• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asumsi Dasar

Asumsi dasar sangat dibutuhkan dalam perencanaan bisnis agar dapat memperkirakan kapasitas produksi dan perhitungan finansialnya. Sehingga dalam perencanaan bisnis briket ini juga menggunakan beberapa asumsi dasar, seperti jumlah input yang diperoleh dari petani kelapa di Kabupaten Bogor yaitu dari Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Kelapa Nunggal dan Rumpin yang jumlahnya kurang lebih 1 440 ton kelapa per tahun. Lokasi ini dipilih karena merupakan memiliki hasil produksi yang paling besar di Kabupaten Bogor seperti yang dipaparkan pada Tabel 4 sebelumnya. Badan hukum yang digunakan adalah sudah berdiri, yaitu Koperasi Sejahtera Bersama. Hal ini didasarkan oleh informasi yang didapat bahwa Koperasi Sejahtera Bersama sedang mencari usaha yang dapat dikembangkan.

Kapasitas produksi pabrik dalam satu kali produksi memerlukan 2 ton tepung arang kelapa. Oleh karena itu dibutuhkan kurang lebih 6 ton tempurung

6

29 kelapa, karena tempurung kelapa yang telah dikarbonisasi akan menyusut menjadi 30 persen dari berat awal. Dalam satu bulan produksi akan dilakukan sebanyak 20 kali, dengan asumsi satu minggu terdapat 5 hari kerja. Dengan kapasitas tersebut maka dibutuhkan tempurung kelapa sebanyak 120 ton per bulan. Namun tempurung kelapa ini akan diolah menjadi arang oleh kelompok tani di bawah bimbingan koperasi, sehingga bahan baku yang masuk pada unit usaha briket ini sudah berupa arang.

Dalam kelompok tani tersebut terdapat beberapa pengrajin arang yang merupakan anggota koperasi dan juga merupakan petani yang telah diberikan pelatihan dalam membuat arang dari bahan baku tempurung kelapa. Tempat pengrajin yang membuat arang terpisah satu dengan yang lainnya, disesuaikan dengan kesepakatan kelompok taninya. Namun secara finansial pembuatan kegiatan arang ini diluar pembiayaan yang ada pada usaha briket, karena pembiayaannya masuk dalam manajemen koperasi.

Bahan baku yang sudah menjadi tepung arang nantinya akan dicampurkan dengan kanji sebanyak 2.5 - 3 persen dari berat tepung arang yang digunakan. Oleh karena itu diperkirakan dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 2.05 ton briket. Akan tetapi karena pada awal berjalannya bisnis ini diasumsikan efisiensi akan produksi yang tercapai hanya 90 persen, maka pada tahun pertama rata-rata briket yang dapat dihasilkan hanya 1.8 ton per hari. Kemudian di tahun ke-2 dan seterusnya efisiensi yang dicapai dapat mencapai 100 persen sehingga dapat mencapai 2 ton per harinya

Dana yang digunakan untuk menjalankan bisnis ini diasumsikan berasal dari investor dengan pembagian keuntungan sebanyak 25 persen dari laba yang diperoleh koperasi. Dana pinjaman ini rencananya dapat dikembalikan dalam waktu 6 tahun dimulai dari tahun ke-2 sampai tahun ke-6. Asumsi proyeksi keuangan dibuat 10 tahun, mengikuti umur ekonomis dari mesin. Pajak dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pasal 3 Ayat 3 dan 4, serta dirinci pada pasal 17 ayat 2a [(0.25- (0.6 M/penghasilan kotor))x PKP]. Selain itu pajak pertambahan nilai yang ditetapkan untuk briket adalah nol persen sesuai dengan ketetapan Menteri Keuangan Nomor 2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar. Hal ini karena bea keluar hanya dikenakan untuk produk crude palm oil (CPO) dan turunannya, karet, biji kakao dan kulit.

