• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anonim. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2005. Laporan Peninjauan Kembali RTRW Kota Bekasi Tahun 2000-2010. Kota Bekasi.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2007. Laporan Penyusunan Rencana Induk Penataan, Pengelolaan, dan Pengendalian Ruang Terbuka Hijau Kota Bekasi. Kota Bekasi [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2010. Kota Bekasi Dalam Angka 2009. Kota Bekasi.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2010. Kota Bekasi Dalam Angka 2009. Kota Bekasi.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010. Kota Bekasi

Dahlan E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan kualitas Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI). Jakarta

Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan. makalah lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan dalam rangkaian acara hari bakti Pekerjaan Umum ke 60. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.

Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi. 2010. Kota Bekasi Dalam Angka 2009. Kota Bekasi

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Harti C. I. 2005. Pengaruh Taman Lingkungan Terhadap Suhu Udara di Dalam Taman dan Sekitarnya. Jurnal Landskap Indonesia. 1(1): 7-13.

Hartini S, Harintaka, dan Istarno. 2008. Analisis Konversi Ruang Terbuka Hijau Menjadi penggunaan Perumahan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Media Teknik. 4(30): 470-478.

Hasni. 2009. Ruang Terbuka Hijau Dalam Rangka Penataan Ruang. Jurnal Hukum. 4(2): 39-65

Hendrawan A. 2003. Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau Untuk Remaja (Studi Kasus: Empat Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta).PSIL PPS UI. Jakarta.

Http://bekasikota.go.id. diakses tanggal 30 Januari 2012.

Iskandarini. 2004. Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id:6 Maret 2012

Leitmann J. 1999. Sustaining Cities: Environmental Planning and Management in Urban Design. Mc Graw-Hill. New York.

Lillesand T. M. dan Kiefer R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan. Gajah Mada University Press. Jogyakarta

Munibah K, Sitorus S.R.P., Rustiadi E, Gandasasmita K, dan Hartisari. 2009. Model Hubungan Antara Jumlah Penduduk dengan Luas Lahan Pertanian dan Permukiman. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 11(1): 31-39

Putri P. 2010. Analisis Spasial dan Temporal Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung. Jurnal landskap Indonesia. 2(2): 111-117.

Sancho S. H. 2005. Studi Tentang Alun-Alun Bandung Sebagai Ruang Terbuka Hijau. Jurnal Landskap Indonesia. 1(1): 1-3.

Saputro T.H. 2010. Studi Pengaruh Area Perkerasan Terhadap Perubahan Suhu Udara. Jurnal Landskap Indonesia. 2(2): 74-80.

Sinulingga B. D. 2005. Pembangunan Kota: Tinjauan regional dan lokal. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Sugandhy A. dan Hakim R. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

Suwarli. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Strategi Pengalokasian Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penganggaran Daerah Berbasis Lingkungan (Studi Kasus Kota Bekasi). [Disertasi] Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Utami R. 2011. Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum Sebagai Pendukung Ruang Terbuka Hijau Di Kota Medan. WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. 6(3):167-176.

Verbist B., Putra A.E., dan Budidarsono S. 2004. Penyebab Alih Guna Lahan dan Akibatnya Terhadap Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pada Lansekap Agroforestri Berbasis Kopi di Sumatra. Agrivita. 26(1):29-38.

Wikantika K. dan Agus S. S. A. 2006. Analisis Perubahan Luas Pertanian Lahan Kering Menggunakan Transformasi Tasseled Cap Studi Kasus: Kawasan Puncak-Jawa Barat. Infrastuktur dan Lingkungan Binaan. 2(1): 29-35.

