BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA
C. Internal Perspective
Sasaran Strategis (SS – 4) :
Tersedianya Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Partisipatif
Indikator Kinerja Utama (IKU) pada sasaran strategis ini adalah Indeks efektifitas kebijakan pemerintah.
12. IKU – 12 : Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah
Indeks ini adalah suatu ukuran untuk menilai sejauh mana kebijakan yang diterbitkan oleh KKP dapat diterima oleh stakeholders KP, serta mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut. Penilaian IKU dilakukan melalui survei terhadap stakeholder/customer/kelompok sasaran. Target tahun 2017 untuk indeks efektifitas kebijakan pemerintah adalah sebesar 7,7 dan tercapai 8,22 atau 106,75 dari target. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 sebesar 7,67, maka realisasi tahun 2017 naik sebesar 7,17%. Dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 8, capaian realisasi tahun 2017 sudah mencapai 102,75%.
TABEL. 3.30. CAPAIAN INDEKS EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PEMERINTAH
SS - 4 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Partisipatif
IKU - 12 Indeks Efektifitas Kebijakan Pemerintah (Indeks 1-10)
REALISASI 2016 2017 KENAIKAN 2016-2017 (%/TAHUN) 2019 TARGET % CAPAIAN 2017-2019
TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
7,67 7,7 8,22 106,75 7,17 8 102,75
Upaya yang telah dilakukan dalam rangka mencapai nilai indeks efektifitas kebijakan pemerintah antara lain melibatkan stakeholders dalam proses penyusunan kebijakan, melakukan sosialisasi intensif kepada seluruh stakeholders di daerah, menyusun policy brief atas kebijakan yang telah diambil dan mengevaluasi dampak dari kebijakan tersebut untuk dilakukan penyempurnaan lebih lanjut. Di samping itu, digunakan fasilitas media sosial untuk menyerap aspirasi stakeholders.
Sasaran Strategis (SS – 5) :
Terselenggaranya Tata Kelola Pemanfaatan SDKP (Sumberdaya Kelautan dan Perikanan) yang Adil, Berdaya Saing dan Berkelanjutan
Indikator Kinerja Utama (IKU) pada sasaran strategis ini adalah Efektifitas Tata kelola pemanfaatan SDKP berdaya saing dan berkelanjutan.
13. IKU – 13 : Efektifitas Tata kelola pemanfaatan SDKP berdaya saing dan berkelanjutan
Target tahun 2017 untuk Efektifitas Tata kelola pemanfaatan SDKP berdaya saing dan berkelanjutan sebesar 69,88% dan telah terealisasi sebesar 85,25% atau mencapai 121,99 dari target. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 yang besarnya 78,20, terjadi kenaikan sebesar 9,02%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 95 capaian tahun 2017 sudah mencapai 89,74%.
TABEL. 3.31. CAPAIAN EFEKTIFITAS TATA KELOLA PEMANFAATAN SDKP YANG ADIL,
BERDAYA SAING DAN BERKELANJUTAN
SS - 5 Terselenggaranya Tata Kelola Pemanfaatan SDKP yang Adil, Berdaya Saing dan
Berkelanjutan
IKU - 13 Efektifitas Tata kelola pemanfaatan SDKP berdaya saing dan berkelanjutan (%)
REALISASI 2016 2017 KENAIKAN 2016-2017 (%/TAHUN) 2019 TARGET % CAPAIAN 2017-2019
TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
78,20 69.88 85,25 121,99 9,02 95 89,74
IKU ini memiliki 9 IKU pembentuk sebagai berikut :
TABEL. 3.32. INDIKATOR PEMBENTUK KINERJA EFEKTIFITAS TATA KELOLA SDKP
NO INDIKATOR PEMBENTUK REALISASI 2016 2017
TARGET REALISASI % CAPAIAN
1. Utilitas UPI (Unit Pengolahan Ikan) (%) 66,8 60 57 95
2.
Jumlah SDM KP yang terdidik, dilatih, disuluh dan diberdayakan untuk mendukung tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan (orang)
572.250 387.888 393.158 101,36
3.
