• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anas I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Angiosperm Phylogeny Group. 2003. An Update of Angiosperm Phylogeny Group Classification for The Orders and Families Offlowering Plant: AGP II Botanical. Journal of The Linnean Society, 141: 399-403.

Azharo A, Yoza D, Budiani ES. 2017. Analisis Sebaran Vegetasi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) di Hutan Larangan Adat Kenegerian Rumbio Kabupaten Kampar. JOM Faperta UR, 4(1): 5.

[BIS] Bio Intelligence Service. 2010. Soil Biodiversity: Functions, Threats and Toolsfor Policy Makers. Technical Reports 2010.

Damanik MBB, Hasibuan BE, Fauzi S, Hanum H. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Elfiati, D. 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Elfiati D, Delvian, dan Hanum H. 2016. Indeks Pelarutan Fungi Pelarut Fosfat dengan Menggunakan Empat Sumber Fosfat. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016. Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal Universitas Sriwijaya. Palembang.

Gandjar I, Samson RA, Vermeulen KVDT, Oetari A, Santoso I. 1999.

Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.

Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Gilman JC. 1971. A Manual of Soil Fungi. The Lowa State University Press.

USA.

Ginting RC, Badia, Saraswati R, Husen EF. 2006. Mikroorganisme Pelarut Fosfat.

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Goenadi DH, Saraswati R. 1994. Kemampuan Melarutkan Fosfat dari Beberapa Isolat Fungi Pelarut Fosfat. Menara Perkebunan, 61(3): 61-66.

Hadiah JT. 2000. Eurycoma longifolia Jack. (Pasak Bumi). Eksplorasi, 2(4): 6.

Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Saul, Diha MA, Hong GB, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Lampung.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hanafiah AS, Sabrina T, Guchi H. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Hardianty DI, Roza RM, Martina A. 2013. Isolasi dan Seleksi Fungi Selulotik dari Hutan Arboretum Universitas Riau. JOM FMIPA UR, 1(1): 1-6.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hasibuan S, Suhesti E, Insusanty E. 2016. Kajian Ekologi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dan Pemanfaatan Oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Larangan Adat Rumbio, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Wahana Forestra Jurnal Kehutanan, 11(2): 40-41.

Indrawati I, Sadiah D. 2005. Isolasi Jamur dari Serasah dan Uji Keefektifannya dalam Penguraian Selulosa. Biotika, 4(2): 18-21.

Irfan M. 2014. Isolasi dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal Agroteknologi, 5(1): 1-8.

Kartikawati SM. 2014. Konservasi Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Ditinjau dari Aspek Kelembagaan Tata Niaga. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kartikawati SM, Zuhud EAM, Hikmat A, Kartodihardjo H. 2014. Analisis Kinerja Kelembagaan Tata Niaga Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) yang Berkelanjutan di Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 11(2): 153-164.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Niswati A, Yusnaini S, Arif MAS. 2008. Populasi Mikroba Pelarut Fosfat dan P-tersedia Pada Rizosfir Beberapa Umur dan Jarak dari Pusat Perakaran Jagung (Zea mays L.). Jurnal Tanah Tropika, 13(2): 123-130.

Nur HS, Meryandini A, Hamim. 2008. Pemanfaatan Bakteri Selulolitik dan Xilanolitik Yang Potensial Untuk Dekomposisi Jerami Padi. Jurnal Tanah Tropika, 14(1): 1-80.

Pinem LA, Harlis, Retni SB. 2018. Uji Kemampuan Jamur Selulolitik dari Ekstrak Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Pada Pengomposan Limbah Jerami Padi Sebagai Bahan Pengayaan Praktikum Mikrobiologi Terapan. Artikel Ilmiah Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi.

Jambi.

Premono EM. 1994. Jasad Renik Pelarut Fosfat Pengaruhnya Terhadap P Tanah dan Efisiensi Pemupukan P Tanaman Tebu. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rao NSS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Razie F, Anas I, Atang S, Lukman G, Sugiyanta. 2011. Aktivitas Enzim Selulase Mikroba Yang di Isolasi dari Jerami Padi di Persawahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan. Jurnal Tanah dan Lingkungan, 13(2): 43-48.

Ritonga M, Bintang, Sembiring M. 2015. Perubahan Bentuk P Oleh Mikroba Pelarut Fosfat dan Bahan Organik Terhadap P-tersedia dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.) Pada Tanah Andisol Terdampak Erupsi Gunung Sinabung. Jurnal Agroekoteknologi, 4(1): 1641-1650.

Rosmaina, Zulfahmi. 2013. Genetic Diversity of Eurycoma longifolia Jack. Based on Random Amplified Polymorphic DNA Marker. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 19(2): 138-144.