Lampiran 1. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003

Kecamatan Kelurahan Jumlah Fasilitas

Jumlah Jenis

Fasilitas Hirarki Bekasi Timur Margahayu 353 24 Hirarki 1 Medan Satria Medan Satria 959 23 Hirarki 1 Pondokgede Jatirahayu 557 23 Hirarki 1 Bekasi Timur Bekasi Jaya 429 22 Hirarki 1 Bekasi Timur Duren Jaya 1210 21 Hirarki 1 Bekasi Selatan Pekayon Jaya 1159 21 Hirarki 1 Bekasi Barat Kranji 896 21 Hirarki 1 Pondokgede Jatiwaringin 1176 20 Hirarki 2 Medan Satria Pejuang 1104 20 Hirarki 2 Bekasi Selatan Kayuringin Jaya 1011 20 Hirarki 2 Pondokgede Jatibening 402 20 Hirarki 2 Bantargebang Bantargebang 1101 19 Hirarki 2 Medan Satria Kali Baru 1003 19 Hirarki 2 Pondokgede Jatimakmur 935 19 Hirarki 2 Medan Satria Harapan Mulya 924 19 Hirarki 2 Rawalumbu Sepanjang Jaya 588 19 Hirarki 2 Jatiasih Jatirasa 565 19 Hirarki 2 Bekasi Utara Harapan Jaya 526 19 Hirarki 2 Bantargebang Mustika Jaya 523 19 Hirarki 2 Pondokgede Jatiwarna 450 19 Hirarki 2 Bekasi Utara Teluk Pucung 437 19 Hirarki 2 Jatiasih Jatikramat 388 19 Hirarki 2 Bekasi Utara Kaliabang Tenga 653 18 Hirarki 2 Bekasi Timur Aren Jaya 463 18 Hirarki 2 Bekasi Barat Bintara 454 18 Hirarki 2 Bekasi Selatan Jaka Mulya 418 18 Hirarki 2 Bekasi Utara Marga Mulya 260 18 Hirarki 2 Bekasi Barat Jaka Sampurna 1165 17 Hirarki 3 Bekasi Selatan Jaka Setia 985 17 Hirarki 3 Rawalumbu Pengasinan 907 17 Hirarki 3 Jatiasih Jatimekar 720 17 Hirarki 3 Rawalumbu Bojong Rawalumbu 674 17 Hirarki 3 Bekasi Selatan Marga Jaya 588 17 Hirarki 3 Jatiasih Jatiasih 447 17 Hirarki 3 Bekasi Barat Kota Baru 246 17 Hirarki 3 Jatiasih Jatisari 231 17 Hirarki 3 Bekasi Utara Harapan Baru 165 17 Hirarki 3 Rawalumbu Bojong Menteng 1155 16 Hirarki 3 Jatisampurna Jatikarya 774 16 Hirarki 3 Jatisampurna Jatisampurna 412 16 Hirarki 3 Bekasi Utara Perwira 195 16 Hirarki 3

71

Lampiran 1. (Lanjutan)

Kecamatan Kelurahan Jumlah Fasilitas

Jumlah Jenis

Fasilitas Hirarki Bekasi Barat Bintara Jaya 123 16 Hirarki 3 Bantargebang Padurenan 1052 15 Hirarki 3 Jatisampurna Jatimurni 335 15 Hirarki 3 Jatisampurna Jatiranggon 195 14 Hirarki 3 Jatisampurna Jatirangga 71 14 Hirarki 3 Bantargebang Mustika Sari 764 13 Hirarki 3 Jatiasih Jatiluhur 232 13 Hirarki 3 Bantargebang Cikiwul 113 13 Hirarki 3 Bantargebang Cimuning 191 11 Hirarki 3 Bantargebang Ciketingudik 170 10 Hirarki 3 Bantargebang Sumur Batu 440 9 Hirarki 3

