• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Ringkasan eksekutif 71

2 Biaya investasi perizinan bangunan unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 72

3 Biaya investasi bangunan pabrik unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 72

4 Biaya investasi peralatan dan mesin unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 73

5 Biaya tetap utility kantor unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 73

6 Biaya tetap administrasi kantor unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 73

7 Biaya tetap jaminan mutu unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 74

8 Biaya tetap sarana perlengkapan produksi unit usaha Tunas Muda

periode 10 tahun usaha 74

9 Biaya penyusutan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun usaha 75 10 Asumsi dalam perhitungan biaya variabel unit usaha Tunas Muda

periode 10 tahun usaha 76

11 Biaya variabel pengiriman barang unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 76

12 Biaya variabel pengemasan unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 77

13 Biaya variabel bahan baku unit usaha Tunas Muda periode 10 tahun

usaha 77

14 Biaya variabel secara keseluruhan unit usaha Tunas Muda periode 10

tahun usaha 78

15 Biaya Tunjangan Hari Raya (THR) per tahun unit usaha Tunas Muda

periode 10 tahun usaha 78

16 Laporan laba rugi tahunan (proyeksi 10 tahun) unit usaha Tunas Muda 79 17 Laporan arus kas bulanan (proyeksi 1 tahun pertama) unit usaha tunas

Tunas Kelapa 80

18 Laporan arus kas tahunan unit usaha Tunas Kelapa proyeksi 10 tahun 81 19 Bagi hasil 5 tahun pertama di mulai tahun ke dua pada usaha Tunas

Kelapa proyeksi 10 tahun 82

20 Rincian pengembalian pinjaman kepada investor 82 21 Bagi hasil 4 tahun selanjutnya pada usaha Tunas Kelapa proyeksi 10

tahun 82

22 Siklus produksi 1 bulan pertama pada tahun pertama unit usaha Tunas

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa merupakan tanaman yang mudah ditemui di Indonesia, baik di daerah pegunungan maupun dataran rendah banyak terdapat pohon kelapa. Pada umumnya pohon kelapa ini merupakan milik rakyat dan bukan merupakan tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan tanaman kelapa yang dengan sengaja dibudidayakan dengan luasan lahan tertentu disebut perkebunan kelapa. Lahan yang digunakan sebagai perkebunan kelapa, yaitu sekitar 3 787 283 Ha dengan pertumbuhan sebesar 0.6 persen yang terjadi pada tahun 2013. Selain peningkatan luas lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa, terjadi pula peningkatan produktivitas kelapa sebesar 1.12 persen yang terjadi di tahun 2013 (BPS 2014).

Tabel 1 Produksi dan luas areal tiga perkebunan rakyat terbesar di Indonesia Tahun

Luas Areal (000 Ha) Produksi (000 ton)

Karet Kelapa Kelapa Sawit Karet Kelapa Minyak Kelapa Sawit 2000 3046 3602 1190 1125 2951 1978 2008 2900 3724 2882 2149 3176 6923 2009 2953 3732 3061 1918 3181 7518 2010 2949 3697 3387 2193 3126. 8459 2011 2932 3726 3753 2359.8 3133 8798 2012 2987 3740 4138 2430 3198 9198 Sumber: BPS (2015)

Berdasarkan Tabel 1, Indonesia memiliki posisi penting dalam pengadaan beberapa komoditas perkebunan utama, antara lain kelapa sawit, karet dan kelapa. Kelapa merupakan komoditas perkebunan rakyat terbesar ke-2 setelah kelapa sawit. Akan tetapi jika dilihat dari produktivitasnya, kelapa tergolong rendah yaitu sekitar 50 persen dari potensi produksinyaOleh karena itu produktivitas kelapa masih berpotensi untuk ditingkatkan1. Produktivitas yang belum maksimal ini juga antara lain disebabkan oleh rasa kurang antusias masyarakat terhadap kelapa karena nilai ekonomisnya yang dianggap rendah. Paradigma yang sudah melekat pada masyarakat ini karena jenis produk yang dihasilkan sebagian besar masih produk primer. Sedangkan produk turunan yang dihasilkan serta kegiatan research and development masih sangat terbatas. Padahal kelapa merupakan tanaman yang memiliki manfaat yang sangat banyak seperti yang ada pada Tabel 2. Hampir

1Notulen Rapat Koordinasi Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) dengan Instansi Terkait tanggal 9- 11 November 2009 [internet]. [Diunduh pada 4 mei 2014]. Tersedia pada: http://kelapaindonesia2020.wordpress.com/organisasi/dewan-kelapa-indonesia/notulen-rakor- dekindo/

2

semua bagian dari kelapa dapat dimanfaatkan, namun penanganan agribisnis pada komoditas kelapa dengan kapasitas industri pengolahan di Indonesia masih rendah.

