• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesehatan pada masa anak-anak sangat penting artinya, karena kesehatan pada masa anak-anak menentukan keadaan kesehatannya di masa dewasa. Usia balita adalah usia yang tergolong rawan mengalami gizi kurang. Sebagaimana yang dikaji dan diperkenalkan oleh UNICEF (1998) terdapat berbagai penyebab timbulnya masalah gizi pada balita yaitu : pertama, sebagai penyebab langsung yaitu makanan/konsumsi dan morbiditas (penyakit dan infeksi)

Pemberian makanan tambahan (PMT) biskuit bergizi merupakan salah satu cara untuk meningkatan konsumsi zat gizi pada balita yang mengalami gizi kurang. Makanan tambahan (PMT) biskuit bergizi adalah biskuit yang diperkaya dengan tepung protein ikan lele dumbo yang mengandung zat gizi energi dan protein. Kandungan energi dan protein dari biskuit bergizi tersebut akan dapat mempercepat penambahan kuantitas dan kualitas asupan gizi balita gizi kurang, namun besarnya tambahan asupan gizi yang diperoleh, juga tergantung seberapa besar tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi makanan tambahan.

Kecukupan konsumsi gizi balita selain dipengaruhi biskuit bergizi, juga ditentukan oleh jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari (konsumsi harian). Konsumsi makanan harian balita, selain dipengaruhi langsung oleh ketersediaan pangan keluarga dan pola pengasuhan yang meliputi pola pemberian makan, dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga. Adapun karakteristik keluarga meliputi umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar pendapatan dan pengeluaran orang tua , jumlah anggota keluarga diduga mempengaruhi pola asuh kesehatan dan pola asuh makan balita. Semakin sedikit jumlah anggota dalam keluarga, usia orang tua yang masih produktif, pendapatan tinggi serta tingkat pendidikan yang tinggi, diduga penerapan pola pengasuhan menjadi lebih baik dan status gizi balita akan lebih baik. Sedangkan tingkat morbiditas balita secara langsung dapat dipengaruhi oleh pola asuh hidup sehat yang diterapkan ibu, pola pelayanan kesehatan dasar, dan kondisi lingkungan.

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pikir hubungan antara tingkat kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo dengan status gizi dan morbiditas balita Konsumsi / intake makanan Morbiditas (penyakit dan infeksi) Status Gizi

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

 Umur orang tua

 Pendidikan orang tua

 Pekerjaan Orang tua

 Besar keluarga  Pendapatan keluarga Pola Asuh  Pemberian Makan  Hidup Sehat Tingkat Kepatuhan Konsumsi biskuit bergizi

Karakteristik Contoh  Umur  Jenis Kelamin  Urutan Pelayanan Kesehatan Kondisi Lingkungan Daya terima dan Kesukaan

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan waktu

Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas balita gizi kurang merupakan penelitian pra eksperimental dengan desain one group pretest-postest design. Rancangan penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol, namun demikian dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan untuk menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya program. Kekurangan dari rancangan penelitian ini yaitu tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen adalah karena intervensi program, namun demikian hal ini bisa diminimalkan karena pada penelitian ini sampel yang digunakan merupakan sampel dengan homogenitas yang cukup tinggi sehingga pengaruh variabel pengganggu bisa diminimalkan. Penelitian dilakukan selama 88 hari, mulai dari maret hingga juni 2011.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung mengenai program intervensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang diperkaya tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang di beberapa puskesmas di Kabupaten Sukabumi. Terdapat 10 puskesmas dari 10 kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian payung ini.

Jumlah dan Cara penarikan Contoh

Sampel dalam penelitian ini adalah balita (12-60 bulan) yang berdasarkan hasil pengukuran antropometri (pengukuran berat badan) tergolong dalam gizi kurang dengan Z score ≥ -3.0 s/d < -2.0 dan mendapatkan PMT biskuit bergizi di Kecamatan Warungkiara dan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi. Penarikan contoh dilakukan secarapurposivedengan kriteria inklusi sebagai berikut

1. Balita yang berusia 12-60 bulan dengan hasil penimbangan berat badan dan pengukuran status gizi termasuk kategori gizi kurang dengan Z score ≥ -3.0 s/d < -2.0 dan menerima program pemberian PMT biskuit

