• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komisi II : Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air Pendukung Pengelolaan DAS

INSTANSI DISKUSI TANGGAPAN (Kelembagaan):

3. Dasarnya apa? Apakah aspek teknis, sosial, tipe masyarakat atau aspek ekonomi? Untuk Bp Hunggul (Partisipatif): 4. Kontribusi

masyarakat itu apa? Model yang digunakan dialog atau pembelajaran bersama? Kerusakan lahan karena fasilitas memadai, contoh: adanya jalan mungkinkah mengganggu kelembagaan yang ada. 3. Kelembagaan sangat luas, pada kenyataannya masih adanya konflik dan tumpang tindih antara pihak-pihak dan lembaga-lembaga terkait, lebih menyoroti mekanisme kerja/koordinasi masing-masing lembaga terkait. Bagaimana sharingnya agar kegiatan hutan rakyat bisa berjalan baik. Bp Hunggul : 4. Masyarakat dirangsang untuk membuat kelompok, kewajibannya harus menanam, ada peraturan, ada sangsi, tidak dikomersilkan. 5. Adanya perbaikan fasilitas tidak memberikan dampak negatif karena dilakukan diluar kawasan dan listrik yang dihasilkan masih sangat kecil (sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar). Konsep ini sudah

297

NO NAMA &

INSTANSI DISKUSI TANGGAPAN

banyak ditiru oleh Pemda setempat. 3 Bp Agung Untuk Bp I Wayan :

1. Terkait dengan

baseline, seharusnya

yang dipakai untuk

baseline tidak hanya

dari 1 (satu) kejadian hujan, karena baseline perlu divalidasi dengan beberapa kejadian hutan dalam beberapa tahun 2. Terkait dengan

spasial output dari ANSWER adalah informasi dari sebaran sumber-sumber erosi.

Sudah terjawab di atas

4 Bp Bambang (BPDAS Serayu Opak Progo) Untuk Bp Pamungkas : 1. Wonosobo ditanami oleh kentang dan sebagian besar lahan dimiliki oleh masyarakat sehingga teknik perlu diberikan dan diterapkan. 2. Praktisi: disamping konservasi tanah (sipil), agar kedepan juga dilakukan teknik RLKT secara

vegetatif dengan tanaman keras. Di

Bp Pamungkas :

1. Kerentanan lahan memang pada lahan milik dengan tanaman semusim. Konservasi vegetatif sudah dilakukan dengan penanaman tanaman jenis Suren di lereng Sindoro karena suren dinilai mempunyai kapasitas adaptasi yang baik pada elevasi yang tinggi. Konservasi vegetatif perlu terus dilakukan dan diteliti

298

NO NAMA &

INSTANSI DISKUSI TANGGAPAN

Dieng merehabilitasi 5000ha dengan teras dan vegetasi

(tanaman keras, carica papaya dan teh). Koordinasi dengan BPDAS Opak Progo untuk terus melakukan penelitian disana. 3. Perlu dilakukan analisis ekonomi sangat penting, karena contoh : masyarakat Dieng sangat tergantung dengan tanaman kentang dan dibandingkan dengan gabungan upaya konservasi menggunakan vegetasi

Untuk Ibu Dewi RI :

4. Produksi Hutan Rakyat di Jawa jauh lebih besar daripada Perhutani, sehingga kelembagaan di tingkat masyarakat sangat diperlukan agar hutan rakyat lestari, manajemen dengan tingkat yang lebih besar lagi perlu

yang disesuaikan dengan kombinasi tanaman semusim pilihan masyarakat.

Ibu Dewi R I :

2. Masih adanya konflik dan tumpang tindih antara pihak-pihak terkait dan lembaga-lembaga terkait, namun semakin sedikit dengan adanya koordinasi.

299

NO NAMA &

INSTANSI DISKUSI TANGGAPAN

diterapkan karena tingkat kelompok tani desa sangat kecil. Manajemen hutan rakyat perlu diperbaiki, bagaimana agar hutan rakyat lestari, konsep hutan rakyat kemitraan

(hubungan antara masyarakat dengan industri kayu) sehingga produksi kayu tetap kontinyu, diterapkan tanaman keras, tahunan, semusim. 5 Tyas M B BPK Solo Untuk Bp I Wayan : 1. Keuntungan model ANSWER memberikan keuntungan spasial untuk pengguna, perlu ditunjukkan keuntungannya 2. Kondisi mengkhawatirkan, namun dari baseline (jauh kurang dari 10 ton/ha) menunjukkan belum terlalu

mengkhawatirkan, jadi mungkin perlu dibandingkan dengan

tolerable erosion.

