• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADI DAN PENDAPATAN PETANI, SERTA PENENTUAN STRATEGI TERBAIK

5.8 Sintesis temuan penelitian

Hasil pembahasan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Program PUAP memiliki dampak yang signifikan terhadap produksi padi per hektar. Pemberian pinjaman BLM-PUAP telah merubah cara petani menyediakan anggaran untuk usaha taninya dari meminjam kepada pemilik modal di desa beralih ke pinjaman bergulir yang bersumber dari Program PUAP. Tidak seluruh anggaran usaha tani dapat dibiayai dari pinjaman dana bergulir dari Program PUAP, namun perubahan ini berakibat sistem pembayaran pinjaman dari sistem yarnen yang memberatkan petani menjadi sistem bagi hasil yang menguntungkan kedua belah pihak. Pinjaman dana bergulir dari Program PUAP ini dinilai petani cukup membantu.

Peningkatan produksi padi per hektar gabah kering pungut juga disebabkan adanya perubahan-perubahan secara teknis yang terjadi dalam pengelolaan usaha tani penerima Program PUAP, yaitu perubahan penggunaan varietas bibit yang bervariasi menjadi hanya menggunakan bibit unggul, perubahan pola tanam dari sistem tegel ke jajar legowo, dan perubahan sistem penjualan yaitu dari sistem penjualan ke tengkulak ke sistem penjualan kepada pengelola usaha penggilingan padi.

Program PUAP juga memiliki dampak yang signifikan terhadap pendapatan riil petani. Peningkatan produksi per hektar bagi petani penerima Program PUAP dan adanya pinjaman dana bergulir yang dapat mengurangi pengeluaran petani untuk usaha taninya. Namun demikian, pendapatan per kapita per bulan petani penerima Program PUAP masih berada di bawah garis kemiskinan Kabupaten Cianjur pada tahun yang sama. Bahkan dalam pelaksanaannya, Program PUAP masih menyimpan berbagai masalah. Permasalahan pertama adalah belum adanya

59 komitmen petani penerima Program PUAP untuk mengembalikan dana bergulir yang dipinjamnya. Oleh karena itu diperlukan upaya penyadaran dari instansi terkait bahwa dana bergulir harus dikembalikan. Persoalan kedua adalah adanya pungutan tidak resmi yang membebani gapoktan, dan petani tentunya, sehingga dana perguliran menjadi berkurang. Pungutan tersebut dilakukan oleh aparat desa, lembaga swadaya masyarakat, dan/atau perseorangan yang telah memperjuangkan gapoktan tersebut menerima bantuan Program PUAP.

Upaya perbaikan atas permasalahan di atas, diperlukan analisis faktor-faktor internal strategis dan faktor-faktor eksternal strategis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari faktor-faktor internal dan mengetahui peluang dan ancaman dari faktor-faktor eksternal yang paling dominan dalam mempengaruhi keberhasilan program-program penanggulangan kemiskinan di perdesaan. Untuk itu digunakan analisis IFE-EFE. Hasil analisis ini digunakan untuk merumuskan berbagai alternatif strategi dengan menggunakan analisis SWOT, dan dari berbagai alternatif strategi tersebut dianalisis menggunakan analisis QSPM untuk memperoleh strategi terbaik untuk penanggulangan kemiskinan di perdesaan.

Dari analisis QSPM diperoleh strategi terbaik berupa penguatan sumber daya manusia dan kelembagaan petani melalui program pendidikan khusus pengembangan manajemen agribisnis bagi petani. Pemberian pendidikan khusus berupa pendidikan atau pelatihan bagi petani dalam manajemen produksi, manajemen pemasaran hasil-hasil pertanian, dan manajemen pembukuan secara sederhana bagi petani. Peningkatan sumber daya manusia ini diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap pemingkatan produksi maupun manajemen usaha tani.

Pendidikan dan pelatihan agribisnis bagi petani sangat penting bagi petani untuk mengembangkan tenaga kerja terlatih dan dapat menciptakan peluang usaha atau bisnis. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kemiskinan di perdesaan. Pendidikan dan pelatihan tersebut tidak hanya dilakukan sekali saja, namun perlu berulang kali (re-training) dengan materi yang semakin luas dan mendalam.

