(Studi Kasus di SMP Negeri 1 dan 2 Kaloran Kabupaten Temanggung)
oleh
ZAENURI ROFI’IN NIM. 12010150021
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
iv
Perspektif Multikulturalisme (Studi Kasus di SMP Negeri 1 dan 2 Kaloran Kabupaten Temanggung). Tesis. Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Dr. Zakiyuddin, M. Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) muatan pendidikan Agama Islam tentang nilai-nilai toleransi, 2) implementasi pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter toleran perspektif multikulturalisme, 3) dampak implementasi di SMPN 1 dan SMPN 2 Kaloran.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru PAI dan siswa di SMPN 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif analitik yaitu analisis terhadap muatan, implementasi dan dampak implementasi pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter toleran perspektif multikulturalisme di SMPN 1 dan SMPN 2 Kaloran.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1) Muatan nilai-nilai toleransi dalam pendidikan agama Islam di SMPN 1 dan
SMPN 2 Kaloran ada di dalam; a) kompetensi inti dan kompetensi dasar, b) silabus dan c) buku bahan ajar. 2) Implementasi pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter toleran perspektif multikulturalisme terwujud dalam hal; a) melalui kegiatan ekstra kurikuler, peringatan hari-hari besar dan berbagai pembiasaan di sekolah. b) metode pembelajaran pendidikan agama Islam. 3) Dampak implementasi pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter toleran siswa yaitu; memunculkan kesadaran dalam keberbedaan dan mereduksi prasangka-prasangka negatif terhadap pemeluk agama lain sehingga mewujudkan kerukunan siswa.
v
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan mengharapkan ridho
yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk
Karakter Toleran Perspektif Multikulturalisme (Studi Kasus di SMP Negeri 1 dan
2 Kaloran Kabupaten Temanggung)”. Tesis ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk meraih gelar Magister Studi Islam pada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada kita Nabi Muhammmad SAW, mudah-mudahan kita semua mendapatkan
syafaat-Nya kelak di yaumul qiyamah, amin.
Terjadinya beberapa insiden yang berbau konflik keagamaan
memunculkan pertanyaan dan kekhawatiran tentang bagaimanakah kondisi
toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, maka sangatlah
penting menjaga kerukunan dan toleransi yang sudah ada sejak dini, terutama
pada para siswa, agar kedepan tidak terjadi konflik karena latar belakang
perbedaan tersebut. Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk menilik
kembali pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter toleran menurut
perspektif multikulturalisme, yakni dengan melihat muatan-muatan pendidikan
agama Islam yang berkaitan dengan nilai-nilai toleransi, implementasi pendidikan
agama Islam dalam membentuk karakter toleran dan dampak dari implementasi
vi
maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di
almamater tercinta.
2. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku Direktur Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Salatiga dan pembimbing dalam penulisan tesis ini yang
dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan sejak penulisan sampai
dengan selesainya tesis ini.
3. Bapak Hammam, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
4. Bapak dan ibu dosen Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang
telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama
menempuh pendidikan.
5. Bupati Temanggung, Badan Kepegawaian Daerah dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Temanggung atas ijin belajar dan kebijaksanaan yang diberikan
kepada penulis.
6. Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam dan para siswa di SMP
Negeri 1 dan 2 Kaloran, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
vii dukungan dan pengertiannya.
8. Istri penulis Dwi Wahyu Yuliyanti, pendamping sejati, terima kasih untuk
semua kesabaran, pengertian dan motivasinya. Serta anak-anak penulis,
Dikta, Altaf dan Zaura, yang selalu mendorong penulis untuk menjadi teladan
terbaik kepada mereka, semoga menjadi anak-anak yang sholeh dan sholihah,
amin.
9. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga,
sebagai teman berbagi rasa dalam suka dan duka dan atas segala bantuan dan
kerjasamanya sejak mengikuti studi sampai penyelesaian penelitian dan
penulisan tesis ini. Khususnya kepada sahabat penulis alm. M. Syukri yang
telah dipanggil Allah Swt semoga husnul khatimah.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan dari isi
maupun tulisan tesis ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak masih dapat diterima dengan senang hati. Semoga
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan
pembelajaran pendidikan agama Islam dimasa mendatang.
Salatiga, 30 Agustus 2017
viii
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
PRAKATA ... ... vi
DAFTAR ISI ... ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... . x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Signifikansi Penelitian ... 4
D. Kajian Pustaka ... 5
1. Penelitian Terdahulu ... 5
2. Kajian Teori ... 8
a. Pendidikan Multikultural ... 8
b. Karakter Toleran ... 9
E. Metode Penelitian ... 13
F. Sistematika Penulisan ... 15
ix
C. Muatan Nilai-nilai Toleransi dalam Silabus Pendidikan
Agama Islam ... 22
D. Muatan Nilai-nilai Toleransi dalam Buku Bahan Ajar
Pendidikan Agama Islam ... 25
BAB III IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN
A. Upaya Pembentukan Karakter Toleran di Sekolah ... 31
B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam Membetuk Karakter Toleran ... 36
BAB IV DAMPAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN ... 41
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN
x 1. Kisi-kisi instrumen penelitian
2. Pedoman wawancara kepala sekolah
3. Pedoman wawancara guru
4. Pedoman wawancara siswa
5. Hasil observasi penelitian
6. Hasil wawancara kepala sekolah
7. Hasil wawancara guru PAI
8. Hasil wawancara siswa
9. Hasil dokumentasi penelitian
10. Surat ijin mengadakan penelitian
11. Surat keterangan telah mengadakan penelitian
12. Surat persetujuan revisi proposal tesis
1 A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2016 lalu, di Indonesia terjadi lagi beberapa insiden yang
berbau konflik keagamaan. Beberapa kasus diantaranya adalah perusakan
tempat ibadah agama Buddha dan Konghucu di Tanjung Balai Sumatera
Utara, kerusuhan Tolikara di Papua. Jauh sebelumnya juga terjadi kasus
serupa yaitu pembakaran gereja di Temanggung pada tahun 2011 dan
kejadian-kejadian lainnya yang mengatasnamakan perselisihan antar agama.
Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan tentang bagaimanakah kondisi
toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, yang selama ini
sudah diakui oleh negara lain sebagai bangsa yang menjunjung tinggi
kemajemukan dan kebhinekaan.
Kemajemukan itu tidak dapat dipungkiri karena bangsa Indonesia
memang terbangun dari berbagai agama, beragam suku, budaya, dan bahasa
maupun perbedaan letak geografis yang menyatu dalam satu kesatuan yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu keragaman yang menonjol
adalah perbedaan dalam hal memeluk agama. Negara menjamin kebebasan
setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai keyakinan dan
kepercayaannya masing-masing.