Gambaran Umum Lokasi Usaha

Pada dasarnya Bogor dibagi menjadi dua wilayah administratif, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Namun usaha briket akan dibangun di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Hal ini karena Kabupaten Bogor menghasilkan kelapa lebih banyak dari pada Kota Bogor, sehingga guna membuat tempat usaha lebih dekat dengan bahan baku maka dipilihlah Kabupaten Bogor. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak pada diantara 6° 8”0” – 6°47” 0” Lintang

Selatan dan 06°23”45” – 07° 3”30” Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bogor adalah :

30

Daerah Kabupaten Bogor rata-rata terletak pada ketinggian 1 500 - 2 500 mdpl. Suhu rata-rata di daerah berkisar antara 20 0C sampai 30 0C dengan curah hujan tahunan yang mencapai 2 500 mm sampai 5 000 mm per tahun. Sedangkan syarat tumbuhnya kelapa adalah daerah dimana suhu rata-ratanya 24 0C sampai 29 0C dengan curah hujan tidak kurang dari 1 200 mm pertahun. Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Bogor sesuai dengan tempat syarat tumbuh kelapa. Oleh karena itu akan mudah mendapatkan bahan baku usaha ini karena kelapa mudah untuk dikembangkan pula pada usaha ini, sehingga kontinuitas dari bahan baku dapat terjaga.

Rencana pada Aspek Pasar dan Pemasaran Potensi Pasar Briket

Potensi pasar dari usaha briket ini dapat dilihat dari permintaan akan briket yang terus meningkat setiap tahunnya, seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pada tabel menunjukan peningkatan ekspor briket dari tahun 2013 ke tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015 untuk 3 bulan yang telah terhitung saja nilainya 40 persen dari nilai total ekspor pada tahun 2014, sehingga diproyeksikan pada tahun 2015 jumlah briket yang diekspor juga akan meningkat kembali.

Pendekatan ekspor dari perusahaan di India ini dilakukan untuk memprediksi permintaan dari briket di pasar internasional. Dengan nilai ekspor yang terus meningkat, maka menjelaskan bahwa permintaan akan briket juga meningkat. Data dari perusahaan India ini digunakan karena data khusus briket di Indonesia tidak dapat ditemukan.

Dalam menganalisis potensi pasar juga harus memperhatikan pesaing usaha. Akan tetapi, karena di Indonesia sendiri belum banyak produsen yang menghasilkan briket (dilihat dari tidak adanya variabel tersendiri untuk briket tempurung kelapa di pendataan Badan Pusat Statistik di bagian ekspor), maka peluang pasarnya masih tinggi. Sedangkan jika dilihat dari pesaing dari luar negeri, maka keunggulan dari usaha briket ini adalah konsep wirakoperasi yang diterapkan sehingga selain memberikan keuntungan sosial, juga dapat menjaga kontinuitas usaha dalam pasokan bahan baku. Hal ini karena rasa kepemilikan usaha yang besar dari para pemasok yang merupakan anggota koperasi sekaligus pemilik usaha ini.

- Sebelah Utara - Sebelah Timur - Sebelah Barat - Sebelah Barat Daya - Sebelah Timur Laut - Sebelah Tenggara : Kota Depok : Kabupaten Purwakarta : Kabupaten Lebak : Kabupaten Tangerang : Kabupaten Sukabumi : Kabupaten Cianjur

31 Tabel 5 Ekspor briket tempurung kelapa di India

Tahun Bulan Kuantitas (Kg) Kuantitas per tahun (Kg) 2015 Maret 25 000 176 300 Febuari 49 900 Januari 101 400 2014 Oktober 24 820 440 680 September 51 536 Agustus 51 997 Juli 66 750 Juni 115 000 Mei 22 400 April 37 000 Maret 45 676 Febuari 316 Januari 25 185 2013 Desember 49 875 314 870 November 8 325 Oktober 50 600 September 16 000 Juni 49 900 Mei 25 500 April 41 000 Maret 24 970 Febuari 20 500 Januari 28 200

Sumber : www.zauba.com (2014, diolah)

Strategi Pemasaran

Setelah mengetahui bahwa usaha briket memiliki peluang untuk dijalankan, maka langkah berikutnya adalah penyusunan strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan cara yang dilakukan dalam menentukan langkah yang akan dilakukan dalam bidang pemasaran agar tujuan dari usaha dapat tercapai dengan baik. Strategi pemasaran akan membahas tentang segmenting, targeting dan

positioning serta bauran pemasaran yang terdiri atas place, price, product, dan

promotion.

1. Segmenting

Segmentasi dari produk ini merupakan pabrik-pabrik yang menggunakan produk ini sebagai bahan bakar, importir dan industry wholesale yang akan menyalurkannya kepada masyarakat di negara tersebut. Pengelompokan segmentasi berdasarkan geografis adalah perusahaan pengimpor di luar negeri. Hal ini karena permintaan akan briket banyak yang berdatangan dari luar negeri. Permintaan yang banyak datang dari luar negeri karena produk ini biasa digunakan sebagai bahan bakar penghangat ruangan dan bahan bakar sisha yang sering digunakan di luar negeri.

