Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPKTPDAS 2012” Surakarta, 5 September 2012
No Nama Instansi
1. Bambang Subandrio BPTKPDAS 2. Adi Susmianto P3KR
3. Dr. Corryanti Puslibang Perhutani 4. Wawang R. Oesman BPDAS Musi 5. Hartanto KPH Kedu Selatan 6. Lukman Hakim P3KR
7. Sajiman, S.P, M.Sc Perum Perhutani 8. Emi Arifatun Puslitbang Perhutani 9. Gunardjo Tjakrawarsa BPTKPDAS
10. Beny Harjadi BPTKPDAS 11. C. Yudilastiantoro BPTKPDAS 12. Tyas Mutiara Basuki BPTKPDAS
13. Irfan BP BPTKPDAS
14. Asep Hermawan BPTKPDAS 15. Siti Utami
16. Nur Semedi BKSDA
17. Gunarti BPTKPDAS
18. Dewi Subaktini BPTKPDAS
19. Sudarso BPTKPDAS
20. Nining Wahyuningrum BPTKPDAS 21. Susmiyadi BTN Karimunjawa
22. Agung N BK Kadipaten
23. Kinasih Citra Arumi BPDAS Kapuas 24. Irfan Cahyadi BPDAS Kapuas 25. Nunung P Nugroho BPTKPDAS
26. Paimin BPTKPDAS
27. Nurhadi BPDAS CTW
28. Dian Handiana BPDAS Alo Malambo 29. Arina Miardini BPTKPDAS
273
No Nama Instansi
31. Agus Wuryanta BPTKPDAS 32. Dewi Retna I UGM
33. Teguh SMA N 1 SKA
34. Santoso Sandy Putra Balai Sabo 35. Pamungkas BP BPTKPDAS 36. Bambang DA BPTKPDAS 37. Dody Yuliantoro BPTKPDAS 38. Heru Dwi R BPTKPDAS 39. T Wayan Susi P3KR 40. Agus Tambubolon P3KR 41. Susi Abdiyani BPTKPDAS 42. UW Heri Pahlana BPTKPDAS
43. Haryono P3KR
44. Agung BS BPTKPDAS
45. Nana Haryanti BPTKPDAS
46. Johni Perhutani
47. Aris Suhaendy Distanhut 48. Evi Irawan BPTKPDAS
49. Purwanto BPTKPDAS
50. Endang Savitri BPK Banjarbaru
51. Peni Rahayu Dinas Kehutanan Jawa Tengah 52. Kartika Atyasari Dinas Kehutanan Jawa Tengah 53. Wahyu Wisnu Wijaya BPTKPDAS
54. Aris Budiyono BPTKPDAS 55. Agus Sugianto BPTKPDAS
56. Bambang Uripno Pusdiklat Kadipaten 57. C. Nugroho SP Setbadan Litbang 58. Tri Widadi BBWS Bengawan Solo 59. Gatot Yadi N BBWS Bengawan Solo
60. Yonky I BPTA Ciamis
61. Aziz BPDAS Brantas
62. Salamah Retnowati BPTKPDAS
63. Agung Y Bappea Jawa Tengah 64. Ugro Hari M BPTKPDAS
274
No Nama Instansi
66. Dwi Anto Teguh TN Gn. Merbabu 67. Edy Junaidi BPTA Ciamis
68. Samanhudi FP UNS
69. Didik Purwito P3KR
70. Sigit Pudjo BPDAS Barito 71. Bambang S. Antoko BPK Aek Nauli
72. Iton B BPK Aek Nauli
73. Maskulino BPK Aek Nauli 74. Asep Sukmana BPK Aek Nauli 75. Agus Budhi Prasetyo BPDAS Palu Poso 76. Rudi Antara Humas
77. Dodi Garnadi BBPBPTH Yogya 78. S. Andy Cahyono UGM
79. Murdoko BPHM I
80. Lucy Sutami H Perhutani 81. Amir Wardhana BBPBPTH Yogya 82. Irda Hayani BPDAS Ketahun 83. Agatha S Setbadanlitbang 84. Muswir Ayub BPDAS WSS 85. Bambang Priyono BPDAS Brantas 86. Alrasyid BPDAS Remu Rensiki
87. Misran BPDAS Solo
88. Syaiful Anwar PEP DAS 89. C. Kukuh Sutoto BPDAS SOP
90. Yudi M Litbang
91. Siswo BPTKPDAS
92. Joko Sismanto Perhutani 93. Muh. Marzuki BPDAS Solo 94. Adi Kuncoro BPK Palembang
95. Siswo BPDAS Solo
96. Y. Gunawan BPTKPDAS
97. Budi Sutomo Perhutani KPH Surakarta
98. Dirgaini BPDAS SOP
99. Eka BPDAS SOP
275
No Nama Instansi
101. Bambang Perhutani SKA 102. Yularto SP Dit Bina RHL
103. Sukirno FTP UGM
104. Sunarto Gunadi FTP UGM 105. Rustan Masinai FTP UGM
106. Tony HW PEP DAS
107. Devi Purnomodani FTP UGM 108. Visnu Pradika FP UNS 109. Ilham Hermiansyah FP UNS 110. Muh Khoirul Anwar FP UNS 111. Teuku Zulqarnain FP UNS 112. Achmad KS KPH Cepu 113. Rahardyan BPK Banjarbaru 114. Pranatasai Dyah S BPK Banjarbaru 115. Wuri Handayani BPT Ciamis 116. Nur Sihmiati BPDAS Solo 117. Puspitarina UGM Fahutan 118. Yuli Malina Kehutanan UGM 119. Aditya Hari Kehutanan UGM 120. Age Nursabdo Kehutanan UGM 121. Nur Ainun Jariyah BPTKPDAS 122. Edi S