2. Balita gizi kurang yang tinggal di daerah dataran sedang di Kabupaten Sukabumi

3. Balita tinggal bersama ibu kandung dan Ibu bersedia untuk mengikuti penelitian ini selama 3 bulan dan bersedia untuk diwawancarai

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini yaitu 38 orang berdasarkan perhitungan dengan rumus yang diacu dari Notoadmojo (2005)

n = N 1 + N (d2) n = 42 1 + 42 (0.052) = 42 1,105 = 38 orang

Dimana n = besar sampel minimum N = populasi

d = tingkat kepercayaan , dipakai (0.05)

Balita penerima program pemberian makanan tambahan biskuit bergizi di kedua kecamatan tersebut berjumlah 42 balita, dan semuannya telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan

Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekuder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Adapun data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik keluarga (umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga, dan pendapatan keluarga), karakteristik balita (umur balita, jenis kelamin, berta badan dan tinggi badan balita), pola asuh balita, intake makanan balita, morbiditas,tingkat kepatuhan konsumsi biskuit serta status gizi balita. Pola asuh dalam penelitian ini meliputi pola asuh makan dan pola asuh hidup bersih dan pola akses pelayanan dasar

Kabupaten Sukabumi

Kecamatan Warungkiara Kecamatan bantargadung

Peserta program pemberian makanan biskuit bergizi

21 balita 21 balita

Pola asuh makan yang diteliti terbatas pada apa dan bagaimana balita makan, serta situasi yang terjadi pada saat makan, meliputi pemberian ASI, kolostrum, pemberian makanan pertama selain ASI dan frekuensi pemberian makan. Pola akses pelayanan dasar yang diteliti meliputi imunisasi dasar dan vitamin A. Imunisasi dasar terbatas pada imunisasi BCG, DPT, dan campak, sedangkan vitamin A merupakan vitamin A dosis tinggi yang diberikan setiap 6 bulan sekali. Pola asuh hidup kebersihan yang diteliti meliputi mencuci tangan ketika menyuapi dan setelah buang air besar, kebiasaan mandi dan menggosok gigi serta pemakaian alas kaki/sandal. Data morbiditas (status kesehatan) yang dievaluasi meliputi : jenis penyakit, frekuensi sakit, dan lama sakit dengan metode wawancara dengan alat bantu form kuesioner.

Data tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi biskuit selama intervensi diperoleh menggunakan form pemantauan yang berisi banyaknya biskuit yang dibagikan kepada balita , biskuit yang dikonsumsi balita per hari dan sisa yang tidak dikonsumsi, siapa yang mengkonsumsi biskuit selain balita dan alasan balita tidak mengkonsumsi biskuit. Observasi dilakukan dengan bantuan petugas gizi puskesmas, bidan desa serta kader setempat yang dilakukan setiap hari dengan melakukan kunjungan langsung ke rumah balita contoh. Pemantauan dilakukan peneliti melalui media komunikasi seperti handphone kepada petugas gizi puskesmas dan melakukan survey lapang langsung setiap bulan hingga akhir intervensi.

Adapun data status gizi diperoleh dengan cara antropometri yaitu mengukur berat badan dan tinggi badan balita. Data sekunder meliputi lokasi demografi wilayah dan penduduk yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa setempat.

Tabel 2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

No Variabel Data Cara Pengumpulan

Data 1 Karakteristik keluarga Umur,pendidikan orang

tua,pendapatan perkapita dan besar keluarga

Wawancara langsung dengan kuesioner 2 Karakteristik balita Nama, umur, jenis kelamin

 Berat dan Tinggi badan

Wawancara langsung dengan kuesioner Pengukuran dan penimbangan langsung 3 Tingkat Kepatuhan Jumlah biskuit yang habis

dikonsumsi selama 88 hari intervensi

Pencatatan berkala oleh kader atau ibu dengan form yang disediakan 4 Pola Asuh Ibu Pola asuh makan, pola asuh

hidup bersih, akses pelayanan kesehatan dasar

Wawancara langsung dengan kuesioner

No Variabel Data Cara Pengumpulan Data 5 Intake

makan(konsumsi balita)

Waktu makan, menu

makanan, bahan makanan, banyaknya (URT dan g)