32

2. Targeting

Target pasar adalah negara Jepang. Hal ini karena permintaannya yang paling banyak seperti yang terlihat pada Tabel 6. Selain itu, dalam rangka memperluas pasar maka akan dilakukan pula promosi pada 5 negara dengan permintaan terbanyak selain Jepang, yaitu Irlandia, Prancis, Cina,dan Republik Ceko.

Tabel 6 Permintaan briket, batu bara, dan bahan bakar mineral tahun 2014 Negara Kuantitas (Kg) Nilai (US$)

Japan 94 489 000 32 266 880 Irlandia 68 002 011 14 599 534 Prancis 43 513 246 9 803 737 Cina 37 528 737 3 571 670 Republik Ceko 27 230 478 3 716 504 Inggris 14 381 913 3 249 494 Polandia 13 379 830 1 702 620 Afrika Utara 10 258 822 1 218 759 Slovakia 7 851 364 1 516 355 Negara-negara lainnya 18 114 120 8 340 998 Total 334 749 521 79 986 551

Sumber : comtrade.un.org (2015, diolah) 3. Positioning

Briket tempurung kelapa merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi oleh konsumen secara langsung untuk bahan bakar industri, rokok sisha, dan penghangat ruangan.

4. Marketing Mix

Marketing mix atau bauran pemasaran terdiri atas : a) Product (produk)

Produk dari usaha ini adalah briket tempurung kelapa yang merupakan produk yang siap pakai. Teknologi yang digunakan dalam pembuatannya adalah penghancuran arang menjadi tepung, pengadukan tepung dengan kanji, pembakaran dengan oven, pencetakan dan pengemasan. Dalam pengemasan tidak menggunakan vakum pengemas kedap udara karena sifat produk yang tidak terpengaruh dengan keadaan kedap udara.

Briket yang dihasilkan akan berbentuk kubus. Hal ini karena bentuk silinder maupun bentuk dengan banyaknya segi lebih dari 4 berpotensi untuk mengalami kegagalan dalam perpindahan dari proses pencetakan menuju proses pembakaran atau pengeringan untuk menjadi bentuk yang sempurna. Produk briket yang dihasilkan mempunyai sisi persegi dengan panjangan masing-masing 2.5 cm dan tinggi 1.5 cm. Briket dibungkus plastik dan dimasukan dalam kemasan dengan berat satu kilogram untuk satu kemasannya. Dalam satu kemasan terdapat 120 pcs briket.

33

roduk ini akan dikemas degan plastik yang kemudian dimasukan dalam kardus kemasan. Kardus kemasan tersebut diisi briket dengan berat satu kilogram. Pengemasan akan dilakukan secara manual dengan mempekerjakan ibu-ibu di sekitar pabrik. Produk kemasan ini akan mencantumkan tanggal pengemasan, brand, dan logo produk serta tempat pengemasan.

Pada kemasan produk briket ini akan diberi nama produk “Extra Fire”.

Diharapkan dengan adanya brand ini dapat lebih menarik konsumen. Kemudian dalam kemasan juga akan di tampilkan kandungan dalam briket yang telah diuji dalam laboratorium.

Gambar 5 Gambar kemasan briket b) Price (harga)

Harga jual dari produk ini adalah sebesar Rp11 829. Harga ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan harga dunia dan juga keuntungan yang dapat diperoleh.

Menurut International Trade Statistic Database (UN Comtrade, 2015), harga dunia untuk briket pada tahun 2014 adalah Rp12 196. Akan tetapi karena usaha briket ini bukan merupakan market leader, maka harga yang diterapkan akan lebih rendah dari harga dunia, namun dengan tetap memertimbangkan harga pokok dan juga laba yang diinginkan. Oleh karena itu harga yang ditetapkan hanya 97 persen dari harga dunia, namun harga ini tetap memberikan keuntungan yang tinggi yaitu 23 persen laba yang diinginkan. Hal ini diperoleh dari 97 persen harga dunia ditetapkan menjadi harga dengan laba yang diinginkan (harga mark up), adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

34

Harga pokok = VC per unit Biaya tetap Total penjualan satu bulan = 40000

= 9 077

Harga dengan mark up = Harga pokok per unit -Laba yang diinginkan 11 829 = -Laba yang diinginkan9 077 Laba yang diinginkan = 586 – 9 586077

