DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Perkotaan dan Perdesaan, 1970-2015
Tahun Persentase penduduk miskin (%)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
1970 --- --- 60.00 1976 38.79 40.37 40.08 1980 30.84 33.38 33.31 1978 29.04 28.42 28.56 1981 28.06 26.49 26.85 1984 23.14 21.18 21.64 1987 20.14 16.44 17.42 1990 16.75 14.33 15.08 1993 13.45 13.79 13.67 1996 9.71 12.30 11.34 1997 13.39 19.78 17.47 1998 21.92 25.72 24.23 1999 19.41 26.03 23.43 2000 14.50 22.38 19.14 2001 9.76 24.84 18.41 2002 14.46 21.10 18.20 2003 13.57 20.23 17.42 2004 12.13 20.11 16.66 2005 12.48 20.63 16.69 2006 13.47 21.81 17.75 2007 12.52 20.37 16.58 2008 11.65 18.93 15.42 2009 10.72 17.35 14.15 2010 9.87 16.56 13.33 2011 9.23 15.72 12.49 2012 8.78 15.12 11.96 2013 8.52 14.42 11.47 2014 8.16 13.76 10.96 2015 8.29 14.21 11.22
Sumber: Badan Pusat Statistik, berbagai tahun
Keterangan: data pada 2014 adalah data pada posisi bulan September 2014, sedangkan data 2015 pada posisi bulan Maret 2015
67 Lampiran 2 Data Gapoktan PUAP di Kabupaten Cianjur, 2008-2012
No. Kecamatan Jumlah Desa Gapoktan Realisasi 2008 2009 2010 2011 2012 1 Cianjur 5 6 - 2 3 1 - 2 Cilaku 10 10 1 3 6 - - 3 Wr. Kondang 11 8 1 2 5 0 0 4 Cibeber 18 18 9 4 2 3 - 5 Ciranjang 9 9 - 4 3 2 - 6 Sukaluyu 10 10 - 3 3 4 - 7 Bojongpicung 11 10 - 55 2 3 0 8 Karangtengah 16 16 - 6 10 - - 9 Mande 12 9 - 3 3 3 0 10 Pacet 7 6 - 3 3 0 0 11 Sukaresmi 11 10 1 3 4 2 0 12 Cugenang 16 15 2 3 8 2 0 13 Cikalongkulon 18 16 1 5 4 6 0 14 Sukanagara 10 10 8 - 1 1 - 15 Takokak 9 8 5 1 2 0 0 16 Campaka 10 10 - 5 3 2 - 17 Pagelaran 13 14 3 2 2 7 - 18 Tanggeung 12 9 1 3 2 3 0 19 Kadupandak 13 14 4 4 1 5 - 20 Sindangbarang 9 7 1 3 1 1 1 21 Agrabinta 10 5 - 2 1 1 1 22 Cibinong 13 13 2 4 2 4 1 23 Cidaun 13 10 2 4 0 4 0 24 Naringgul 10 7 - 2 3 2 0 25 Cmpk. Mulya 5 5 - 3 2 - - 26 Cikadu 9 9 - 4 3 2 - 27 Cipanas 7 5 - 2 2 1 0 28 Gekbrong 8 8 - 3 5 - - 29 Cijati 9 6 - 4 1 1 0 30 Leles 11 9 - 4 2 3 0 31 Haurwangi 8 6 - 3 2 1 0 32 Pasirkuda 8 9 - 2 2 4 - Jumlah 324 307 42 101 93 68 3
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dalam http://disperta.cianjurkab.go.id/ index.php?option=com_content&view=article&id=99:pengembangan-usaha-agribisnis-perdesaan- puap&catid=14&Itemid=538
68
Lampiran 3 Perhitungan Double Difference menggunakan program STATA 13.1
___ ____ ____ ____ ____ (R) /__ / ____/ / ____/
___/ / /___/ / /___/ 13.1 Copyright 1985-2013 StataCorp LP
Statistics/Data Analysis StataCorp
4905 Lakeway Drive
MP - Parallel Edition College Station, Texas 77845 USA 800-STATA-PC http://www.stata.com 979-696-4600 stata@stata.com 979-696-4601 (fax)
3-user 8-core Stata network perpetual license: Serial number: 501306208483
Licensed to: IDRE-UCLA IDRE-UCLA
Notes:
1. (/v# option or -set maxvar-) 5000 maximum variables
.use"C:\Users\user\Documents\_TesisEPN\07.DataPrimer\Dataset8.dta", clear
. do "C:\Users\user\Documents\_TesisEPN\07. Data Primer\thesis.do" . clear
. cd "C:\Users\user\Documents\_TesisEPN\07. Data Primer" C:\Users\user\Documents\_TesisEPN\07. Data Primer . set more off
. use "Dataset8", clear . eststo clear
. forval i = 1/4 {
2. gen d_y`i'=y`i'_14 - y`i'_09 3. }
. .