Jumlah rekomendasi dan inovasi Litbang yang diusulkan untuk menjadi bahan kebijakan (rekomendasi)
21 20 22 110
4. Sertifikat HACCP (Hazaard Analytical Critical
Control Point) (unit) 2.037 2.100 2.452 116,76
5. Sertifikat SKP (Sertifikasi Kelayakan Pengolahan) (unit) 1.933 1500 2107 140,47
6. Jumlah Unit Usaha Perikanan yang memenuhi persyaratan ekspor (unit) 864 885 1001 113,11
7. Jumlah laut ZEE dan Laut Lepas yang terkeloa SDI nya - 4 7 175,00
8.
Jumlah Lokasi kawasan laut, wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan, businessplan, yang ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan)
46 7 7 100
9. Jumlah pembentukan kelembagaan pengelolaan WPP (wilayah) Belum ada 11 11 100
1) Pengukuran Utilitas UPI merupakan satu kegiatan pemantauan terhadap tingkat produksi unit pengolahan ikan yang dibandingkan dengan kapasitas produksi (kapasitas terpasang) pada unit pengolahan ikan dalam kurun satu tahun. Pada tahun 2017, nilai capaian indikator utilitas UPI sebesar 57% atau sebesar 95% terhadap target yang telah ditetapkan sebesar 60%. Capaian indikator kinerja ini cenderung mengalami penurunan dibanding tahun 2016 yaitu sebesar 14,67%. Beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya target seperti industri pengolahan ikan khususnya pengalengan tuna mengalami kekurangan bahan baku (kuantitas) karena standar mutu yang rendah (kualitas), harga beli yang tinggi (keterjangkauan), distribusi ikan dari daerah produksi/kantong produksi
2) Jumlah SDM KP yang dididik, dilatih, disuluh dan diberdayakan untuk mendukung tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil berdaya saing dan berkelanjutan telah mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2017 dengan target 387.888 orang dengan capaian sampai sebesar 393.158 orang (102,36%). Hal ini diperoleh dari data Jumlah peserta didik yang kompeten, Jumlah SDM KP yang dilatih untuk mendukung tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil berdaya saing dan berkelanjutan dan Jumlah kelompok yang disuluh. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian untuk indikator Jumlah SDM KP yang dididik, dilatih, disuluh dan diberdayakan untuk mendukung tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil berdaya saing dan berkelanjutan ini mengalami penurunan capaian sebanyak 271.490 orang (40,85%) dikarenakan perubahan target pada perjanjian kinerja sesuai dengan perubahan/dinamika anggaran BRSDM. Adapun perbandingan capaian dengan tahun sebelumnya dapat dilihat seperti grafik berikut ini.
Untuk bidang Pendidikan KP, dapat dilihat keragaan jumlah peserta didik pada tahun 2017 sebanyak 7.541 peserta didik dengan rincian sebagaimana gambar berikut ini.
TABEL. 3.33. JUMLAH PESERTA DIDIK YANG MENINGKAT KOMPETENSINYA
TAHUN 2017 NO SATUAN PENDIDIKAN JUML. PESERTA DIDIK TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO SATUAN PENDIDIKAN JUML. PESERTA DIDIK TH PELAJARAN 2017/2018
1 STP JAKARTA 1,179 12 POLTEK KP SORONG 320 2 POLTEK KP KARAWANG 150 13 SUPM LADONG 398 3 POLTEK KP PANGANDARAN 75 14 SUPM PARIAMAN 469 4 POLTEK KP JEMBRANA 75 15 SUPM KOTAAGUNG 431 5 POLTEK KP DUMAI 75 16 SUPM TEGAL 553 6 AK WAKATOBI 50 17 SUPM PONTIANAK 471 7 STP JURLUHKAN BOGOR 312 18 SUPM BONE 506 8 POLTEK KP SIDOARJO 437 19 SUPM WAIHERU 540 9 POLTEK KP KUPANG 150 20 SUPM SORONG 501 10 POLTEK KP BITUNG 419 21 SUPM KUPANG 256 11 POLTEK KP BONE 174 JUMLAH 7.541
Realisasi jumlah kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang mendukung tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan sebanyak 385.617 orang dari target 382.070 atau melebihi target 100,93%, dengan rincian Pelatihan masyarakat 6.290 orang, Pelatihan aparatur 2090 orang, Pelatihan Enumerator dan Validator 3810 orang, Pelatihan dengan sumber pembiayaan dari PNBP 3427 orang dan Pelaku utama/usaha yang disuluh 370.000 orang.