Lampiran 2. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010

Kecamatan Kelurahan Jumlah Fasilitas

Jumlah Jenis

Fasilitas Hirarki Bekasi Timur Margahayu 952 25 Hirarki 1 Bekasi Selatan Kayuringin Jaya 725 25 Hirarki 1 Pondok Melati Jatirahayu 837 24 Hirarki 1 Bekasi Timur Bekasi Jaya 544 24 Hirarki 1 Pondok Gede Jatiwaringin 1267 22 Hirarki 1 Bekasi Selatan Jaka Setia 1175 22 Hirarki 1 Bekasi Timur Aren Jaya 559 22 Hirarki 1 Bekasi Selatan Pekayon Jaya 1389 21 Hirarki 2 Rawa Lumbu Bojong Rawalumbu 1138 21 Hirarki 2 Bekasi Barat Bintara 567 21 Hirarki 2 Bantar Gebang Bantargebang 397 21 Hirarki 2 Bekasi Barat Jaka Sampurna 352 21 Hirarki 2 Medan Satria Medan Satria 220 21 Hirarki 2 Rawa Lumbu Sepanjang Jaya 178 21 Hirarki 2 Pondok Gede Jaticempaka 1247 20 Hirarki 2 Bekasi Timur Duren Jaya 723 20 Hirarki 2 Bekasi Utara Harapan Jaya 602 20 Hirarki 2 Bekasi Utara Teluk Pucung 481 20 Hirarki 2 Medan Satria Pejuang 459 20 Hirarki 2 Jati Asih Jatisari 452 20 Hirarki 2 Bekasi Barat Kota Baru 375 20 Hirarki 2 Pondok Gede Jatimakmur 331 20 Hirarki 2 Medan Satria Kali Baru 309 20 Hirarki 2 Medan Satria Harapan Mulya 284 20 Hirarki 2 Bekasi Barat Kranji 277 20 Hirarki 2 Jati Sampurna Jatisampurna 238 20 Hirarki 2 Pondok Gede Jatibening 874 19 Hirarki 2 Bekasi Utara Kaliabang Tengah 706 19 Hirarki 2 Bekasi Selatan Marga Jaya 432 19 Hirarki 2 Bekasi Selatan Jaka Mulya 349 19 Hirarki 2 Bekasi Barat Bintara Jaya 295 19 Hirarki 2 Jati Asih Jatiasih 266 19 Hirarki 2 Rawa Lumbu Bojong Menteng 242 19 Hirarki 2 Pondok Melati Jatiwarna 376 18 Hirarki 3 Bekasi Utara Marga Mulya 281 18 Hirarki 3 Jati Asih Jatirasa 266 18 Hirarki 3 Jati Sampurna Jatikarya 201 18 Hirarki 3 Rawa Lumbu Pengasinan 201 18 Hirarki 3 Jati Asih Jatimekar 364 17 Hirarki 3 Jati Asih Jatikramat 360 17 Hirarki 3

73

Lampiran 2. (lanjutan)

Kecamatan Kelurahan Jumlah Fasilitas

Jumlah Jenis

Fasilitas Hirarki Pondok Melati Jatimurni 359 17 Hirarki 3 Mustika Jaya Mustikajaya 213 17 Hirarki 3 Pondok Gede Jatibaru 199 17 Hirarki 3 Bekasi Utara Perwira 198 17 Hirarki 3 Bekasi Utara Harapan Baru 188 17 Hirarki 3 Pondok Melati Jatimelati 312 16 Hirarki 3 Jati Asih Jatiluhur 302 16 Hirarki 3 Mustika Jaya Mustikasari 105 16 Hirarki 3 Jati Sampurna Jatiranggon 206 15 Hirarki 3 Mustika Jaya Cimuning 125 15 Hirarki 3 Mustika Jaya Padurenan 212 14 Hirarki 3 Bantar Gebang Cikiwul 217 13 Hirarki 3 Bantar Gebang Ciketingudik 199 13 Hirarki 3 Jati Sampurna Jatiraden 141 12 Hirarki 3 Jati Sampurna Jatirangga 79 12 Hirarki 3 Bantar Gebang Sumur Batu 151 11 Hirarki 3

Lampiran 3. Titik Pengamatan Lapang

Kecamatan Kelurahan Perubahan x y

Bekasi Utara Harapan Baru badan air-->badan air 723579,29 9312679,85

Bantar Gebang Bantar Gebang industri-->industri 718943,61 9300740,31

Medan Satria Medan Satria industri-->rth pr 717977,05 9315089,55

Medan Satria Medan Satria jalan-->rth-p jalur hijau jalan 722259,31 9309166,89 Bekasi Selatan Kayuringin Jaya lahan kosong-->industri 720238,76 9309373,54 Bekasi Selatan Marga Jaya lahan kosong-->perkantoran dan jasa 720570,43 9309924,04 Bekasi Timur Bekasi Jaya lahan kosong-->permukiman 721912,51 9310479,53

Medan Satria Medan Satria lahan kosong-->rth pr 718638,90 93151491,97

Mustika Jaya Padurenan lahan kosong-->rth pr 721530,49 9302202,32

Bekasi Selatan Jaka Mulya lahan kosong-->rth-p jalur hijau jalan 716716,29 9305741,50 Pondok Gede Jati Bening lahan kosong-->rth-p jalur hijau jalan 713654,65 9307972,46 Jati Asih Jati sari lahan kosong-->rth-p sempadan sungai 716000,18 9297812,72 Rawalumbu Bojong Menteng lahan kosong-->rth-p sempadan sungai 720686,70 9303121,53 Bekasi Selatan Marga Jaya lahan kosong-->rth-p taman 721268,98 9309629,68 Rawalumbu Pengasinan perkantoran dan jasa-->perkantoran dan jasa 722338,64 9307801,72