Wawancara langsung dengan alat bantu form Recall 2 x 24 jam

6 Status gizi balita Berat dan tinggi badan dan umur

Pengukuran dan penimbangan langsung 7 Status

kesehatan(morbiditas)

jenis penyakit, frekuensi sakit, dan lama sakit

Wawancara langsung dengan kuesioner 8 Kondisi Lingkungan Kepemilikan WC, sumber air

minum, kepemilikan tempat sampah, penanganan sampah rumahtangga kondisi rumah (lantai,ventilasi, dan dinding rumah)

Wawancara dengan kuesioner dan

pengamatan langsung

9 Lokasi penelitian Demografi dan penduduk Data sekunder

Pengolahan dan Analisis data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Exel 2007 dan SPSS versi 16,0 for windows. Proses pengolahan data meliputi coding, entry,dan editing data yang dilakukan secara manual dengan menggunakan program komputerMicrosoft Excel. Semua data yang diperoleh dikumpulkan, dikelompokkan kemudian ditabulasi dan dianalisis secara statistik analitik dan deskriptif. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai rata-rata dan standar deviasi. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis chi square dan uji t dengan menggunakan Paired Samples T test. Ujichi squaredigunakan untuk menguji hubungan antara tingkat kepatuhan balita mengkonsumsi biskuit dengan status gizi dan morbiditas balita serta menguji hubungan antara morbiditas, pola asuh, dan kondisi lingkungan dengan status gizi balita contoh. Uji t dengan menggunakan Paired Samples T test digunakan untuk mengetahui perbedaan konsumsi, status gizi dan morbiditas balita contoh sebelum dan setelah intervensi.

Data karakteristik keluarga yang meliputi umur orang tua, besar keluarga, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, data pola asuh makan, pola asuh hidup sehat (akses pelayanan kesehatan dasar dan pola hygiene), data konsumsi/intake makanan, data status gizi contoh serta morbiditas contoh dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan korelasi.

Umur orang tua. Data umur orang tua yang diperoleh dikelompokkan menjadi empat kelompok menurut Papalia dan Old (1986) yaitu remaja (< 20 tahun), dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (41-65 tahun), dan dewasa akhir (> 65 tahun).

Pendidikan orang tua. Data tingkat pendidikan orang tua diolah dengan mengelompokkannya menjadi enam kategori yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SLTA/sederajat, tamat Perguruan Tinggi.

Pendapatan perkapita. Data pendapatan perkapita perbulan merupakan hasil dari pembagian jumlah pendapatan orang tua dan anggota keluarga lain terhadap jumlah anggota rumahtangga tiap bulannya. Hasil yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasi

Besar keluarga. Data besar keluarga diketahui dengan menanyakan kepada responden jumlah anggota keluarga. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menurut kriteria BKKBN (1998), yang diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu kecil (<4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang)

Pekerjaan orang tua. Data jenis pekerjaan orang tua dibedakan antara ibu dan ayah, untuk pekerjaan ayah di dikategorikan menjadi tidak bekerja, petani punya lahan, buruh tani,buruh non tani, nelayan, pedagang, PNS, pegawai swasta, buruh, jasa (sopir/ojek) , sedangkan pekerjaan ibu dikategorikan menjadi ibu rumah tangga, petani punya lahan,buruh tani pedagang, buruh non tani, jasa.

Karakteristik contoh. Data karakteristik contoh meliputi data umur dan jenis kelamin. Umur contoh dikategorikan menjadi 12-35 bulan, 36-47 bulan, dan 48-60 bulan. Data jenis kelamin contoh terdiri dari 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan (Depkes 2008)

Pola Asuh. Data pola asuh disajikan dalam bentuk pertanyaan tertutup mengenai pola asuh makan (bagaimana balita makan, serta situasi yang terjadi pada saat makan, meliputi pemberian ASI, kolostrum, pemberian makanan pertama selain ASI dan frekuensi pemberian makan), pola akses pelayanan dasar (imunisasi dan vitamin A), pola hygiene (mencuci tangan, kebiasaan mandi dan menggosok gigi serta pemakaian alas kaki/sandal). Penilaian dengan cara memberikan skor pada setiap pertanyaan. Bila menjawab tidak diberi nilai 0, bila menjawab ya diberi nilai 1. Total nilai yang diperoleh diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu kurang (< 60%), sedang (60-80%) dan baik (> 80%)

Kondisi Lingkungan. Data kondisi lingkungan disajikan dalam bentuk pertanyaan tertutup mengenai kondisi fisik rumah, sumber air minum, dan sarana pembuangan limbah, pembuangan sampah dan penanganannya. Penilaian jawaban pertanyaan dengan rentang 0 sampai 3, dengan nilai 3 sebagai skor paling baik. Total skor yang diperoleh diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu kurang (< 60%), sedang (60-80%) dan baik (> 80%).