Tabel 2 Berbagai produk turunan kelapa

Bagian pada kelapa Produk yang dihasilkan Pemakai produk Daging kelapa Minyak kelapa, kopra,

kelapa parut, tepung kelapa, santan pekat,dll

Industri makanan dan minuman

Minyak kelapa Produk kao chemical Industri detergen Industri farmasi Industri kosmetik 1. Ampas dapat digunakan

untuk makan ternak

Industri makanan ternak

Desiccated coconut

Air kelapa 1. Nata de coco, kecap, asam cuka

Industri makanan/ minuman

Tempurung 1. Produk kerajinan

2. Bahan pengisi pada kayu lapis

3. Bahan baku asbes 4. Obat nyamuk 5. Arang tempurung 6. Briket

Industri kecil kerajinan Industri kayu lapis Industri asbes

Industri obat nyamuk Industri ban, farmasi Industri

Sabut Produk rumah tangga

Sabut berkaret, penyaring udara, peredam panas dan peredam suara.

1. Gabus

Masyarakat umum dan industri

Industri mobil dan mebel Pot bunga

Daun Produk dari helai daun

berupa kerajinan tangan

Industri kerajiann Batang Sebagai bahan bangunan,

sebagai bahan kerajinan.

Industri property Industri kerajinan Akar 1. Obat-obatan, zat warna Industri kemurgi Sumber : Deperindag (2002)

Penggunaan kelapa pada masyarakat cenderung masih bersifat tradisional yang hanya memanfaatkan air maupun dagingnya saja. Namun, produk sampingan berupa tempurung kelapa biasanya hanya menjadi limbah yang akan dibuang begitu saja. Menurut BPS (2014), pada tahun 2013 produksi kelapa mencapai 3 228 110 ton per tahun. Produk kelapa tersebut akan menghasilkan produk sampingan berupa tempurung kelapa sebanyak 548 778 ton, dengan asumsi berat tempurung sebesar 15–19 persen dari berat kelapanya . Umumnya masyarakat sekitar hanya membuang tempurung kelapa ini. Padahal tempurung ini sebenarnya masih mempunyai nilai ekonomi jika digunakan secara benar. Maka akan sangat disayangkan jika tempurung ini hanya dibuang begitu saja.

3 Daya saing dari arang tempurung kelapa ini cukup tinggi karena mutunya yang baik dan sifatnya yang terbarukan. Selain itu, jika arang ini dibandingkan dengan arang yang terbuat dari kayu bakar arang memberikan kalor yang lebih besar namun menghasilkan asap yang lebih sedikit (Pari et al 2002). Mutunya yang baik membuat permintaan arang mulai meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri. Arang yang terbuat dari tempurung kelapa ini dapat diolah lebih lanjut menjadi briket, yaitu arang yang telah dibentuk dan dikemas lebih menarik. Briket kelapa ini dibentuk dengan teknologi pemadatan dalam pemekatan. Dalam proses pemekatan itu sendiri dilakukan penekanan hingga produk mempunyai sifat yang kompak (high bulk density), mengandung sedikit air, mempunyai ukuran, dan sifat yang sama (Sutiyono 2007)

Sifat dari briket tempurung kelapa yang terbarukan menjadi salah satu keunggulan dari produk ini yang dapat menjadi energi alternatif bagi masyarakat. Briket ini juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar yang berasal dari minyak bumi seperti gas dan minyak tanah. Selain itu dengan tingginya harga minyak bumi di pasar global membuat daya saing briket tempurung kelapa meningkat sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan.

