• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. HASIL PENELITIAN

5.2 Teknik Pengoperasian Bubu Nelayan

5.2.2 Daerah penangkapan ikan

Nelayan Sibolga di pantai Barat Sumatera memiliki daerah pengoperasian bubu yang cukup luas, dimulai dari perairan Aceh sampai pada perairan Sumatera Barat. Ada 4 daerah penangkapan ikan yang digunakan nelayan Sibolga dalam mengoperasikan bubu. Daerah pengoperasian ini memiliki karakteristik dan kondisi lingkungan yang berbeda.

Pulau Mursala merupakan daerah kepulauan yang paling dekat dengan Sibolga. Perairan ini terletak pada sekitar 98o25''30’ Bujur Timur dan 01o47''25’ Lintang Utara (Gambar 21). Berdasarkan karakteristik perairannya, Pulau Mursala merupakan daerah perairan yang memiliki kedalaman 48 sampai 54 meter. Topografi perairan ini pada umumnya berkarang dengan substrat lumpur. Berdasarkan peta batimetri LANAL Sibolga penutupan karang paling tinggi di Pulau Mursala sekitar 5 meter.

Dilihat dari posisi perairan Pulau Mursala, bubu nelayan Sibolga banyak ditempatkan pada perairan yang mengarah ke Pulau Sumatera (main land). Penempatan bubu seperti ini memudahkan nelayan dalam proses pencariannya. Pulau mursala merupakan daerah yang memiliki penduduk cukup banyak, sehingga nelayan bubu menempatkan alat sedikit lebih jauh dari pantai. Penempatan titik pengoperasian bubu di perairan Pulau Mursala dilakukan pada 9 titik. Pengamatan pergeseran titik penempatan bubu menjadi salah satu aspek yang dikaji dalam stabilitas bubu di dasar perairan (Lampiran 4).

Penutupan karang pada perairan Pulau Mursala cukup banyak, hal ini dapat mempengaruhi pola pergerakan arus di dasar perairan. Berdasarkan sifatnya terhadap bentuk dasar perairan, arus akan lebih kuat jika melewati dasar perairan yang lebih landai. Penempatan bubu pada sela-sela karang akan membantu mengurangi gerak bubu. Pergeseran titik penjatuhan bubu nelayan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau Mursala

Posisi titik Selisih bujur (m) Selisih lintang (m) Perubahan pergeseran (m)

1 10 18 20 2 61 4 61 3 26 80 84 4 7 10 12 5 17 3 17 6 56 99 114 7 60 22 64 8 49 48 69 9 94 55 108 Rata-rata 61.20

Pulau Pini merupakan daerah perairan yang termasuk pada daerah administratif Nias Selatan. Perairan Pulau Pini memiliki karakteristik dengan kedalaman 54 sampai 63 meter, topografi yang berkarang dan memiliki substrat perairan yang berlumpur. Penutupan karang berdasarkan peta batimetri milik LANAL Sibolga, yang paling tinggi sekitar 8 meter. Daerah pengoperasian bubu di perairan Pulau Pini dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22 Peta daerah pengoperasian bubu nelayan Sibolga di perairan Pini Pola pergeseran bubu nelayan di perairan Pulau Pini dapat menggambarkan karakteristik daerah penangkapan ikan di daerah tersebut. Pergeseran bubu nelayan yang terjadi di Pulau Pini tergolong sangat variatif yaitu dari 32 meter sampai 207 meter. Penyebaran bubu yang cukup berjauhan memberikan dampak terhadap pola pergeseran titik setting bubu di perairan Pulau Pini. Secara umum pergeseran titik bubu dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau Pini

Posisi titik Selisih bujur (m) Selisih lintang (m) Perubahan pergeseran (m)

1 5 46 46 2 11 30 32 3 56 46 72 4 62 33 70 5 157 58 168 6 5 164 164 7 14 56 57 8 132 160 207 9 43 55 70 Rata-rata 98.46

Hasil perhitungan rata-rata pergeseran bubu di perairan Pulau Pini adalah 98,46 meter. Kecepatan arus pada perairan ini selama melakukan pengoperasian diperoleh sebesar 1,1 m/s sampai pada 2,1 m/s. Pola pergerakan arus yang paling tinggi diperoleh saat angin musim barat sedang berlangsung.