Faktor keberhasilan pencapaian target serta kenaikan jumlah peserta didik yang kompeten selama tahun 2017 diantaranya adalah: peningkatan sarana dan prasarana pendidikan KP dan penambah kapasitas peserta didik di satuan pendidikan KP (Politeknik KP Pangandaran, Politeknik KP Dumai, dan Politeknik KP Jembrana, dan Akademi Komunitas Wakatobi)
Untuk bidang penyuluhan, kendala dalam pencapaian Kinerja : 1) jumlah kelompok di lapangan (daerah) tidak selalu stabil. Terkadang karena adanya dukungan program tertentu jumlah kelompok yang dibentuk dan menjadi sasaran penyuluhan bertambah, namun adakalanya kelompok yang terbentuk tersebut tidak bertahan, dan 2) Pelaku utama/usaha yang sudah mapan biasanya sudah tidak mau bergabung dalam kelompok pelaku utama/usaha perikanan karena berpendapat sudah berkemampuan untuk mengembangkan usaha sendiri. Ditunjang pula dalam mendapatkan modal berdasarkan akses perbankan harus menggunakan jaminan pribadi.
Sedangkan untuk bidang pelatihan terdapat beberapa kendala, antara lain: Jumlah peserta latih di daerah tidak sesuai dengan persyaratan peserta latih. Banyak program kebijakan KKP yang berubah ubah sehingga fokus
kelompok latih berubah ubah,
SDM tenaga pelatih banyak yang belum memiliki sertifikasi kompetensi, Masih banyak Kurikulum dan modul belum sesuai dengan standar .
3) Jumlah rekomendasi dan/atau inovasi riset yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan
IKU Jumlah rekomendasi dan/atau inovasi riset yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan ini bertujuan untuk gambaran kontribusi BRSDM dalam memberikan masukan atau rumusan kebijakan berbasis ilmiah untuk pengelolaan sumberdaya KP yang lestari dan berkelanjutan. Hasil litbang KP (berupa rekomendasi, bahan kebijakan/informasi terapan, policy brief, naskah akademik) yang disampaikan oleh Kepala Badan dan/atau Kepala Pusat (tembusan Kepala Badan) kepada stakeholder (MKP, Eselon I KKP, Pemda, K/L lain) melalui dokumen penyampaian resmi (Surat, Memorandum, Nota Dinas). Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah rekomendasi dan/atau inovasi riset yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan sebanyak 22 dari target 20 atau melebihi target (110,00%). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian untuk indikator ini mengalami kenaikan sebanyak 2 rekomendasi (naik 9%) dikarenakan banyaknya lokasi validasi data, banyaknya kejadian yang perlu ditangani dengan quick response yang dilakukan para peneliti bidang perikanan dan kelautan.
IKU rekomendasi dan inovasi litbang yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan dari hasil rekomendasi akan dimanfaatkan eselon I lain atau stakeholder lainnya. Rekomendasi dan inovasi litbang yang diusulkan berupa data informasi, model riset, policy brief hingga naskah akademis rekomendasi kebijakan. Rekomendasi yang diterima digunakan sebagai acuan maupun referesi pedoman maupun penyusunan kegiatan yang akan datang. Rekomendasi yang telah dihasilkan dan dimanfaatkan ini juga tidak lepas dari pemantauan dan evaluasi kebijakannya setiap semesternya.
4) HACCP
HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan pangan yang sudah terbukti dan didasarkan pada tindakan pencegahan terhadap bahaya keamanan hasil perikanan yang untuk dikonsumsi manusia dari bahaya yang bersifat biologi, kimia dan fisik. Sertifikat penerapan HACCP merupakan salah satu persyaratan mutlak dan wajib harus dimiliki oleh unit Pengolahan ikan, bila akan melakukan ekspor hasil produksi perikanannya.
HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan makanan yang didasarkan pada tindakan pencegahan terhadap bahaya yang bersifat biologi, kimia dan fisik pada hasil perikanan untuk konsumsi manusia. Dengan penerapan sistem HACCP, identifikasi suatu bahaya yang mungkin akan muncul di dalam proses pengolahan (in process inspection) dapat dilakukan sehingga tindakan pengendalian dan pemantauan terhadap bahaya keamanan makanan akan mudah dilaksanakan.