Oleh karena itu, perencanaan makro sektor pertanian saat ini harus bergeser dari hanya produksi pertanian ke arah produksi dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan agribisnis. Untuk itu diperlukan inovasi sebagai kebutuhan khusus dari kewirausahaan dan lembaga yang memiliki komitmen untuk memajukan petani maupun kelompok tani.

60

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa Program PUAP memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani PUAP dibandingkan dengan petani non-PUAP. Penerima bantuan Program PUAP tidak terbatas pada petani yang tergolong miskin, namun terdapat petani yang pendapatan per kapitanya berada di atas garis kemiskinan. Namun demikian, pendapatan perkapita petani masih berada di bawah garis kemiskinan. Lebih jauh lagi analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan penanggulangan kemiskinan di perdesaan (analisis IFE-EFE) menunjukkan bahwa faktor weakness lebih dominan daripada faktor strength dan faktor threath lebih dominan daripada faktor opportunity.

Kelemahan-kelemahan yang masih mendominasi faktor strategis internal adalah lahan yang sempit, alokasi dana bantuan langsung masyarakat masih kecil, petani belum bankable, kurangnya akses petani terhadap program di luar Kementan, rendahnya pengetahuan dan keterampilan sumberdaya pengurus Poktan, dan lemahnya kelembagaan Poktan. Sedangkan ancaman yang mendominasi faktor strategis eksternal adalah adanya pasar bebas, masih kentalnya ego-sektoral, program bersifat top down planning, kurangnya pelatihan bagi PMT, keterbatasan dana pendamping, rumitnya penyaluran kredit, dan kurangnya pembinaan serta monitoring-evaluasi program.

Berdasarkan matriks SWOT dan menggunakan analisis QSPM diperoleh strategi kunci yang sebaiknya dirumuskan untuk penanggulangan kemiskinan di perdesaan adalah strategi Weaknesses-Threats (W-T strategy) pada pilihan strategi ke-7 yang memiliki nilai TAS tertinggi sebesar 5.9726. Strategi ini adalah penguatan sumberdaya manusia dan kelembagaan petani melalui program pendidikan khusus pengembangan manajemen agribisnis adalah strategi yang terbaik. Penguatan sumber daya manusia dan kelembagaan dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan manajemen produksi, manajemen pemasaran, dan manajemen pembukuan yang bersifat sederhana bagi petani. Pendidikan dan pelatihan dilakukan secara meluas dan mendalam, serta berkesinambungan.

6.2 Saran

Dalam era agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukungnya perlu mendapatkan pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial, dan organisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Petani perlu diberikan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan usaha taninya dan usaha agribisnisnya. Selain bercocok tanam yang efektif dan efisien, petani dan kelompoknya perlu mengetahui sistem pembukuan yang sederhana, pencatatan penerimaan dan pengeluaran dari usaha taninya sehingga petani mengetahui berhasil atau tidak usaha taninya. Pendidikan dan pelatihan perlu kerjasama dari berbagai lembaga sehingga lembaga-lembaga terkait bersinergi untuk meningkatakan kesejahteraan petani.

61 Oleh karena itu diperlukan lembaga yang dekat dengan petani dan kelompok tani untuk berkomitmen memajukan kesejahteraan petani. Dalam hal ini diperlukan juga perubahan fungsi atau penambahan unit/bagian dari Balai Penyuluhan Pertanian yang selama ini sebagai lembaga penyuluh agro-teknis menjadi Klinik Konsultasi Agribisnis. Unit ini diharapkan memberikan penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan tentang usaha agribisnis, baik teknis produksi maupun manajemen usaha taninya. Oleh karena itu, diharapkan dengan strategi peningkatan sumber daya manusia tersebut petani dapat menjadi agri-preneur.

Dalam jangka panjang, pengembangan lahan usaha pertanian harus lebih difokuskan pada produk-produk olahan hasil pertanian padi sawah yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, seperti pengembangan agoindustri yang berorientasi ekspor. Ego-sektoral yang selama beberapa dekade terakhir ini sulit dihilangkan, kini saatnya berkomitmen dan bersinergi untuk membantu petani, kelompok tani, dan masyarakat miskin perdesaan agar dapat keluar dari kemiskinan.

Dokumen terkait