Salah satu wajah kemajemukan agama di Indonesia bisa dilihat di
2
Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung tahun 2015 sebanyak 40.783 orang dan sebanyak 32.601 orang
adalah pemeluk agama Islam. Jumlah tersebut jika dipersentase adalah
sebesar 79,94 persen. Nilai tersebut apabila dibandingkan dengan kecamatan
lain di Kabupaten Temanggung, persentase pemeluk agama Islam di
Kecamatan Kaloran merupakan yang terendah. Sedangkan persentase
dibawahnya setelah pemeluk agama Islam adalah pemeluk agama Buddha
dengan prosentase 14,40 persen, kemudian Kristen Protestan 4,87 persen dan
Kristen Katholik kurang dan 1 persen. Di Kecamatan Kaloran juga ada dua
desa yang mayoritas penduduknya beragama Buddha yaitu Desa Kalimanggis
57,24 persen dan Desa Getas 42,78 persen.1
Melihat data di atas, masyarakat di Kecamatan Kaloran bisa dikatakan
sangat heterogen dalam hal beragama, bahkan menurut pengamatan penulis
tempat-tempat ibadah yang belainan jaraknya sangat berhimpitan tetapi bisa
hidup berdampingan dengan tentram. Maka sangatlah penting menjaga
kerukunan dan toleransi yang sudah ada sejak dini, terutama pada para siswa,
agar kedepan tidak terjadi konflik karena perbedaan tersebut. Salah satu yang
dapat dilakukan adalah dengan menilik kembali wawasan pendidikan
multikultural khususnya dalam pendidikan agama Islam sebagaimana
menurut Zakiyuddin Baidhawy yang menyatakan bahwa pendidikan
multikultural adalah suatu cara untuk mengajarkan keragaman (teaching diversity) dan pendidikan agama berwawasan multikultural memiliki
3
karakteristik khas menanamkan kesadaran pentingnya hidup bersama dalam
keragaman dan perbedaan agama-agama (how to live and work together with other).2
Berdasarkan hal tersebut, maka sangatlah penting untuk melakukan
penelitian tentang implementasi pendidikan agama Islam dalam membentuk
karakter toleran menurut perspektif multikulturalisme khususnya di wilayah
Kecamatan Kaloran, dengan pembatasan masalah khususnya dalam toleransi
antar agama. Penulis sengaja memilih SMP Negeri 1 Kaloran dan SMP
Negeri 2 Kaloran karena kedua SMP tersebut berada di wilayah Kecamatan
Kaloran, yang kondisinya masyarakatnya paling heterogen dalam memeluk
agama di wilayah Kabupaten Temanggung. Selain itu berdasarkan penelitian
awal penulis diketahui bahwa keadaan siswa di SMP Negeri 1 Kaloran sangat
heterogen yaitu dari jumlah siswa kelas VII, VIII dan IX sebanyak 515 siswa,
terdiri dari 88,93% beragama Islam, 7,96% beragama Kristen dan 3,10%
beragama Buddha. Kondisi yang hampir sama juga terjadi di SMP Negeri 2
Kaloran yaitu dari jumlah seluruh siswa sebanyak 240 siswa, 70,41%
beragama Islam, 26,25% beragama Buddha, dan sisanya 2,91% beragama
Kristen.3
2
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga, 2005,8-14.
3
4 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah muatan Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
karakter toleran perspektif multikulturalisme di SMP Negeri 1 dan SMP
Negeri 2 Kaloran?
2. Bagaimanakah implementasi Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk karakter toleran perspektif multikulturalisme di SMP Negeri
1 dan SMP Negeri 2 Kaloran?
3. Bagaimanakah dampak implementasi Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk karakter toleran di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2
Kaloran?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian untuk mengetahui;
a. muatan Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter toleran
perspektif multikulturalisme di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2
Kaloran.
b. implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter
toleran perspektif multikulturalisme di SMP Negeri 1 dan SMP
Negeri 2 Kaloran.
c. dampak implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
5 2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Menambah khazanah keilmuan khususnya tentang pendidikan
multikultural dan karakter toleran dalam ranah Pendidikan Agama
Islam serta menjadi rujukan penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praksis
1. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah
satu bahan evaluasi dan masukan dalam mengambil kebijakan
untuk mengembangkan sikap toleransi beragama di sekolah.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam
pembelajaran untuk menumbuhkan karakter toleran siswa dalam
beragama khususnya melalui pendekatan multikulturalisme.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman mengenai sikap toleransi beragama yang baik
sebagai sarana meningkatkan kerukunan antarumat beragama.
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan
tentang multikulturalisme serta pemahaman bagaimana
menumbuhkan karakter toleran pada siswa.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Pembahasan dan penelitian tentang pendidikan multikultural
sudah banyak dilakukan, tetapi masing-masing mempunyai fokus yang
6
yang menyoroti tentang nilai-nilai multikultural khususnya dalam
pendidikan Islam berkesimpulan bahwa terdapat keselarasan antara
nilai-nilai pendidikan multikutural dengan nilai-nilai-nilai-nilai yang terdapat dalam
ajaran Islam meliputi; hak asasi manusia, demokrasi, keadilan dan
toleransi, nilai-nilai kemanusian.4
Masih berbicara tentang nilai-nilai multikultural, tetapi dalam
lingkup kegiatan di sekolah, penelitian Mira Khoirunnisak (2015),
menyimpulkan bahwa pendidikan multikultural penting dalam dunia
pendidikan karena sebagai dasar proses pendidikan dan berbagai kegiatan
sekolah di SMAN 2 Sleman sudah menjunjung nilai-nilai pendidikan
multikultural dengan perhargaan terhadap berbagai perbedaan.5 Hal
senada tentang pentingnya pendidikan multikultural juga disampaikan
oleh Muhammad Miftah (2016), yang menyatakan bahwa prinsip
multikulturalisme menjadi sebuah ideologi yang diakui untuk
memecahkan masalah terkait dengan multikulturalisme sehingga
masyarakat tidak akan terlalu fanatik dalam mendefinisikan
perbedaan-perbedaan terutama budaya di Indonesia.6
Selanjutnya pembahasan yang fokus pada implementasi
pendidikan multikultural pada sekolah, diantaranya adalah Edi Susanto
(2011) menyimpulkan bahwa model pendidikan agama (Islam)
4Ainun Hakiemah, “Nilai
-nilai dan Konsep Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan
Islam”, Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.
5
Mira Khoirunnisak “Nilai-nilai Pendidikan Multilkultural dalam Berbagai Kegiatan
Sekolah di SMAN 2 Sleman”, Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2015.
6 Muhammad Miftah, “Multicultural Education lnThe Diversity Of National Cultures”,
7
multikultural mencakup dimensi kurikulum yang resmi dan kurikulum
yang tidak tertulis, kurikulum disajikan dengan menggunakan lebih dari
satu perspektif, pendidikan multikultural diarahkan agar anak didik
memahami doktrin-doktrin Islam secara utuh dan menyeluruh, mengacu
padapembelajaran yang menjamin segala kebhinekaan siswa dalam
segala aspeknya.7 Selaras dengan hal tersebut sebagaimana pembahasan
Erlan Muliadi (2012) tentang urgensi pembelajaran pendidikan agama
Islam berbasis multikultural di sekolah menyimpulkan bahwa pendidikan
multikultural kian mendesak untuk dilaksanakan di sekolah sehingga
sekolah menjadi lahan untuk menghapus prasangka serta membangun
karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis dan pluralis.8
Sedangkan penelitian tentang toleransi beragama, sebagaimana M. Nur
Ghufron (2016) mengenai hubungan antara kecerdasan emosi dengan
toleransi beragama, menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara kecerdasan emosi dengan toleransi beragama
mahasiswa, semakin tinggi skor kecerdasan emosi yang diperoleh
mahasiswa semakin tinggi pula toleransi beragama yang dimiliki
mahasiswa.9 Penelitian yang lainnya tentang toleransi adalah Rika
Sa‟adiyah (2015) tentang pengaruh langsung dan tidak langsung motivasi
beragama dan hasil belajar PAI terhadap sikap toleransi siswa, hasilnya
7Edi Susanto, “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Multikultural di Rintisan Sekoah
Bertaraflntemasional SMAN 1 Pamekasan”, Nuansa; Volume 8 Nomor 2 (Juli - Desember 2009), 171-182.