Sertifikat penerapan HACCP merupakan salah satu persyaratan mutlak dan wajib harus dimiliki oleh Unit Pengolahan Ikan, bila akan melakukan ekspor hasil produksi perikanannya. Indikator sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan diukur dengan menghitung jumlah realisasi sertifikat HACCP yang diterbitkan pada tahun berjalan.
Pada tahun 2017, BKIPM telah melaksanakan pelayanan sertifikasi HACCP produk perikanan sebanyak 2.452 sertifikat HACCP 731 UPI. Realisasi ini mencapai 116,76% dari taget 2.100. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 2.037, capaian ini meningkat 20%.
5) Pada tahun 2017, capaian indikator jumlah sertifikat kelayakan pengolahan yang diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan sebanyak 2.107 SKP. Capaian ini setara dengan 140,47% dari target tahun 2017 yakni 1.500 SKP atau 110,89% terhadap target tahun 2019 yakni 1.900 SKP.
Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) unit pengolahan ikan merupakan persyaratan dasar satu unit pengolahan ikan. SKP merupakan bukti bahwa UPI tersebut sudah layak di bidang keamanan pangan untuk melakukan proses produksi. Realisasi SKP Tahun 2017 sebesar 2.107 atau tercapai 140,47% dari target sebesar 1.500.
Kenaikan jumlah SKP yang diterbitkan di Tahun 2017 dikarenakan program kegiatan di Direktorat Jenderal PDS, dan pembinaan Pra-SKP oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi telah berhasil mendukung dan meningkatkan capaian penerbitan SKP sehingga jauh melampaui target yang telah ditentukan. Kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung pencapaian kinerja tersebut di atas adalah penerbitan Peraturan Dirjen PDSPKP No.24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemeringkatan SKP dan Perdirjen PDSPKP No.25 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Kegiatan yang rutin dilaksanakan dalam rangka pelayanan publik, melalui operasionalisasi pelayanan SKP dan pembinaan UPI dalam memperoleh SKP. Pelayanan penerbitan SKP baik melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) ataupun online untuk meningkatkan pelayanan SKP yang lebih mudah, cepat, efektif, dan efisien. Selain itu juga adanya koordinasi antara sekretariat penerbitan SKP pusat dan Sekretariat SKP daerah berjalan dengan baik dan juga pembinaan yang dilakukan oleh pembina mutu daerah
demikian masih terdapat beberapa kendala seperti sebagian besar UPI skala UMKM belum mampu memenuhi persyaratan SKP dan jumlah pembina mutu di daerah masih kurang.
6) Unit Usaha Perikanan yang memenuhi persyaratan ekspor merupakan unit usaha yang telah menerapkan prinsip-prinsip HACCP dan CKIB. Pada unit usaha yang menerapkan prinsip HACCP dilakukan verifikasi terhadap pelaksanaan SSOP/GMP dan penerapan HACCP minimal satu kali dalam setahun. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memastikan bahwa UPI tersebut secara konsisten menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, sebagaimana diamanatkan pada Permen KP No.19/2010. Sedangkan unit usaha yang menerapkan prinsip CKIB adalah Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang telah melaksanakan manajemen kesehatan ikan berdasarkan standar biosekuriti untuk menjamin ikan bebas dari HPIK/HPI. Indikator UUPI yang memenuhi persyaratan ekspor diukur dengan menghitung jumlah UPI yang telah bersertifikasi HACCP dan unit usaha pembudidayaan ikan yang bersertifikasi CKIB. Realisasi indikator ini sampai dengan tahun 2017 mencapai 1001 unit dari target 885 atau sebesar 113,11%. Angka realisasi tahun ini terdiri dari realisasi UPI yang bersertifikasi HACCP sejumlah 731 unit dan UUPI yang telah disertifikasi CKIB sejumlah 270 unit
7) Untuk mencapai Jumlah Laut ZEE dan laut Lepas yang terkelola SDInya dilakukan rencana akasi (i) Penyusunan Harvest Strategy (HS) untuk Pemanfaatan Alokasi Tuna di perairan kepulauan WPPNRI 713, 714 dan & 715. (ii) Analisis Supply Chain/Rantai Pasok Tuna Sirip Biru Selatan (Southern Bluefin Tuna/SBT) Indonesia
Indikator ini merupakan perbandingan jumlah kapal yang terdaftar di RFMOs dengan jumlah kapal yang masuk dalam IUU Vessel list RFMOs. Indikator ini menunjukkan :
a. Peningkatan kepatuhan kapal dalam pemanfaatan Sumber Daya Tuna di Wilayah Pengelolaan RFMOs. Perhitungan denan membandingan jumlah kapal yang terdaftar di RFMOs dengan jumlah kapal yang masuk dalam IUU Vessel list RFMOs
b. Peran aktif Indonesia sebagai anggota RFMOs. Perhitungan dengan membandingkan jumlah organisasi yang Indonesia menjadi anggotanya dengan jumlah pertemuan yang diikuti Indonesia
c. Pelaksanaan Rencana Aksi Kepmen No. 107 tahun 2016. Perhitungan dengan membandingkan jumlah rencana aksi Direktorat Pengelolan Sumber Daya Ikan dengan jumlah laporan.
