• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi penelitian 1 Lokasi dan waktu penelitian

PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3.2 Metodologi penelitian 1 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dan dipilih dua desa di dua kecamatan. Satu desa penerima Program PUAP pada 2008-2011 dan desa lainnya tidak menerima Program PUAP. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pemilihan Kabupaten Cianjur dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten ini merupakan salah satu penghasil utama padi di Provinsi Jawa Barat dan tingkat kemiskinannya masih di atas rata-rata tingkat kemiskinan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan desa penerima PUAP (a treatment group) diupayakan desa yang gapoktannya sudah memiliki Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis (LKM-A). Pemilihan desa yang tidak menerima Program PUAP sebagai desa kontrol (a comparison group) diupayakan desa yang memiliki kemiripan kondisi geografis, ketinggian wilayah desa, kemiringan wilayah, berlokasi di pantai atau tidak, desa tertinggal atau tidak, luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas lahan sawah, sistem irigasi, serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dengan desa penerima PUAP. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih Desa Jati di Kecamatan Bojong Picung sebagai desa penerima Program PUAP dan Desa Jamali di Kecamatan Mande sebagai desa yang tidak menerima Program PUAP.

Pemilihan responden petani dipilih berdasarkan petani pemilik, petani tersbut telah berpengalaman sebagai petani lebih dari lima tahun, dipilih secara acak sederhana dari berbagai kelompok tani yang ada di desa.

Waktu penelitian secara efektif dilakukan selama satu bulan pada bulan Juni- Agustus 2015 dengan mewawancarai pejabat dan pelaksana Program PUAP serta perumus kebijakan di Kementan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulura (Disperta) Kabupaten Cianjur, Penyuluh Pertanian, Penyelia Mitra Tani (PMT), aparat desa, dan responden petani pemilik lahan pertanian padi di dua desa. Selain itu juga dikumpulkan data sekunder dari Kementan, Disperta, Penyuluh Pertanian, PMT, Gapoktan, dan Badan Pusat Statistik (BPS).

3.2.2 Metode pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data berkala (time series), data kuantitatif, dan data kualitatif. Sumber data berasal dari data sekunder dan data primer. Data sekunder mencakup data desa-desa penerima Program PUAP di Kabupaten Cianjur, data tentang petani, baik petani penerima Program PUAP maupun petani bukan penerima Program PUAP. Data tersebut diperoleh dari Kementan, Disperta, Penyuluh Pertanian, PMT, dan Gapoktan.

Data sekunder lainnya juga dikumpulkan dari BPS (Statistik Indonesia, Provinsi Jawa Barat Dalam Angka, Kabupaten Cianjur Dalam Angka, dan

20

Kecamatan Dalam Angka), dan data monografi desa-desa terpilih antara lain yang menyajikan data penduduk, administrasi dan kondisi wilayah.

Data primer dikumpulkan dengan cara mewawancarai petani dan Pengurus Gapoktan. Wawancara dengan petani menggunakan kuesioner terstruktur. Sedangkan wawancara dengan pengurus Gapoktan menggunakan pedoman wawancara terstruktur. Wawancara juga dilakukan dengan pemangku kepentingan di Kementan, Disperta, Penyuluh Pertanian, dan PMT menggunakan pedoman wawancara yang terstruktur.

Identifikasi data strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan treaths (ancaman) diperoleh dari pelaksana Program PUAP seperti Seksi Materi dan Verifikasi Direktorat Pembiayaan Ditjen PSP Kementan, Bidang Penyuluhan dan Bidang Usaha Tani di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, PMT, dan Pengurus Gapoktan. Data ini digunakan untuk menganalisis pada matriks IFE, matriks EFE, dan matriks SWOT. Penyusunan strategi diperoleh dari Sub Direktorat Pembiayaan Agribisnis Direktorat Pembiayaan dan Sub Bagian Program Sekretariat di Ditjen PSP, Bagian Pemantauan dan Evaluasi dan Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi di Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementan.

Selain itu, focused group discussion (FGD) dilakukan untuk penentuan rating dan ranking strength, weakness, opportunity, dan threat untuk memilih strategi penanggulangan kemiskinan di perdesaan yang paling atraktif. FGD dilakukan dengan delapan orang pelaksana program dan aparat desa.

3.2.3 Metode pengambilan sampel

Pengambilan sampel Gapoktan dilakukan secara bertahap: (i) dipilih Gapoktan yang menerima Program PUAP antara 2009-2011, (ii) Gapoktan masih aktif hingga penelitian ini dilakukan, (iii) Gapoktan memiliki anggota yang terdiri dari petani pemilik, (iv) Gapoktan memiliki anggota yang tergolong miskin, dan (v) Gapoktan sudah membentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A). Pemilihan Gapoktan dan desa ini dipilih berdasarkan wawancara dengan informan di tingkat kabupaten dan kecamatan serta didukung data dari lembaga terkait.