. ttest d_y2 , by(desa)
Two-sample t test with equal variances
Group Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval] 1 50 770.2 226.1554 1599.16 315.7438 1224.696 2 50 129.08 76.0302 537.6147 -23.7084 281.8684 combined 100 449.65 122.9878 1 229.878 205.6156 693.6844 diff 641.14 238.5935 167.659 1 114.621
diff = mean(1) - mean(2) t = 2.6872 Ho: diff = 0 degrees of freedom = 98
Ha: diff < 0 Ha: diff != 0 Ha: diff > 0 Pr(T < t)= 0.9958 Pr(|T| > |t|) = 0.0085 Pr(T > t)= 0.0042
69 Lampiran 3 Perhitungan Double Difference menggunakan program STATA 13.1
(lanjutan)
Two-sample t test with equal variances
Group Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval]
1 50 1 084 616 266 835.6 1 886 812 548 390.3 1 620 843
2 50 206 258.1 20 778.24 146 924.4 164 502.6 248 013.5
combined 100 645 437.2 140 269.8 1 402 698 367 111.5 923 762.9
diff 878 358.3 267 643.3 347 228.9 1 409 488
diff = mean(1) - mean(2) t = 3.2818 Ho: diff = 0 degrees of freedom = 98 Ha: diff < 0 Ha: diff != 0 Ha: diff > 0 Pr(T < t) = 0.9993 Pr(|T| > |t|) = 0.0014 Pr(T > t) = 0.0007
. estpost ttest d_y2 d_y4, by(desa)
e(b) e(count) e(se) e(t) e(df_t )
e(p_l)
d_y2 641.14 100 238.5935 2.687165 98 .9957666 d_y4 878 358.3 100 267 643.3 3.281824 98 .9992851
e(p) e(p_u) e(N_1) e(mu_1) e(N_2) e(mu_2) d_y2 .0084668 .0042334 50 770.22 50 129.08 d_y4 .0014297 .0007149 50 1 084
616
50 206 258.1
. esttab, c("mu_1(label(desa PUAP)) mu_2(label(desa Non- PUAP)) b(star label(diff))" ". . se") ///
70
Lampiran 3 Perhitungan Double Difference menggunakan program STATA 13.1 (lanjutan)
Tabel beda rata-rata
desa PUAP desa Non-P~P diff/se
d_y2 770.22 129.08 641.14**
238.5935
d_y4 1 084 616 206 258.1 878 358.3**
267 643.3
N 100
. esttab using output.csv, c("mu_1(label(desa PUAP))
mu_2(label(desa Non-PUAP)) b(star label(diff))" ". . se" > ) ///
> nonum title(Tabel beda rata-rata) replace
(output written to output.csv)
.
end of do-file
71 Lampiran 4 Tabel QSPM untuk Strategi S-O (strategi ke-1): mempromosikan
program bantuan modal agribisnis untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari perbankan maupun perusahaan swasta (CSR), terutama kepada LKM-A yang telah berbadan hukum dan profesional
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-1
Bobot AS TAS
Faktor Internal: Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 3.5 0.4375
2 Pendampingan PMT 0.131 2.7 0.3500
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 2.5 0.3125 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 ha) 0.094 2.5 0.2344
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 2.5 0.2500
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.2 0.2302 7 Akses petani ke program non Kementan kurang 0.106 3.2 0.3365 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan
IT
0.113 2.5 0.2813 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 2.3 0.2333 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 3.3 0.2632
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 2.5 0.1974 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 3.0 0.2526 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 2.7 0.2386 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 2.5 0.2105
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 2.7 0.1404
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 2.7 0.1965 8 Tidak ada koordinasi program antar
kementerian
0.089 2.7 0.2386 9 Program bersifat top down planning 0.068 2.3 0.1596 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 2.5 0.1842 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 2.8 0.2237 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 2.8 0.2237 13 Pembinaan dan monev program belum
intensif
0.068 3.0 0.2053
72
Lampiran 5 Tabel QSPM untuk Strategi S-T (strategi ke-2): meningkatkan peran kelembagaan/LKM-A yang berbadan hukum sebagai marketing agent untuk meningkatkan market bargaining power dan political lobbying Gapoktan
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-2
Bobot AS TAS
Faktor Internal: Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 3.7 0.4583
2 Pendampingan PMT 0.131 3.0 0.3938
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 2.5 0.3125 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 hektar)
0.094 2.7 0.2500
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 2.3 0.2333
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.8 0.3010 7 Akses petani ke program non Kementan
kurang
0.106 2.7 0.2833 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan
IT
0.113 3.0 0.3375 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 3.3 0.3333 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 3.3 0.2632
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 2.8 0.2237 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 3.0 0.2526 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 3.0 0.2684 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 3.0 0.2526
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 2.7 0.1404
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 3.2 0.2333 8 Tidak ada koordinasi program antar
kementerian
0.089 2.8 0.2535 9 Program bersifat top down planning 0.068 2.7 0.1825 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 2.8 0.2088 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 2.7 0.2105 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 2.3 0,1842 13 Pembinaan dan monev program belum
intensif
0.068 2.8 0,1939
73 Lampiran 6 Tabel QSPM untuk Strategi ST (strategi ke-3): mengoptimalkan