Roza RM, Martina A, Fibriarti BL, Zul D, Ramadhan N. 2013. Isolasi dan Seleksi Fungi Selulotik dari Tanah Gambut di Perkebunan Karet Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Riau. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rudiansyah D, Rahmawati, Rafdinal. 2017. Eksplorasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Hutan Mangrove Peniti, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah. Jurnal Protoniont, 6(3): 255-262.

Sagala DU. 2013. Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sahara N, Wardah, Rahmawati. 2019. Populasi Fungi dan Bakteri Tanah di Hutan Pegunungan dan Dataran Rendah di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. Jurnal Forestsains, 16 (2): 85-93.

Saraswati RE, Husein, Simanungkalit RDM. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Setiawati TC. 1998. Efektifitas Mikroba Pelarut P dalam Meningkatkan

Ketersediaan P dan Pertumbuhan Tembakau Besuki Na-Oogst (Nicotiana tabacum L.). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Shaikh NM, Patel AA, Mehta SA, Patel ND. 2013. Isolation and Screening of Cellulolytic Bacteria Inhibiting Different Environment and Optimization of Cellulase Production. Universal Journal of Environmental Research and Technology, 3(1): 39-49.

Simatupang DS. 2008. Berbagai Mikroorganisme Rhizosfer Pada Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB Desa Ciomas, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soewandita H. 2008. Studi Kesuburan Tanah dan Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 10(2): 128-133.

Subowo YB. 2012. Seleksi Fungi Tanah Pendegradasi Selulosa dan Pestisida Deltamethrin dari Beberapa Lingkungan di Kalimantan Barat. Jurnal Teknik Lingkungan, 13(2): 221-230.

Subowo YB. 2015. Isolasi dan Seleksi Jamur Tanah Pengurai Selulosa dari Berbagai Lingkungan. Proseding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 1(3): 423-427.

Sudiana IM dan Rahmansyah M. 2002. Aktivitas Amilase dan Selulase Jamur Tiram Putih Yang Ditumbuhkan Pada Medium Ampas Aren dan Serbuk Gergaji Kayu. Jurnal Mikrobiologi Indonesia 7(1): 7-10.

Susanto R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Jakarta.

Susilowati DN, Rosmimik, Saraswati R, Simanungkalit RDM, Gunarto L. 2002.

Koleksi, Karakterisasi, dan Preservasi Mikroba Penyubur Tanah dan Perombak Bahan Organik. Balai Penelitian dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Tania N, Astina, Budi S. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi Pada Tanah Podsolik Merah Kuning.

Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, 1(1): 10-15.

Telaumbanua YS. 2011. Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Ekosistem Lahan Gambut Desa Telaga Suka Kabupaten Labuhan Batu.

Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Tufaila M, Alam S. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Jurnal Agriplus, 24(2): 184-194.

Waluyo L. 2010. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gaya Media. Yogyakarta.

Yosmar R, Netty S, Roslinda R. 2013. Isolasi dan Uji Kualitatif Hidrolisat Jamur Penghasil Enzim Selulase dari Tanah Tumpukan Ampas Tebu. Jurnal Farmasi Andalas, 1(1): 5.

Yulnafatmawita, Adrinal, Hakim AF. 2011. Pencucian Bahan Organik Tanah pada Tiga Penggunaan Lahan di Daerah Hutan Hujan Tropis Super Basah Pinang-Pinang Gunung Gadut Padang. Jurnal Solum, 8(1): 34-42.

Zulfahmi, Nelawati, Rosmaina. 2015. Kepadatan dan Pola Penyebaran Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) di Zona Alaman Kuyang, Hutan Larangan Adat Kenegarian Rumbio. Jurnal Agroteknologi, 6(1): 41-46.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kimia Tanah A. pH Tanah

Metode yang digunakan untuk mengukur pH tanah adalah metode pH meter. Tanah sebanyak 10 gr dimasukkan ke dalam botol kocok, kemudian ditambahkan aquades sebanyak 25 ml. Botol yang berisi tanah dan aquades tersebut dikocok menggunakan shaker selama 30 menit, kemudian diukur pH suspensi tanah menggunakan alat pH meter (Mukhlis, 2014).

B. C-organik

Metode yang digunakan untuk menetapkan C-organik tanah adalah metode Walkley dan Black (Mukhlis, 2014). Timbang 0,1 atau 0,5 gr tanah kering udara, masukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N (gunakan pipet) goncang dengan tangan. Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian goncang 3-4 dan diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air suling dan 5 ml H3PO4 85%, NaF 4% 2,5 ml, kemudian tambahkan 5 tetes diphenilamine, goncang larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasikan dengan Fe (NH4)2

(SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Lakukan cara yang sama untuk mendapatkan volume titrasi Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N untuk blangko.

