Pelaku Perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Capaian IKU “Persentase Ketaatan Pelaku Usaha Perikanan Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku” tahun 2017 telah tercapai sebesar 93,22% dari target 86,62% (Persen capaian 107,62%). Apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 sebesar 69,78%, terjadi peningkatan sebesar 33,59%. Pencapaian kinerja diperoleh dari agregasi 4 sub IKU pengawasan sumber daya perikanan yaitu : 1)Persentase ketaatan unit usaha Penangkapan Ikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) . Persentase ketaatan Unit Usaha Pengolahan Hasil perikanan berdasarkan perundangan yang berlaku. 3) Persentase ketaatan importasi ikan sesuai ketentuan yang berlaku. Distribusi ikan yang dan 4). Persentase ketaatan Unit Usaha Budidaya perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Uraian masing-masing kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian kinerja tersebut, sebagai berikut:
a. Pengawasan Kapal Perikanan di Pelabuhan
Berdasarkan hasil Pengawasan Kapal Perikanan di Pelabuhan, sepanjang tahun 2017 telah dilakukan pemeriksaan kapal perikanan sebanyak 26.648 kapal perikanan. Dari sejumlah kapal yang diperiksa tersebut, sebanyak 25.380 kapal perikanan dan 1.268 kapal perikanan tidak laik operasional. Dibandingkan dengan tahun 2016, kapal perikanan yang diperiksa mengalami kenaikan sebesar 14,16% atau sebanyak 3.773 kapal dari 22.875 kapal. Hal ini menunjukkan peningkatan kepatuhan kapal perikanan.
b. Pengawasan Unit Pengolahan Ikan
Sepanjang tahun 2017, telah dilakukan pengawasan terhadap UPI sebanyak 508 UPI yang terdiri dari skala kecil sebanyak 272 UPI skala kecil dan 236 UPI skala besar. Dari UPI terperiksa sejumlah tersebut, sebanyak 468 UPI yang terdiri dari skala kecil sebanyak 251 UPI dan skala besar sebanyak 217, telah sesuai ketentuan peraturan perundangan dalam melaksanakan kegiatannya.
c. Pengawasan Distribusi Hasil Perikanan
Pada tahun 2017 telah dilakukan pengawasan terhadap 466 unit usaha yang terdiri dari domestik sebanyak 267 unit usaha dan ekspor sebanyak 199 unit usaha. Dari sejumlah tersebut, sebanyak 456 unit usaha terdiri dari 257 unit usaha domestik dan 199 unit usaha ekspor, telah sesuai ketentuan peraturan perundangan dalam melaksanakan kegiatannya.
d. Pengawasan Usaha Budidaya Perikanan
Pencapaian tersebut diperoleh dari Pengawasan terhadap unit usaha budidaya terhadap 470 unit usaha budidaya yang terdiri dari 123 unit usaha budidaya peruntukan perairan umum dan air tawar serta 347 unit usaha budidaya peruntukan air laut dan air payau. Dari sejumlah tersebut, 412 unit usaha budidaya telah sesuai ketentuan peraturan perundangan dalam melaksanakan kegiatannya.
usaha garam) dan ruang laut (KSN dan KSNT) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tahun 2017 telah tercapai sebesar 91,42% dari target sebesar 57,50%. Capaian tersebut meningkat sebesar 0,38% dari tahun 2016 (91,07%). Peningkatan capaian kinerja pada tahun 2017 disebabkan beberapa hal sebagai berikut: a. Adanya kegiatan sosialisasi pemanfaatan sumber daya kelautan di 34
provinsi melalui mekanisme Dekonsentrasi pada tahun 2016. Kegiatan tersebut melibatkan instansi terkait (TNI AL, POLAIR, Dinas KP Kab/kota/ Prov, Dinas LHK, KKP) dan stakeholder terkait (LSM, Nelayan, masyarakat pesisir, POKMASWAS).