Pengukuran indikator ini dilakukan setiap triwulan dan sampai dengan akhir tahun 2017 terealisasi tujuh WPP (175%) dari target sebanyak 4 (empat) WPP. Ketujuh WPP yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. WPP 572, mencakup perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda;
b. WPP 573, mencakup perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat;
d. WPP 714 mencakup perairan Teluk Tolo dan Laut Banda;
e. WPP 715 mencakup perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau;
f. WPP 716, mencakup wilayah Laut Sulawesi sebelah utara Pulau Halmahera; g. WPP 717, mencakup wilayah perairan Teluk Cenderawasih dan Samudera
Pasifik.
Adapun kegiatan yang mendukung dalah sebagai berikut : a. Pendaftaran kapal ke RFMO.
b. Pemanfaatan Kuota Tuna Sirip Biru Selatan /SBT Indonesia melalui Catch Documentation Scheme (CDS) mencapai 6.02 ton 601.720 kg atau 7.134 ekor.
c. Rapat IOTC Compliance Questionnaire dan penyusunan Report of Implementation for 2017.
d. Pertemuan Tahunan IOTC 2017 di Yogyakarta.
e. Pertemuan Internasional 11th Meeting of the Compliance Committee CCSBT and annual Meeting of the CCSBT 2017 di Yogyakarta
8) Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau master plan dan business plan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan merupakan banyaknya Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan/atau Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yang memiliki dokumen rencana zonasi dan/atau master plan dan business plan. KSN dan KSNT meliputi kawasan laut, selat, teluk antar wilayah, dan pulau-pulau kecil terluar (PPKT).
Indikator kinerja ini diukur melalui penghitungan jumlah lokasi KSN/KSNT kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau master plan dan business plan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan. Indikator ini di tahun 2017 mengalami perubahan dalam pencapaian target, dimana kawasan selat, teluk dan antar wilayah tidak masuk indikator pendukung pencapaian dalam IKU ini, sedang yang mendukung pencapaian IKU ini adalah penyusunan rencana zonasi/masterplan di KSN, KSNT dan lokasi SKPT. Capaian tahun 2017 adalah direalisir 7 lokasi atau (100%) dari target. Beberapa hal telah dilakukan dalam tahap-tahap kegiatan penyusunan rencana zonasi/ master plan/business plan untuk lokasi KSN/KSNT yang meliputi: (1) Sabang, (2) Sumba Timur, (3) Pulau Senoa, (4) Pulau Sambit, (5) Pulau Maratua, (6) Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK), dan (7) Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur (Jabodetabekjur).
Indikator ini tahun 2017 realisasi telah sesuai target diantaranya melalui
a. Masterplan SKPT Sabang dan Sumba Timur sudah selesai dan diserahkan ke Ditjen Perikanan Budidaya pada tanggal 22 Juni 2017.
b. Penyusunan Rencana Zonasi KSNT di Pulau Maratua dan Sambit sudah tersusun Dokumen Rencana zonasi KSNT dan draft permen-nya posisi saat ini di Biro Hukum KP untuk selanjutnya ditetapkan oleh MKP. Sedangkan untuk Rencana Zonasi KSNT di Pulau Senoa sudah tersusun Dokumen Rencana Zonasi dan Draft Permennya pada tahun 2018 akan ditindaklanjuti oleh Biro Hukum KP.
c. Penyusunan Rencana Zonasi di KSN sudah tersusun dokumen perencanaannya,
9) Indikator jumlah pembentukan kelembagaan pengelolaan WPP adalah mengukur pembentukan lembaga pengelola yang dibentuk untuk mengelola 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan berdasarkan RPP yang telah ditetapkan. Adapun capaian indikator jumlah pembentukan kelembagaan pengelolaan WPP tahun 2017 telah tercapai 100% dari target 11 WPP. Sedangkan indikator ini belum bisa dIbandingkan dengan tahun sebelumnya karena indikator ini merupakan indikator baru pada tahun 2017.