Kemudian dihitung : C-org = 5 x (1-(T/S)) x 0,003 x 1/0,77 x 100/BCT C. P-tersedia

Prosedur penetapan P-tersedia tanah dengan metode Bray-II

1. Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc 2. Tambahkan larutan Bray-II sebanyak 20 ml dan goncang selama 30 menit 3. Saring dengan kertas whatman No. 42

4. Pipet filtrat sebanyak 5 ml dan tempatkan pada tabung reaksi 5. Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml, biarkan 5 menit

6. Ukur tarnsmitan pada spektrometer dengan panjang gelombang 660 nm

Lampiran 1. Lanjutan

7. Pada saat bersamaan pipet masing-masing 5 ml larutan standar P 0 - 0,5 - 1,0 - 2,0 - 3,0 - 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 ml pereaksi fosfat B

8. Ukur transmitan standar pada spektrometer dengan panjang gelombang 660 nm

9. Kemudian dihitung :

Nilai absorben = - log transmitan/100

P-tersedia (ppm) = P larut x 20/2 x faktor pengenceran (bila ada) P tersedia (ppm) = ppm pelarut x faktor pengencer (bila ada) D. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Metode yang digunakan untuk menetapkan KTK tanah adalah metode Ekstraksi NH4OAc pH 7. Prosedur penetapan KTK menurut Mukhlis (2014) adalah sebagai berikut:

1. Dimasukkan sedikit serat fiber ke dasar tabung perkolasi dan sedikit pasir kuarsa yang kering

2. Ditimbang 2,5 gr contoh tanah dan tempatkan pada tabung perkolasi 3. Ditambahkan 50 ml larutan CH3COONH4 1 N pH 7

4. Dicuci tanah pada tabung perkolasi dengan alkohol 80% hingga larutan tanah bebas dari NH4+

5. Ditambahkan dengan memperkolasikan larutan 50 ml NaCl 10 % asam;

perkolat ditampung pada labu ukur 50 cc dan penuhkan dengan H2O sampai volume 50 ml

6. Pipet 20 ml perkolat dari labu ukur dan tempatkan ke tabung destilasi dan tambahkan 50 ml H2O. Kemudian tempatkan pada alat destilasi

7. Ditambahkan perkolat 15 ml NaOH 40 % pada alat destilasi

8. Ditampung hasil destilasi pada erlenmeyer 250 cc yang berisi 25 ml H3BO3

4 % dan 2 tetes indikator metil merah atau indikator campuran

9. Destilasi selesai apabila terjadi perubahan warna pada larutan destilat dan volumenya telah mencapai ± 75 ml

10. Titrasi hasil destilat dengan HCl 0,1 N; hingga warna larutan kembali ke warna semula (sebelum didestilasi)

11. Kemudian dihitung : KTK (me/100 gr) = ml HCl x N HCl x 100/2,5 x 50/20

Lampiran 2. Kriteria Analisis Kimia Tanah Sifat Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Lampiran 3. Jumlah Populasi Total Fungi Pelarut Fosfat (…x104 SPK/ml) Sumber Tanah (Kelerengan) Ulangan

Lampiran 5. Jumlah Populasi Total Fungi Selulolitik (…x103 SPK/ml) Sumber Tanah (Kelerengan) Ulangan

Total Rataan

1 2 3

Lereng Bawah (0-5 cm) 2,77 5,07 4,53 12,37 4,12

Lereng Bawah (5-20 cm) 3,93 8,73 5,03 17,69 5,90

Lereng Tengah (0-5 cm) 6,27 19,13 14,07 39,47 13,16 Lereng Tengah (5-20 cm) 2,50 2,47 22,03 27,00 9,00 Lereng Atas (0-5 cm) 5,33 20,23 10,27 35,83 11,94 Lereng Atas (5-20 cm) 4,03 12,03 19,17 35,23 11,74 Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Jumlah Populasi Total Fungi Selulolitik (…x103 SPK/ml)

SK DB JK KT F.Hitung F.Tabel

Perlakuan 5 198,91 39,78 0,81tn 3,11

A (Sumber Tanah) 2 10,37 5,18 0,11tn 3,89

B (Kedalaman Tanah) 1 158,84 158,84 3,26tn 4,75

AB (Interaksi antara A dengan B) 2 29,70 14,85 0,31tn 3,89

Galat 12 584,09 48,67

Total 17 782,99 267,33

Keterangan : tn : Tidak nyata

Lampiran 7. Dokumentasi Kondisi Lapangan

Gambar 1. Tegakan Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

Gambar 2. Hamparan Lahan di Lokasi Penelitian (Eurycoma longifolia)

Dokumen terkait