• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.2.1 Pertumbuhan Longkida pada Kondisi Tergenang

Variabel tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator terhadap pengaruh pemberian perlakuan maupun pengaruhnya terhadap interaksi luar dari lingkungan. Pada penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman longkida pada kondisi tergenang. Dengan demikian, pada kasus ini menunjukan bahwa longkida merupakan tanaman yang tahan terhadap genangan meskipun air genangan berada dalam kondisi tidak mengalir. Tanaman longkida tumbuh lurus dengan perakaran yang tumbuh secara dinamis, adaptasi ini membantu tanaman untuk dapat bertahan dalam kondisi tergenang. Akar dapat bergerak secara bebas dalam mencari makanan dan oksigen. Kondisi lingkungan yang mendukung seperti faktor cahaya mengoptimalkan semua unsur hara yang diperoleh untuk aktif bekerja. Sifat batang yang dibungkus gabus dapat menyimpan air dengan baik. Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan. Demikian pula tanaman, air sangat dibutuhkan untuk penguapan (evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Tanaman hanya dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil yang tinggi bila kebutuhan airnya dapat dipenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat (Doorenbos dan Pruitt 1977 dalam Asep 2008).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari parameter pertumbuhan yang diamati, terdapat 2 parameter menunjukan adanya pengaruh nyata pada pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter pada kondisi tergenang. Secara teori, pemberian mikoriza memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan tidak diberi mikoriza. Dengan meningkatnya kapasitas penyerapan hara dan air terutama penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro menyebabkan status nutrisi tanaman tersebut menjadi meningkat atau dapat diperbaiki. Hal demikian yang menyebabkan tanaman yang bermikoriza mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dari pada yang tidak bermikoriza (Setiadi 1989). Disamping dapat menyerap P dari konsentrasi rendah, mikoriza menghasilkan enzim fosfatase dan mengekskresikan asam-asam organik. Sehingga dapat merubah senyawa-senyawa P anorganik yang tidak tersedia

48   

menjadi tersedia (Bolan 1991). Feil et al. (1988) dalam Harahap (2009) melaporkan bahwa kekeringan tidak menghambat pertumbuhan mikoriza namun meningkatkan perkembangan akar lateral dan setelah pembahasan kembali laju pemanjangan akar dan jumlah mikoriza meningkat dengan cepat. Teori ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian dimana tanaman longkida dengan pemberian mikoriza tumbuh lebih baik dari perlakuan lain pada kodisi tergenang. Menurut Soelaiman dan Hirata (1995) fungi mikoriza arbuskula dapat hidup dari lingkungan berdrainase baik hingga lahan-lahan yang tergenang seperti lahan sawah. Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang tercemar limbah berbahaya FMA masih mampu untuk berkembang.

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi dengan perlakuan yang memakai mikoriza lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol, pertumbuhan optimal terjadi dari minggu awal pengamatan hingga minggu terakhir pengamatan. Ini sesuai dengan Umar (2003) dalam Lubis (2007) yang melaporkan bahwa media bermikoriza meningkatkan pertumbuhan tinggi semai, berat kering total, top-root ratio, dan serapan P semai Eboni di persemaian. Kecepatan tinggi tanaman merupakan indikasi adanya proses fotosintesis yang efisien. Fotosintesis merupakan salah satu proses metabolisme pada tumbuhan hijau yang menghasilkan senyawa berenergi tinggi (ATP). Ketersediaan unsur hara P juga akan mempengaruhi pembentukan ATP. Asosiasi fungi mikoriza pada akar tanaman dapat meningkatkan penyerapan unsur hara terutama unsur P. Meningkatnya kandungan P dalam jaringan tanaman dapat mempercepat pembelahan sel terutama pada perkembangan jaringan meristem tanaman sehingga berakibat lebih lanjut terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter (Prayudaningsing 2007). Menurut Hardjowigeno (1989), phosfor merupakan salah satu unsur makro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Dimana phosfor berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat kematangan, memperbesar perkembangan perakaran, dan juga sebagai anti bodi tanaman, metabolisme karbohidrat serta menyimpan dan memindahkan energi (siklus ATP dan ADP).

Pertumbuhan diameter pada kondisi tergenang memperlihatkan pengaruh yang nyata pada perlakuan mikoriza. Pada umumnya pertumbuhan diameter

49   

memiliki respon yang lebih lambat, mengingat pada usia muda tanaman cenderung melakukan pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal (Lewenussa 2009). Pada hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemberian mikoriza memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter pada kondisi tergenang, hal ini menunjukan bahwa pemberian mikoriza mampu menyediakan hara yang lebih bagi tanaman pada kondisi tergenang, karena menurut Hildalita (2009) pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pergantian akar dan tinggi telah terpenuhi.