8Erlan Muliadi, “Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural
di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam, Volume I, Nomor 1 (Juni 2012), 55-68.
9M. Nur Ghufron, “Peran Kecerdasan Emosi dalam Meningkatkan Toleransi Beragama”,
8
menyimpulkan bahwa motivasi beragama siswa berpengaruh pada sikap
toleransi jika mereka belajar agama.10
Berdasarkan beberapa kajian pustaka di atas, penelitian yang akan
dilakukan penulis berbeda dengan penelitian atau pembahasan yang telah
ada sebelumnya. Penelitian akan difokuskan pada implementasi
Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa yang toleran
perspektif multikultural di SMP Negeri 1 Kaloran dan SMP Negeri 2
Kaloran dengan latar belakang kondisi siswa dan masyakarat di
Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung yang heterogen dalam hal
memeluk agama.
2. Kajian Teori
a. Pendidikan Multikultural
Kata multikulturalisme tersebut dibentuk dari kata multi
(banyak), kultur (budaya), dan isme (ali-ran/faham). Sedangkan secara hakiki, multikulturalisme mengandung pengakuan akan
martabat manusia yang hidup dalam komunitas dan kebudayaannya
masing-masing yang unik.11
Pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk mengajarkan
keragaman (teaching diversity).12 Sedangkan pendidikan multikultural menurut M. Ainul Yaqin adalah strategi pendidikan
yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara
10Rika Sa‟adiyah, “The Influence of Religious motivation students Learning outcome in
Islami Religious Education Toward Students Tolerance Attitude”, Tarbiya: Journal of Education In Muslim Society, Volume 2 Nomor 1 (Maret 2015), 70-82.
11
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, VIII. 12
9
menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para
siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial, ras,
kemampuan dan umur agar proses belajar menjadi mudah.13
Pendidikan agama berwawasan multikultural memiliki
karakter khas meliputi; menanamkan pilar keempat kesadaran
pentingnya hidup bersama dalam keberagaman dan perbedaan
agama-agama (how to live and work together with others); menyemangati relasi antar manusia dengan spirit kesetaraan dan
kesederajatan (modest and equal), saling percaya (mutual trust), saling memahami (mutual understanding), menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan agama-agama (respect to similarities, difference, and uniqueness); menyuguhkan suatu jejalin kelindan relasi dan interpedensi dalam situasi saling mendengar dan
menerima perbedaan perspektif agama-agama dalam satu dan lain
masalah dengan pikiran terbuka (open mind); suatu kreasi untuk menemukan jalan terbaik mengatasi konflik (conflict resolustion) antaragama dan menciptakan perdamaian (reconciliation) melalui sarana pengampunan (forgivenes) dan tindakan nirkekerasan ( non-violence).14
b. Karakter Toleran
Istilah toleransi dalam bahasa Latin, disebut tolerare, yang bisa berarti menahan diri, membiarkan orang berpendapat, berhati
13
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media, 2005, 25.
14
10
lapang terhadap pandangan orang lain. Secara etimologi berasal dari
kata tolerance (dalam bahasa Inggris) yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain
tanpa memerlukan persetujuan. Di dalam bahasa Arab
menterjemahkan dengan tasamuh
(
حماست
)
, berarti salingmengizinkan, saling memudahkan.15 Sikap toleransi tidak berarti
membenarkan pandangan atau aliran yang dibiarkan tersebut, akan
tetapi mengakui kebebasan serta hak asasi penganutnya.16 Toleransi
juga berarti membiarkan dan menerima perbedaan baik untuk
sementaramaupun dalam waktu yang lama.17 Toleransi secara lebih
luas diartikan sebagai kesediaan memberikan ruang dan kesempatan
kepada orang lain untuk menjalankan sesuatu yang menjadi
keyakinan dan pendapatnya.18
Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian
kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga
masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur
hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam
menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan
15
Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta: Ciputat Press, 2003, 13.
16
Basuki Ismael dan (ed) Benyamin Molan, Negara Hukum Demokrasi. Toleransi: Telaah Filosofis Atas John Locke, Jakarta: Intermedia, 1993, 89.
17
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural, Bandung: PustakaSetia, 2015, 158.
18
11
dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian
dalam masyarakat.19
Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari sikap
kelapangan dada terhadap orang lain dengan memperhatikan
prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan
prinsip-prinsip tersebut.20 Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena
terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip
orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri.21 Dengan kata lain,
pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek yang detail dan teknis
bukan dalam persoalan yang prinsipil.
Di dalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran
tentang konsep tersebut. Pertama, penafsiran negatif yang
menyatakan bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap
membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik
yang berbeda maupun yang sama, sedangkan, yang kedua adalah
penafsiran positif yaitu menyatakan bahwa toleransi tidak hanya
sekadar seperti pertama (penafsiran negatif) tetapi harus adanya
bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau
kelompok lain.22
19
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu,1979, 22.
20
Daud Ali, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, 80.
21
Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama ...., 13. 22
12
Said Agil Al Munawar menjelaskan dalam bukunya ada dua
macam toleransi yaitu toleransi statis dan toleransi dinamis.
Toleransi statis adalah toleransi dingin tidak melahirkan kerjasama
hanya bersifat teoritis. Jadi dalam hal ini toleransi hanya sekedar
anggapan masyarakat yang tahu secara idealis namun tidak pada
penerapanya. Toleransi dinamis adalah toleransi aktif melahirkan
kerja sama untuk tujuan bersama, sehingga kerukunan antar umat
beragama bukan dalam bentuk teoritis, tetapi sebagai refleksi dari
kebersamaan umat beragama sebagai satu bangsa.23 Sedangkan
toleransi dalam pergaulan hidup antara umat beragama yang
didasarkan pada tiap-tiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk
agama itu sendiri, mempunyai bentuk ibadah (ritual) dengan sistem
dan cara tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi
tanggung jawab orang yang pemeluknya atas dasar itu, maka
toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan
sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup
antara orang yang tidak seagama, dalam masalah-masalah
kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.24 Secara teknis
pelaksanaan sikap toleransi beragama yang dilaksanakan di dalam
masyarakat lebih banyak dikaitkan dengan kebebasan dan
kemerdekaan menginterprestasikan serta mengekspresikan ajaran
agama masing-masing.
23
Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama...., 14. 24
13 E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok.25 Dengan penelitian kualitatif ini
peneliti mengumpulkan data-data terkait dengan implementasi pendidikan
agama Islam dalam membentuk karakter siswa yang toleran perspektif
multikultural di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran.
1. Subyek Penelitian
Subyek atau sumber data penelitian ini adalah:
a. Kepala SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran, sebagai
narasumber terkait gambaran umum SMP Negeri 2 Kaloran dan
pengawasannya terhadap kegiatan pelaksanaan implementasi
pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter toleran
perspektif multikultural di sekolah dan pelaksanaannya;
b. Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2
Kaloran, sebagai narasumber terkait dengan muatan toleransi dan
implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam
membentuk karakter toleran perspektif multikultural serta
dampaknya;
c. Siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran, sebagai objek dari
implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam
25
14
membentuk karakter toleran dan sebagai narasumber untuk
mengetahui dampak dari implementasi tersebut.