b. Adanya kegiatan Bimbingan Teknis Bidang Pengawasan pemanfaatan SDK di 4 lokasi (Batam, Surabaya, Makassar, Mataram) Tahun 2017. Kegiatan tersebut melibatkan instansi terkait (TNI AL, POLAIR, Dinas KP Kab/kota/ Prov, Dinas LHK, KKP) dan stakeholder terkait (LSM, Nelayan, masyarakat pesisir, POKMASWAS).
c. Adanya kegiatan Kampanye “Stop Destructive Fishing” di Kapoposang-Sulawesi Selatan tahun 2017.
d. Tersedianya petunjuk teknis pengawasan kelautan yang diterbitkan pada tahun 2017, yaitu:
Peraturan Direktur Jenderal PSDKP nomor 3 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Kegiatan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
Peraturan Direktur Jenderal PSDKP nomor 4 tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya;
Peraturan Direktur Jenderal PSDKP nomor 5 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; Peraturan Direktur Jenderal PSDKP nomor 6 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Teknis Pengawasan Pencemaran Perairan Akibat Kegiatan Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;
Peraturan Direktur Jenderal PSDKP nomor 11 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pengawasan di Kawasan Konservasi Perairan;
Kelembagaan UPT pengawasan SDKP tahun 2017, penambahan signifikan sebanyak 14 UPT pengawasan yang awalnya hanya 5 UPT Pengawasan;
Kegiatan Supervisi pengawasan yang dilaksanakan sebagai upaya koordinasi dan sosialisasi Juknis pengawasan pemanfaatan SDK;
Semakin meningkatnya peran POKMASWAS dalam membantu pengawasan.
Kegiatan utama yang dilaksanakan tahun 2017 untuk mendukung pencapaian kinerja ini yaitu: Pengawasan Pemanfaatan Ruang Laut Nasional, Pengawasan pencemaran perairan, Pengawasan terumbu karang dan mangrove. Pengawasan kawasan konservasi, Pengawasan Kegiatan Pemanfaatan Jenis Ikan yang Dilindungi yang Sesuai dengan Peraturan Perundangan yang Berlaku, Pengawasan Kegiatan Penangkapan Ikan yang Ramah Lingkungan dan Tidak
Melakukan Perusakan Lingkungan, Pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau, Pengawasan Pemanfaatan terhadap Pasir Laut, Pengawasan Barang Berharga Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT).
3) Ketaatan kapal perikanan yang mampu diperiksa di laut terhadap peraturan perundang-undangan
IKU ini telah tercapai sebesar 98,79% dari target sebesar 96,79%, capaian tahun 2017 (98,79%) dibandingkan dengan capaian tahun 2016 (96,07%) terjadi peningkatan sebesar 2,83%, yang disebabkan pelanggaran oleh KIA (Kapal Ikan asing), adapun tingkat ketaatan KII (Kapal Ikan Indonesia) meningkat dari 98,91% menjadi 99,42. Ketaatan Kapal diperoleh dari kapal yang taat atau sesuai ketentuan dalam melaksanakan kegiatan penangkapan ikan dibagi dengan kapal yang mampu diperiksa di laut oleh kapal pengawas perikanan KKP. Kapal yang dihitung adalah kapal dengan kebangsaan Indonesia (KII). Selama tahun 2017 Kapal Pengawas Perikanan telah berhasil memeriksa sejumlah 3.636 KII, dari total kapal yang diperiksa tersebut sebanyak 3.589 kapal telah sesuai ketentuan, sedangkan 47 kapal yang dinyatakan melanggar peraturan perundangan di bidang perikanan sehingga dilakukan proses lebih lanjut oleh aparat (adhock). Berdasarkan data hasil operasi Kapal Pengawas Perikanan selama periode tahun 201 Berdasarkan data hasil operasi Kapal Pengawas Perikanan selama periode tahun 2017 tersebut, perbandingan jumlah kapal perikanan yang ditangkap terhadap jumlah kapal yang diperiksa 1,29%. Rendahnya tingkat persentase pelanggaran tersebut, menunjukkan meningkatnya tingkat kepatuhan kapal perikanan Indonesia dalam melaksanakan penangkapan ikan di WPP NRI.