Konsumsi balita. Data intake/konsumsi pangan balita digali dengan metode recall24 jam .Recall 2 x 24 jam dilakukan secara berulang yakni 2 kali pada awal dan akhir intervensi. Data konsumsi harian balita dikonversi kedalam zat gizi menggunakan Nutri Survey 2005. Setiap asupan gizi balita contoh dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (2004) setelah dilakukan koreksi berat badan dan kemudian dipresentasikan. Penggolongan tingkat konsumsi dilakukan berdasarkan Depkes (1996), tingkat konsumsi dibagi menjadi lima yaitu : defisit tingkat berat (<70% AKG; 2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG;3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); 4) normal (90-119% AKG;5) kelebihan (>120% AKG)

Tingkat kepatuhan. Data tingkat kepatuhan dihitung dengan cara menjumlahkan semua biskuit yang dikonsumsi balita selama 88 hari makan anak (HMA) dibagi dengan jumlah biskuit yang seharusnya dikonsumsi oleh balita selama 88 HMA yaitu 352 keping (4 keping/hari x 88 hari) dikalikan 100%. Penggolongan tingkat kepatuhan konsumsi biskuit dikategorikan berdasarkan kriteria yang ditetapkan Adi tahun 2010 menjadi tiga yaitu rendah jika kepatuhan < 50% ; sedang, jika kepatuhan 50- 70%;dan tinggi jika kepatuhan ≥ 70%.

Status gizi. Pengolahan data status gizi dilakukan dengan menggunakan Microsoft Exel 2007 yang diklasifikasikan berdasarkan standard baku WHO- NCHS 2006yaitu :

Kategori Gizi buruk Z-skor < -3.0

Kategori Gizi Kurang Z-skor ≥ -3.0 s/d Z-skor < -2.0 Kategori Gizi Baik Z-skor ≥ -2.0 s/d Z-skor ≤ 2.0 Kategori Gizi lebih Z-skor > 2.0

Morbiditas. Data morbiditas dihitung berdasarkan kejadian sakit (frekuensi dan lama sakit) selama intervensi kemudian digolongkan menjadi rendah apabila <4, sedang 4-7, dan tinggi ≥ 7

Data dianalisis secara deskriptif statistik dan inferensia. Analisis deskriptif statistik dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi, nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata dan standard deviasi. Analisis hubungan antara dua variabel

engan menggunakan chi square. Analisis inferensia yaitu menggunakan uji paired sample t test untuk mengetahui perbedaan konsumsi, status gizi serta morbiditas balita sebelum dengan setelah intervensi dilakukan.

Tabel 3 Cara pengkategorian variabel

No Variabel Kategori Pengukuran

1. Karakteristik Keluarga

Umur orang tua Nominal :

1. Remaja (< 20 tahun) 2. Dewasa awal (20-40 tahun) 3. Dewasa tengah (41-65 tahun) 4. Dewasa akhir (> 65 tahun)

Pendidikan orang tua Ordinal :

1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. SD/sederajat 4. SLTP / sederajat 5. SLTA / sederajat 6. PT

Pendapatan (Kap/bln) Ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Besar Keluarga Ordinal

1. keluarga kecil (≤ 4 orang) 1. keluarga sedang (5-7 orang) 2. Keluarga besar (> 7 orang)

Pekerjaan orang tua Nominal :

1. Tidak bekerja (IRT) 2. Buruh tani

3. Petani punya lahan 4. Nelayan 5. Pedagang 6. Pegawai (swasta/PNS) 7. Lainnya 2. Karakteristik Contoh Umur Nominal 1. 12-35 bulan 2. 36-47 bulan 3. 48-60 bulan