Jati Asih Jati Mekar permukiman-->lahan kosong 715074,36 9302929,84

Jati Sampurna Jati Ranggon permukiman-->rth pr 713561,44 9298592,48

Bekasi Selatan Jaka Mulya permukiman-->rth-p jalur hijau jalan 716681,16 9317885,49

Bantar Gebang Sumur Batu rth pr-->badan air 721441,39 9297483,17

Medan Satria Medan Satria rth pr-->industri 718651,89 9312965,79

Jati Asih Jati Luhur rth pr-->industri 715812,12 9301527,69

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya rth pr-->industri 720119,94 9310325,32

Jati Asih Jati Asih rth pr-->jalan 716775,95 9303839,18

Bekasi Selatan Jaka Mulya rth pr-->jalan tol 716720,14 9306345,15

Jati Asih Jati Asih rth pr-->jalan tol 716211,97 9303530,87

Pondok Gede Jati Bening rth pr-->lahan kosong 713204,01 9307768,60

Bantar Gebang Ciketing Udik rth pr-->lahan kosong 719016,60 9297747,65 Medan Satria Harapan Mulya rth pr-->perkantoran dan jasa 720495,12 9310633,01 Bekasi Timur Margahayu rth pr-->perkantoran dan jasa 722141,46 9308400,00

Jati Asih Jati sari rth pr-->permukiman 714136,17 9297887,28

Pondok Gede Jati Bening rth pr-->permukiman 714670,37 9307238,19

Mustika Jaya Mustika Sari rth pr-->permukiman 722309,78 9304340,73

Bekasi Timur Aren Jaya rth pr-->permukiman 724615,22 9309739,02

Mustika Jaya Cimuning rth pr-->rth pr 724782,47 9301893,66

Jati Asih Jati Luhur rth pr-->rth pr 716076,55 9301326,18

Bantar Gebang Ciketing Udik rth pr-->rth pr 718371,38 9297756,20

Rawalumbu Bojong Menteng rth pr-->rth pr 720584,76 9302633,50

Bekasi Timur Margahayu rth pr-->rth-p jalur hijau jalan 723674,60 9308215,37 Bekasi Utara Teluk Pucung rth pr-->rth-p jalur hijau jalan 723992,99 9312963,38

Bantar Gebang Sumur Batu rth pr-->sawah 721759,26 9299403,58

Bekasi Barat Kota Baru rth pr-->sungai 718042,66 9312306,24

75

Lampiran 3. (Lanjutan)

Kecamatan Kelurahan Perubahan x y

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya rth-p hijau olahraga-->fasilitas olahraga 720273,103 9309905,013 Bekasi Selatan Kayuringin Jaya rth-p hijau olahraga-->rth-p hijau olahraga 720415,928 9310406,497 Pondok Gede Jati Makmur rth-p jalur hijau jalan-->jalan 713152,397 9306090,715 Bekasi Selatan Pekayon Jaya rth-p jalur hijau jalan-->jalan 718456,479 9308163,158 Bekasi Barat Jakasampurna rth-p jalur hijau jalan-->jalan tol 716532,113 9308135,409 Pondok Melati Jati Rahayu rth-p jalur hijau jalan-->lahan kosong 712004,022 9304073,815 Jati Asih Jati Luhur rth-p jalur hijau jalan-->permukiman 714678,015 9301551,927 Bekasi Barat Bintara Jaya rth-p jalur hijau jalan-->permukiman 715806,819 9310582,363 Bekasi Selatan Pekayon Jaya rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 719643,394 9308574,394 Rawalumbu Pengasinan rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 723034,915 9307323,765 Bekasi Barat Jakasampurna rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 718101,222 9309100,491 Pondok Gede jati Bening Baru rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 716222,820 9308071,618 Bekasi Timur Duren jaya rth-p sempadan sungai-->lahan kosong 723566,861 9310920,135 Pondok Gede Jati Cempaka rth-p sempadan sungai-->permukiman 710764,904 9307530,186 Rawalumbu Bojong Rawalumbu rth-p sempadan sungai-->rth-p sempadan sungai 719382,929 9305819,190 Medan Satria Kali Baru rth-p sempadan sungai-->sungai 719385,871 9312040,519