4) Ketaatan Kapal Perikanan terhadap Ketentuan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (%)
Telah tercapai sebesar 105,78% dari target sebesar 85%. Capaian tersebut merupakan capaian rata-rata kepatuhan berdasarkan hasil pemantauan selama periode Januari-Desember 2017, yang diperoleh dari jumlah kapal perikanan yang taat dibagi dengan kapal yang wajib memasang transmitter. Capaian tahun 2017 (89,91%) dibandingkan dengan capaian tahun 2016 (61,50%), terjadi peningkatan sebesar 46,20%. Meningkatnya tingkat capaian dari tahun sebelumnya, dikarenakan beberapa hal sebagai berikut :
a. Meningkatnya kesadaran pengusaha kapal perikanan untuk memasang dan mengaktifkan transmiter SPKP. Hal ini ditunjukkan dengan telah diterbitkan 4.559 dokumen SKAT dengan rincian 1.036 dokumen untuk kapal perikanan baru dan 3.523 dokumen untuk kapal perikanan yang sebelumnya sudah memiliki SKAT (perpanjangan). Jumlah ini meningkat jika dibandingkan jumlah SKAT yang diterbitkan pada Tahun 2016 sejumlah 3.342 dokumen dengan rincian 2.923 perpanjangan dan 403 permohonan dari kapal perikanan baru; b. Pelaksanaan sanksi berupa surat peringatan, pembekuan, dan pencabutan
SKAT sesuai dengan aturan dalam Permen KP No.42/2015. Pelaksanaan ini berdampak pada kepatuhan pengusaha kapal perikanan untuk selalu mengaktifkan transmiter SPKP baik saat docking ataupun beroperasi. Saat pemilik kapal mendapatkan surat pembekuan atau pencabutan SKAT, maka secara otomatis Surat Laik Operasi (SLO) tidak dapat dikeluarkan oleh pengawas perikanan tanpa adanya klarifikasi dari pemilik terkait alasan kapal tidak dapat terpantau;
c. Adanya analisis indikasi pelanggaran kapal perikanan berdasarkan data SPKP sebagai salah satu instrumen untuk pengawasan terhadap kegiatan kapal perikanan. Pada tahun 2017 diterbitkan 1.043 indikasi pelanggaran dimana mayoritas merupakan pelanggaran Daerah Penangkapan Ikan (DPI) baik laut lepas (492 indikasi) atau di WPPNRI (438 indikasi). Hasil indikasi ini kemudian disampaikan kepada Direktorat PPSDP untuk kemudian dilakukan tindakan selanjutnya. Dengan adanya analisis indikasi pelanggaran ini pemilik kapal akan lebih mematuhi terhadap peraturan baik SPKP maupun peraturan terkait usaha perikanan lainnya.
4. IKU - 4 : Kemandirian SKPT (Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu)
Pembentukan SKPT adalah sebagai upaya pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan yang ada melalui pengembangan sentra bisnis kelautan dan perikanan berbasis pulau-pulau kecil sehingga diharapkan dapat menciptakan peluang investasi, meningkatkan produksi perikanan tangkap, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah khususnya di pulau-pulau kecil, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pulau-pulau kecil, dengan tetap mengedepankan kelestarian (sustain) dan menjaga keanekaragaman hayati. Untuk itu SKPT dibangun dengan konsep pembangunan berbasis pulau-pulau kecil dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Program pembangunan SKPT juga sebagai upaya dalam membantu daerah perbatasan dan terluar untuk membangun kemandirian, kedaulatan bangsa serta menjaga teritorial wilayah perbatasan secara detail dan terperinci sesuai dengan Nawacita ke-3 yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Kriteria pemilihan lokasi SKPT antara lain:
a. Merupakan pulau-pulau kecil terluar atau Kabupaten atau Kota yang memiliki PPKT dan/atau daerah perbatasan atau Kawasan Strategis Nasional.
b. Mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan yang berpeluang untuk dikembangkan.
c. Terdapat ketergantungan masyarakat akan sumber daya kelautan dan perikanan sangat tinggi.
d. Adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah. e. Memiliki SDM di bidang kelautan dan perikanan.
f. Telah tersedia sarana dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan.
