DAMPAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Maskuri. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan. Jakarta: Kompas. 2001.
Alfandi, M., “Prasangka: Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam”,
Walisongo. Volume 21 Nomor 1 (Mei 2013): 113-140
Ali, Daud, dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik. Jakarta: Bulan Bintang. 1989.
Al-Munawar, Said Agil Husin. Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat Press. 2003.
An-Nahidl, Nunu Ahmad, et.al. Pendidikan Agama di Indonesia: Gagasan dan Realitas, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. 2010. Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:
Erlangga. 2005.
Ghufron, M. Nur, “Peran Kecerdasan Emosi dalam Meningkatkan Toleransi Beragama”, Fikrah: Jurnal ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Volume 4 Nomor 1(2016): 138-153.
Hakiemah, Ainun, “Nilai-nilai dan Konsep Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam”, Tesis. Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2007.
Hasyim, Umar. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu.1979.
Ismael, Basuki dan Benyamin Molan (ed). Negara Hukum Demokrasi. Toleransi: Telaah Filosofis atas John Locke. Jakarta: Intermedia. 1993.
Khoirunnisak, Mira, “Nilai-nilai Pendidikan Multilkultural dalam Berbagai Kegiatan Sekolah di SMAN 2 Sleman”. Tesis. Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015.
Liliweri, Alo. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKiS, 2005.
Ma‟arif, Syamsul. Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Jogjakarta: Logung Pustaka. 2005.
Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008. Machali, Imam, “Kurikulum Dimensi Kecerdasan Majemuk (Multiple
Intellegences) dalam Kurikulum 2013”, Insania. Vol. 19 No. 1 (Juni 2014): 1-5.
Miftah, Muhammad, “Multicultural Education ln The Diversity of National Cultures”. QIJIS: Qudus International Journal of Islamic Studies, Volume 4. Issue 2 (August 2016): 167-185.
Muhtar, Tatang, “Analisis Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Aspek Nilai Karakter Bangsa”. Mimbar Sekolah Dasar. Volume 1. Nomor 2 (Oktober 2014): 168-175.
Muliadi, Erlan, “Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam, Volume I. Nomor 1 (Juni 2012): 55-68.
Naim, Ngainun dan Achmad Syauqi. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruz Media. 2008.
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Rusyan, Tabrani. Membangun Disiplin Karakter Anak Bangsa. Jakarta: Pustaka Dinamika. 2013.
Sa‟adiyah, Rika, “The Influence of Religious motivation students Learning outcome in Islami Religious Education Toward Students Tolerance Attitude”, Tarbiya: Journal of Education In Muslim Society, Volume 2 Nomor 1 (Maret 2015): 70-82
Sukmadinata, Nana Sayaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007.
Sumiyati dan Muhammad Hasan. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Suryana, Yaya dan Rusdiana. Pendidikan Multikultural. Bandung: PustakaSetia. 2015.
Susanto, Edi, “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Multikultural di Rintisan Sekoah Bertaraflntemasional SMAN 1 Pamekasan”, Nuansa, Volume 8 Nomor 2 (Juli - Desember 2009): 171-182.
Tim Penyusun, “Statistik Daerah Kecamatan Kaloran 2016”, Katalog 1101002.3323.070 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Temauggung. Melalui http://temanggungkab.bps.go.id/ website/pdf publikasi Statistik- Daerah-Kecamatan-Kaloran-2016.PDF[2/12/16], 2016
Yaqin, M. Ainul, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media. 2005.
Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Data yang
Diperlukan Sub Data
Sumber
Data Pengambilan Data
1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran Profil SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran Kepala Sekolah dan dokumen Observasi Wawancara, Dokumentasi Letak Geografis Dokumen Dokumentasi Sejarah berdiri dan
proses per- kembangannya Kepala Sekolah dan dokumen Wawancara, Dokumentasi
Visi, Misi Kepala madrasah dan doku- men Wawancara, Dokumentasi Keadaan guru, pegawai, karya- wan, dan peserta didik Staff TU Dokumentasi, Wawancara, Observasi Keadaan sarana dan Prasarana Dokumen Dokumentasi, Wawancara, Observasi 2. Muatan toleransi dalam Pendidikan Agama Islam Kurikulum di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran KI dan KD PAI Silabus PAI Buku bahan ajar PAI Kepala Sekolah, Guru PAI, Dokumen, KI dan KD, Silabus, Buku bahan ajar Wawancara, Dokumentasi 3. Implementasi Pen- didikan Agama Islam dalam membentuk karakter toleran Kegiatan sekolah, Pembiasaan sekolah, Proses Pembela- jaran Kepala Sekolah, Guru PAI Wawancara, Observasi 4 Dampak implementasi Pen- didikan Agama Islam dalam membentuk karakter toleran
Sikap toleransi antar agama siswa
Guru PAI , Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran Wawancara, Observasi
Lampiran 2: Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN PERSPEKTIF MULTIKULTURALISME (Studi Kasus di SMP Negeri 1 dan 2 Kaloran Kabupaten Temanggung).
1. Bagaimanakah kondisi latar belakang agama siswa di sekolah ? 2. Bagaimanakah visi dan misi sekolah?
3. Apakah dalam kurikulum sekolah memuat tentang pendidikan multikultural, khususnya dalam membangun sikap toleransi siswa?
4. Bagaimanakah implementasi/strategi/peran GPAI di sekolah dalam membentuk karakter toleran?
5. Apasajakah kegiatan yang ada dalam membangun sikap toleransi siswa? 6. Bagaimanakah dampak berbagai kegiatan terhadap sikap toleransi siswa? 7. Bagaimanakah interaksi siswa muslim terhadap non muslim?
8. Bagaimanakah kondisi secara umum sikap toleransi siswa dan warga sekolah lainnya?
Lampiran 3: Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN PERSPEKTIF MULTIKULTURALISME (Studi Kasus di SMP Negeri 1 dan 2 Kaloran Kabupaten Temanggung).
1. Bagaimanakah pandangan anda sebagai guru PAI tentang toleransi beragama?
2. Apakah dalam PAI memuat tentang pendidikan multikultural, khususnya dalam membentuk karakter toleran siswa?
3. Dimana sajakah muatan nilai-nilai toleransi? Kurikulum? Kompetensi inti dan kompetensi dasar? Silabus? RPP? Buku bahan ajar? Penilaian dsb? 4. Apakah ada materi PAI yang khusus tentang toleransi/tasamuh?
5. Bagaimanakah implementasi/strategi PAI di sekolah dalam membentuk karakter toleran?
6. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter toleran?
7. Bagaimanakah metode pembelajaran PAI dalam membentuk karakter toleran? 8. Apa saja media, alat, sumber, fasilitas yang digunakan dalam pembentukan
karakter toleran (tempat ibadah dll)?
9. Bagaimanakah bentuk penilaian dalam membentukan karakter toleran? 10. Apasajakah bentuk kegiatan yang ada dalam mengembangkan karakter
toleran siswa?
11. Apakah sekolah mendukung dalam mengembangkan karakter toleran siswa? 12. Bagaimanakah dampak implementasi PAI terhadap sikap toleransi siswa?
(dampak positif/negatif, menumbuhkah sikap toleran atau intoleran)
13. Bagaimanakah interaksi siswa muslim terhadap non muslim (kerjsama dsb)? 14. Bagaimanakah kondisi secara umum (wujud/bentuk) sikap toleransi siswa
muslim terhadap siswa non muslim dan warga sekolah lainnya?
15. Apakah di sekolah pernah terjadi perselisihan antar siswa yang berkaitan dengan perbedaan agama dan apa yang dilakukan untuk menyelesaikan?