Jenis kelamin Nominal

1. Laki-laki 2. Perempuan

3 Tingkat kepatuhan Ordinal

1. Rendah (< 50%) 2. Sedang (50-70%) 3. Tinggi (≥ 70%)

4 Pola asuh Ordinal

1. rendah (< 60%) 2. Sedang (60-80%) 3. Baik (>80%)

No Variabel Kategori Pengukuran

5 Kondisi lingkungan Ordinal

1. Rendah (< 60%) 2. Sedang (60-80%) 3. Baik (> 80%) 6 Konsumsi / intake makan balita Ordinal

1. Defisit berat (< 70% AKG) 2. Defisit sedang (70-79% AKG) 3. Defisit ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Lebih (≥120 AKG)

7 Status gizi contoh Indikator BB/U

Ordinal

Gizi buruk Z-skor < -3.0

Gizi Kurang Z-skor ≥ -3.0 s/d < -2.0 Gizi Baik Z-skor ≥ -2.0 s/d Z-skor ≤ 2.0 Gizi lebih Z-skor ≥ 2.0

8 Morbiditas Rasio, frekuensi sakit (kali), lama (hari)

Ordinal

1. Rendah (< 4) 2. Sedang (4-7) 3. Tinggi (≥ 8 )

Definisi Operasional

Intake makanan/konsumsi contohadalah semua makanan dan minuman yang dimakan/dikonsumsi oleh contoh baik yang dari membeli atau dibuat di rumah yang diukur dengan metode food recall 2 x 24 jam pada hari berbeda

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan,dan besar keluarga. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditamatkan orang tua/pengasuh balita. Pekerjaan adalah jenis kegiatan produktif yang dilakukan orang tua/pengasuh untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pendapatan adalah jumlah penghasilan (nilai uang) keluarga yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga dalam satu bulan terakhir. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu atap

MorbiditasSuatu kejadian sakit (ISPA, demam, diare,bronchitis, cacar, campak) yang dilihat dari frekuensi dan lama sakit yang pernah diderita oleh contoh selama penelitian berlangsung.

Pola asuh adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan oleh ibu kepada anak yang berkaitan dengan makanan dan kesehatan. Pola asuh

dalam penelitian ini dibedakan menjadi pola asuh makan dan pola asuh hidup bersih dan pola asuh kesehatan

Pola asuh makan adalah praktik-praktik pengasuhan makan yang diterapkan oleh ibu kepada anak yang meliputi bagaimana balita makan, serta situasi yang terjadi pada saat makan, meliputi pemberian ASI, kolostrum, pemberian makanan pertama selain ASI dan frekuensi pemberian makan

Pola asuh kebersihan adalah adalah praktik-praktik pengasuhan kesehatan yang diterapkan, pola hygiene sanitasi (mencuci tangan, kebiasaan mandi dan menggosok gigi serta pemakaian alas kaki/sandal)

Pola asuh akses pelayanan dasar adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan oleh ibu kepada anak yang meliputi pola akses pelayanan dasar (posyandu, imunisasi dan vitamin A)

Status gizi balita adalah tingkat keadaan gizi balita yang ditentukan berdasarkan indikator berat badan menurut umur (BB/U) sebagai gambaran perbandingan berat badan dan umur terhadap baku antropometri WHO-NCHS 2006

Tingkat kepatuhan adalah tingkatan ketaatan sasaran dalam mengikuti intervensi pemberian makanan tambahan biskuit bergizi yang diukur melalui persentasi biskuit yang dikonsumsi selama 88 hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten dengan wilayah terluas di Jawa Barat. Posisi geografis Kabupaten Sukabumi terletak di antara 1060 49’ -

107000’ Bujur Timur dan 6057’ – 7025 Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah 4128 km2 (412.799,54 Ha). Wilayah Kabupaten Sukabumi berada pada ketinggian berkisar antara 0 – 2960 meter, dengan bentuk topografis wilayah pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan tengah.