2. Latar Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu; SMP Negeri 1
Kaloran yang beralamat di Dusun Geblog, Desa Geblog, Kecamatan
Kaloran, Kabupaten Temanggung dan SMP Negeri 2 Kaloran yang
beralamat di Dusun Janggleng, Desa Tlogowungu, Kecamatan
Kaloran, Kabupaten Temanggung
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 sampai
dengan Agustus 2017.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi atau Pengamatan
Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai keadaan sekolah dan lingkungannya, kondisi sarana dan
prasarananya, segala kegiatan yang berkaitan dengan implementasi
pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter toleran
perspektif multikultural dan data-data lainnya yang diperlukan.
b. Metode Wawancara
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari
beberapa informan, yaitu; kepala sekolah, guru pendidikan agama
15 c. Metode Dokumentasi
Dengan metode ini peneliti memperoleh data-data mengenai
gambaran umum sekolah, kurikulum, silabus dan buku bahan ajar
mata pelajaran pendidikan agama Islam dan kegiatan pembelajaran.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisis data, semua
data yang diperoleh dibaca, dipelajari, dipahami, dipilih dan
dikumpulkan serta dianalisis menggunakan deskriptif analitik. Analisis
deskripsi disini adalah melakukan analisis terhadap muatan,
implementasi dan dampak implementasi pendidikan agama Islam dalam
membentuk karakter toleran perspektif multikultural di SMP Negeri 1
dan SMP Negeri 2 Kaloran.
Hasil kesimpulan merupakan jawaban dan rumusan masalah,
sehingga pada kesimpulan penelitian ini menjawab permasalahan tentang
muatan pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter toleran,
implementasi pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
toleran serta dampak implementasi pendidikan agama Islam dalam
membentuk karakter toleran perspektif multikultural di SMP Negeri 1
dan SMP Negeri 2 Kaloran.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan di dalam penyusunan tesis ini dibagi ke
dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian
16
abstrak, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lambang, daftar
singkatan, daftar lampiran.
Bagian inti berisi uraian penelitian mulai dan bagian pendahuluan,
sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai suatu
kesatuan. Pada tesis ini, peneliti memaparkan hasil penelitian dalam lima bab.
Pada tiap bab menjelaskan pokok bahasan dan bab yang berangkutan.
Sistematika penulisan tesis terdiri dari sebagai berikut:
Bab I Tesis ini berisi gambaran umum penulisan tesis yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang muatan Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk karakter toleran perspektif multikulturalisme di SMP Negeri 1
dan SMP Negeri 2 Kaloran.
Bab III berisi implementasi Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk karakter toleran perspektif multikulturalisme di SMP Negeri 1
dan SMP Negeri 2 Kaloran.
Setelah membahas implementasi Pendidikan Agama Islam, pada bab
IV berisi dampak implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
karakter toleran di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kaloran.
Adapun bagian akhir dan bagian inti adalah bab V. Bagian ini
merupakan penutup yang memuat simpulan dan saran. Pada bagian paling
akhir dan tesis ini terdiri dan daftar pustaka dan berbagai lampiran yang
17
BAB II
MUATAN NILAI-NILAI TOLERANSI
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Toleransi dalam Desain Kurikulum
Pengembangan kurikulum dapat dipahami sebagai sebuah proses
penyusunan rencana tentang isi atau materi pelajaran yang harus dipelajari
dan bagaimana cara mempelajarinya. Dalam hal ini pengembangan kurikulum
adalah sebuah proses yang terus menerus (continue), dinamis (dynamic), dan kontekstual (contextual).26
Kurikulum memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dan
strategis. Meskipun bukan satu-satunya faktor utama keberhasilan proses
pendidikan, kurikulum menjadi petunjuk dan arah terhadap keberhasilan
pendidikan. Maka dalam pembentukan karakter toleran, kurikulum menjadi
penuntun (guide) para pelaksana pendidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuannya dalam
mengembangkan dan menjabarkan berbagai materi dan perangkat
pembelajaran yang berkaitan dengan toleransi.
Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 1 Kaloran dan SMP
Negeri 2 Kaloran adalah Kurikulum 2013.27 Kehadiran kurikulum 2013
diharapkan mampu melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada
26 Imam Machali, “Kurikulum Di
mensi Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegences)
dalam Kurikulum 2013”, Insania, Vol. 19 No. 1 (Juni 2014), 1-5 27
18
kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun dengan mengembangkan
dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang.
Penekanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan sosial sesuai
dengan karakteristik Pendidikan Agama Islam diharapkan akan
menumbuhkan budaya keagamaan (religious culture) di sekolah.
Pengembangan kurikulum yang diterapkan di sekolah harus
memenuhi kompetensi yang akan dicapai melalui kurikulum 2013 berkaitan
dengan pembentukan karakter bangsa dari cakupan kompetensi lulusan,
diantaranya dalam pembentukan sikap spiritual dan sosial sikap sosial seperti
toleransi, gotong royong, kerjasama dan lain sebagainya.28 Sekolah harus
mengakomodir pembentukan karakter tersebut khususnya dalam membangun
sikap toleransi dalam wadah kurikulum sekolah, seperti merumuskan dalam
visi misi sekolah, sebagaimana penjelasan Ibu Endah Surayandari
mengatakan;
Sekolah kami merumuskan visi misi dengan memperhatikan karakteristik sekolah, mempertimbangkan keberagaman agama siswa dan mengarahkan pada pembentukan karakter yaitu; visinya membentuk generasi bertaqwa, cerdas, terampil, berbudi luhur dan berbudaya lingkungan. Sedangkan misi sekolah yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan diantaranya; melaksanakan kegiatan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan mewujudkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.29
Hal ini menggambarkan bahwa usaha sekolah untuk mengembangkan
toleransi beragama yang ada di sekolah tersebut mendapatkan perhatian yang
28
Tatang Muhtar, “Analisis Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Aspek Nilai Karakter Bangsa”,
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 2 (Oktober 2014), 168-175 29
19
baik. Selanjutnya untuk cakupan PAI dalam kurikulum 2013 menurut
penjelasan Bapak Wahid Muhaimin mengatakan;
Kurikulum PAI mencakup usaha untuk mewujudkan keharmonisan, keserasian, kesesuaian, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Sang Pencipta (Allah Swt), manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam, hubungan manusia dengan dirinya sendiri (berakhlak dengan diri sendiri). PAI juga memiliki perhatian yang besar dalam wilayah hubungan sesama manusia (hablum minannas), baik itu hubungan sesama manusia yang seagama maupun hubungan sesama manusia beda agama.30
Penjelasan tersebut menguatkan bahwa tidak ada pertentangan antara
visi misi sekolah dengan subtansi pendidikan agama Islam dalam
memfasilitasi pembentukan sikap toleransi siswa. Adapun muatan nilai-nilai
toleransi yang ada pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP
secara eksplisit berada dalam kompetensi inti, kompetensi dasar, silabus dan
buku bahan ajar, maka selanjutnya pembahasan akan difokuskan pada
bagian-bagian tersebut.
B. Muatan Toleransi dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pendidikan Agama Islam
Pada sisi muatan, Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum
sebelumnya yaitu Kurikulum 2006 yang mengacu pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar, sedangkan pada Kurikulum 2013 mengacu pada
kompetensi inti dan kompetensi dasar31 pada setiap mata pelajaran yang telah
30
Wawancara dengan Guru PAI di SMP Negeri 1 Kaloran pada tanggal 29 Juli 2017. 31
20
disusun oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan
Nasional.
Kompetensi inti terdiri dari empat bagian, yaitu kompetensi inti 1
(KI-1) yang memuat sikap spiritual, kompetensi inti 2 (KI-2) yang memuat
kompetensi sikap sosial, kompetensi inti 3 (KI-3) yang memuat kompetensi
pengetahuan dan kompetensi inti 4 (KI-4) yang memuat kompetensi
keterampilan. Kompetensi inti bersifat sama dan diterapkan pada semua mata
pelajaran, termasuk Pendidikan Agama Islam. Maka secara otomatis setiap
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam juga harus memuat kompetensi
inti, khususnya kompetensi sikap spiritual dan sosial.