GAMBAR 3.10. PEMBANGUNAN SKPT DAN DUKUNGAN TOL LAUT
Disamping itu ditetapkan pula strategi pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan yakni:
a. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan secara terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan pembudidaya yang bersifat tradisional dan konvensional dapat berkembang menjadi bisnis kelautan dan perikanan yang berskala ekonomi dan berorientasi pasar.
b. Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi nelayan lebih baik, sehingga produktivitas produk dan hasil pengolahan perikanan meningkatkan. Selain itu, mendorong bisnis perikanan menggunakan sistem dan model bisnis yang lebih modern melalui kroporatisasi, sehingga manfaat diperoleh dalam jumlah yang lebih besar.
c. Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai produksi dari bisnis kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya, mulai hulu hingga hilir melalui kemitraan dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait.
d. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan. Pendampingan dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang bertugas memberikan pembinaan bagi nelayan dan pembudidaya serta kelembagaannya, sehingga nelayan dan pembudidaya memiliki kapasitas yang baik dalam hal manajemen dan teknis terkait bisnis kelautan dan perikanan yang dikembangkan, serta kelembagaan usaha menjadi efektif.
Atas dasar kriteria dan konsepsi SKPT tersebut dalam pelaksanaannya harus dilakukan penilaian untuk evaluasi tingkat kemandirian yang diformulasikan dari kelengkapan sarana prasarana yang dibangun, pegelolaannya sarana prasarana yang terbangun, kelembagaan pengelolanya sampai pada pemanfaatan yang sifatnya outcome. Kemandirian SKPT diukur dengan nilai skor 0,25 (kurang), 0,5 (cukup), 0,75 (baik), 1 (sangat baik) kemudian dirumuskan menjadi pra-mandiri 1, pra-mandiri 2, pra-mandiri 3, pra-mandiri 4 dan tertinggi mandiri dan kemudian dianalisa dengan skala linked diukur dalam kurun waktu setahun sekali.
Sampai dengan tahun 2016 telah diselesaikan 15 lokasi pulau yang menjadi lokasi pembangunan SKPT, yang sebelumnya pada tahun 2015 sebanyak 5 pulau dan direncanakan sampai dengan 2019 sebanyak 25 pulau. Selama tahun 2015 Program SKPT telah dilaksanakan di 5 lokasi yaitu (1) Tahuna, (2) Simelue, (3) Natuna, (4) Merauke, (5) Saumlaki. Selanjutnya pada tahun 2016 dikembangkan lagi 10 lokasi SKPT. Dari 10 SKPT tersebut, SKPT Tahuna telah berhasil melakukan ekspor ke Korea Selatan dan SKPT Timika telah berhasil melakukan ekspor kepiting ke Singapura dan Malaysia. Terdapat 4 lokasi dari 15 lokasi SKPT yang dikembangkan pada tahun 2016, yang proses bisnisnya sudah mulai berjalan yaitu : (1) Tahuna, (2) Simelue, (3) Timika, dan (4) Merauke.