Permintaan briket tempurung kelapa datang dari luar negeri, antara lain Saudi Arabia, Eropa dan Korea Selatan. Permintaan yang datang dari Eropa sekitar 50 000 ton per tahun, namun Indonesia belum mampu untuk memenuhi semuanya. Indonesia hanya mampu menyuplai sebanyak 10 000 ton per tahun2. Permintaan yang banyak dari luar negeri karena musim dingin yang ada di negara tersebut, sehingga mereka membutuhkan briket tempurung kelapa sebagai bahan bakar pemanas ruangan. Selain itu, briket ini juga sering digunakan sebagai bahan bakar pada alat pemanggang daging yang sering digunakan di luar negeri. Keadaan over demand ini menjadi peluang yang sangat baik untuk melakukan bisnis di bidang ini.

Walaupun peluang pasar akan bisnis briket tempurung kelapa ini besar, namun belum banyak orang yang berani untuk menjalankan bisnis ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti modal yang besar yang dibutuhkan dan ketidaktahuan informasi peluang pasar. Selain itu sangat jarang sekali usaha briket yang sudah ada merupakan usaha yang didirikan oleh petani kelapa. Hal ini karena petani kelapa di Indonesia rata-rata merupakan petani yang hanya memiliki beberpa pohon kelapa saja, sehingga tidak ada keinginan untuk mengolahnya lebih lanjut agar mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Sebagian besar dari petani kelapa hanya mejual hasil kelapa secara utuh maupun digunakan sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan wirakop (wirausaha koperasi) yang dapat merangkul para petani untuk dapat terjun dalam usaha ini.

Wirakop merupakan orang yang dapat bertindak inovatif dalam melihat peluang yang dapat dimanfaatkan demi kebermanfaatan bersama. Selain itu, seorang wirakop dalam menjalankan kegiatannya berpedoman pada nilai-nilai dalam koperasi yaitu oleh anggota dan untuk anggota. Sehingga wirakop harus dapat membuat anggota dari koperasi berperan aktif dalam pelaksanaan usaha di dalam koperasi tersebut. Seorang wirakop juga berperan dalam meyakinkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut.

2

Anonim, Tentang Briket Batok Kelapa. 2013. [internet]. [diakses pada 21 Desember 2014]. Tersedia pada : arangbriket.com/tentang-briket-arang-batok-kelapa/

4

Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor mempunyai potensi yang cukup besar dalam menghasilkan kelapa, karena pada tahun 2012 mampu menghasilkan kelapa sebanyak 16 208 ton per tahun seperti data pada Tabel 3. Produksi kelapa yang besar membuat tempurung kelapa yang dihasilkan juga dalam jumlah yang besar. Tempurung kelapa ini dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, apabila dilakukan penambahan nilai dengan cara mengubahnya menjadi briket kelapa.

Tabel 3 Luas dan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Bogor tahun 2012

Kecamatan Kelapa

Luas (Ha) Produksi (Ton)

Rumpin 404.10 997.65 Leuwiliang 466.56 1059.68 Leuwisadeng 335.82 724.75 Pamijahan 332.10 777.78 Cibungbulang 463.41 983.03 Ciampea 485.76 1167.88 Kalapa nunggal 367.95 923.22 Lainnya 3 870.91 9 574.41

Total Kabupaten Bogor 6 726.61 16 208.4

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2013)

Permintaan briket mempunyai kecenderungan yang terus meningkat, terutama di pasar internasional seperti pada Tabel 4. Walaupun data tersebut tidak hanya terdiri atas ekspor briket, namun setidaknya dapat mewakili data tentang potensi pasar dari briket. Briket pada data tersebut bukan briket tempurung kelapa tetapi briket yang terbuat dari kayu. Akan tetapi dapat diasumsikan bahwa briket tempurung kelapa dapat menggantikan briket kayu sehingga data ini digunakan untuk melakukan pendekatan dalam melihat peluang pasar.