Lampiran 4: Pedoman Wawancara Siswa
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN PERSPEKTIF MULTIKULTURALISME (Studi Kasus di SMP Negeri 1 dan 2 Kaloran Kabupaten Temanggung).
1. Apakah yang anda ketahui tentang toleransi beragama? 2. Apakah dalam PAI mengajarkan tentang toleransi beragama?
3. Bagaimanakah perasaan dan pandangan anda terhadap pemeluk agama lain? 4. Bagaimanakah sikap anda dalam bergaul dengan teman yang berbeda agama? 5. Bagaimanakah cara anda menghargai dan menghormati pemeluk agama lain? 6. Apakah anda memberikan kesempatan kepada teman yang berbeda agama
untuk berdoa dan beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing?
7. Apakah anda mengadakan silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama? 8. Apakah anda bekerjasama dan membantu tetangga yang berbeda agama?
Lampiran : Hasil Observasi 1 Tanggal : 29 Juli 2017
Tempat : SMP Negeri 2 Kaloran
Hasil Observasi :
SMP Negeri 1 Kaloran merupakan salah satu sekolah menengah pertama di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, berada di jalan Temanggung- Kaloran tepatnya di dusun Geblog desa Geblog kecamatan Kaloran yang berjarak kurang lebih 10 km dari kota Kabupaten Temanggung. Sekolah ini dikepalai oleh seorang wanita yaitu Ibu Endah Suryandani Martani, S.Pd.,M.Pd., memiliki delapan belas rombongan belajar dari kelas VII sampai kelas IX. Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2017/2018 tergolong cukup banyak yaitu berjumlah 515 siswa, terdiri dari 267 laki-laki dan 248 perempuan. Apabila dilihat dari latar belakang agamanya sangat beragam yaitu; 458 siswa memeluk agama Islam, 41 siswa beragama Kristen dan 16 siswa lainnya beragama Buddha. Dalam memberikan layanan pendidikan, sekolah ini didukung oleh 30 orang tenaga guru dan 8 karyawan, terdiri dari empat orang guru pendidikan agama yaitu; satu orang guru PAI, satu orang guru pendidikan agama Buddha dan satu orang guru pendidikan agama Kristen. Adapun fasilitas yang mendukung kegiatan keagamaan di sekolah ini meliputi; satu Mushola, satu ruang agama Kristen dan satu ruang agama Buddha
Lampiran : Hasil Observasi 2 Tanggal : 5 Agustus 2017
Tempat : SMP Negeri 2 Kaloran
Hasil Observasi :
SMP Negeri 2 Kaloran beralamat di jalan Kaloran-Sumowono, tepatnya di Dusun Janggleng Desa Tlogowungu Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, yang berjarak kurang lebih 2 km dari kota Kecamatan Kaloran, dipimpin oleh Bapak Karma Budiman, S.Pd.,M.Pd. Sekolah ini memiliki 11 rombongan belajar, dengan jumlah siswa sebanyak 240 terdiri dari; 132 laki-laki dan 108 perempuan. Bila dilihat dari latar belakang agama siswa, terdiri dari 169 siswa beragama Islam, 63 siswa beragama Buddha dan 7 siswa beragama Kristen. Sekolah ini didukung oleh 21 guru dan 9 orang karyawan. Untuk guru agama ada tiga orang yaitu satu guru PAI, satu guru pendidikan agama Buddha dan satu guru pendidikan agama Kristen. Sedangkan untuk fasilitas pendukung kegiatan kegamaan, sekolah ini memiliki satu Mushola, satu Cethiya, satu ruang agama Buddha dan satu ruang agama Kristen.
Lampiran : Hasil Wawancara 1 Partisipan : Kepala Sekolah Tanggal : 29 Juli 2017
Tempat : SMP Negeri 1 Kaloran
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah pengembangan kurikulum di sekolah yang Ibu pimpin berkaitan dengan toleransi beragama siswa?