123. Tri Risandewi Balitbang Prov Jateng 124. Djoko Sukrisno Perhutani Unit I
125. Sugeng Santoso Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta
126. Firmansyah Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta
127. Kristina Dewi TN Merbabu 128. Ekawati Murtiningsih TN Merbabu 129. Hasto Prasojo TN Merbabu 130. Endah Retnaningrum TN Merbabu
131. Fadel TN Merbabu
132. Eka Widyastuti BPDAS Sampean
276
No Nama Instansi
134. Edi M Rais Cilegon
135. Dr. Ir. Ambar K Fak Kehutanan UGM 136. Frida Purwono Puslitbang Perhutani 137. Purwanto Puslitbang Perhutani 138. Muhadi Puslitbang Perhutani 139. Rumchani Agus S Pusdal II
140. Zarnigusti Pusdal II 141. Dadang Sriyono Pusdal II 142. Wahyu Budiarso BPTKPDAS 143. Agus Munawar BPTKPDAS
144. M. Fajrin Universitas Bengkulu 145. Sri Baruni BPTKPDAS
146. Anung Wijayanti BPTKPDAS 147. Ana Pangaribuan BPTKPDAS
148. Nardi BPTKPDAS
149. Farika Dian N BPTKPDAS 150. Tommy Kusuma AP BPTKPDAS
151. Iman Santoso Ka Balitbanghut Kemenhut
152. Eka WS Dir PEP DAS
153. Wisnu Prastowo Sekbadan Litbang 154. Bambang Sugiarto BPTKPDAS 155. Kus Wardani BPTKPDAS 156. Mesri Ferdian BPTKPDAS 157. Eko Priyanto BPTKPDAS
277 Lampiran 3. Hasil Diskusi
Komisi I : Sistem Pengelolaan DAS: Hulu, Lintas Kabupaten, Lintas Propinsi
Fasilitator : Ir. Paimin, M.Sc Notulen : Endah R., B. Wirid A.
SESI I :
1. Aplikasi sidik cepat degradasi sub DAS dengan monitoring dan evaluasi kinerja sub DAS (Nur Ainun J, S. Hut, MSc)
Mampu menjawab hubungan aspek biofisik dan sosial- ekonomi-kelembagaan (soseklem) dalam pengelolaan DAS ( hubungan aspek biofisik dan soseklem dalam pengelolaan Sub DAS Padas sedang s/d rentan sedangkan pada Sub DAS Pengkol rentan).
DAS Pengkol sudah dapat melaksanakan kegiatan gotong royong sedangkan Sub DAS Padas belum.
Aspek kelembagaan Sub DAS padas tinggi , Sub DAS Pengkol rendah.
2. Optimalisasi penggunaan sumberdaya lahan : kasus DAS Grindulu, kabupaten Pacitan (S. Andy Cahyono)
Ketidaktepatan pengelolaan DAS adalah DAS kritis semakin meningkat.
Untuk menjawab pengalokasian sumber daya lahan yang optimal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kendala: perlindungan tata air, erosi tanah, tenaga kerja, dan lahan.
Pendapatan optimal di DAS Gridulu 570 milyar/ tahun.
Tanaman yang tidak optimal bila dipaksakan ditanam maka akan mengurangi pendapatan optimalnya.
Dengan model optimalisasi ini dapat diketahui kelangkaan dengan mengunakan harga bayangan (shadow price). Bila harga bayangan semakin tinggi maka makin langka.
278
3. Identifikasi kerentanan sosial ekonomi kelembagaan sebagai dasar perencanaan Sub DAS Progo Hulu (Nana Haryanti, S.Sos, MSc) Lokasi meliputi kabupaten dominan dan lintas kabupaten lain Latar belakang: DAS menghasilkan air dan barang & jasa
(karena aktifitas manusia) terdapat dampak sampingan dari aktifitas dalam pengelolaan DAS.
Pengelolaan DAS menjadi penting karena mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
Metode dengan sidik cepat degradasi lahan.
Bagian hulu digunakan untuk menanam tembakau dan sayur, bagian hulu kegiatan konservasinya masih rendah terlihat dari banyaknya lahan terbuka.
Pendapatan masyarakat tinggi dari hasil tembakau.