Content kompetensi sikap spiritual yang harus dicapai peserta didik khususnya di SMP adalah; memiliki sikap menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya, sedangkan sikap sosial yang harus dimiliki peserta
didik meliputi; perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, toleran,
gotong royong, santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.32
Maka apabila dicermati secara lebih dalam pada kompetensi inti, baik
kompetensi sikap spiritual maupun sikap sosial di dalamnya memuat
nilai-nilai toleransi. Pada sikap spiritual jelas bahwa setiap peserta didik
harapannya mampu mempunyai sikap menghayati ajaran agama yang
dianutnya serta mampu menghargai ajaran agama yang dianut oleh orang lain
kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
32
21
yang merupakan bentuk dari toleransi. Sedangkan di dalam kompetensi sikap
sosial, secara jelas mencantumkan kata kunci “toleran” yaitu setiap
pembelajaran harus membentuk peserta didik untuk mempunyai sikap
toleransi dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Kompetensi inti diturunkan ke dalam kompetensi dasar yang lebih
merinci masing-masing kompetensi. Pendidikan Agama Islam, kompetensi
dasar yang secara khusus memuat nilai-nilai toleransi setidaknya ada dalam
enam KD yaitu; 1) KD. 1.2. Terbiasa membaca al-Qur‟an dengan meyakini
bahwa toleransi dan menghargai perbedaan adalah perintah agama, 2) KD.
2.2. Menunjukkan perilaku toleran dan menghargai perbedaan dalam
pergaulan di sekolah dan masyarakat sebagai implementasi pemahaman Q.S.
al-Hujurat/49: 13 dan hadis terkait, 3) KD 3.2. memahami Q.S. al-Hujurat/49:
13 tentang toleransi dan menghargai perbedaan dan hadis terkait, 4) KD.
4.2.1. membaca Q.S. al-Hujurat/49:13 dengan tartil, 5) KD 4.2.2.
menunjukkan hafalan Q.S. al-Hujurat/ 49: 13 serta hadis terkait dengan
lancar, 6) KD 4.2.3. menyajikan keterkaitan toleransi dan menghargai
perbedaan dengan pesan Q.S. al-Hujurat/ 49: 13.33
Pada kompetensi dasar terlihat jelas muatan nilai-nilai toleransi yang
dikembangkan, diawali pada kompetensi dasar KI-1 yaitu membiasakan
peserta didik untuk menghargai perbedaan yang merupakan perintah agama.
Kemudian kompetensi dasar pada KI-2 mengarahkan pembelajaran dalam
membiasakan peserta didik untuk berperilaku toleran dan menghargai
33
22
perbedaan dalam pergaulan di sekolah dan masyarakat. Selanjutnya muatan
nilai-nilai toleransi pada kompetensi dasar KI-3 mengarah pada
pengembangan aspek pengetahuan tentang dasar toleransi dan menghargai
perbedaan yaitu surah al-Hujurat ayat 13 dan hadits yang terkait dengan
toleransi. Sedangkan kompetensi dasar KI-4 mengembangkan aspek
keterampilan untuk menghafal surah al-Hujurat ayat 13 dan keterampilan
untuk menyajikan keterkaitan toleransi dan menghargai perbedaan dengan isi
kandungan surah al-Hujurat ayat 13.
Pada kompetensi dasar tersebut menekan pada berperilaku toleran dan
menghargai perbedaan, hal ini sesuai dengan konsep toleransi dalam
membangun pendidikan yang berparadigma pluralis–multikultural merupakan
kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi. Dengan paradigma semacam ini,
pendidikan diharapkan akan melahirkan anak didik yang memiliki cakrawala
pandang yang luas, menghargai perbedaan, penuh toleransi, dan penghargaan
terhadap segala bentuk perbedaan.34 Maka dengan munculnya kompetensi
dasar semacam ini pada pendidikan agama Islam, akan menjadi rambu-rambu
dan penunjuk arah yang lebih jelas dalam implementasikan pendidikan agama
Islam dan bentuk-bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan, khususnya
dalam pembentukan karakter peserta didik yang toleran.
C. Muatan Nilai-nilai Toleransi dalam Silabus Pendidikan Agama Islam
Silabus mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan di
SMP Neegri 1 Kaloran dan SMP Negeri 2 Kaloran memiliki kesamaan karena
34
Ngainun Naim dan Achmad Syauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,
23
silabus tersebut mengacu pada silabus yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
pengembangannya dilaksanakan bersama dalam wadah Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam. Berikut silabus
Pendidikan Agama Islam yang telah dikembangkan dan memuat
materi-materi toleransi.
Tabel 2.1. Silabus pendidikan agama Islam pada SMP yang memuat materi toleransi35
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran
1.2 Terbiasa
Diskusi menyusun arti perkata Q.S. al-Hujurāt/49: 13 menjadi terjemah
24
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran
4.2.1 Membaca Q.S.
pada kompetensi dasar pada masing-masing kompetensi inti, kemudian
diturunkan menjadi sebuah materi pokok yang berjudul Q.S. al-Hujurāt/49:13
tentang materi toleransi dan menghargai perbedaan. Selanjutnya pada silabus
tersebut juga menjabarkan langkah-langkah pembelajarannya.
Bila dilihat dari segi isi materinya, nilai-nilai toleransi beragama
tersebut hanya merujuk pada materi al-Qur‟an. Materi-materi tersebut
diajarkan kepada paserta didik dengan tujuan agar peserta didik mencapai
kompetensi aspek al-Qur‟an. Namun cukup disayangkan dari
langkah-langkah pembelajaran, kompetensi-kompetensi yang diharapkan akan dicapai
oleh peserta didik masih belum mengakomodir pemahaman dan penghayatan
mereka terhadap nilai-nilai toleransi beragama secara mendalam dan
25
Pada materi al-Qur‟an, hasil belajar yang diproyeksikan pada silabus
tersebut, setelah mempelajari materi-materi didalamnya, masih belum
mencerminkan tata cara hidup berdampingan dengan umat non-muslim secara
damai dan toleran. Gambaran langkah-langkah pembelajaran masih
disibukkan oleh hal-hal suplementer, semisal bagaimana memastikan peserta
didik bisa membaca al-Qur‟an, memahami bacaan tajwid dan memastikan
bagaimana bisa menghafal surat-surat yang diajarkan. Memang dari materi
tersebut dirumuskan untuk memahami kandungan surat-surat yang dipelajari.
Namun indikator tersebut belum tercermin sepenuhnya dalam langkah
pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan nilai-nilai toleransi beragama belum
bisa terwujud dalam langkah-langkah pembelajaran yang ada dalam silabus.
D. Muatan Nilai-nilai Toleransi dalam Buku Bahan Ajar Pendidikan
Agama Islam
Dalam pendidikan agama Islam, yang terpenting adalah bagaimana
nilai dari suatu pengetahuan itu bisa tertanamkan dalam diri peserta didik,
(transfer of value). Pendidikan agama Islam harus dapat membangun individu (peserta didik) di satu sisi memiliki komitmen yang kuat terhadap ajaran
Islam, dan disisi lain tumbuhnya sikap positif dan toleransi terhadap respon
atas pluralitas dalam masyarakat majemuk. Namun kemudian, apakah
pendidikan agama Islam bisa dikatakan telah mengakomodasi semangat
toleransi sebagai sebuah prinsip atau nilai yang ditranformasikan kepada
peserta didik. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, dapat ditelusuri
26
pendidikan agama Islam, diantaranya tentang sumber pembelajaran atau
bahan ajar.