Kondisi tergenang mengalami peningkatan pH setiap minggunya, pada Gambar 23 menunjukan bahwa penggenangan tanpa perlakuan (kontrol) memiliki pH paling tinggi di akhir pengukuran. Penggenangan menyebabkan pH yang masam menjadi meningkat, menurut Lahuddin dan Nasution (2006) penggenangan sekitar 50 hari dapat meningkatkan pH menjadi alkalin dan redoks potensial menurun pada tingkat yang rendah sehingga kondisi lingkungan kimia bersifat anaerob. Pada suasana reduktif ion-ion logam seperti Zn++, Cu++, Pb, dan

Cd++ berpeluang untuk bereaksi dengan sulfida membentuk ZnS, CuS, PbS, dan

CdS. Perubahan PH juga dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya faktor lingkungan, zat amoniak, kekentalan air, volume air dan sebagainya. Faktor media tanam yang digunakan serta penambahan mikoriza dan pupuk NPK juga diduga menjadi penyebab berubahnya PH air genangan. Pemberian NPK mengakibatkan penurunan pH air genangan, hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1992) bahwa sifat nitrogen (pembawa nitrogen) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman. sedangkan pemberian mikoriza mengakibatkan pH air genangan menjadi lebih tinggi. Mikoriza merupakan fungi yang unsur haranya jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Dimana fungi mudah untuk berkembang pada saat tersedia banyaknya air. Mikoriza juga dapat bersinergis dengan mikroba potensial lainnya, seperti bakteri penambat N bebas dan bakteri pelarut fosfat serta bersinergis dengan jasad-jasad renik selulotik seperti Trichoderma sp. (Barea et al. 1992). Berdasarkan kemampuan tersebut, maka mikoriza dapat berfungsi meningkatkan biodiversitas mikroba potensial di sekitar perakaran tanaman. Genangan berdampak negatif terhadap ketersediaan N, tetapi ada pula keuntungan

50   

dari timbulnya genangan yaitu peningkatan ketersediaan P, K, Ca, Si, Fe, S, Mo, Ni, Zn, Pb, Co. Rachim dkk. (1991) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik kedalam tanah-tanah masam dapat meningkatkan pH. Hal ini juga didukung oleh Tan (1992) dalam Harahap (2010) bahwa senyawa organik yang dilepaskan oleh pupuk organik mampu meningkatkan kation-kation di dalam kompleks jerapan sehingga konsentrasi basa menjadi tinggi dan pH menjadi baik.

Tanaman yang kekurangan hara dapat terlihat dari perubahan warna daun. Warna daun pada longkida dengan pemberian pupuk NPK memiliki warna yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena NPK memiliki unsur hara N, dimana N dapat merangsang pertumbuhan daun. Warna daun longkida tanpa pupuk NPK terlihat lebih memudar. Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah daun pada tanaman longkida yang tergenang memiliki jumlah daun yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman longkida yang tidak tergenang. Hal ini dikarenakan genangan mempengaruhi tajuk tanaman yaitu penurunan pertumbuhan, klorosis, pemacuan penuaan, epinasti, pembentukan lentisel, penurunan akumulasi bahan kering, pembentukan aerenkim di batang, dan pengguguran daun.

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui proses penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi terjadi difusi air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan air di dalam tumbuhan, antara lain faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata), faktor dari luar (cahaya, suhu, kelembaban, dan angin). Tumbuhan yang efisien akan menguapkan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air.

Penggunaan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter maupun jumlah daun tanaman longkida, baik pada kondisi tergenang maupun tidak tergenang. Pada kondisi tanah yang cenderung subur, jika dilakukan pemupukan tanaman tersebut akan mencapai pada kondisi stagnant sehingga jika diberikan pupuk maka pertumbuhan tanaman tersebut juga sudah optimum. Selain itu, pemberian pupuk yang dilakukan dengan cara

51   

menebarkan pupuk NPK disekitar batang tanaman kurang efektif. Pemberian pupuk akan lebih efektif melalui daun dari pada melalui media tanam. Hal ini disebabkan daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar 10%. Air dan unsur hara tersebut masuk kedalam daun melalui lapisan kutikula. Pemberian pupuk pada daun sebaiknya dilakukan saat penyinaran cahaya cukup. Pada kondisi seperti ini penyerapan unsur hara akan lebih baik dibandingkan saat penyinaran berlebihan. Penyinaran berlebihan menyebabkan berkurangnya kandungan air dalam jaringan tanaman. Akibatnya, penyerapan unsur hara menjadi terlambat dan pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat (Iswanto 2002). Pupuk NPK yang terdiri dari unsur makro N, P, dan K dalam genangan tidak efektif digunakan, menurut Lewakabessy et al. (2003) Nitrogen yang ada di dalam tanah dapat hilang karena terjadinya peguapan, pencucian oleh air, atau terbawa bersama tanaman pada saat panen, Ketersediaan P di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor yaitu pH tanah, aerasi, temperatur, bahan organik, dan unsur hara lain, persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal yaitu pencucian kalium oleh air, pengambilan kalium oleh tanaman dan erosi tanah.

Dokumen terkait