“Sekolah kami merumuskan visi misi dengan memperhatikan karakteristik sekolah, mempertimbangkan keberagaman agama siswa dan mengarahkan pada pembentukan karakter yaitu; visinya membentuk generasi bertaqwa, cerdas, terampil, berbudi luhur dan berbudaya lingkungan. Sedangkan misi sekolah yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan diantaranya; melaksanakan kegiatan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan mewujudkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.”
2. Bagaimanakah kondisi toleransi beragama di sekolah yang Ibu pimpin? Dan upaya apa untuk menanamkan nilai-nilai toleransi tersebut?
“Sekolah kami sangat multikultural ditandai dengan beragamnya agama para siswa, maka untuk menjaga hal tersebut, sekolah melakukan beberapa usaha diantaranya; yang pertama memberikan pelajaran sesuai dengan agamanya sesuai dengan misi sekolah kami. Pembelajaran agama khususnya diharapkan menanamkan nilai-nilai toleransi pada siswa supaya siswa mengerti dan memahami akan arti menghargai dan menghormati walaupun mereka beda
agama. Kedua, melalui ekstrakurikuler contohnya seperti pramuka, OSIS dan lain-lain karena didalam pramuka dan OSIS sudah diajarkan rasa menyayangi, menghargai, menghormati sesama dan tidak membeda-bedakan.
Ketiga, melalui tata tertib disekolah, dan pengaruh lingkungan sehari-hari. Pada peraturan sekolah sudah diajarkan pula untuk membentuk sifat cinta damai tidak bertengkar atau mengganggu teman. Keempat, menerapkan kepada siswa agar membiasakan kebiasaan baik selama disekolah dan di lingkungan rumah, contohnya membuang sampah pada tempatnya, tidak suka berkelahi, menghargai sesama, hormat kepada orang yang lebih tua dan peduli terhadap lingkungan, hal ini bertujuan agar siswa terbiasa dengan kebiasan baik yang telah mereka lakukan.”
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk toleransi di sekolah yang Ibu Pimpin?
“Sekolah adalah lembaga formal dalam arti tempat untuk menimba ilmu, tentunya sekolahpun tidak melihat latar belakang sosial, budaya, maupun agama. Dari sini justru kita (pihak sekolah) tidak keberatan akan perbedaan agama antar siswa malah kita harus bisa memahamkan kepada para siswa untuk menghargai serta menghormati perbedaan tersebut dan menjaga agar tetap rukun, tentram antara siswa muslim dan non muslim supaya terjalin kehidupan yang harmonis diantara siswa.”
“Siswa muslim dan nonmuslim saling toleran dan menghargai pendapat, pikiran, bahkan prilaku antar siswa menurut saya sudah sangat baik, ini terlihat dari keseharian peserta didik baik itu dalam pembelajaran, dalam lingkungan sekolah, maupun di luar lingkungan sekolah. Mereka dapat
menerapkan nilai toleransi dengan baik. Contohnya dalam lingkungan sekolah mereka tidak memilih-milih dalam berteman begitu juga dalam pembelajaran mereka juga saling menghargai pendapat siswa satu sama lainnya walaupun mereka berbeda keyakinan. Dan juga pada waktu kegiatan keagamaan mereka juga saling menghargai. Contohnya pada waktu siswa muslim menjalankan ibadah puasa romadhan siswa yang non muslim juga menjaga sikap maupun perilaku yang tidak baik seperti makan sembarangan di depan siswa yang sedang berpuasa.”
Lampiran : Hasil Wawancara 3 Partisipan : Kepala Sekolah Tanggal : 3 Agustus 2017
Tempat : SMP Negeri 2 Kaloran
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah kondisi toleransi beragama di sekolah yang Ibu pimpin? Dan upaya apa untuk menanamkan nilai-nilai toleransi tersebut?