Buku bahan ajar terdiri dari dua macam yaitu; buku bahan ajar pokok
dan buku bahan ajar penunjang. Buku bahan ajar pokok merupakan buku
yang wajib digunakan oleh setiap sekolah. Buku ini diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai acuan dan standar miminal
ruang lingkup materi yang harus diajarkan kepada peserta didik. Sedangkan
buku bahan ajar penunjang adalah buku pilihan dari berbagai penerbit yang
tidak diwajibkan untuk dimiliki oleh masing-masing sekolah, yang berguna
untuk menambah wawasan peserta didik dan bahan pengayaan.
Buku bahan ajar pokok yang digunakan di SMP Negeri 1 Kaloran dan
SMP Negeri 2 Kaloran adalah buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Buku ini terdiri dari dua macam yaitu; buku guru dan buku siswa. Buku guru
berisi materi pembelajaran yang dilengkapi dengan pemetaan kompetensi
dasar, langkah-langkah pembelajaran dan panduan penilaian, sedangkan buku
siswa lebih banyak berisi tentang materi pembelajaran.
Salah satu buku tersebut adalah Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti kelas IX dengan kontributor naskah Muhammad Ahsan dan Sumiyati.
Buku ini diterbitkan tahun 2015 dan dicetak ulang pada tahun 2016 setelah
mengalami beberapa revisi. Isi buku ini terdiri dari 12 bab dan terdapat dua
27
“Damaikan Negeri dengan Toleransi” dan bab 12 yang berjudul
“Menyuburkan Kebersamaan dengan Toleransi dan Menghargai Perbedaan”.
Buku tersebut memuat tentang pengertian toleransi, sikap toleransi
dalam kehidupan sehari-hari, serta toleransi dan kedamaian negeri. Dalam
buku tersebut dijelaskan bahwa toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah tasamuh
(
حماست
)
. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secaraistilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan
antarsesama manusia. Allah Swt. menciptakan manusia berbeda satu sama
lain. Perbedaan tersebut bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif.
Sebaliknya, perbedaan bisa memicu konflik jika dipandang secara negatif.36
Toleransi dalam Islam mencakup dua hal yaitu toleransi antarsesama muslim
dan toleransi kepada nonmuslim. Toleransi antarsesama muslim berarti
menghargai dan menghormati perbedaan pendapat yang ada dalam ajaran
agama Islam. Adapun yang dimaksud toleransi kepada nonmuslim yaitu
menghargai dan menghormati pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai
agama dan keyakinannya masing-masing.37
Buku tersebut juga menjelaskan bahwa toleransi merupakan salah satu
akhlak mulia (akhlakul karimah) yang harus dimiliki setiap muslim. Dengan
menjunjung tinggi sikap menghargai perbedaan ini maka kehidupan
masyarakat akan damai dan sejahtera. Menerapkan toleransi dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat.
36
Sumiyati dan Muhammad Hasan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX,
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015, 165-182 37
28
Nilai-nilai toleransi beragama yang terdapat dalam materi buku bahan
ajar PAI dan Budi Pekerti SMP kelas IX, dimana buku ini telah disesuaikan
dengan kurikulum terbaru (kurikulum 2013) yang berasaskan pendidikan
karakter, telah mencerminkan adanya usaha untuk membentuk karakter
peserta didik yang mampu menjaga dengan baik hubungan dengan Tuhannya
(hablumminallah) serta dengan sesamanya (habluminannas). Sikap beragama seperti ini, sudah sepatutnya dibangun dalam pribadi peserta didik, agar
mampu hidup berdampingan dengan umat lain secara harmonis dan toleran.
Menurut Cecelia Lynch dalam Nunu Ahmad, ada lima kategori sikap
beragama seseorang atau kelompok yang sering berimplikasi pada sikap
kulturalnya38, yaitu; Pertama, sikap eksklusif, mengagungkan superioritas kepercayaan sendiri dengan menonjolkan hak untuk menyebarkan sistem itu
seluas mungkin. Mereka ini umumnya paling takut dan merasa terancam hak
hidupnya diganggu. Kedua, sikap apologetik, baik dalam sikap mempertahankan doktrin saat ditantang dari luar maupun dalam arti usaha
untuk menunjukkan doktrin sendiri dan superior dibanding doktrin-doktrin
yang lain. Apabila sikap apologetik tergelincir ke dalam reaksi yang eksklusif
dan kekerasan terhadap sistem kepercayaan lain, maka itu dapat mengancam
kehidupan beragama.
Ketiga, sikap sinkritis, mengakui beragamnya tradisi keagamaan yang tidak hanya dalam masyarakat yang multi-budaya, tetapi juga dalam pribadi.
Meski bagi sementara orang sinkritisme merupakan fakta sejarah, bagi
38
29
sebagian lain jika sinkritisme berarti usaha menciptakan agama baru yang
memuat unsur-unsur dari agama berbeda, maka itu dapat membahayakan.
Sinkritisme bisa terlalu jauh dan mengkompromikan otentisitas iman dan
keyakinan agama tertentu serta menafsirkan iman yang hidup tidak dalam
kerangka sistem iman itu sendiri, tetapi dalam rangka iman atau ideologi lain.
Hal ini menyebabkan, nilai-nilai kebenaran teologis nasing-masing agama
mengalami reduksi dan inkonsistensi yang hampir mustahil diterima
penganutnya.
Keempat, sikap inklusif, menerima validitas atau hak sistem-sistem kepercayaan lain untuk eksis, meski sistem kepercayaan lain itu dianggap
kurang sempurna atau kurang benar. Inklusivisme dalam perwujudan
kulturalnya melahirkan semacam toleransi liberal. Artinya seraya meyakini
kebenaran agama sendiri, kaum inklusif melihat agama-agama lain hanya
mengandung sebagian kebenaran (partial truth). Ini misalnya saat penganut agama tertentu yakin akan kebenaran ilahiyah dari sistem teologinya, tetapi
percaya, agama-agama lain bersifat manusia (human) daripada Ilahi (divine). Contoh sikap inklusif adalah klasifikasi agama langit (samawi) dan agama bumi (ardhi), dimana yang pertama bersifat Ilahi sementara yang kedua bersifat budaya (ciptaan manusia). Sikap inklusif ini memungkinkan toleransi
dalam batas-batas klaim kebenaran agama sendiri.
Kelima, sikap pluralis, yaitu mengakui kebenaran itu beragam dan sikap positif akan kesamaan tujuan dan fungsi semua agama. Seperti yang
30
tercerahkan saat berhubungan dengan agama-agama lain, menghormati
perbedaan-perbedaan dan hidup berdampingan dalam perbedaan-perbedaan
itu. Pluralisme mengambil posisi agama sendiri, tidak dapat mewakili
pemenuhan atau penyempurnaan agama-agama lain.
Berdasarkan kerangka diatas, materi-materi dalam buku ajar PAI dan
Budi Pekerti SMP kelas IX, cenderung ingin menanamkan sikap inklusif pada
peserta didik dalam rangka bersosialisasi dengan masyarakat yang majemuk.