peran penyelia mitra tani (PMT) dalam hal pendampingan dan pembinaan petani dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada PMT secara intensif dan berkelanjutan
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-3
Bobot AS TAS
Faktor Internal: Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 3.0 0.3750
2 Pendampingan PMT 0.131 3.0 0.3938
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 3.2 0.3958 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 ha) 0.094 2.7 0.2500
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 2.8 0.2833
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.3 0.2479 7 Akses petani ke program non Kementan kurang 0.106 3.3 0.3542 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan
IT
0.113 2.8 0,3188 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 3.2 0.3167 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 3.2 0.2500
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 2.8 0.2237 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 2.5 0.2105 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 3.2 0.2833 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 2.8 0.2386
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 3.3 0.1754
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 2.8 0.2088 8 Tidak ada koordinasi program antar
kementerian
0.089 2.8 0.2535 9 Program bersifat top down planning 0.068 3.0 0.2053 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 3.2 0.2333 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 3.3 0.2632 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 3.3 0.2632 13 Pembinaan dan monev program belum
intensif
0.068 3.0 0.2053
74
Lampiran 7 Tabel QSPM untuk Strategi W-O (strategi ke-4): adanya penjaminan kredit usaha tani dari pemerintah kepada perbankan yang
menyalurkan kredit pada petani
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-4
Bobot AS TAS
Faktor Internal: Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 3.3 0.4167
2 Pendampingan PMT 0.131 3.2 0.4156
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 3.2 0.3958 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 ha)
0.094 3.0 0.2813
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 3.0 0.3000
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.7 0.2833 7 Akses petani ke program non Kementan kurang 0.106 2.8 0.3010 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan
IT
0.113 2.5 0.2813 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 2.8 0.2833 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 3.3 0.2632
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 2.7 0.2105 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 2.8 0.2386 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 2.8 0.2535 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 2.7 0.2246
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 2.8 0.1491
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 2.7 0.1965 8 Tidak ada koordinasi program antar
kementerian
0.089 3.0 0.2684 9 Program bersifat top down planning 0.068 2.7 0.1825 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 2.7 0.1965 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 2.7 0.2105 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 3.0 0.2368 13 Pembinaan dan monev program belum intensif 0.068 3.0 0.2053
75 Lampiran 8 Tabel QSPM untuk Strategi W-O (strategi ke-5):
mengkoordinasikan program-program Kementan dengan
program-program lembaga terkait seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk pelatihan dan pendidikan petani
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-5 Bobot AS TAS Faktor Internal:
Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 3.2 0.3958
2 Pendampingan PMT 0.131 3.2 0.4156
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 2.5 0.3125 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 ha) 0.094 2.2 0.2031
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 2.8 0.2833
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.7 0.2833 7 Akses petani ke program non Kementan kurang 0.106 2.7 0.2833 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan
IT
0.113 2.5 0.2813 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 3.0 0.3000 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 2.5 0.1974
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 2.5 0.1974 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 2.2 0.1825 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 2.5 0.2237 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 2.8 0.2386
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 2.7 0.1404
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 2.7 0.1965 8 Tidak ada koordinasi program antar
kementerian
0.089 2.5 0.2237 9 Program bersifat top down planning 0.068 3.0 0.2053 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 2.7 0.1965 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 2.5 0.1974 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 2.5 0.1974 13 Pembinaan dan monev program belum intensif 0.068 2.3 0.1596
76
Lampiran 9 Tabel QSPM untuk Strategi W-T (strategi ke-6): meningkatkan efisiensi produksi petani seperti adanya land reform atau corporate farming
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-6
Bobot AS TAS
Faktor Internal: Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 2.7 0.3333
2 Pendampingan PMT 0.131 2.8 0.3719
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 2.2 0.2708 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 ha)