Rawalumbu Pengasinan rth-p taman-->rth-p taman 722297,551 9307782,586

Bekasi Timur Duren jaya rth-p TPU-->rth-p TPU 723789,802 9310382,020

Jati Asih Jati Asih sawah-->rth-p jalur hijau jalan 716240,590 9303676,779

Jati Asih Jati Rasa sawah-->sawah 716931,571 9301767,820

Lampiran 4. Layout Kuesioner Hari/ Tanggal Koordinat x Koordinat y Kecamatan Kelurahan Penggunaan lahan 2003 Penggunaan lahan 2010

Penggunaan lahan eksisting

Intensitas penggunaan lahan

Elevasi Kepemilikan Tahun Berubah Informasi lain terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur utama tata ruang kota. Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) RTH perlu ada di antara struktur bangunan (hutan bangunan) sebagai pelunak dan penyejuk lingkungan.

RTH berfungsi sebagai “paru-paru” kota. Pada prinsipnya, RTH dimaksudkan agar dapat menekan efek negatif yang ditimbulkan lingkungan terbangun di perkotaan, seperti peningkatan temperatur udara, penurunan tingkat peresapan air, kelembaban udara, dan polusi. Semakin sedikit RTH secara akumulatif bisa berakibat fatal, yaitu dicirikan dengan naiknya suhu bumi dan perubahan cuaca karena kenaikan suhu bumi. Saat ini banyak pohon-pohon di daerah perkotaan yang di potong atau di tebang oleh pemerintah dengan alasan mengganggu lalu lintas dan instalasi listrik atau untuk keperluan menambah lebar jalur lalu lintas kendaraan bermotor. Penebangan pohon-pohon tersebut seringkali tidak diikuti dengan upaya penanaman kembali dengan pohon yang baru.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) menyatakan berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, di Afrika Selatan 10 tahun kemudian, telah disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas RTH minimal 30% dari total luas kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2006). Begitu pula dalam UU No 26 tahun 2007, dinyatakan bahwa wilayah kabupaten atau perkotaan harus membuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang RTH sebesar minimal 30% dari luas wilayah. RTH yang dimaksud berupa RTH publik dan RTH privat dengan proporsi masing-masing 20% dan 10%. Penetapan besaran luasan RTH ini disebut sebagai bagian dari pengembangan RTH kota. Upaya penataan wilayah perkotaan sesuai dengan pengembangan kota akan menciptakan keseimbangan dan keserasian antara lingkungan alam dan lingkungan binaan.

Permasalahan degradasi lingkungan hidup perkotaan digambarkan dengan semakin mewabahnya penyakit-penyakit akibat kondisi lingkungan yang memburuk. Hal ini akibat tidak adanya ruang bagi penampung buangan kegiatan

manusia berupa limbah padat maupun limbah cair yang semakin menumpuk dan tak terkendali sehingga menjadi media pertumbuhan penyakit. Upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan dilakukan dengan menyisihkan sebagian ruang kota. Ruang kota tersebut dimaksudkan bukan untuk diproyeksikan untuk permukiman, seperti sempadan sungai, danau, atau laut.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) juga menyatakan bahwa kota-kota Indonesia pada umumnya memiliki kesulitan untuk meningkatkan RTH kota-kota sehingga hanya sekedar mempertahankan luasannya bahkan di sebagian kota target luasan RTH kota menjadi semakin menyempit. Target luasan RTH yang semakin menyempit itu pun konon sulit untuk direalisasikan akibat terus adanya tekanan pertumbuhan dan kebutuhan sarana dan prasarana kota, seperti struktur fisik bangunan dan panjang jalur jalan yang semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini merupakan salah satu bukti kurang dihargainya eksistensi RTH dan bahkan sering dikorbankan. Padahal sebenarnya RTH mempunyai nilai ekologis dan ekonomis tinggi bagi terwujudnya lingkungan kota yang sehat secara fisik maupun psikologis.

Eksistensi RTH di perkotaan sering diabaikan karena dianggap tidak memberikan keuntungan ekonomi secara langsung dan akibatnya luas areal RTH semakin berkurang. Berkurangnya RTH ini terjadi akibat meningkatnya kebutuhan lahan seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari waktu ke waktu akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan pada pemanfaatan lahan sehingga perlu mendapat perhatian khusus terutama berkaitan dengan penyediaan ruang untuk permukiman, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang publik di perkotaan.