Dalam pelaksanaan SKPT Tahun 2017 Menteri Kelautan dan Perikanan menugaskan pelaksanaan Pembangunan SKPT kepada unit Eselon I. Dengan terbitnya Peraturan MKP No. 42/PERMEN-KP/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 40/PERMEN-KP/2017 tentang Penugasan Pelaksanaan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan. Dalam PERMEN tersebut Pasal 2 disebutkan bahwa MKP
di bidang pengelolaan ruang laut, perikanan tangkap, perikanan budidaya dan/ atau penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan, dengan rincian sebagai berikut:
a. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut sebagai penanggung jawab di Pulau Moa Kab. MBD (Maluku), Pulau Morotai Kab. Pulau Morotai (Maluku Utara), Talaud Kab. Kepulauan Talaud (Sulawesi Utara), Kab. Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat) b. Dirjen Perikanan Tangkap sebagai penanggung jawab di Natuna Kab. Natuna
(Kepulauan Riau), Merauka Kab. Merauke (Papua), Saumlaki Kab. MTB (Maluku), Sebatik, Kabupaten Nunukan, (Kalimantan Utara)
c. Dirjen Perikanan Budidaya sebagai penanggung jawab di Rote Kab. Rote Ndao (NTT), Kota Sabang (Aceh), Kabupaten Sumba Timur (NTT)
d. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan sebagai penanggung jawab di Timika Kab. Mimika (Papua) dan Biak Kab. Biak Numfor (Papua)
Kegiatan yang telah dilaksanakan di PSKPT Tahun 2017 awalnya hanya di 12 lokasi namun kemudian bertambah 1 lokasi baru yaitu Pulua Moa Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku yang telah ditetapkan dalam Peraturan MKP No. 42/ PERMEN-KP/2017. Kegiatan di 13 lokasi PSKPT prioritas Tahun 2017 hampir sama dengan kegiatan Tahun 2016 dengan perbaikan dan pengembangan berdasarkan best practise pelaksanakan PSKPT tahun 2015 dan 2016. Rincian kegiatan di PSKPT Tahun 2017 sebagai berikut:
TABEL. 3.9. CAPAIAN PULAU-PULAU KECIL YANG MANDIRI
SS - 2 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP
IKU - 4 Nilai Kemandirian SKPT (Indeks)
REALISASI 2016 2017 KENAIKAN 2016-2017 (%/TAHUN) 2019 TARGET % CAPAIAN 2017-2019
TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
Belum diukur 3 3,67 122,33 - 25 Lokasi 14,68
Nilai kemandirian SKPT tersebut didapatkan dari agregasi nilai mandiri SKPT di masing-masing lokasi, perkembangan SKPT di 12 lokasi seperti uraian berikut.
TABEL. 3.10. HASIL PENILAIAN 12 LOKASI SKPT TAHUN 2017
NO. LOKASI SKPT
REALISASI NILAI KRITERIA/ASPEK
NILAI
RATA2 KEMANDIRIANTINGKAT
FISIK & EKONOMIPRODUKSI LEMBAGA LINGKUNGANSOSIAL &
1. Biak 0,68 0,54 0,53 0,70 0,61 Pra Mandiri 3 (Terbangun)
2. Mimika 0,50 0,94 0,68 0,42 0,64 Pra Mandiri 3 (Terbangun) 3. Merauke 0,92 0,65 0,71 0,75 0,76 Pra Mandiri 4 4. Rote Ndao 0,41 0,25 0,57 0,42 0,41 Pra Mandiri 2 5. Saumlaki 0,89 0,50 0,82 0,79 0,75 Pra Mandiri 4
NO. LOKASI SKPT
REALISASI NILAI KRITERIA/ASPEK
NILAI
RATA2 KEMANDIRIANTINGKAT
FISIK & EKONOMIPRODUKSI LEMBAGA LINGKUNGANSOSIAL &
6. Morotai 0,83 0,55 0,89 0,79 0,77 Mandiri 4 (Terkelola)
7. Talaud 0,75 0,30 0,71 0,67 0,61 Pra Mandiri 3 (Terbangun)
8. Nunukan/Sebatik 0,77 0,25 0,64 0,75 0,60 Pra mandiri 3 (Terbangun) 9. Natuna 0,85 0,75 0,96 0,67 0,81 Pra Mandiri 4 10. Sabang 0,76 0,25 0,43 0,38 0,45 Pra Mandiri 2
11. Mentawai 0,81 0,50 0,86 0,83 0,75 Pra Mandiri 4 (Terkelola)
12. Sumba Timur 0,93 0,45 0,54 0,50 0,60 Pra mandiri 3
SKPT Mimika dan SKPT Biak Numfor berstatus Pra Mandiri 3 (Terbangun). Capaian tersebut telah setara dengan 100% jika dibandingkan dengan target tahun 2017.