Sedangkan pengambilan sampel petani padi dilakukan pemilihan secara acak sederhana (simple random sampling), yaitu diacak petani pemilik penerima Program PUAP di tujuh kelompok tani, dan petani pemilik bukan penerima PUAP dari lima kelompok tani. Jumlah sampel petani pemilik sebanyak 100 petani yang terdiri atas 50 petani dari kelompok perlakuan (yaitu responden yang menerima Program PUAP) dan 50 petani dari kelompok kontrol (yaitu responden petani yang tidak menerima Program PUAP).

3.2.4 Metode pengolahan dan analisis data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu kombinasi antara analisis Double Difference dan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Analisis Double Difference digunakan untuk menganalisis dampak Program PUAP terhadap peningkatan produksi padi dan pendapatan petani. Langkah pertama data tentang petani penerima Program PUAP dan petani bukan penerima PUAP diolah menggunakan Program Microsoft Excel 2013. Data yang

21 diolah terdiri data produksi gabah kering pungut per hektar dan data pendapatan riil petani responden di dua desa sampel. Sedangkan data pendapatan riil petani diperoleh dari pendapatan nominal yang diindeks menggunakan indeks harga yang diterima petani (It) dan indeks harga harga yang dibayar petani (Ib) yang merupakan komponen dari nilai tukar petani (NTP).

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan mengunakan program STATA 13.1 untuk mendapatkan nilai Double Difference.

Sedangkan analisis QSPM digunakan untuk merumuskan strategi terbaik. Langkah yang dilakukan adalah: data diolah menggunakan Program Microsoft Excel 2013 dan dianalisis menggunakan metode QSPM. Metode QSPM menggunakan matriks IFE-EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Langkah pertama adalah menghitung bobot (weight), rating, dan score dari setiap faktor-faktor internal baik kekuatan dan kelemahan, serta faktor-faktor eksternal baik peluang dan ancaman. Kemudian menghitung matriks IFE-EFE, matriks IE, dan matriks SWOT.

Perhitungan total atractive scores dilakukan dengan menghitung rata-rata daya tarik faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal, kemudian mengalikan antara masing-masing bobot dengan masing-masing atractive score setiap faktor dari setiap alternatif strategi. Strategi terbaik dipilih dari alternatif strategi yang memiliki total atractive scores tertinggi.

3.2.4.1 Analisis Double Difference

Metode kuantitatif dalam menganalisis dampak program menggunakan Metode Double Difference. Menurut Ravalion (1999), metode Double-Difference adalah metode membandingkan antara kelompok perlakuan (a treatment group) dengan kelompok pembanding sebagai kontrol (a comparison group) sebelum dan setelah adanya intervensi program, sebagaimana pada rumus (1) berikut.

Dampak Program PUAP terhadap peningkatan produksi padi:

Double Difference: Dampak = (QT2-QT1) – (QC2-QC1) ………(1) dengan:

QT2 = Produksi padi (gabah kering pungut) per hektar petani di Desa Jati pada 2014 (setelah menerima program PUAP)

QT1 = Produksi padi (gabah kering pungut) per hektar petani di Desa Jati pada 2009 (sebelum menerima program PUAP)

QC2 = Produksi padi (gabah kering pungut) per hektar petani di Desa Jamali pada 2014 (tidak menerima Program PUAP, sebagai pembanding Desa Jati yang telah menerima Program PUAP)

QC1 = Produksi padi (gabah kering pungut) per hektar petani di Desa Jamali pada 2009 (tidak menerima program PUAP, sebagai pembanding Desa Jati yang belum menerima program PUAP)

Dampak Program PUAP terhadap pendapatan riil petani menggunakan rumus (2) berikut:

22

dengan:

RT2 = Pendapatan riil petani Desa Jati pada 2014 (setelah menerima program PUAP) RT1 = Pendapatan riil petani Desa Jati pada 2009 (sebelum menerima program

PUAP)

RC2 = Pendapatan riil petani Desa Jamali pada 2014 (tidak menerima Program PUAP, sebagai pembanding Desa Jati yang telah menerima Program PUAP) RC1 = Pendapatan riil petani Desa Jamali pada 2009 (tidak menerima program PUAP,

sebagai pembanding Desa Jati yang belum menerima program PUAP)

Sementara itu, untuk memperoleh nilai pendapatan digunakan rumus (3) sebagai berikut:

I = TR - TC ………..………… (3) dengan:

I = pendapatan petani, merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun.