“Sekolah adalah lembaga formal dalam arti tempat untuk menimba ilmu, tentunya sekolahpun tidak melihat latar belakang sosial, budaya, maupun agama. Dari sini justru kita (pihak sekolah) tidak keberatan akan perbedaan agama antar siswa malah kita harus bisa memahamkan kepada para siswa untuk menghargai serta menghormati perbedaan tersebut dan menjaga agar tetap rukun, tentram antara siswa muslim dan non muslim supaya terjalin kehidupan yang harmonis diantara siswa”
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk toleransi beragama di sekolah yang Bapak pimpin?
“Pertama, dengan berusaha memasukkan nilai toleransi pada setiap kegiatan pembelajaran misalnya memberikan anak tugas kelompok dengan maksud untuk membangun sikap toleransi dan kerja sama dalam diri siswa. Kedua, dengan mengadakan peringatan hari besar nasional, misalnya dari HUT RI yang mana siswa muslim dan nonmuslim berbaur dan tidak saling membeda- bedakan dengan mengadakan peringatan hari besar nasional, misalnya dari
HUT RI yang mana siswa muslim dan nonmuslim berbaur dan tidak saling membeda-bedakan. Ketiga, melalui kegiatan pembiasaan disekolah, misalnya berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, melaksanakan sholat dzuhur sebelum pulang ke rumah. Keempat, melalui kegiatan rutin, kegiatan ini merupakan kegiatan terus-menerus dilakukan oleh siswa contohnya upacara hari Senin, piket kelas, dan mengucapkan salam saat bertemu guru.”
Lampiran : Hasil Wawancara 4
Partisipan : Guru Pendidikan Agama Islam Tanggal : 9 Agustus 2017
Tempat : SMP Negeri 1 Kaloran
Hasil Wawancara :
Bagaimanakah pandangan anda tentang toleransi beragama? Bagaimana anda mengimplementasikan dalam pembelajaran?
“Saya berusaha memposisikan semua siswa sebagai teman, sehingga mereka sangat dekat dengan saya baik yang muslim maupun non muslim. Bidang saya sebagai guru PAI tidak menghalangi mereka terutama yang non muslim untuk akrab dengan saya seperti siswa yang lainnya. Para siswa juga tidak pernah menyinggung perbedaan agama apalagi mempermasalahkan kapasitas saya sebagai guru agama atau guru mata pelajaran lainnya.”
“Saya sering mendengarkan cerita-cerita siswa yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama dilingkunganya yang sudah sangat harmonis. Hal ini kemudian menjadikan pemikiran saya bahwa toleransi siswa sudah terbangun dengan baik seperti yang ada di masyarakat sekitar. Maka dalam pembelajaran PAI pada materi-materi toleransi, saya cenderung normatif, yaitu melakukan pembelajaran mengikuti apa yang menjadi tuntutan silabus dan buku guru, sehingga saya tidak mengedepankan idealisme saya khususnya tentang pandangan toleransi. Secara teknis apabila siswa tidak menanyakan hal-hal detil tentang toleransi maka saya cenderung tidak masuk untuk membahas terlalu dalam, tetapi
apabila ada siswa yang bertanya tentang batasan-batasan toleransi di dalam Islam, maka saya baru memberikan rambu-rambu bahwa toleransi hanya tidak boleh masuk dalam wilayah akidah. Suatu contoh ketika anak bertanya; “apakah boleh orang Islam mengucapkan selamat Natal kepada orang-orang nasrani? Kenapa boleh atau tidak boleh?” saya jawabnya; “tidak boleh, karena mengucapkan kata selamat natal sama halnya dengan mengakui kebenaran hari raya mereka, yang itu jelas di dalam Islam tidak dibenarkan, cukup mengatakan „selamat‟ saja tanpa embel-embel kata Natal”. Kemudian apabila ada yang bertanya; “Bolehkah saya menghadiri perayaan Natal dirumah tetangga saya?” saya jawabnya; “Kalau itu jelas pesta perayaan Natal, maka tidak boleh hadir, sebaiknya mencari alasan lain.”