TABEL. 3.11. KEMAJUAN DI 12 SKPT TAHUN 2017
NO. SKPT KEMAJUAN PEMBANGUNAN SKPT
TAHUN 2016 TAHUN 2017
1. Biak Numfor • Ice flake machine skala kecil,
Penyusunan Masterplan dan Bussiness Plan Perikanan, Sekretariat,Tim Pendamping PSKPT, Sarana dan Prasana (1 orang manager lapangan, kantor, kendaraan operasional, peralatan kantor, operasional), Balai pertemuan nelayan pada fasilitas penunjang, Alat Penangkap Ika,Gillnet permukaan PA Mono ø 0,40 mm mesh size 4 inch 500 meter/14 pis,Sarana Budidaya Rumput Laut,Sarana Budidaya Ikan Nila,Pembangunan Kantor dan Mess Operator Satker PSDKP Biak, Asuransi nelayan.
• Kapal,Pekerjaan drainase, Jalan di dalam lokasi, IPAL, Sarana air bersih, Pos jaga, Gedung genset & panel LVMDP, Pekerjaan gardu PLN dan R. Trafo, termasuk ME,Pangkalan Pendaratan Ikan, Chest freezer, 388 unit, Cool Box , 603 unit, Ice Flake Machine 1,5 ton Integrated Cold Storage 200 ton, Kendaraan roda 4, Kendaraan roda 6 Berpendingin.
2. Mentawai • 5 unit kapal ikan 10 GT,8 unit kapal ikan 5 GT,10 paket KJA, 33 unit sarana produksi budidaya ikan laut, 10.000 benih ikan kerapu, 1 unit kendaraan bak terbuka roda 4, Perbaikan sarana BBIP Sikakap,1 paket sekolah lapang, Penyusunan Master Plan dan Bisnis Plan
• Bantuan 15 unit kapal 5 GT,Pondasi Portable Ice storage,Air Bersih Melalui Pipanisasi di BBIP Sikakap (1.200 meter)1 paket, Sistem Air Tawar di PPP Sikakap, Bak Pendederan, 42 unit, Benih Kerapu Tahap1, LTS di PPP dan BBIP Sikakap (@ 8 titik), Alat Tangkap (Gillnet) 15 unit Fasilitas Kebersihan (di PPP dan BBIP Sikakap), Genset 30 KVA (BBIP Sikakap), 2 unit, KJA Indukan dan Percontohan 2 unit, Pakan dan Obat-obatan, 1 paket,Instalasi Jaringan Listrik PLN BBIP Sikakap, 1 paket,
• Coolbox 50 Liter (172 unit) dan 1 Ton (5 unit), Kendaraan Pickup Roda 4 (PPP Sikakap), Tempat Genset (4 M x 3 M), 1 paket Pompa Air Laut dan Instalasi (BBIP Sikakap), 1 paket Benih yang diserahkan ke masyarakat sebanyak 32.000 ekor Speedboat (BBIP Sikakap), 1 unit, Alat Pembersih Jaring untuk Kelompok Eksisting, 18 unit, Indukan Kerapu (untuk BBIP), 1 paket, Sertifikasi Kapal 5 GT sebanyak 1 paket, Review Masterplan SKPT Mentawai, 1 paket, Penyusunan DED SKPT Mentawai, 1 paket
3. Merauke • 1 paket ICS sekala besar, 1 paket Ice flake machine skala kecil, 1 unit kendaraan Bak Terbuka Roda 4, 17 unit Kapal 5 GT, 32 unit Kapal 10 GT, 154 unit alat tangkap gillnet,1.000 orang asuransi nelayan, 40 paket sarana budidaya air tawar, 1 unit Ekskavator, 5 paket minapadi (benih, pakan), 6 paket sarpras budidaya, 1 unit speedboat pengawasan (12 m), Pembangunan gedung Layanan Pengujian Karantina Ikan, Pelatihan Masyarakat (210 org), Penyuluh Bantu Perikanan (10 org), Sekolah lapang
