• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.2 Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

Kata mikoriza berasal dari bahasa Yunani yaitu myces (fungi) dan rhiza (akar) (Setiadi 1989). Jadi mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara fungi dan perakaran tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis ini terjadi saling menguntungkan, fungi memperoleh karbohidrat dan unsur pertumbuhan lain dari tanaman inang, sebaliknya fungi memberi keuntungan kepada tanaman inang, dengan cara membantu tanaman dalam menyerap unsur hara terutama unsur P. Hifa fungi mikoriza dapat meningkatkan pengambilan P dengan cara memperluas daerah penyerapan dari sistem perakaran tanaman sehingga dapat dimanfaatkan untuk menambang residu P yang menumpuk dalam tanah. Pengaruh FMA terhadap pertumbuhan, serapan P dan hasil tanaman dipengaruhi oleh jenis dan varietas tanaman, jenis tanah, jenis FMA, jenis pupuk, serta faktor lingkungan (Kabirun 2002).

Pada umumnya dapat dibedakan tiga bentuk mikoriza, yaitu berdasarkan terbentuk atau tidak terbentuknya selubung hifa pada mikoriza. Bila pada permukaan luar terbentuk selubung jalinan hifa fungi maka struktur tersebut disebut ektomikoriza. Apabila fungi pembentuk mikoriza berkembang hanya di dalam sel-sel korteks akar dan tidak terbentuk selubung hifa pada akar, maka struktur yang terbentuk disebut endomikoriza. Ada pula struktur yang memiliki kedua ciri tersebut, yaitu adanya fungi di dalam sel-sel korteks dan juga terbentuknya selubung hingga pada permukaan akar. Struktur demikian disebut ektendomikoriza (Hadi 1998).

Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada system perakaran inang (host) mikoriza dikelompokan kedalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Di dalam kelompok endomikoriza terdapat enam subtype yaitu: mikoriza arbuskula, ectendo, monotropoid, ericoid, dan orchid. (Setiadi 1999). Mikoriza memiliki beberapa peran penting sebagai berikut:

1. Sebagai pelindung khayati (bio-protection)

Fungi mikoriza arbuskula (FMA) mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan pathogen luar tanah. FMA juga dapat membantu pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah yang tercemar logam berat seperti pada lahan-lahan pasca tambang. Dengan demikian FMA,

selain berguna untuk bio-protection, juga berfungsi penting sebagai bio- remediator bagi tanah yang tercemar logam berat. Selain itu tipe fungi ini juga mampu meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan. 2. Perbaikan nutrisi dan peningkatan pertumbuhan tanaman

Fungi ini memiliki kemampuan untuk berasosiasi hamper 90% jenis tanaman dan telah terbukti mampu memperbaiki nutrisi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. FMA yang menginfeksi system perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman mampu meningkatkan kapasitas penyerapan unsure hara utama dapat diserah oleh tanaman bermikoriza serta unsure-unsur mikro seperti Cu, Zn, dan Bo.

3. Sinergis dengan mikroorganisme lain

FMA pada tanaman leguminose diperlukan karena pembentukan bintil akar dan efektifitas penambahan nitrogen oleh bakteri rizhobium

yang terdapat didalamnya dapat ditingkatkan. FMA juga dapat bersinergis dengan mikroba potensial lainnya, seperti bakteri penambat N bebas dan bakteri pelarut fosfat. Serta sinergis dengan jasad-jasad renik selulotik seperti Trichoderma sp. Berdasarkan kemampuan tersebut, maka FMA dapat berfungsi untuk meningkatkan biodiversitas mikroba potensial di sekitar perakaran tanaman.

4. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan

FMA berperan penting dalam mempertahankan keanekaragaman tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tanaman ke akar tanaman yang lain yang berdekatan melalui struktur yang disebut “brige hypha”. Sehingga aplikasi FMA tidak terbatas pada pola tanamna monokultur, tetapi dapat diintegrasikan dalam unit manajemen pola tanaman campuran.

5. Terlibat dalam siklus bio-geo-kimia

FMA di alam dapat mempercepat terjadinya suksesi secara alami pada habitat yang mendapat gangguan ekstrim. Keberadaan FMA juga mutlak diperlukan karena berperan penting dalam mengefektifkan daur ulang unsure hara (nutrient cycle) sehingga dianggap sebagai alat yang

paling baik untuk mempertahankan stabilitas ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati.