= 0.23 = 23 persen

Biaya variabel yang digunakan merupakan biaya variabel pada bulan-bulan di tahun kedua. Hal ini karena pada bulan ini produksi sudah mencapai efisiensi 100 persen. Kemudian penjualan ditahun kedua dan selanjutnya juga diasumsikan sudah mulai stabil. Sedangkan total penjualan merupakan banyaknya produk yang akan terjual dalam satu bulan, satuan yang digunakan adalah kilogram. Laba yang diinginkan ditetapkan 23 persen berdasarkan acuan CV Mandiri Globalindo yang juga menerapkan laba yang diinginkan kurang lebih sebesar 20 persen.

c) Promotion (promosi)

Pemasaran yang akan dilakukan dari bisnis ini menggunakan media internet agar dapat berhubungan langsung dengan para konsumen. Usaha ini akan membuat web untuk memberikan info terkait produk secara terperinci. Kemudian, akan memasang beberapa iklan di internet untuk menawarkan produk ini. Selain itu, promosi juga dilakukan dengan cara menawarkan kerjasama dengan beberapa perusahaan yang memasang pengumuman bahwa mereka membutuhkan briket yang ada di internet. Selain menggunakan media internet, promosi yang dilakukan juga mengirimkan surat penawaran kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan briket, asosiasi importir negara-negara di Jepang, atase perdagangan dalam negeri, perwakilan badan promosi seperti Japan External Trade Organization (JETRO), kemudian mengirim juga ke atase perdagangan di luar negeri, badan pengembangan ekspor nasional, serta kantor Indonesia Trade Promotion Centre di Jepang.

d) Place (tempat)

Pabrik pengolahan terletak di Jalan Raya Sinagar Desa Cihideung Udik, Ciampea, Bogor. Lokasi pabrik ini dipilih karena akses yang mudah dan strategis jika dilihat dari tempat pengumpulan bahan baku yang terletak di daerah Bogor Barat. Pendistribusian produk dilakukan memalui portal ekspor yang terdapat di daerah Tanjung Priok dengan sistem FOB shipping point, yaitu tanggung jawab pengiriman hanya sampai pelabuhan saja, selanjutnya biaya dan tanggung jawab pengiriman sampai tempat konsumen ditanggung oleh konsumen itu sendiri.

35 Rencana pada Aspek Teknik dan Teknologi

Rencana Ketersediaan Bahan Baku

Usaha ini menggunakan bahan baku berupa arang batok kelapa yang dibuat oleh pengrajin arang yang juga sebagai anggota koperasi. Pengrajin arang ini dapat juga merupakan petani yang menghasilkan buah kelapa. Nantinya para petani penghasil kelapa ini diajari cara pembuatan arang batok kelapa, sehingga mereka dapat secara berkelompok membuat arang batok kelapa tersebut.

Bahan baku berupa arang kelapa diperoleh dari para petani di wilayah Bogor, khususnya di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Kelapa Nunggal, dan Rumpin. Peran penting petani bukan hanya sebagai pemasok bahan baku saja, melainkan petani sebagai mitra sekaligus anggota koperasi. Koperasi tidak hanya membeli arang tempurung kelapanya saja, namun juga keseluruhan bagian dari buah kelapa. Para petani yang akan menyetorkan hasil buah kelapanya harus terlebih dahulu memisahkan buah kelapa menjadi beberapa bagian, seperti daging, air, tempurung, dan sabutnya. Nantinya koperasi akan membantu dalam menjualkannya. Bagian tempurung nantinya akan diolah oleh kelompok tani menjadi arang, kemudian dijual ke unit usaha briket tempurung kelapa ini yang merupakan milik koperasi juga. Adapun poses pengumpulan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 7.

Bahan baku yang berupa arang tempurung kelapa dari kelompok tani yang dibutuhkan adalah sebanyak 2 ton per harinya. Selain tempurung kelapa dibutuhkan juga kanji yang digunakan sebagai perekat dari briket. Kanji yang digunakan adalah sebanyak 2.5 – 3 persen dari berat tepung karbon. Oleh karena itu kanji yang digunakan kurang lebih 50 kg. Adapun rincian bahan baku yang digunakan terangkum dalam Tabel 6.