Sasaran Strategis (SS – 6) :
Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang Profesional dan Partisipatif
Dalam mengendalikan dan mengawasi SDKP di wilayah Indonesia, KKP melalui PPNS perikanan mempunyai kewenangan menindak para pelaku tindak pidana kelautan dan perikanan mulai dari penyidikan sampai dengan penyelesaian perkara yang ditangani (P-21). Untuk mengukur Sasaran ini menggunakan dua IKU, yaitu (i) Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang akuntabel dan tepat waktu; dan (ii) Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan.
14. IKU – 14 : Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang akuntabel dan tepat waktu
Capaian IKU ini pada tahun 2017 adalah sebesar 92,02% atau 105,77% dari target sebesar 87%. Capaian tahun 2017 naik dibanding tahun 2016 (85,29%) sebesar 7,89% dikarenakan adanya peningkatan penyelesaian kasus yang di proses hukum oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kelautan dan Perikanan. KKP melalui PPNS perikanan mempunyai kewenangan menindak para pelaku tindak pidana kelautan dan perikanan mulai dari penyidikan sampai dengan penyelesaian perkara yang ditangani (P-21).
Nilai kinerja didapat dari jumlah kasus yang ditangani yang telah selesai proses penyidikannya yaitu telah P-21 dan ditindaklanjuti dengan Penyerahan Tahap II. Dalam hal ini, jumlah kasus yang dihitung adalah kasus yang ditangani oleh PPNS Perikanan yang ada di UPT/Satker Pengawasan SDKP maupun Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota meliputi kasus pelanggaran dalam bidang penangkapan ikan, pemasaran ikan yang dilarang maupun bidang kelautan. Pada tahun 2017 terdapat 163 kasus yang ditindaklanjuti ke Proses Hukum, dari sejumlah tersebut sebanyak 150 kasus telah selesai (P21).
TABEL. 3.34. PERSENTASE PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KP
YANG DISIDIK SECARA AKUNTABEL DAN TEPAT WAKTU
SS - 6 Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang Profesional dan Partisipatif.
IKU - 14 Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang akuntabel dan tepat waktu
REALISASI 2016 2017 KENAIKAN 2016-2017 (%/TAHUN) 2019 TARGET % CAPAIAN 2017-2019
TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
Pencapaian target indikator kinerja ini dilakukan melalui kegiatan utama penyelesaian tindak pidana perikanan dengan didukung oleh kegiatan penanganan pelanggaran lainnya, yaitu kegiatan penanganan barang bukti dan awak kapal, forum koordinasi, dan pembinaan PPNS Perikanan.
15. IKU – 15 : Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%)
Berdasarkan data rencana induk pengelolaan perbatasan 2015-2019 dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), jumlah lokasi prioritas perbatasan ada sebanyak 42 lokasi di 13 provinsi. Lokasi tersebut adalah Aceh, Serdang Bedagai, Rokan Hilir, Bengakalis, Indragiri Hilir, Meranti, Dumai, Natuna, Anambas, Batam, Bintan, Karimun, Sangihe, Talaud, Aruk, Jagoi Babang, Sanggau, Sintang, Nanga Badau, Entikong, Kutai Barat, Malinau, Nunukan, Sebatik, Kupang, Wini, Atambua, Rote-Ndao, Alor, Motaain, Motamasin, Maluku Barat Daya, Saumlaki, Aru, Morotai, Sota, Boven Digoel, Peg. Bintang, Keerom, Skow, Supiori, dan Raja Ampat. Dari jumlah perbatasan BNPP tersebut, pelaksanaan operasional dan pengawasan karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan pada tahun 2017 di perbatasan hanya dapat dilakukan di 29 lokasi, yaitu Sabang, Simeuleu, Rokan Hilir, Bengkalis, Indragiri Hilir, Dumai, Natuna, Anambas, Batam, Bintan, Karimun, Aruk, Jagoi Babang, Nanga Badau, Entikong, Nunukan, Sebatik, Sangihe, Talaud, Atambua, Saumlaki, Motomasin, Mota’ain, Kupang, Wini, Morotai, Biak, Sota, Skow. Hal ini dikarenakan untuk wilayah perbatasan yang lainnya, BKIPM belum memiliki sarana-prasarana operasional. Selain itu, juga dilihat dari frekuensi lalulintas perikanan di wilayah tersebut.