Istilah mikoriza sering digunakan untuk menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara tanaman inang yang menerima hara mineral dan fungi yang memperoleh senyawa karbon dari hasil fotosintesis tanaman inang. Asosiasi antara fungi dari Glomales (zygomycetes) dengan tanaman inang disebut dengan arbuskula atau fungi mikoriza arbuskula, yang paling banyak terjadi pada spesies tanaman penting dan sangat berperan dapat meningkatkan status hara tanaman mikotropik pada tanah dengan konsentrasi hara yang terbatas, khususnya fosfat (Lambais dan Mehdi 1995).

Penggunaan FMA tidak membutuhkan biaya yang besar menurut Husna (1998) karena : a) teknologi produksinya murah, b) semua bahan tersedia di dalam negeri, c) dapat diproduksi dengan mudah dilapangan, d) pemberian cukup sekali seumur hidup tanaman dan memiliki kemampuan memberikan manfaat pada rotasi tanaman berikutnya, e) tidak menimbulkan polusi dan f) tidak merusak struktur tanah.

Fungsi akar dalam memanfaatkan air dan unsur hara dapat ditingkatkan salah satunya dengan memberikan mikroorganisme seperti mikoriza. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) sejenis jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman yang mampu meningkatkan serapan unsur hara dan meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah sehingga mempunyai laju pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat dan resisten terhadap serangan patogen (Santoso 1994). Setiadi (1991) menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan oleh mikoriza karena mikoriza dapat meningkatkan serapan N, P dan, K. Kehadiran mikoriza pada tanah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan nilai tegangan osmotik sel- sel tanaman pada tanah yang kadar airnya cukup rendah, sehingga tanaman dapat melangsungkan kehidupannya (Santoso 1994).

Faktor lingkungan adalah sangat berpengaruh terhadap perkembangan FMA. Biasanya lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman juga cocok untuk perkembangan spora fungi. Fungi mikoriza arbuskula dapat hidup dari lingkungan berdrainase baik hingga lahan-lahan yang tergenang seperti lahan sawah. Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang

tercemar limbah berbahaya FMA masih mampu untuk berkembang (Soelaiman dan Hirata 1995).

Manfaat FMA menurut Nuhamara (1993) antara lain meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah, berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim, meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auxsin, dan menjamin terselenggaranya proses biogemis namun demikian respon tanaman tidak hanya ditentukan oleh karakteristik tanaman dan FMA tetapi juga oleh kondisi tanah dimana tanaman itu berada. Efektifitas FMA ditentukan oleh faktor abiotik seperti pH, kadar air, konsentrasi hara, suhu, pengolahan tanah dan pemberian pupuk serta pestisida. Faktor biotik seperti interaksi FMA dengan akar, tanaman inangnya, tipe perakaran tanaman inangnya, dan kompetisi antar fungi itu sendiri.

2.2.1 Aplikasi Penggunaan FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula)

Telah banyak dibuktikan bahwa FMA mampu memperbaiki penyerapan unsur hara dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut hasil penelitian Maryadi (2002) dalam Husna (2007) melaporkan bahwa tanaman jati berasosiasi baik dengan FMA. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberepa genus di rizosper (baca = perakaran tanaman) jati. Genus yang ditemukan adalah Glomus, Scelerocistys dan Gigaspora. Eksplorasi FMA telah dilakukan pada tanaman jati di 3 (tiga) daerah yakni Kota Kendari, Kabupaten Muna dan Buton pada tahun 2003 dan 2004. Hasil penelitian Husna (2207) juga menunjukan bahwa FMA dapat ditemukan pada rhizosper tanaman jati. Secara umum ditemukan 4 (empat) genus yaitu Glomus, Acaulospora, Gigaspora dan Scutellospora. Menurut hasil penelitian Anggin (2010), pemberian mikoriza jenis Glomus sp. secara signifikan meningkatkan pertumbuhan semai jelutung. Mikoriza memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan semai jelutung dan dapat digunakan untuk rekomendasi dalam aplikasi pupuk hayati.

Dokumen terkait