0.094 3.0 0.2813
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 2.7 0.2667
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.2 0.2302 7 Akses petani ke program non Kementan kurang 0.106 2.2 0.2302 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan
IT
0.113 2.8 0.3188 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 2.2 0.2167 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 3.3 0.2632
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 3.0 0.2368 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 2.0 0.1684 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 3.0 0.2684 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 3.0 0.2526
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 2.8 0.1491
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 2.8 0.2088 8 Tidak ada koordinasi program antar
kementerian
0.089 2.3 0.2088 9 Program bersifat top down planning 0.068 2.3 0.1596 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 2.5 0.1842 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 2.5 0.1974 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 2.3 0.1842 13 Pembinaan dan monev program belum intensif 0.068 3.0 0.2053
77 Lampiran 10 Tabel QSPM untuk Strategi W-T (strategi ke-7): penguatan sumber
daya manusia dan kelembagaan Gapoktan melalui program pendidikan khusus pengembangan manajemen agribisnis bagi petani
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-7
Bobot AS TAS
Faktor Internal: Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 3.3 0.4167
2 Pendampingan PMT 0.131 3.2 0.4156
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 3.0 0.3750 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 ha) 0.094 3.2 0.2969
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 3.0 0.3000
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.3 0.2479 7 Akses petani ke program non Kementan kurang 0.106 2.7 0.2833 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan
IT
0.113 2.8 0.3188 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 3.0 0.3000 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 3.7 0.2895
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 3.0 0.2368 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 2.3 0.1965 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 3.5 0.3132 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 3.0 0.2526
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 2.7 0.1404
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 3.2 0.2333 8 Tidak ada koordinasi program antar
kementerian
0.089 2.7 0.2386 9 Program bersifat top down planning 0.068 2.8 0.1939 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 3.5 0.2579 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 2.8 0.2237 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 3.0 0.2368 13 Pembinaan dan monev program belum
intensif
0.068 3.0 0.2053
78
Lampiran 11 Tabel QSPM untuk Strategi WT (strategi ke-8): penambahan anggaran untuk program bantuan modal kepada petani terutama petani di desa-desa miskin yang belum memperoleh bantuan modal Faktor Internal dan Faktor Eksternal Strategi ke-8
Bobot AS TAS Faktor Internal:
Kekuatan
1 LKM-A yang profesional mempermudah akses modal
0.125 3.3 0.4167
2 Pendampingan PMT 0.131 3.0 0.3938
3 Sistem pengadministrasian yang baku 0.125 3.0 0.3750 Kelemahan
4 Kepemilikan lahan petani yang sempit (<0,3 ha) 0.094 3.0 0.2813
5 Jumlah dana bantuan kecil 0.100 3.3 0.3333
6 Petani bersifat non bankable 0.106 2.7 0.2833 7 Akses petani ke program non Kementan kurang 0.106 2.5 0.2656 8 Pengurus Poktan tidak memiliki keterampilan IT 0.113 2.7 0.3000 9 Kelembagaan di tingkat petani masih lemah 0.100 3.0 0.3000 Faktor Eksternal:
Peluang
1 LKM-A berbadan hukum 0.079 3.5 0.2763
2 Adanya program-program dari berbagai kementerian
0.079 3.2 0.2500 3 Skema pinjaman modal lunak dari perbankan 0.084 2.3 0.1965 4 Kerjasama antar kelompok tani antar wilayah 0.089 3.0 0.2684 5 Pertambahan penduduk meningkatkan
permintaan
0.084 3.0 0.2526
6 Pasar bebas ASEAN 0.053 2.5 0.1316
Ancaman
7 Persaingan dengan produk dari negara lain 0.074 2.8 0.2088 8 Tidak ada koordinasi program antar kementerian 0.089 3.0 0.2684 9 Program bersifat top down planning 0.068 3.0 0.2053 10 Keterampilan PMT masih kurang 0.074 3.0 0.2211 11 Keterbatasan dana pendamping pemerintah
daerah
0.079 2.7 0.2105 12 Prosedur penyaluran kredit masih rumit 0.079 2.8 0.2237 13 Pembinaan dan monev program belum intensif 0.068 3.0 0.2053
79
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ambarawa, Kabupaten Semarang pada 29 Maret 1961 dari ayah Amat Rochani (almarhum) dan ibu Munirah (almarhumah). Penulis adalah putera kesepuluh dari sebelas saudara. Setelah lulus S1 dari Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1988, kemudian bekerja pada Center for Policy and Implementation Studies (CPIS) sebuah lembaga penelitian di bawah Departemen Keuangan (sekarang Kementerian Keuangan) bekerja sama dengan Harvard Institute for International Development (HIID) dari 1989 hingga 1998. Pada akhir 1998, selama dua tahun penulis bekerja pada Social Monitoring and Early Response Unit yang tugas utamanya adalah memantau pelaksanaan program-program pemerintah untuk pemulihan krisis ekonomi yang terjadi pada 1997/1998. Sejak 2 Januari 2001 hingga sekarang, penulis bekerja di The SMERU Research Institute sekaligus memperoleh bantuan biaya kuliah dari lembaga ini untuk melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian.