• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.3 Pupuk NPK

Kesuburan tanah diindikasikan dengan ketersediaannya kandungan hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang lengkap. Unsur hara dan senyawa-

senyawa yang terkandung dalam tanah semakin lama semakin berkurang karena sejalan dengan proses alam maupun campur tangan manusia, oleh sebab itulah perlu dilakukan pemupukan. Dari sekian banyak jenis unsur dalam tanah, hanya 16 unsur atau senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menghasilkan pertumbuhan yang normal. Dari 16 unsur tersebut 3 unsur berasal dari udara yaitu C (karbon), H (hydrogen) dan O2 (oksigen) sementara ke-13 unsur lainnya berasal

dari dalam tanah yaitu N (nitrogen), P (phosphor), K (kalium), Ca (kalsium), Mg (magnesium), S (sulfur), Cl (klor), Fe (Besi), Mn (mangan), Cu (tembaga), Zn (seng), Bo (boron), dan Mo (Moblibdenum). Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur yaitu N, P, dan K (Lingga 1998).

Pupuk NPK disebut sebagai pupuk majemuk lengkap atau Complete Fertilizer. Pada permulaan dikenalnya (sebelum Perang Dunia ke II), pupuk ini berkadar rendah, jumlah kadar ketiga unsur itu hanya sekitar 20%. Perbaikan- perbaikan dalam arti kegunaannya telah dilakukan oleh pabrik pembuatnya sehingga pupuk majemuk lengkap yang diperdagangkan kini mempunyai jumlah kadar ketiga unsurnya lebih tinggi, sekitar 30% sampai 60% (Sutedjo 2008).

Menurut Novizan (2002) unsur hara makro diperlukan tanaman dalam jumlah yang lebih besar. Unsur hara makro terdiri dari Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S).

2.3.1 Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan unsur hara penentu produksi atau sebagai faktor pembatas produksi Sanchez (1979) dalam Maretina (2010). Ketersediaan unsur N di alam atau atmosfir cukup banyak namun kendalanya karena sifatnya mobile

(dinamis) sehingga tanaman sangat sukar memanfaatkannya. Sumbangan N tanaman disamping dari dari pupuk buatan umumnya berasal dari proses aktivitas jasad mikro yang ada di dalam tanah dalam perombakan bahan organik. Bahan organik mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Protein adalah bahan organik yang mengandung N oleh mikroba dihancurkan untuk mendapatkan energi dan unsur hara. Proses pelapukan bahan organik oleh mikroba dapat terjadi melalui proteolis, ammonifikasi, nitrifikasi (Delwiche 1970 dalam Musfal 2008).

Menurut Lewakabessy et al. (2003) nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat dan ion amonium. Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral

alami seperti unsur hara lainnya. Nitrogen yang ada di dalam tanah dapat hilang karena terjadinya peguapan, pencucian oleh air, atau terbawa bersama tanaman pada saat panen. Ammonium di dalam tanah relatif stabil dibandingkan nitrat namun ammonium lebih gampang terfiksasi oleh mineral liat seperti Illit, Fermikulit dan Montmorillonit. Pada keadaan basah ammonium yang terfiksasi dengan mudah dilepaskan kembali karena proses mengambangnya tanah. Kebutuhan tanaman umumnya lebih banyak dalam bentuk nitrat dan sedikit sekali tanaman yang mengambil N dalam bentuk ammonium. Bentuk ammonium umumnya akan diambil tanaman pada kondisi pH tanah berkisar netral. Sedangkan nitrat pada pH tanah di bawah netral. Kebanyakan tanah-tanah pada iklim tropis umumnya adalah mempunyai pH dibawah netral. Dengan demikian tanaman pada iklim tropis lebih banyak mengambil N dalam bentuk nitrat. Pemberian pupuk N dalam bentuk ammonium seperti pupuk Ammonium Sulfat (ZA) tidaklah menjadi suatu kendala karena ammonium di dalam tanah melalui proses nitrifikasi akan dirubah menjadi bentuk nitrat (Mengel dan Kirby 1979 dalam Musfal 2008)

Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya mengakibatkan pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati (Dwidjoseputro 1984). Menurut Hardjowigeno (2003) kelebihan nitrogen dapat menyebabkan batang-batang menjadi lemah dan mudah roboh, dan dapat mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Hal yang perlu dipertimbangkan ketika menggunakan pupuk nitrogen adalah nitrogen dalam bentuk nitrat sangat cepat tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu, gunakan pada saat sumber nitrogen sangat dibutuhkan, khususnya pada tanah yang kanduangan bahan organiknya sedikit (Novizan 2002).