Kelembagaan di bagian hulu sangat rendah, di bagian bawah sudah baik karena terdapat agroforestry
Penghambat kelembagaan DAS Progo:
a. Banyaknya organisasi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam mengelola DAS Progo (BPDAS SOP, PU, dan Perum Perhutani);
b. Rendahnya tingkat kerjasama dan kordinasi antar instansi; c. Tidak adanya kebijakan pemberian insentif konservasi
sangat rendah (sangat minim, insentif diberikan bila ada proyek)
Bagaimana DAS Progo harus dikelola:
a. Mencari indikator sosial ( tingkat kesadaran, kendala yang masyarakat hadapi, nilai, kepercayaan);
b. Tahapan perbaikan DAS (mengidentifikasi sumber polusi sperti pertanian sayur dan tembakau, lokasi, stakeholder, kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan);
c. Pembentukan dewan air (berbeda dengan forum DAS) Kesimpulan:
a. Organisasi pemerintah belum efektif dalam pengelolaan DAS
279
4. Kelembagaan pengelolaan mikro DAS Wonosari Kabupaten Temanggung ( Ir. Purwanto, MSi)
Areal 1.000 ha cukup untuk dilakukan implementasi DAS mikro Mikro DAS merupakan derivat sub-sub das, sub das dan das
(peraturan dirjen RLPS No. P.15/V/2009) Tujuan : mengkaji kelembagaan di mikro DAS
Metode : deskriptif, desk analysis (penggunaan lahan, peraturan )
Hasil: sifat dasar SDA mikro DAS Wonosari; sda mikro DAS merupakan common pool resources; selama UU konservasi tanah belum dibuat maka belum dapat melakukan kegiatan. Banyak organisasi yang melakukan penanaman seperti Bappeda
(perencanaan), BPDAS, Din Pu, kecamatan Bulu, Desa, BLH, Gapoktan, lembaga lain Koramil, lambaga masyarakat, lembaga swasta, lembaga keuangan
Sebagian besar tanamannya di wonosari adalah tembakau untuk kegiatan konservasi tanah dan air dapat dilaksansakan sepanjang tidak merugikan produktifitas petani tembakau Hubungan antar lenmbaga bersifat keproyekan sehingga ada
koordinasi antar lembaga
SESI II
5. Tingkat kekeruhan air sungai pada berbagai variasai luas hutan pinus di sub DAS kedungbulus, Gombong (Drs. Irfan BP, MSc) Mengetahui tingkat kekeruhan air sungai pada berbagai luas
hutan pinus justifikasi UU 41.
Luas hutan optimal masih perdebatan, 30% belum didukung penelitian.
DAS yang sehat salah satu dicirikan dengan sedimentasi rendah, namun belum tentu karena sedimentasi rendah tetap harus dilihat hidrologinya.
Pengukuran debit dan sedimentasi diambil pada saat bersamaan.
Semakin luas tutup hutan maka debit dan sedimentasinya rendah
280
Perubahan luas hutan terhadap perubahan tingkat kekeruhan air mencapai titik hampir konstan pada sekitar luas hutan 31-35 %
6. Tipologi DAS untuk pengelolaan DAS kedepan (S. Andy Cahyono) Tipologi dapat menggambarkan DAS berdasarkan kelompok /
unsur tertentu/ karakter tertentu.
Karakteristik DAS: SDA, SDM, sumber sosial,sumber finansial Tedapat 4 tipologi bila dikaitkan dengan kerawanan bencana:
(hal 5)
Skala DAS menentukan keefektifan dan efisiensi pengelolaan DAS, mempengaruhi karakterisasi DAS, mungkin tepat untuk skala tertentu tapi untuk skala yang lebih besar belum tentu perlu kajian.
DAS dengan tipologi terntentu membutuhkan teknologi, pendekatan, kebijakan tertentu
7. Sistem Perencanaan kehutanan dalam perspektif sistem perencanaan pengelolaan Sub DAS-studi kasus di Sub DAS Progo Hulu (Pamungkas)
Peran sektor kehutanan dalam daya dukung DAS (permenhut No.39/ Menhut–II/2009
Alasan pemilihan lokasi di DAS Progo Hulu: potensi kerentanan degradsi lahan tinggi dan berada pada satu kabupaten dominan yaitu kabupaten Temanggung.
Unit pengelolaan hutan kesatuan pemangkuan hutan (KPH) di Perum Perhutani kalau di pemerintah KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan)
Karakteristik DAS hulu : dominan kawasan hutan berada di BH Temanggung. Di Sindoro merupakan hutan lindung.
Sinergitas perencanan kehutanan dengan perencanaan pengelolaan DAS: harus memperhatikan fungsi hutan dan klas perusahaan dan klas hutannya.
DAS Progo Hulu ternyata dominan pada BKPH Temanggung dengan sistem perencanaan dipegang oleh KPH.
281
Usulan Rencana pengelolaan DAS disusun pusat dan dapat disahkan oleh bupati supaya mudah diadopsi daerah dan dimasukkan dalam penyusunan perencanaan daerah.
Sektor kehutanan mempunyai peran dalam penyusunan perencanaan pengelolaan DAS.
HASIL DISKUSI SESI I