TR = total penerimaan, merupakan jumlah produksi gabah kering pungut yang dihasilkan per hektar dikalikan harga pada saat gabah tersebut dipanen selama satu tahun.

TC = total biaya, merupakan penjumlahan dari seluruh hasil kali penggunaan input dengan masing-masing harganya selama satu tahun. Biaya input mencakup biaya penggunaan benih, bibit, pupuk, tenaga kerja, biaya penyiangan, biaya penyemprotan, dan biaya panen.

Total penerimaan petani diperoleh dengan mengalikan kuantitas produksi padi dan harga padi pada musim tanam yang sama. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan padi adalah gabah kering pungut (GKP). Sedangkan total biaya diperoleh dengan menjumlahkan biaya-biaya yang dikeluarkan petani pada musim tanam yang bersangkutan.

Dari perhitungan tersebut diperoleh pendapatan nominal untuk setiap responden petani pada 2009 dan 2014. Oleh karena itu pendapatan riil didekati dengan menghitung indeks dari pendapatan nominal tersebut. Indeks yang digunakan adalah indeks harga yang dibayar (Ib) dan indeks harga yang diterima (It) petani. Kedua indeks ini merupakan komponen pembentuk nilai tukar petani.

3.2.4.2 Perumusan strategis

Penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan di perdesaan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Metode QSPM merupakan alat untuk memilih strategi atas dasar pendapat para ahli atau praktisi (expert choice) yang didasari faktor-faktor keberhasilan internal maupun eksternal, yang kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pilihan yang terbaik atau relative attractiveness (David, 2011).

Analisis QSPM diawali dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal strategis (analisis IFE-EFE) untuk mengetahui besarnya faktor kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal yang akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di perdesaan. Informasi yang digunakan adalah kekuatan dan kelemahan dari program

23 serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dievaluasi dan dilakukan pembobotan untuk mengetahui nilai setiap variabel yang telah didaftar dengan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis eksternal pada penagku kepentingan. Langkah selanjutnya adalah memberikan rata- rata peringkat untuk setiap variabel. Skor yang diperoleh merupakan perkalian antara bobot (weight) dengan peringkat (rating).

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis IFE-EFE tersebut dirumuskan strategi kunci penanggulangan kemiskinan di perdesaan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Matriks IE digunakan untuk memperoleh strategi yang lebih mendalam. Matriks IE ini didasarkan pada dua dimensi yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan matriks EFE yang diberi bobot pada sumbu-y. Bobot dengan nilai antara 1.00 samai dengan 1.99 menunjukkan posisi lemah, bobot dengan nilai antara 2.00 sampai dengan 2.99 menunjukkan sedang atau rata- rata, dan bobot dengan nilai 3.00 sampai dengan 4.00 menunjukkan kuat. Sedangkan matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi dengan mengkombinasikan antara kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan peluang dan ancaman dari eksternal. Hasil dari matriks SWOT ini diperoleh strategi kunci yang dipilih.

Strategi kunci tersebut kemudian dianalisis dengan metode QSPM, yaitu dengan mengelaborasikan strategi kunci tersebut dengan faktor-faktor strategis internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang terbaik. Tahap-tahap dalam analisis QSPM meliputi: (i) penyusunan daftar kunci eksternal (peluang dan ancaman) serta daftar kunci internal (kekuatan dan kelemahan); (ii) memberikan bobot untuk setiap faktor kritikal keberhasilan internal maupun eksternal; (iii) menentukan dan mengidentifikasi strategi kunci yang dapat dilaksanakan; (iv) menentukan Attractiveness Scores (AS) sebagai nilai numerik yang menunjukkan relative attractiveness terhadap setiap alternatif strategi. AS ditentukan dengan menghitung tiap faktor kunci internal maupun eksternal dalam satu waktu; (v) menghitung total AS dengan mengalikan setiap bobot dengan AS masing-masing. TAS menunjukkan relative attractiveness setiap alternatif strategi; dan (vi) menghitung rata-rata Total Attractiveness Scores. Nilai ini menggambarkan bahwa semakin tinggi nilai TAS menunjukkan strategi tersebut semakin menarik dan strategi tersebut lebih diinginkan relatif terhadap strategi yang lain. Oleh karena itu, nilai rata-rata TAS tertinggi menunjukkan strategi yang paling atraktif.

24

4

GAMBARAN UMUM

4.1 Wilayah penelitian

Dokumen terkait