Pulau Nias merupakan daerah pengoperasian bubu yang paling dekat pada laut lepas. Perairan ini memiliki karakteristik perairan dengan kedalaman 38 sampai 70 meter. Topografi perairan pada umumnya berkarang dengan substrat lumpur. Penutupan karang yang paling tinggi di daerah perairan Pulau Mursala sekitar 5 meter. Peletakan bubu nelayan pada daerah perairan ini dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23 Peta daerah pengoperasian bubu nelayan Sibolga di perairan Nias Pergerakan arus pada perairan Pulau Nias relatif lebih besar jika dibandingkan dengan Pulau Mursala dan Pini. Kecepatan arus saat proses penjatuhan bubu yang diperoleh pada perairan Pulau Nias adalah 1,6 m/s sampai 2,2 m/s. Daerah perairan Nias merupakan wilayah yang memiliki ekosistem terumbu karang paling luas dan masih dikategorikan dalam kondisi yang baik. Berdasarkan hasil pemetaan batimetri perairan Nias, ketinggian karang pada perairan ini sangat bervariasi seperti yang dimiliki Pulau Pini. Masyarakat banyak menempatkan bubu pada perairan terbuka karena kondisi terumbu karang yang lebih baik dibandingkan dengan perairan bagian timur Nias.

Secara umum pola pergeseran arus telah menyebabkan pergeseran bubu nelayan yang dioperasikan di Pulau Nias. Pergeseran titik pengoperasian bubu sangat bervarasi, yaitu dari 42,67 meter sampai pada 163,51 meter. Berdasarkan nilai rata-ratanya, pergeseran bubu di perairan Pulau Nias diperoleh sebesar 138,89 meter. Pergeseran jarak bubu pada perairan Nias secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau Nias

Posisi titik Selisih bujur (m) Selisih lintang (m) Perubahan pergeseran (m)

1 150 46 157 2 24 36 43 3 8 108 108 4 50 354 358 5 9 98 98 6 52 97 110 7 94 47 105 8 103 30 107 9 149 67 164 Rata-rata 138.89

Penempatan bubu nelayan sebagian bessar dilakukan di perairan barat Nias menyebabkan pergeseran yang lebih besar baik saat musim timur maupun musim barat. Perbandingan yang dilakukan dengan peta 135, menunjukkan perairan timur Nias juga memiliki ekosistem terumbu karang yang cukup baik. Nelayan tidak menempatkan bubu pada bagian timun pulau Nias didasarkan karena tingginuya aktivitas penangkapan dan banyaknya nelayan yang berdomisili di sekitar pantai. Hal ini dapat dicegah dengan menempatkan bubu pada perairan yang sedikit lebih jauh dari garis pantai.

Perairan Pulau Karang adalah perairan yang paling dekat dengan Pulau Sumatera. Perairan Pulau Karang merupakan perairan terbuka yang memiliki substrat pasir berlumpur. Topografi perairan ini berkarang dengan kedalaman tergolong dangkal dengan kisaran 21 sampai 39 meter. Penutupan karang yang paling tinggi di perairan Pulau Karang sekitar 6 meter. Posisi peletakan bubu nelayan pada perairan Pulau Karang dapat dilihat pada Gambar 24.

Perairan Pulau Krang yang sangat terbuka tidak dihalangi oleh pulau lain yang berukuran lebih besar. Kondisi Pulau karang yang sangat kecil menyebabkan arus pada daerah perairannya sangat dipengaruhi oleh pasang surut, angin, turbulensi dan proses termoklin. Gerakan air pada perairan Pulau Karang dapat bersifat vertikal maupun horizontal karena perairannya tergolong dangkal.