Penduduk Kabupaten Sukabumi berdasarkan hasil survey Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) terus meningkat hingga pada tahun 2008 meningkat menjadi 2,376,620 jiwa . Menurut data BPS tahun 2008, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukabumi mencapai 606.072 jiwa atau 28% dari jumlah penduduk. Sektor atau lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah pertanian, rata-rata sebesar 38.7%. Fasilitas kesehatan di Sukabumi meliputi 3 unit rumahsakit, 57 unit Puskesmas Inpres, 3044 Posyandu, 73 unit Puskesmas Keliling, dan 94 unit Puskesmas pembantu

Secara tipologi Kabupaten Sukabumi dibagi menjadi 3 wilayah yaitu wilayah dataran rendah, dataran sedang, dan dataran tinggi. Warungkiara dan Bantargadung merupakan 2 Kecamatan yang termasuk dalam kategori dataran sedang karena berada pada ketinggian 300-1000 meter. Sarana transportasi yang biasanya digunakan penduduk di kedua Kecamatan tersebut dari satu Desa ke desa lain yaitu kendaraan umum seperti angkot dan ojek. Kondisi jalan di kedua Kecamatan tersebut masih didominasi dengan kondisi jalan tanah berbatu, jalan yang di aspal hanya jalan utama jalur transportasi menuju wilayah / kecamatan lain. Matapencaharian penduduk Warungkiara dan Bantargadung didominasi oleh buruh, baik sebagai buruh tani maupun buruh non tani, dengan komoditas utama yaitu perkebunan karet dan hasil pertanian seperti ubi kayu.

Prevalensi gizi kurang di Warungkiara dan Bantargadung cukup tinggi apabila dibandingkan dengan prevalensi gizi kurang Kabupaten Sukabumi, berturut- turut 8.60% dan 16.76%. Fasilitas kesehatan di Warungkiara dan Bantargadung masing-masing terdapat 1 unit Puskesmas, 83 unit Posyandu dan 4 unit Puskesmas pembantu di Kecamatan Warungkiara dan terdapat 1 unit Puskesmas, 83 unit Posyandu dan 3 unit Puskesmas pembantu di Kecamatan Bantargadung.

Karakteristik Balita

Karakteristik balita dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan umur . Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan umurnya. Anak yang berusia 1-3 tahun (batita) merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Sedangkan anak usia 3-5 tahun (prasekolah) merupakan konsumen aktif, yang berarti bahwa anak-anak sudah dapat memilih makanan sendiri. Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan umur

Karakteristik Balita n % Jenis kelamin Laki-laki 16 38.1 Perempuan 26 61.9 Total 42 100.0 Umur (Bulan) 12-35 24 57.1 36-47 15 35.9 48-60 3 7.0 Total 42 100.0

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (61.9%) berjenis kelamin perempuan dan sisanya laki-laki. Data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa jumlah balita perempuan lebih banyak dibandingkan balita laki-laki, sehingga kemungkinan balita yang mengalami gizi kurang adalah balita perempuan.

Berdasarkan umur contoh, proporsi terbesar adalah pada rentang usia 12-35 bulan atau 1 – 3 tahun (57.1%) yang artinya sebagian besar contoh dalam usia batita, dimana pada usia ini contoh tergolong dalam konsumen pasif yang belum bisa memilih makanan sendiri dan hanya menerima makanan yang disediakan ibu, sehingga keadaan kesehatan maupun status gizi anak sangat tergantung dari kualitas makanan yang disediakan oleh Ibu dan sisa contoh berada pada rentang umur 36-60 bulan yang termasuk konsumen aktif yang dapat memilih makanan sendiri dan sudah mulai bisa menolak makanan yang disediakan ibu. Usia balita merupakan periode yang paling kritis dalam kehidupan, oleh karena itu, kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan balita (Hastuti 2008).

Karakteristik Keluarga Umur Orang tua

Umur orang tua terutama ibu berkaitan dengan pengalaman ibu dalam mengasuh anak. Seorang ibu yang masih muda kemungkinan kurang memiliki pengalaman dalam mengasuh anak sehingga dalam merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Ibu dengan usia muda (remaja) cenderung memperhatikan kepentingannya sendiri daripada anak dan keluarga (Hurlock 1993). Sebaran contoh berdasarkan umur orang tua disajikan pada Tabel 5

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan umur orang tua

Umur (tahun) Ayah Ibu

n % n % Remaja - - 1 2.4 Dewasa awal 32 76.2 38 90.5 Dewasa Tengah 9 21.4 3 7.1 Dewasa akhir 1 2.4 - - Total 42 100.0 42 100.0

Tabel 5 menunjukkan bahwa proporsi umur orang tua contoh terbesar terdapat pada usia dewasa awal dengan kisaran umur 20-40 tahun baik ayah

Dokumen terkait