Dengan demikian, semangat yang dibangun yaitu menjadikan perbedaan
agama sebagai jalan bagi para pemeluknya untuk saling bekerja sama, bersatu
31
BAB III
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN
A. Upaya Pembentukan Karakter Toleran di Sekolah
Berdasarkan latar belakang agama siswa di SMP Negeri 1 Kaloran
dan SMP Negeri 2 Kaloran bisa dikatakan sangat beragam, setidaknya ada
tiga agama yang dipeluk yaitu Islam, Kristen dan Buddha. Maka dibutuhkan
sikap toleransi beragama yang baik untuk menjaga kerukunan antar pemeluk
agama tersebut. Berbagai usaha sekolah dilakukan untuk membentuk karakter
siswa yang toleran dan menghargai keberagaman tersebut. Salah satunya di
SMP Negeri 1 Kaloran sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala sekolah
yaitu Ibu Endah Suryandani Martani, beliau mengatakan :
32
dan peduli terhadap lingkungan, hal ini bertujuan agar siswa terbiasa dengan kebiasan baik yang telah mereka lakukan.39
Memasukkan nilai-nilai toleransi tidak hanya melalui mata pelajaran
saja, tetapi juga dapat melalui kegiatan sekolah, seperti; upacara bendera
setiap hari Senin, dan segala tata tertib di sekolah, maka guru diharuskan
untuk mengajari siswa-siswi mematuhi tata tertib dilingkungan sekolah.
Setiap sekolah harus dapat mengajarkan dan menanamkan nilai toleransi di
sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan
akan sekolahnya. Tidak hanya siswa-siswi saja yang diharuskan patuh
terhadap peraturan-peraturan disekolah, akan tetapi kepala sekolah, guru dan
staf juga diharuskan patuh terhadap peraturan-peraturan disekolah, ini
dikarenakan guru adalah panutan bagi murid, maka sebaiknya guru dapat
memberikan contoh perilaku yang baik kepada murid.
SMP Negeri 1 Kaloran mengharuskan para siswa-siswi mematuhi
segala tata tertib di sekolah, mulai dari mengikuti upacara bendera dengan
tertib, membuang sampah pada tempatnya, dan tidak berkelahi sesama teman.
Akan tetapi tidak mudah pula bagi guru untuk membentuk karakter anak
melalui nilai toleransi, karena terkadang ada beberapa siswa yang tingkat
pemahamannya kurang, maka dibutuhkan kesabaran untuk mendidik siswa
yang seperti itu. Pengawasan orang tua terhadap penanaman nilai-nilai
toleransi saat di lingkungan rumah hal ini sangat penting karena sudah
seharusnya orang tua juga ikut berperan serta dalam pembentukan nilai-nilai
toleransi anak saat dirumah. Karena pada saat anak berada di rumah maka
39
33
sifat anak secara langsung terkontrol oleh keluarga, khususnya orangtua.
Orangtua juga harus membentuk sifat toleransi anak sejak dini karena hal itu
akan sangat mundah dilakukan, karena jika anak sudah besar maka akan sulit
menerapkannya karena sudah mulai terpengaruh hal-hal negatif dari
lingkungan sekitar. Selain itu orang tua juga harus menanamkan nilai
toleransi kepada seluruh anggota keluarga, agar bisa menjadi contoh bagi
sang anak.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Karma Budiman, berbagai
cara dilakukan untuk memupuk nilai toleransi di sekolahnya, diantaranya
adalah:
Pertama, dengan berusaha memasukkan nilai toleransi pada setiap kegiatan pembelajaran misalnya memberikan anak tugas kelompok dengan maksud untuk membangun sikap toleransi dan kerja sama dalam diri siswa. Kedua, dengan mengadakan peringatan hari besar nasional, misalnya dari HUT RI yang mana siswa muslim dan nonmuslim berbaur dan tidak saling membeda-bedakan dengan mengadakan peringatan hari besar nasional, misalnya dari HUT RI yang mana siswa muslim dan nonmuslim berbaur dan tidak saling membeda-bedakan. Ketiga, melalui kegiatan pembiasaan disekolah, misalnya berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, melaksanakan sholat dzuhur sebelum pulang ke rumah. Keempat, melalui kegiatan rutin, kegiatan ini merupakan kegiatan terus-menerus dilakukan oleh siswa contohnya upacara hari Senin, piket kelas, dan mengucapkan salam saat bertemu guru.40
Nilai toleransi anak akan terbentuk dengan sendirinya jika guru
memasukkan nilai toleransi dalam setiap pembelajaran, karena di kelas para
peserta didik juga mendapatkan pambentukan nilai toleransi dari setiap guru
yang mengajar di kelas mereka.
40
34
Dengan memasukkan nilai toleransi pada setiap pembelajaran maka
anak akan mendapatkan pendidikan tentang toleransi secara langsung, maka
anak juga akan mencerminkan nilai toleransi saat di kelas dan di luar kelas.
Nilai toleransi akan tumbuh dalam diri anak dengan kegiatan rutin disekolah,
karena kegiatan tersebut dilakukan terus-menerus misalnya upacara hari
Senin hal ini dapat membentuk nilai semangat kebangsaan karena dalam
pelaksanaan upacara berbaur antara siswa muslim dan siswa nonmuslim.
Selanjutnya dengan melalui kegiatan pembiasaan disekolah seperti berdoa
sebelum dan sesudah pelajaran maka akan membentuk nilai pendidikan
religius pada diri anak. Keberagaman agama di SMP Negeri 2 Kaloran
menjadi tantangan sendiri bagi seluruh guru dan seluruh warga sekolah,
menurut Bapak Karma Budiman adalah:
Sebagaimana kita fahami Indonesia bukan hanya kaya akan budaya namun juga keberagaman agama menjadi ciri khas, salah satunya terwujud di wilayah Kecamatan Kaloran. Begitu juga di SMP Negeri 2 Kaloran ini juga mempunyai keyakinan yang berbeda, ada yang muslim dan ada juga yang non muslim. Tetapi, meskipun mempunyai keyakinan yang berbeda tetap menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dimana mereka saling menghormati keyakinan agama satu sama lain.41
Di dalam keberagaman agama yang di negara kita Indonesia ini
salah satunya ada muslim dan nonmuslim. Seperti yang ada di sekolah SMP
Negeri 2 Kaloran yang mana siswa bahkan gurunya juga ada yang beragama
Islam, Kristen dan Budha. Akan tetapi, meskipun mereka mempunyai
keyakinan yang berbeda mereka tetap menjunjung tinggi nilai toleransi
41
35
beragama. Dan mereka juga saling menghormati, menghargai, cinta damai
antara satu sama lainya.
Pernyataan diatas juga sependapat dengan apa yang di sampaikan
oleh Ibu Endah Suryandani Martani yang menyatakan bahwa:
Sekolah adalah lembaga formal dalam arti tempat untuk menimba ilmu, tentunya sekolahpun tidak melihat latar belakang sosial, budaya, maupun agama. Dari sini justru kita (pihak sekolah) tidak keberatan akan perbedaan agama antar siswa malah kita harus bisa memahamkan kepada para siswa untuk menghargai serta menghormati perbedaan tersebut dan menjaga agar tetap rukun, tentram antara siswa muslim dan non muslim supaya terjalin kehidupan yang harmonis diantara siswa.