Tabel 4 Ekspor briket dan produk tersier kayu di Indonesia

Tahun Nilai (US$) Kuantitas (Kg)

2008 751 914 2 277 801

2009 686 758 2 706 146

2010 569 236 3 160 187

2011 604 227 3 657 225

2012 7 738 936 55 420 080

5 Pada dasarnya briket tempurung kelapa memiliki kelebihan dibandingkan briket kayu, yaitu panas yang tinggi dan kontinyu sehingga baik untuk pembakaran yang lama dan ramah lingkungan. Adanya kelebihan tempurung kelapa dan permintaan yang banyak briket, membuat usaha ini masih mempunyai peluang besar untuk berkembang. Namun, belum banyak perusahaan briket tempurung kelapa di Indonesia, yang dibuktikan dengan belum tercatatnya briket kelapa menjadi komponen tersendiri pada data di Badan Pusat Statistik. Hal ini berarti belum banyak produksi briket tempurung kelapa yang dihasilkan di Indonesia.

Petani kelapa kurang tertarik dengan bisnis ini, diduga karena kurangnya informasi yang diperoleh peluang usaha, serta keterbatasan sumberdaya modal usaha yang dimiliki. Selain itu, dalam menjalankan bisnis ini dibutuhkan banyak input tempurung kelapa, sedangkan kuantitas tempurung kelapa yang dimiliki oleh individu petani masih jauh dari persyaratan tersebut. Sehingga untuk dapat memasuki industri briket tempurung kelapa perlu adanya perencanaan bisnis berbasis wirakoperasi.

Bisnis dengan sistem wirakoperasi adalah usaha yang dilakukan secara bergotong-royong dengan dipimpin oleh seorang wirakop. Wirakop merupakan orang yang memiliki prinsip koperasi dalam mengembangkan suatu bisnis. Wirakop sangat dibutuhkan sebagai perantara antara petani-petani yang memiliki produksi kelapa yang relatif sedikit dan usaha pengelolaan tempurung kelapa. Adanya sistem wirakoperasi yang diterapkan membuat pembangunan usaha berpegang teguh pada prinsip koperasi, yaitu mengutamakan anggota (petani kelapa). Para anggota ini dapat bekerja secara bersama dan terakumulasi dalam mengelola produk kelapa agar mendapatkan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan dengan menjual secara individu. Tidak hanya itu dengan sistem wirakoperasi maka komoditas penting ini dapat menembus pasar ekspor dengan tata cara dan alur bisnis yang benar dan menguntungkan.

Perencanaan bisnis ini diperlukan oleh seorang wirakop untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan bisnis yang akan dijalankan. Penyusunan sebuah rencana bisnis merupakan satu tahap penting dalam pendirian setiap bisnis. Dalam mendirikan suatu usaha diperlukan rencana yang baik. Dengan perencanaan yang baik, keuntungan yang akan dicapai dapat diperkirakan dan hambatan yang mungkin akan dihadapi dapat diantisipasi. Rencana yang telah dibuat tersebut dapat membuat seorang wirakop memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan.

Hasil dari peningkatan harga karena penambahan nilai dalam tempurung kelapa akan membuat petani memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas akan tanamannya yang semakin meningkat. Secara otomatis akan menimbulkan efek positif yaitu terciptanya supply chain antara pemasok, industri, dan pasar. Hal ini tentunya akan sulit terwujud jika para petani melakukan produksi dan pemasaran briket secara individu dengan skala yang kecil.

Diharapkan dengan penerapan wirakoperasi dapat mengembangkan potensi usaha yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Wirakop pada sistem wirakoperasi berfungsi sebagai pemimpin para petani dalam melihat peluang usaha yang ada sehingga dapat membangkitkan kemauan petani untuk meningkatkan produktivitasnya.

6

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam merancanakan usaha bisnis briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi ?

2. Apakah keuntungan bisnis briket tempurung kelapa dengan menggunakan konsep wirakoperasi di Kabupaten Bogor ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Merumuskan tahapan dalam merencanakan usaha bisnis briket tempurung kelapa berbasis wirakoperasi.

2. Menganalisis keuntungan yang dapat diperoleh pada usaha briket tempurung kelapa yang berbasis wirakoperasi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak seperti :

1. Bagi petani

Penelitian ini diharapkan mampu membantu petani dalam meningkatkan kesejahteraannya karena penambahan pendapatan dari usaha briket dari tempurung kelapa ini.

2. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kesadaran peneliti akan pentingnya sistem wirakoperasi dalam suatu usaha. Penelitian ini juga dapat memberikan peningkatan kreativitas dalam bisnis di bidang pertanian

3. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan mampu mejadi acuan ataupun perbandingan untuk penelitian mendatang.