Kota Bekasi merupakan salah satu bagian integral wilayah Jabodetabek. Letak Kota Bekasi yang berada di antara DKI Jakarta dan Jawa Barat menjadikan kota ini memiliki letak yang sangat strategis. Kemudahan akses antara Kota Jakarta dan Bekasi menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu daerah penyeimbang Kota Jakarta. Bekasi juga merupakan kota dengan perkembangan yang pesat, termasuk dalam hal industri.

3

Perkembangan kota merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Kebijakan pemerintah kota mengenai arahan perkembangan kota perlu diiringi dengan penegakan peraturan. Pembangunan kota perlu disertai dengan pelestarian RTH kota non-pertanian (Putri 2010). Berdasarkan data BAPPEDA Kota Bekasi (2007), ketersediaan RTH di Kota Bekasi hanya sebesar 3,58% dari luas total Kota Bekasi. Bahkan, di Kota Bekasi masih belum terdapat taman kota yang berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisasi dan interaksi antar penduduk kotanya. Oleh karena itu, Bekasi saat ini masih kekurangan luas RTH. Ironisnya lagi, meski luas RTH sudah minim sebagian lahan RTH tersebut masih beralih fungsi menjadi kompleks perumahan dan lain sebagainya.

Sempitnya RTH terutama di permukiman padat penduduk di perkotaan berdampak pada makin menurunnya kualitas lingkungan dan kenyamanan kota. Hal ini juga membuat warga berebut menggunakan setiap jengkal lahan yang kosong untuk beraktivitas. Bahkan bisa terjadi perebutan ruang terbuka antar warga sehinga menimbulkan perselisihan yang berpotensi pada perkelahian.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) menyatakan sehubungan dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala aktivitas dan keperluan,

seperti cukup tersedianya „ruang rekreasi‟ gratis, maka sebuah kota dimana pun dan bagaimana pun ukuran dan kondisinya pasti memerlukan RTH. RTH tersebut seharusnya memenuhi persyaratan terutama kualitas keseimbangan pendukung keberlangsungan fungsi kehidupan, adanya pengelolaan dan pengaturan sebaik mungkin, serta konsistensi penegakkan hukumnya.

Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai pengaruh konversi RTH di Bekasi terhadap kenyamanan dan kecukupannya terhadap jumlah penduduk. Kurangnya persentase RTH di Kota Bekasi dapat berujung pada hal-hal yang negatif terhadap kenyamanan dan psikologis masyarakat. Kebutuhan RTH di Kota Bekasi dapat diperkirakan berdasarkan luas kota, jumlah penduduk dengan segala aktivitasnya, dan isu penting yang timbul seperti masalah kekurangan air, kebutuhan oksigen, maupun banjir.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. RTH kota Bekasi semakin berkurang dari tahun ke tahun sehingga diduga RTH di Kota Bekasi tidak dapat memenuhi kebutuhan warga untuk kegiatan sehari-hari seperti rekreasi, olah raga, bersosialisasi.

2. Kota Bekasi memiliki perkembangan pesat dengan jumlah penduduk yang terus meningkat yang diduga mempengaruhi ketersediaan RTH.

3. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH di Kota Bekasi. 4. Ketersediaan lahan di Kota Bekasi semakin kecil khususnya untuk RTH.

5. Keberhasilan upaya penambahan luas RTH sesuai arahan UU No 26 tahun 200 masih kecil.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui laju perubahan luas RTH dan kecukupannya terhadap jumlah penduduk di Kota Bekasi.

2. Mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah di Kota Bekasi.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH.

4. Mengetahui areal yang berpotensi untuk dijadikan RTH dan kecukupannya berdasarkan jumlah penduduk.

5. Menyusun upaya penambahan RTH di Kota Bekasi. 1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai luasan eksisting RTH yang ada di Kota Bekasi, kecukupan luas RTH saat ini terhadap jumlah penduduk Kota Bekasi, dan laju konversi RTH yang terjadi dari tahun 2003-2010. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk keperluan menyusun arahan kebijakan pembangunan kota yang berwawasan lingkungan serta dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi praktis yang relevan.

BAB II