Siswa muslim dan nonmuslim saling toleran dan menghargai pendapat, pikiran, bahkan prilaku antar siswa menurut saya sudah sangat baik, ini terlihat dari keseharian peserta didik baik itu dalam pembelajaran, dalam lingkungan sekolah, maupun di luar lingkungan sekolah. Mereka dapat menerapkan nilai toleransi dengan baik. Contohnya dalam lingkungan sekolah mereka tidak memilih-milih dalam berteman begitu juga dalam pembelajaran mereka juga saling menghargai pendapat siswa satu sama lainnya walaupun mereka berbeda keyakinan. Dan juga pada waktu kegiatan keagamaan mereka juga saling menghargai. Contohnya pada waktu siswa muslim menjalankan ibadah puasa ramadhan siswa yang non muslim juga menjaga sikap maupun perilaku yang tidak baik seperti makan sembarangan di depan siswa yang sedang berpuasa.42
Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat penulis jelaskan
bahwasanya keberagaman agama yang ada di SMP Negeri 1 Kaloran dan
SMP Negeri 2 Kaloran sudah sangat baik karena walaupun berbeda agama
mereka saling menghormati satu sama lain di lingkungan sekolah maupun di
luar lingkungan sekolah. Perbedaan bukan alasan menjadi pemisah akan
tetapi dari perbedaan itu kita belajar bagaimana kita menghormati keyakinan
antara satu dengan yang lainnya. Dari hasil wawancara di atas juga dapat
42
36
disimpulkan bahwasanya tingkat toleransi antar siswa muslim dan non
muslim sangatlah baik karena mereka bisa saling menghormati dan
menghargai walaupun mereka berbeda keyakinan. Hal tersebut juga tidak
terlepas dari pihak sekolah yang mengatur jadwal pembelajaran dengan baik,
sehingga masing-masing pemeluk agama mendapatkan haknya sesuai dengan
keyakinan dan agamanya.
B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Model pembelajaran dalam proses penanaman nilai-nilai toleransi
beragama pada pembelajaran PAI materi toleransi di SMP Negeri 1 Kaloran
dan SMP Negeri 2 Kaloran, yaitu; model pengajaran aktif dan model
pengajaran komunikatif. Dalam implementasinya kedua model pembelajaran
ini menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok, presentasi kelompok,
dan tanya jawab. Adapun strategi yang digunakan dalam pembelajaran yaitu:
1) Strategi tradisional dengan cara memberikan nasihat dan indoktrinasi mana
yang baik dan mana yang buruk, 2) Strategi bebas dengan memberitahukan
kepada peserta didik nilai-nilai yang baik dan buruk, tetapi peserta didik
diberikan kebebasan untuk memilih dan menilai sendiri. 3) Strategi reflektif,
dengan menganalisis kasus-kasus empirik sehingga timbul kesadaran rasional
dan wawasan nilai. 4) Strategi trans internal dengan jalan melakukan
transformasi nilai melalui keteladanan dan komunikasi.43
43
37
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan,
didalamnya menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan satuan
pendidikan pada semua jenjang pendidikan peserta didik mampu menghargai
keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di
lingkungan sekitarnya.44
Dengan menggunakan model pengajaran aktif memberi kesempatan
pada siswa untuk aktif mencari, menemukan, dan mengevaluasi pandangan
keagamaannya sendiri dengan membandingkannya dengan pandangan
keagamaan siswa lainnya, atau agama-agama diluar dirinya. Dalam hal ini,
proses mengajar lebih menekankan pada bagaimana mengajarkan agama dan
bagaimana mengajarkan tentang agama.45
Dialog memungkinkan setiap komunitas yang notabenenya memiliki
latar belakang agama yang berbeda dapat mengemukakan pendapatnya secara
argumentatif. Dalam proses inilah diharapkan nantinya memungkinkan
adanya sikap saling mengenal antar tradisi dari setiap agama yang dipeluk
oleh masing-masing peserta didik sehingga bentuk-bentuk truth claim dapat diminimalkan,bahkan mungkin dapat dibuang jauh-jauh.46
Ada beberapa keterampilan hidup bersama yang sedang dilatihkan
dalam proses pembelajaran seperti ini antara lain: dialog kelompok akan
membawa siswa berani mengekspresikan pendapatnya meski harus berbeda
44
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
45
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga 2005, 102-103
46Syamsul Ma‟arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia
38
dengan yang lain. Mereka juga belajar mendengar pendapat orang lain dari
yang pro, serupa, bahkan kontra. Siswa dilatih untuk menyintesis
pandangan-pandangan yang beragam terhadap tema yang dibahas. Tugas guru dalam
proses ini sebagai fasilitator, mengarahkan dialog dan memberi penguatan
bila dirasa perlu.
Pandangan guru tentang toleransi beragama juga akan mempengaruhi
bentuk pembelajaran dan metode yang dilakukan. Ada beberapa pandangan
guru tentang toleransi, salah satunya sebagaimana disampaikan oleh Wahid
Muhaimin, beliau mengatakan :
Saya berusaha memposisikan semua siswa sebagai teman, sehingga mereka sangat dekat dengan saya baik yang muslim maupun non muslim. Bidang saya sebagai guru PAI tidak menghalangi mereka terutama yang non muslim untuk akrab dengan saya seperti siswa yang lainnya. Para siswa juga tidak pernah menyinggung perbedaan agama apalagi mempermasalahkan kapasitas saya sebagai guru agama atau guru mata pelajaran lainnya.
39
jawabnya; “Kalau itu jelas pesta perayaan Natal, maka tidak boleh hadir, sebaiknya menyampaikan asalannya dengan yang baik.47
Berdasarkan wawancara di atas dapat dilihat bahwa toleransi itu
menjadi kebutuhan yang mendasar pada lingkungan yang majemuk, tetapi
perlu lebih berhati-hati dalam menerapkannya, artinya bahwa batasan-batasan
toleransi itu hanya boleh dilakukan dalam ranah sosial kemasyarakatan, tetapi
ketika sudah masuk dalam ranah akidah maka tidak diperbolehkan walaupun
hanya berupa kata-kata. Pandangan ini sedikit berbeda dengan pandangan
yang disampaikan oleh Nur Khamid, yang mengatakan bahwa :
Masalah toleransi beragama adalah hal yang sangat sensitif, sehingga kita harus berhati-hati ketika membicarakannya. Alhamdulillah di sekolah kami sudah terbentuk dengan baik, seperti halnya yang ada di dalam masyarakat sekitar, tinggal kita merawatnya. Siswa disini sangat beragam, sebagian besar beragama Islam tetapi hampir lima puluh persen beragama Buddha. Maka ketika pelajaran agama secara otomatis mereka akan mengikuti pelajaran sesuai dengan agamanya. Tetapi para siswa sangat dengan saya baik yang muslim maupun non muslim.
Dalam pembelajaran PAI khususnya materi toleransi saya cenderung mengalir, saya sering memberikan gambaran-gambaran kerukunan dan toleransi di dalam masyarakat sekitar sekolah, karena kebetulan tempat tinggal saya tidak jauh dari sekolah yang mempunyai karakteristik masyarakat yang hampir sama yaitu mempunyai keragaman dalam memeluk agama. Saya juga tidak mempermasalahkan beberapa kebiasaan masyarakat yang sudah mapan dengan toleransi beragama. Seperti ketika ada orang non muslim mengucapkan “assalamu‟alaikum warhmatullahi wabarakatuh” apakah boleh kita orang Islam menjawabnya? Saya tidak pernah melarang siswa muslim menjawabnya. Menurut saya kata “assalamu‟alaikum warhmatullahi wabarakatuh” sudah menjadi kata yang umum bisa dipakai siapa saja, yang tidak masalah orang muslim menjawabnya sebagai penghormatan kepada orang yang mengucapkan salam. Kemudian kebiasaan masyarakat yang saling bergotong royong dalam membuat tempat ibadah, contoh orang-orang non muslim membantu pendirian pembangunan mushola di SMP N 2 Kaloran, saya tidak menolaknya dan tidak mempermasalahkanya.
47