• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman 1. Karakteristik sampel ... 65 2. Karakteristik sosial ekonomi keluarga sampel ... 66 3. Kapatuhan sampel dalam mengkonsumsi biskuit... 67 4. Hasil analisis deskriptif ... 68 5. Hasil analisis deskriptif statistik “chi square”... 69 6. Hasil analisis statistikpaired sampel t test... 70 7. Dokumentasi penelitian ... 71

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Sasaran terpenting pembangunan sumber daya manusia adalah pembangunan bagi anak yang dimulai saat ini. Menurut Khomsan (2004), pertambahan umur anak Indonesia sampai usia balita beresiko besar untuk terpuruk menjadi gizi kurang. Hingga saat ini status gizi anak balita di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Secara Nasional berdasarkan laporan Riskesdas 2010, terdapat sekitar 13% balita menderita gizi kurang. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi 2010 prevalensi gizi kurang di Kabupaten Sukabumi 8,55%. Kecamatan Bantargadung dan Warungkiara merupakan wilayah dengan prevalensi gizi kurang di atas prevalensi gizi kurang Kabupaten Sukabumi yaitu berturut – turut 16.76% dan 8.60%. Jumlah tersebut akan terus bertambah jika tidak segera dilakukan penanggulangan lebih lanjut.

Terdapat hubungan yang erat antara status gizi dengan perkembangan mental anak terutama pada anak usia dini. Kekurangan gizi diantaranya dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental anak. Anak-anak yang menderita gizi kurang sebagian besar akan menjadi generasi dengan potensi intelektual dan produktivitas rendah sehingga tidak mampu bersaing dalam era globalisasi (Soekirman,2000).

Disisi lain, Riskesdas (Depkes 2008) melaporkan bahwa di Indonesia penyakit ISPA (> 35%), campak (3.4%) dan diare (16.7%) tertinggi terdapat pada usia balita, demikian juga penyebab kematian balita adalah diare dan pneumonia. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Sukabumi (2009) juga menunjukkan masih tingginya kejadian sakit balita akibat berbagai jenis penyakit infeksi, antaranya ISPA (15,81%), diare (11,74%), influenza (10.3%) dan dermatitis (7.8%). Masalah gizi kurang (malnutrisi) merupakan faktor penyebab utama tingginya penyakit infeksi dan menurut WHO dan UNICEF hampir 60 % kematian anak diasosiasikan dengan masalah gizi kurang.

Sebagaimana yang dikaji dan diperkenalkan oleh UNICEF (1998) terdapat berbagai penyebab timbulnya masalah gizi pada balita yaitu : pertama, sebagai penyebab langsung yaitu konsumsi dan penyakit infeksi, dan kedua, penyebab tidak langsung yaitu pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ketahanan pangan keluarga. Peranan keluarga

terutama ibu dalam mengasuh anak sangat menentukan tumbuh kembang anak. Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh kembang yang optimal. Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang dipraktikkan pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam hal pemberian makan, pemeliharaan kesehatan, dan stimulasi mental serta dukungan emosional dan kasih sayang akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak.

Menurut Soekirman (2000), untuk menanggulangi masalah gizi kurang diperlukan upaya penanggulangan yang menggunakan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi dengan cara memperbaiki aspek lingkungan hidup anak seperti pola asuh, pendidikan ibu, kesehatan lingkungan , mutu pelayanan kesehatan serta perbaikan pola konsumsi. Salah satu bentuk perbaikan konsumsi adalah melalui pemberian makanan tambahan (PMT). Hasil evaluasiWorld Food ProgramWFP (WFP dan FKM UNAIR 2008) dan Widayani (2007) menunjukkan bahwa PMT dalam bentuk biskuit memiliki daya terima yang baik pada balita. Biskuit yang digunakan sebagai makanan tambahan kenyataannya masih berupa makanan pabrikan yang berbasis tepung terigu dan belum banyak diperkaya dengan pangan lokal yang kaya akan gizi seperti produk perikanan. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wilayah yang memiliki lebih dari 40% wilayah berupa laut, pantai, dan pesisir. Sungai yang mengalir di Kabupaten Sukabumi mempunyai potensi penghasil produk perikanan ikan tawar dan ikan laut.

Optimalisasi penanganan masalah gizi pada balita melalui diversifikasi pengembangan formula makanan tambahan merupakan salah satu solusi dalam menurunkan prevalensi gizi kurang. Namun, pengoptimalan program PMT masih kurang, seringkali PMT tidak efektif karena rendahnya kepatuhan dan atau kualitas produk yang tidak sesuai dengan preferensi konsumen.

. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo dengan status gizi balita gizi kurang di Kecamatan Warungkiara dan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas balita gizi kurang di Kecamatan Warungkiara dan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi.

Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik balita dan keluarga balita penerima PMT biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

2. Mempelajari pola asuh Ibu (pola asuh makan, pelayanan kesehatan dasar dan pola asuh hidup bersih) balita penerima PMT biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

3. Mempelajari kondisi lingkungan tempat tinggal balita penerima PMT biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

4. Mengetahui konsumsi energi dan protein balita penerima PMT biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

5. Mengevaluasi tingkat kepatuhan balita dalam mengkonsumsi PMT biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

6. Menganalisis hubungan kepatuhan konsumsi biskuit lele, pola asuh, konsumsi energi dan protein dengan status gizi dan morbiditas balita penerima PMT biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan kepatuhan konsumsi biskuit lele,pola asuh, konsumsi energi dan protein dengan morbiditas dan status gizi balita penerima PMT biskuit diperkaya tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

H1 : Ada hubungan kepatuhan konsumsi biskuit lele, pola asuh, konsumsi energi dan protein dengan morbiditas dan status gizi balita penerima PMT biskuit diperkaya tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti serta sebagai pengembangan ilmu khususnya mengenai keistimewaan biskuit yang diperkaya tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang tidak hanya dapat meningkatkan protein biskuit namun juga mengandung asam amino yang cukup lengkap dengan daya cerna yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan status gizi balita.

Selain itu juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait (Dinas Kesehatan Sukabumi) dalam menentukan kebijakan dan merencanakan program khususnya mengenai pengembangan program intervensi makanan tambahan (PMT) dalam upaya meningkatkan mutu konsumsi masyarakat rawan gizi khususnya balita.

Dokumen terkait