Lampiran : Hasil Wawancara 5
Partisipan : Guru Pendidikan Agama Islam Tanggal : 15 Agustus 2017
Tempat : SMP Negeri 2 Kaloran
Hasil Wawancara :
Bagaimanakah pandangan anda tentang toleransi beragama? Bagaimana anda mengimplementasikan dalam pembelajaran?
“Masalah toleransi beragama adalah hal yang sangat sensitif, sehingga kita harus berhati-hati ketika membicarakannya. Alhamdulillah di sekolah kami sudah terbentuk dengan baik, seperti halnya yang ada di dalam masyarakat sekitar, tinggal kita merawatnya. Siswa disini sangat beragam, sebagian besar beragama Islam tetapi hampir lima puluh persen beragama Buddha. Maka ketika pelajaran agama secara otomatis mereka akan mengikuti pelajaran sesuai dengan agamanya. Tetapi para siswa sangat dengan saya baik yang muslim maupun non muslim.” “Dalam pembelajaran PAI khususnya materi toleransi saya cenderung mengalir, saya sering memberikan gambaran-gambaran kerukunan dan toleransi di dalam masyarakat sekitar sekolah, karena kebetulan tempat tinggal saya tidak jauh dari sekolah yang mempunyai karakteristik masyarakat yang hampir sama yaitu mempunyai keragaman dalam memeluk agama. Saya juga tidak mempermasalahkan beberapa kebiasaan masyarakat yang sudah mapan dengan toleransi beragama. Seperti ketika ada orang non muslim mengucapkan “assalamu‟alaikum warhmatullahi wabarakatuh” apakah boleh kita orang Islam
menjawabnya? Saya tidak pernah melarang siswa muslim menjawabnya. Menurut saya kata “assalamu‟alaikum warhmatullahi wabarakatuh” saudah menjadi kata yang umum bisa dipakai siapa saja, yang tidak masalah orang muslim menjawabnya sebagai penghormatan kepada orang yang mengucapkan salam. Kemudian kebiasaan masyarakat yang saling bergotong royong dalam membuat tempat ibadah, contoh orang-orang non muslim membantu pendirian pembangunan mushola di SMP N 2 Kaloran, saya tidak menolaknya dan tidak mempermasalahkanya. Sebaliknya kalau umat Islam disekitarnya dimintai bantuan untuk membangun Cethiya juga saya tidak melarangnya, karena menurut saya itu bagian dari sosial dan gotong royong, asalkan kita sebagai umat Islam tidak masuk dalam peribadatannya.”
Gambar 1
Fasilitas Penunjang Toleransi Beragama di SMP Negeri 1 Kaloran
1.1. Halaman Depan SMP Negeri 1 Kaloran
1.2. Masjid SMP Negeri 1 Kaloran, sebagai tempat ibadah dan kegiatan agama Islam
1.3. Ruang Agama Buddha, sebagai tempat kegiatan pembelajaran agama Buddha di SMP Negeri1 Kaloran
1.4. Ruang Agama Kristen, sebagai tempat kegiatan pembelajaran agama Kristen di SMP Negeri 1 Kaloran
Gambar 2
Fasilitas Penunjang Toleransi Beragama di SMP Negeri 2 Kaloran
2.1 Halaman Depan SMP Negeri 2 Kaloran
2.2. Masjid SMP Negeri 2 Kaloran, sebagai tempat ibadah dan kegiatan agama Islam
2.3. Cethiya/Vihara SMP Negeri 2 Kaloran, sebagai tempat ibadah dan kegiatan pembelajaran agama Buddha
2.4. Ruang Agama Kristen, sebagai tempat kegiatan pembelajaran agama Kristen di SMP Negeri 2 Kaloran