4. Bagi investor

Dengan adanya penelitian ini investor jadi mengetahui akan potensi dan peluang usaha briket tempurung kelapa.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai peluang dan potensi usaha briket dari tempurung kelapa yang berbasis wirakoperasi. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengolahan limbah tempurung kelapa menjadi briket yang disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri. Data yang digunakan untuk mengestimasikan input diperoleh dari data produksi kelapa di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor. Pembahasan dalam perencanaan bisnis ini hanya mencakup

7 bisnis briket tempurung kelapa yang diasumsikan sebagai salah satu unit usaha milik koperasi. Tidak dijelaskan secara lebih rinci mengenai anggaran untuk mengadakan petani dan sosialisasi kepada petani karena proses ini di bawah manajemen koperasi, sehingga masuk dalam keuangan koperasi pula. Perencanaan ini akan membahas beberapa aspek seperti aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek operasional, aspek kerjasama kooperatif, aspek risiko, dan aspek keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Profil dan Peran Wirakop dalam Pengembangan Usaha

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Baga (2011) yang berjudul Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis menyatakan bahwa wirakoperasi merupakan wirausaha dengan karakteristik yang khusus. Karakter khusus ini karena peran sebagai wirakoperasi lebih kompleks dibandingkan dengan peran wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi selain berusaha untuk dirinya sendiri, dia juga berusaha untuk para petani yang mengikutinya.

Penelitian ini dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan responden sebanyak 13 orang. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah responden yang termasuk ke dalam orang yang mempunyai jiwa koperasi hanyalah 3 orang. Responden ini dianggap mempunyai jiwa koperasi karena memiliki karakter dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need for achievement yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, perilaku kepemimpinan yang efektif dengan orientasi pada tugas dan kesejahteraann manusia secara seimbang. Dengan adanya karakter yang kuat ini diharapkan mampu membantu pengembangan sektor agribisnis Indonesia. Hal ini karena pengembangan agribisnis di Indonesia akan sulit jika dilakukan secara individu dengan kualitas sumberdaya manusia yang belum memadai dan sumber daya modal yang tidak memungkinkan.

Peran Wirakop dalam Koperasi

Penelitian terkait wirakoperasi telah dilakukan oleh Baga (2011) yang berjudul Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis dengan mengambil studi kasus Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS). Koperasi ini terbentuk karena upaya dalam melawan tengkulak dan peternak yang dominan. Koperasi ini didirikan oleh dokter hewan lulusan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bernama Daman Danuwidjaja dengan mengajak peternak susu di daerah Bandung Selatan. Daman ini merupakan tokoh wirakop yang mengupayakan peningkatan kesejahteraan peternak dengan melalui koperasi. Dalam usahanya membangun kesejahteraan peternak, Daman juga menjalin hubungan dengan koperasi susu lainnya dan membangun Gabungan Koperasi

8

Susu Indonesia (GKSI). GKSI ini dibangun dengan tujuan membantu koperasi susu yang ada untuk lebih berkembang.

Adanya koperasi susu membuat peternak yang menjadi anggotanya mendapatkan beberapa keuntungan seperti mudahnya informasi peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas terjadi karena adanya pengajaran inseminasi buatan dan pemeliharaan kesehatan ternak yang telah diajarkan kepada peternak. Selain itu adanya penggunaan teknologi peternakan modern seperti pengolahan pasteurisasi juga membantu peternak dalam meningkatkan kualitas susu dan daya saing mereka.

Perencanaan Bisnis

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) mengenai Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi mengemukakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rencana bisnis untuk usahatani dan agroindutri stroberi meliputi jumlah permintaan, produk unggulan, lokasi usaha, rencana kebutuhan produksi, dan kelayakan finansial seperti net present value(NPV), break event point (BEP) , B/C ratio, serta pay back periode (PBP). Untuk mempermudah dalam menganalisis faktor-faktor yang ada dan melakukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, maka diperlukan suatu rencana bisnis yang lengkap dan akurat.