Tabel 7 Kebutuhan bahan baku per bulan

No Rincian Jumlah (ton)

1 Bahan Baku

Kanji 1

Arang tempurung kelapa 40 2 Output

Briket tempurung kelapa 40 Gambar 6 Alur pasokan bahan baku

Batok kelapa

Petani kelapa

Petani kelapa

Petani kelapa Kelompok

tani Unit usaha briket tempurung arang Batok kelapa Batok kelapa Arang

36

Rencana Perumusan Standar Mutu Input dan Output

Perumusan standar mutu input dan output sangat penting untuk dilakukan guna mendapatkan hasil yang sesuai yang diinginkan baik oleh pihak koperasi selaku produsen dan konsumen selaku pengguna produk. Input yang baik akan mempengaruhi hasil output, walaupun input bukan merupakan faktor tunggal penentu mutu output. Hal ini karena output juga dipengaruhi oleh proses produksinya. Pengecekan standar mutu input dan output dilakukan oleh manajer produksi. Standar mutu yang akan diterapkan pada usaha briket ini mencakup standar mutu input dan standar mutu output.

1. Standar Mutu Input

Input yang digunakan adalah arang tempurung kelapa yang kadar kelembabannya tidak lebih dari 10 persen dan kadar abu harus di bawah 3 persen. Pengecekan dilakukan dengan cara menyangrai arang tersebut, setelah selesai disangrai maka dilakukan penimbangan ulang terhadap arang tersebut. Penyusutannya tidak boleh lebih dari 20 persen berat awal. Inilah arang yang ideal yang digunakan sebagai bahan baku.

Kondisi bahan baku berupa arang ini sangat berpengaruh terhadap proporsi penambahan air dalam proses pencampuran tepung arang dan kanji. Jika keadaan arang yang lembab, maka air yang diberikan akan dikurangi, begitu pula sebaliknya. Kondisi arang pun mempengaruhi lamanya proses pengeringan, karena semakin lembab arang maka semakin lama pula proses oven yang harus dilakukan.

2. Standar Mutu Output.

Standar mutu briket yang dihasilkan minimal harus memenuhi ketentuan briket yang baik menurut Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar mutu yang ditetapkan di Indonesia menjelaskan lima komponen batasan kandungan pada suatu briket, yaitu kadar air, kadar abu, kadar karbon, kadar zat menguap, dan nilai kalor. Adapun nilai batas-batasnya ada pada Tabel 8.

Tabel 8 Standar mutu briket bedasarkan SNI No.1/6235/2000

Parameter Nilai

Kadar air (%) ≤8

Kadar abu (%) ≤8

Kadar zat menguap (%) ≤5

Nilai kalor (kal /g) ≥5000

Kadar karbon (%) ≥77

Namun karena tujuan utama dari penjualan briket ini adalah pasar ekspor, maka standar mutu produk juga harus mengikuti memperhatikan permintaan konsumen. Menurut CV Mandiri Globalindo mutu produk yang biasa diinginkan oleh para pembeli dapat dilihat di Tabel 9.

37 Tabel 9 Standar mutu briket para konsumen CV Mandiri Globalindo

Parameter Nilai

Kadar air (%) 5-8

Kadar abu (%) 3-8

Nilai kalor (kal /g) 7000

Kadar sulfur (%) 0.01

Sumber : CV Mandiri Globalindo

Untuk dapat memenuhi keinginan pembeli, maka akan dikirimkan contoh produk dengan lembar uji yang telah dilakukan. Salah satu lembaga uji yang sudah diakui secara internasional di Indonesia adalah perusahaan Sucofindo, maka sebelum contoh produk dikirim, akan dilakukan pengecekan kandungan produk pada perusahaan Sucofindo. Setelah pengiriman dilakukan, baru akan diadakan kesepakatan jika konsumen tersebut menganggap produk yang ditawarkan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Rencana Jumlah Kapasitas Produksi

Proses produksi dilakukan 5 hari kerja dalam seminggu, dalam sehari direncanakan dapat menghasilkan dua ton briket. Dalam proses produksi yang dilakukan memerlukan beberapa mesin untuk mengubah tempurung kelapa menjadi arang dan dilanjutkan dibentuk menjadi briket. Kapasitas mesin yang digunakan berbeda-beda waktu yang bervariasi pula. Namun setelah diakumulasikan akan dapat menghasilkan dua ton per harinya. Namun untuk tahun pertama pelaksanaan usaha efisiensi dari produksi diasumsikan hanya 80- 90 persen, sehingga hanya mampu menghasilkan 1.8 ton per harinya. Akan tetapi pada tahun seterusnya diasumsikan sudah mampu mencapai target produksi 2 ton per hari.