2.3.2 Phosfor (P)

Phosfor di dalam tanah dapat digolongkan dalam beberapa bentuk yaitu bentuk P-organik, anorganik, dan yang ada dalam larutan tanah. P anorganik didalam tanah jumlahnya rata-rata lebih banyak dibandingkan P organik. P anorganik di dalam tanah dapat pula dibagi dalam bentuk keterikatannya yaitu dalam bentuk Ca-P, Fe-P dan Al-P (Buckman dan Brady 1964 dalam Mustaf 2008). Selanjutnya menurut Buckman dan Brady (1964) dalam Musfal (2008),

ketersediaan P anorganik di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh perubahan pH tanah, artinya semakin naik pH sampai pada batas netral maka ketersediaan P akan meningkat pula. Keadaan sebaliknya terjadi bila mana terjadinya penurunan pH tanah maka ketersediaan P akan menurun pula. Terjadinya penurunan P disebabkan karena pada pH rendah konsentrasi Al dan Fe akan meningkat dan terfiksasinya P oleh kedua unsur tersebut akan semakin meningkat pula. Terjadinya penurunan ketersediaan P pada pH tanah diatas netral atau alkalis hal ini disebabkan terfiksasinya P oleh Ca membentuk endapan. Dari golongan Ca ini yang terpenting adalah mineral flour apatit, golongan ini adalah yang sukar larut. Mineral flour apatit terdapat di dalam tanah yang sudah mengalami proses pelapukan lanjut pada horizon bawah.

Phosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batu-batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun kandungan phospor dalam tanah melimpah, tanaman masih mungkin kekurangan phosfor karena sebagian besar phosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut dalam air (Novizan 2002). Penggunaan pupuk yang mengandung phosfor dapat berperan penting terhadap tanaman di daerah tropis karena sedikitnya ketersediaan phosfor dalam tanah. Efisien yang rendah dari pemanfaatan phosfor menyebabkan pemberian pupuk secara bertahap menjadi lebih disarankan (Maretina 2010).

Beberapa peranan P yang penting ialah dalam proses fotosintesa, perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, meabolisme asam amino, metabolisme lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup phosfor betul- betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer energi, suatu proses vital dalam hidup dan pertumbuhan (Leiwakabessy 2003). Unsur phosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih dan tanaman muda, sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu proses asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah (Lingga 2008). Tanaman yang kekurangan unsur P gejalanya antara lain pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun

berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat), dan perkembangan akar lambat, terlihat jelas pada tanaman yang masih muda (Hardjowigeno 2003).

2.3.4 Kalium (K)

Kalium adalah unsur hara terpenting ketiga setelah N dan P. Ketersediaannya di tanah ditentukan oleh jenis dan jumlah mineral primer serta tingkat pelapukannya. Pada umumnya ketersediaan K di tanah dapat digolongkan dalam bentuk lambat tersedia, cepat tersedia dan tidak tersedia (Buckman dan Brady 1964 dalam Musfal 2008).

Kalium mempunyai peranan yang penting dalam proses-proses fisiologis menurut Hakim et al. (1986) seperti: (1) metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, (2) metabolisme nitrogen dan sintesa protein, (3) mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, (4) netralisasi asam- asam organik yang penting bagi proses fisiologis, (5) mengaktifkan berbagai enzim, (6) mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, dan (7) mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air. Kalium disini tidak terlibat sebagai komponen penyusun tetapi hanya sebagai bentuk anorganik saja.

Tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur hara lainnya kecuali nitrogen. Kalium di dalam jaringan tanaman tetap berbentuk ion K+. Tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mudah bergerak sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan. Secara umum peran kalium berhubungan dengan proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi. Peran kalium antara lain translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein, membantu proses membuka dan menutup stomata (mulut daun), efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan), memperluas pertumbuahan akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit, memperkuat tubuh tanaman (Novizan 2002).

Menurut Leiwakabessy (2003) pengaruh kekurangan kalium secara keseluruhan baik terhadap pertumbuhan maupun terhadap kualitasnya merupakan akibat pengaruhnya terhadap proses-proses fisiologis. Proses fotosintesis dapat berkurang bila kandungan kaliumnya rendah dan pada saat respirasi bertambah besar. Hal ini akan menekan persediaan karbohidrat yang tentu akan mengurangi pertumbuhan tanaman. Peranan kalium dan hubungannya dengan kandungan air

dalam tanaman adalah penting dalam mempertahankan turgor tanaman itu yang sangat diperlukan agar proses-proses fotosintesa dan proses-proses metabolisme lainnya dapat berkurang dengan baik.

Dokumen terkait