300

NO NAMA &

INSTANSI DISKUSI TANGGAPAN

3. Nilai erosi dibawah 10 ton/ha masih belum terlalu mengkhawatirkan, sebaiknya dikaitkan juga dengan kedalaman tanah. 4. Penyajian limpasan

perlu dilengkapi data curah hujan.

5. Keuntungan ekonomi masyarakat perlu. 6. Saran : penyajian

tabel sudah per seratus, cara penulisan perlu koreksi

Makalah Sesi II :

5. Konservasi Tanah dan Air secara Partisipatif dengan Pendekatan Model Agroforestri Lokal (Pembicara : Ida Rachmawati)  Degradasi lahan : meluasnya lahan kritis di NTT 1.313. 897 ha

(dalam kawasan hutan 297.322 ha dan di luar kawasan hutan 1.016.575 ha) menyebabkan menurunnya daya dukung lingkungan.

 KTA dalam perbaikan lahan terdegradasi : dengan penanaman rumput pakan ternak (Brachiaria mutica, Setaria spachelata,

Panicum maximum dan Euchlaena mexicana) mampu memperbaiki

sifat fisik tanah.

 Pengembangan agroferestri lokal secara partisipatif mampu berfungsi sebagai model KTA, bila memperhatikan :

o Pemilihan tanaman, kombinasi tanaman yang tepat dan pengaturan pola tanam dan model yang tepat antara tanaman kehutanan, pakan, tanaman pangan. o Kondisi lingkungan setempat.

301

o Keterlibatan masyarakat lokal secara aktif.

 Kegiatan sekolah lapangan adalah proses belajar bersama dalam pengelolaan lahan dan memahami pentingnya aspek konservasi tanah dan air.

6. Pemilihan Jenis-jenis Lokal dalam Famili Dipterocarpaceae yang Relatif Sesuai dengan Lokasi Tambang Batu Bara (Pembicara : Sri Soegiharto)

 Jenis yang dipilih : Famili Dipterocarpaceae, lokasi di Samarinda  Tanah yang sudah ditambang merubah stuktur dan kualitas  Jenis-jenis Famili Dipterocarpaceae yang relatif dapat bertahan

pada lokasi tambang batu bara adalah jenis ekosistem kerangas dan rawa gambut, karena pada lokasi iklimnya meranggas dan banyak genangan, a.l : Shorea balangeran, Cotylelobium burchii dan Dryobalanops lanceolata.

 Solusi : untuk meningkatkan persentase hidup Famili Dipterocarpaceae lain diluar ekosistem kerangas dan rawa gambut dicoba dengan menambah perlakuan amandmen soil seperti humic acid, fulvic acid dan limelight.

7. Kajian Ketersediaan Air Permukaan pada Tanaman Kayu Putih (Pembicara : Ugro H M)

 Ketersediaan air sangat penting karena dijadikan salah satu indikator dalam pemilihan pemukiman dan perencanaan wilayah.  Penurunan ketersediaan air pada kawasan hutan tanaman kayu

putih perlu dianalisis dengan pendekatan Sub DAS, dibuat SPAS model Cipoletti dilengkapi peralatan pemantau aliran air otomatis.

 Penutupan lahan mikro DAS kayu putih berkisar antara 30 – 80 % (sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan.

8. Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Rehabilitasi Mangrove (Pembicara : Endang Karlina)

 Kondisi mangrove sangat memprihatinkan, rehabilitasi mangrove masih sangat rendah

302

 Lokasi : 2 (dua) sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan rehabilitasi mangrove yaitu di Tahura Sawung, Bali dan kawasan Hutan Produksi Ciasem, Pamanukan, Jawa Barat

 Pengelolaan kawasan rehabilitasi hutan mangrove sebaiknya memperhatikan fungsi ekologis kawasan, sebagai fungsi lindung, habitat satwa liar dan sumber plasma nutfah daripada fungsi ekonomi (penerapan pola silvofisheri).

Dokumen terkait