Gambar 24 Peta daerah pengoperasian bubu nelayan Sibolga di perairan Karang Paparan benua yang langsung berhadapan dengan perairan Pulau Karang menyebabkan pembentukan substrat pada perairan ini cenderung lumpur berpasir. Hal ini dapat dilihat dari titik penjatuhan bubu yang digunakan oleh nelayan Sibolga (Gambar 24). Perairan ini memiliki ekosistem karang yang cenderung tumbuh dengan baik karena selain dangkal kondisi air pada bersih. Ekosistem seperti ini membuat wilayah perairan karang cukup subur sebagai habitat ikan demersal. Penempatan bubu pada daerah ini sangat potensial mengingat keberadaan ekosistem karang sebagai tempat berkembangbiaknya ikan.

Kecepatan arus rata-rata pada saat kondisi normal adalah 1,6 m/s sampai 2,2 m/s. Kecepatan arus yang cukup tinggi telah menyebabkan pergeseran bubu di daerah pengoperasian Pulau Karang. Pada beberapa titik penempatan bubu nelayan di Pulau Karang, sering terjadi ghost fishing. Hasil perhitungan jarak antara penjatuhan dan pengangkatan bubu di Pulau Karang menunjukkan nilai yang paling besar di antara perairan lain. Sebaran data titik pergeseran bubu pada perairan Pulau Karang disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau Karang

Posisi titik Selisih bujur (m) Selisih lintang (m) Perubahan pergeseran (m)

1 134 54 145 2 359 119 378 3 8 130 130 4 72 81 108 5 55 86 102 6 247 368 443 7 205 98 228 8 25 47 53 9 43 165 171 Rata-rata 195.25

Secara umum bubu nelayan nelayan pantai Barat Sumatera dioperasikan pada karang yang tergolong pada terumbu karang pantai. Ekosistem karang ini banyak ditemukan pada sekitar garis pantai pulau-pulau kecil dengan kedalaman perairan tidak lebih dari 70 meter. Berdasarkan data batimetri milik Pangkalan Angkatan Laut Sibolga, tinggi karang yang berada pada sekitar paparan benua Samudera Hindia berkisar 5 sampai 11 meter.

Penentuan fishing ground oleh nelayan bubu Sibolga didasarkan pada beberapa karakteristik dasar perairan. Adapun kriteria pemilihan lokasi daerah pengoperasian bubu antara lain: terdapatnya gugus karang di sekitar lokasi penjatuhan bubu; memiliki jarak lebih dari 1 mil dari garis pantai atau pulau terdekat yang berpenduduk; dan kedalaman perairan berkisar antara 15 sampai 70 meter.

Tingginya potensi sumberdaya ikan demersal di pantai Barat Sumatera harus disesuaikan dengan pengoperasian bubu yang efektif. Berdasarkan pengamatan, pergeseran bubu nelayan pada daerah pengoperasian di empat wilayah perairan menunjukkan perbedaan. Pulau Karang merupakan daerah penangkapan ikan yang mengalami ghost fishing. Pergeseran titik pada daerah pengoperasian bubu yang berbeda, dapat dijadikan nelayan sebagai informasi dalam menempatkan bubu. Hasil penelitian menunjukkan pergeseran titik

pengoperasian bubu berdasarkan daerah perairan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 25.

Pergeseran bubu nelayan pada Pulau Karang memiliki rata-rata 195,25 meter, nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pergeseran bubu pada ketiga daerah pengoperasian lainnya. Pulau Mursala memiliki pergeseran yang relatif paling kecil yaitu sebesar 61,20 meter. Hasil pergeseran titik operasi bubu nelayan menyertakan karakteristik daerah penempatan bubu. Posisi peletakan bubu yang lebih cenderung terbuka pada umumnya menyebabkan pergeseran yang lebih besar dibandingkan dengan karakteristik perairan yang lebih tertutup. Penempatan bubu pada Pulau Karang berada pada posisi yang menghadap laut lepas. Bubu nelayan yang ditempatkan pada Pulau Mursala berada pada bagian selatan pulau tersebut.

Gambar 25 Grafik rata-rata dan standar error pergeseran titik operasi bubu pada daerah pengoperasian yang berbeda