TABEL. 3.35. CAPAIAN TINGKAT KEBERHASILAN PENGAWASAN
DI WILAYAH PERBATASAN
SS - 6 Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang Profesional dan Partisipatif.
IKU - 15 Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan (%)
REALISASI 2016 2017 KENAIKAN 2016-2017 (%/TAHUN) 2019 TARGET % CAPAIAN 2017-2019
TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
103.29 74 75,95 102.64 -26,47 87,00 87,30
Target indikator tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan pada tahun 2017 adalah sebesar 74%. Untuk menghitung capaian indikator ini, telah ditetapkan sebanyak 16 wilayah perbatasan pada tahun 2017, yaitu Sebatik, Nunukan, Aruk, Sota, Talaud, Morotai, Bengkalis, Dumai, Batam, Natuna, Motoain, Motomasin, Wini, Saumlaki, Simelue, dan Skow.
Rumus perhitungan indikator Tingkat Keberhasilan Pengawasan Di Wilayah Perbatasan dari rata-rata nilai kualitas pengawasan. Pada tahun 2017, telah dilakukan verfikasi tingkat keberhasilan pengawasan di 13 lokasi titik perbatasan. Titik perbatasan tersebut adalah Sebatik, Nunukan, Aruk-Entikong, Sota, Talaud, Morotai, Bengkalis, Dumai, Motain, Motamasin, Wini, Saumlaki, Simelue-Aceh.
Hasil verifikasi keberhasilan wilayah perbatasan adalah sebagai berikut :
TABEL. 3.36. PENILAIAN PENGAWASAN SISTEM PERKARANTINAAN MUTU KHP
NO LOKASI PENGAWASAN (%) NILAI
DOMAS DOKEL EKSPOR IMPOR KOORD MONEV JPT/TT
1 Sebatik 90 90 70 - 80 80 11,76 70,29 2 Nunukan 90 90 40 - 80 80 50 71,67 3 Aruk - - - - 90 80 33,3 67,77 4 Sota - - 78 80 85 80 25 69,60 5 Talaud 90 90 - - 90 60 20 70,00 6 Morotai - 88 - - 80 83 30 70,25 7 Bengkalis 80 70 80 - 80 60 62,5 72,08 8 Dumai 90 70 60 - 80 85 22,2 67,87 9 Motoain - 80 90 - 70 70 40 70,00 10 Motamasin - 80 - - 70 70 40 65,00 11 Wini - 80 - - 70 70 40 65,00 12 Saumlaki - 80 - - 80 80 70 77,50 13 Tj Balai Karimun 90 80 80 - 90 80 33.3 75.56 14 Simeleu - 90 - - 80 50 100 80 15 Skow - - - 80 80 80 70 77.5
TABEL. 3.37. PEMENUHAN FASILITAS PELAYANAN DI WILAYAH PERBATASAN
NO LOKASI
FASILITAS
PELAYANAN (%) NILAI NO LOKASI PELAYANAN (%)FASILITAS NILAI
SARPRAS SDM SARPRAS SDM 1 Sebatik 90 75 82,5 8 Dumai 80 60 70 2 Nunukan 85 70 77,5 9 Motoain 85 85 85 3 Aruk 78 80 79 10 Motamasin 75 75 75 4 Sota 90 85 87,5 11 Wini 85 75 80 5 Talaud 80 80 80 12 Saumlaki 85 80 82,5 6 Morotai 88 75 81,5 13 Tj Balai Karimun 90 75 82.5 7 Bengkalis 78 80 79 14 Simeleu 84 90 87
15 Skow 85 75 80
Sampai dengan Desember 2017, telah dilakukan evaluasi exit entry point perbatasan sebanyak 15 Lokasi perbatasan yaitu Sebatik, Nunukan, Aru-Entikong, Sota