Pembangunan Integrated Cold Storage 200 Ton, Pembangunan Dermaga, Tempat Pemasaran/Pelelangan Ikan (TPI) Higienis, Ice Flake machine (IFM) dan Penyediaan Air, Pembangunan Kios Perbekalan Melaut, Pemasangan Lampu Penerangan dan Penambahan Daya Listrik, Pengadaan Lampu LED (7 Unit) dan pengadaan kabel 1 paket, Pengadaan kabel, lampu LED (3 unit), lampu sorot (1 unit),
4. Mimika • Alat tangkap gillnet 35 unit, Rawai dasar 4 unit; Sarana budidaya tawar 21 okt; Single Cold Storage 1 unit; IFM 1,5 ton 1 unit
• Perencana Teknis Single Cold Storage 200 Ton (perencana = 100.000, penunjang = 23.360), Ice Flake Machine 10 Ton (perencana = 50.000, fisik bangunan = 4.838.787, penunjang = 30.460), Rencana Detail Pengembangan Zona Inti SKPT (kontrak = 900.000, penunjang = 404.190), Penyusunan Dokumen Amdal 5. Morotai • 1 paket ICS sekala besar, 2 paket IFM
skala kecil, 1 unit kedaraan 2 dan roda 6, 230 unit kapal 5 GT, 10 unit kapal 10 GT, 10 unt kapal 20 GT, 2 unit kapal 30 GT, 9 unit gillnet dasar, 24 unit rawai dasar, 197 unit hand line, 22 unit pool in line, 1000 jiwa asuransi nelayan, 9 paket sarana produksi RL, Penyusunan Masrterplan dan Bisnis plan perikanan, Pelatihan
• Kapal Penangkapan Ikan < 3 GT beserta mesin Yamaha 15 PK, Kapal Penangkapan Ikan 5 GT beserta mesin Yanmar 35 HP, 12 unit, Sertifikasi Kelayakan Kapal Penangkapan Ikan < 3 GT (Lebih kecil atau sama dengan 3 GT) 90 unit , Sertifikasi kelayakan Kapal Penangkapan Ikan 5 GT, 12 unit, Alat Tangkap Handline (Kapal 3 GT), 90 unit , Alat Tangkap Rawai Dasar (Kapal 5 GT), 12 unit, Mobil Berpendingin Roda 4, sebanyak 2 unit , Motor Roda 3, sebanyak 2 unit , Cool Box (e catalog), 1 paket , Review Masterplan, Kajian Lingkungan dan DED Pembangunan
6. Natuna • 1 paket ICS sekala besar, 1 paket ICS skala besar, 1 unit kend.roda2 & 6 berpendingin, 5 paket Ice flake machine skala kecil, 1 paket Sarana pengolahan dan sisttem rantai dingin, 8 unit kapal < 5 GT, 63 unit kapal 5 GT, 14 unit kapal 10 GT, 6 unit kapal 20 GT, 3 unit kapal 30 GT, 85 unit alat penangkap (Gilllnet), 84 unit alat penangkap bubu (ikan dan rajungan), 4 unit alat tangkap pole and line, 2400 jiwa asuransi nelayan, 4 paket rumput laut, 1 unit Genset 2 kawasan kebun bibit RL30 paket Sarana Budidaya Rumput Laut, 4 Paket Percontohan Budidaya Rumput Laut, 16 unit para-para, 1