Hasil daripada penelitian ini adalah sebuah rencana bisnis Rancang Bangun

Business Plan untuk Agroindustri Stroberi yang terdiri atas profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, deskripsi produk, strategi usaha, aspek teknis, aspek bisnis, dan aspek pembiayaan. Sebelum dilakukan perincian biaya, terlebih dahulu menentukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan seperti umur ekonomis usaha, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, dan jumlah produk yang dijual. Rancangan bisnis ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku agroindustri stroberi, koperasi, lembaga keuangan, calon investor, dan pemerintah dalam menyusun rencana bisnis mengenai usaha yang akan dijalankan, dalam hal ini khususnya adalah agroindustri stroberi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Cooperative Enterpreneur (Wirakoperasi)

Baga (2003) mendefinisikan wirakoperasi sebagai suatu konsep baru dalam pengembangan koperasi. Wirakoperasi seharusnya lahir dari kalangan insan koperasi, yaitu orang yang memahami dan menghayati benar hakekat, prinsip- prinsip koperasi serta berupaya untuk mengembangkannya secara konsisten.

9 Seorang wirakoperasi juga harus mampu meyakinkan masyarakat untuk mau ikut berpartisipasi dalam peningkatan nilai dari produk tersebut

Menurut hasil seminar nasional tentang kurikulum kewirausahaan koperasi di Kampus Institut Koperasi Indonesia Bandung pada tahun 1993 yang dijelaskan dalam Hendar (2010), kewirakoperasian merupakan istilah baku dari kewirausahaan koperasi yang artinya suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Sedangkan orang yang memiliki jiwa kewirakoperasian disebut dengan wirakop. Setiap wirakop bertujuan memenuhi kebutuhan anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama, sehingga seorang wirakop harus dapat menyeimbangkan kepentingan anggota, perusahaan koperasi, karyawan, dan masyarakat sekitar.

Tugas Wirakop

Mengacu pada dimensi orientasi kewirausahaan menurut Hendar (2010) mengenai tugas seorang wirakoperasi adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan pembelajaran dengan mencari, mengumpulkan, dan memanfaatkan pengetahuan secara terus menerus.

2. Meningkatkan prestasi atau kinerja organisasi koperasi.

3. Membangun kemandirian koperasi dengan mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain, termasuk pemerintah.

4. Meningkatkan keunggulan bersaing.

5. Menciptakan suatu yang baru, seperti produk, pasar, proses, dan logistik yang baru.

6. Mengambil keputusan-keputusan penting pada tingkat risiko tertentu yang diperhitungkan.

7. Mencari dan menemukan peluang-peluang bisnis yang menguntungkan bagi koperasi.

Landasan Pelaksanaan Usaha dalam Koperasi

Berikut merupakan beberapa isi Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan akan kegiatan dalam koperasi.

1. Organisasi

a) Jenis koperasi hanya 4 (empat) yaitu; produsen, konsumen, koperasi simpan pinjam dan jasa lainnya (pasal 83).

b) Pencantuman jenis koperasi dalam anggaran dasar koperasi (pasal 82). c) Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syari’ah

(pasal 87, ayat 3).

d) Koperasi simpan pinjam dilarang berinvestasi pada usaha sektor riil (pasal 93, ayat 5).

10

menteri (pasal 88). 2. Kelembagaan

a) Rapat Anggota

 Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus diselenggarakan paling lambat lima bulan setelah tahun buku koperasi ditutup (pasal 36, poit 1 ayat 2).

 Undangan kepada anggota untuk menghadiri rapat anggota di kirim oleh pengurus paling lambat 14 hari sebelum rapat anggota diselenggarakan (pasal 34, ayat 4).

 Undangan juga meliputi pemberitahuan bahwa bahan yang akan di bahas dalam rapat anggota tersedia di koperasi. (pasal 34, ayat 5). b) Pengawas

 Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar kompetensi (pasal 92).

 Pengawas mengusulkan dan memberhentikan (sementara) pengurus (pasal 50).

 Pengawas mengusulkan calon pengurus (pasal 50, ayat 1 poin a).

 Memberhentikan pengurus untuk sementara waktu dengan menyebutkan alasannya (pasal 50, ayat 2 poin e).

c) Pengurus

 Pengawas, pengurus, dan pengelola harus memiliki standar

Dokumen terkait