Rencana Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan pada usaha ini adalah mengubah tempurung kelapa menjadi briket. Tempurung kelapa yang bernilai rendah diupayakan untuk bernilai tinggi hingga dapat diekspor ke luar negeri. Namun sebelum berubah menjadi briket, tempurung kelapa mengalami beberapa proses seperti yang terdapat pada diagram alir berikut :

38

1. Penggilingan arang

Tahap ini adalah proses dimana mengubah arang tempurung kelapa menjadi tepung arang. Pada proses ini digunakan mesin yang berkapasitas 200 kg per jam, sehingga untuk melakukan penggilingan dua ton arang diperlukan waktu 5 jam. Hal ini karena alat yang yang digunakan untuk menggiling sebanyak 2 buah. Alat yang dipakai ini dibuat agar tepung arang yang dihasilkan rata-rata berukuran 60

mesh sesuai dengan ketentuan SNI 01-6235-2000. 2. Pengayakan tepung arang

Pengayakan dilakukan untuk membuat tepung arang yang dipakai yang berukuran berukuran 60 mesh ataupun lebih kecil. Hal ini karena mesin pengayak yang digunakan memiliki ukuran penyaring 60 mesh. Pengayakan ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya arang yang mengalami penggilingan tidak sempurna, sehingga ukuranya masih terlalu besar. Ukuran tepung arang ini akan mempengaruhi kemampuan merekat dan menghilangkan kemungkinan adanya batu-batuan, sampah, dan pasir yang ada dalam tepung arang tersebut. Proses pengayakan dilakukan selama 8 jam. Dalam sekali proses pengayakan dibutuhkan waktu 1 jam dengan kapasitas 250 kg.

Pada proses pengayakan memungkinkan pengurangan jumlah dari tepung arang sekitar dua sampai tiga persen. Namun pengurangan ini akan tertutupi oleh percampuran tepung arang dengan lem kanji pada tahap berikutnya. Oleh karena itu, kekurangan yang ada dapat tertutupi.

Briket basah Briket kering Penggilingan arang Pengayakan tepung arang Pencampuran tepung arang dengan kanji dan

air Pencetakan Pengeringan dengan oven Pengemasan Tepung Arang Adonan briket

39 3. Pencampuran tepung arang dengan lem kanji.

Pencampuran lem kanji dimaksudkan untuk menjadi perekat dalam pembentukan briket. Lem kanji yang digunakan sebanyak 2.5 - 3 persen dari berat tepung arang, sehingga diperkirakan lem kanji yang digunakan untuk dua ton tepung arang adalah 50 kg. Proses pencampuran ini menggunakan alat yang disebut mixer dengan kapasitas 100 kg per proses. Lamanya satu kali proses yang dilakukan adalah sepuluh menit, sehingga waktu yang dibutuhkan adalah 4 jam. Pada tahap ini akan dihasilkan adonan briket yang siap untuk dicetak.

4. Pencetakan

Setelah tepung arang tercampur dan lem kanji tercampur dengan baik, maka proses yang seanjutnya dilakukan adalah pencetakan briket. Briket yang akan dihasilkan berbentuk kubus dengan ukuran 1,5 x 2,5 x 2,5 cm. Pencetakan dilakukan selama 8 jam dengan menggunakan mesin pencetak yang berkapasitas 250 kg per jam. Pada proses pencetakan ini akan diperoleh briket namun dengan kadar air yang masih tinggi sehingga masih lembek yang siap diproses ketahap selanjutnya yaitu pengeringan menggunakan oven.

5. Pengeringan dengan oven

Proses pengeringan dilakukan untuk membuat briket menjadi padat dan keras. Proses pengeringan ini dilakukan dengan menggunakan oven ruangan dengan mesin pemanas. Pengeringan dilakukan selama 8 jam dengan suhu 800C. Kapasitas ruangan oven sebanyak 2 – 2.5 ton. Dari hasil pengeringan dengan menggunakan oven ini akan didapatkan briket yang siap untuk dikemas.

6. Pengemasan

Proses pengemasan dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Briket yang sudah jadi dimasukan dalam plastik kemudian dimasukan ke dalam kardus kemasan.

Perumusan Standar Operating Procedure (SOP) dalam Proses Produksi

Dokumen terkait