• Tidak ada hasil yang ditemukan

Altri M, Irene Kartika E W. 2009. Sikap Wanita Tani Terhadap Usahatani Padi Organik di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Jurnal Soca. 9(1):7-9.

Amanah S. 2014. Paradigma Penyuluhan dan Pendekatan Pemberdayaan. Di dalam: Pemberdayaan Sosial Petani-nelayan, Keunikan Agroekosistem, dan Daya Saing. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Ameriana M. 2008. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. Jurnal Hortikultura. 18(1):95-106.

Anwas OM. 2011. Kompetensi Penyuluhan Pertanian dalam Memberdayakan Petani. Jurnal Matematika, Saint dan Teknologi. 12(1):46-55.

Apriantono A. 2006. Pertanian Organik dan revitalisasi Pertanian. Di dalam: Sulaiman A, Mahdi A, Seta AK, Prihandarini R, Soedjais Z, editor. Menghantarkan Indonesia Menjadi Produsen Organik Terkemuka. Workshop Masyarakat Pertanian Organik Indonesia; 2005 Desember; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): MAPORINA.hlm 3-8.

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ariesusanty L, Nuryati S, Wangsa R. 2012. Statistik Pertanian Organik Indonesia. Aliansi Organik Indonesia Press. Bogor.

Asngari PS. 2001. Peranan Agen Pembaharuan/Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis. Orasi Ilmiah guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Bogor:IPB. Asngari PS. 2008. Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunan

dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat.Sydex Plus.

Babbie. 1992. The Practice of Social Research. Belmont (US):Wadsworth.

Bahan Kimia Mengancam Tanaman Sayuran Petani Marapi. 2011. [Internet]. [diunduh 19 Jan 2012]. Tersedia pada:http://regional.kompas.com/read/ 2011/11/23/21435452/Bahan.Kimia.MengancamTanaman.Sayuran.Petani. Marapi.

Beban A. 2008. Organic Agriculture: An Empowering Development Strategy for Small-Scall Farmer? A Cambodian Case Study. A Thesis at Massey University, Palmerston North, New Zealand. [Internet]. [diunduh 23 Jan 2013]. Tersedia pada: hhtp/orgprints.org/13687.

Bellaaj M, Bernard P, Plaisent M. Pascal P. 2008. Organizational, Environmental, and Technological Factors Relating to Benefits of Website Adoption,

International Journal of Global Business. 1(1): 1945-1792.

Bordenave J. D. 1985. Komunikasi Inovasi Pertanian di Amerika Latin. Dalam Rogers, E. M, editor. Komunikasi dan Pembangunan Perspektif Kritis. Terjemahan dari Communication and Development Critical Perspectives. Jakarta: LP3S.

[BPSa] Badan Pusat Statistik. 2013. Agam dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam. Agam (ID): BPS.

[BPSb] Badan Pusat Statistik. 2013. Sumatera Barat dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat (ID): BPS.

[BPSc] Badan Pusat Statistik. 2013. Perkembangan Sektor Pertanian Sumatera Barat Tahun 2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat (ID): BPS.

[BPSd] Badan Pusat Statistik. 2013. Tanah Datar dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar. Tanah Datar (ID): BPS.

Bustang, Sugihen BG, Slamet M, Susanto D. 2008. Potensi Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Pedesaan (studi Kasus Kabupaten Bone). Jurnal Penyuluhan. 4(1):39-46.

Chamala S, Shingi PM. 1990. “Establishing and Strengthening Farmer

Organizations.” dalam Improving Agricultural Extension: A Reference Manual. Disunting oleh Burton E. Swanson, Robert P. Bentz, dan Andrew J. Sofranko. Roma: FAO.

Chambers R. 1993. Challenging the Profession: Frontiers for Rural Development. London: Intermediate Technology Publications.

Craig G, Mayo M. 1995. Community Empowerment. A Reader in Participation and Development. London: Zed Books.

Damardjati SD. 2006. Kebijakan Operasional Pemerintah dalam Pengembangan Pertanian Indonesia. Di dalam: Sulaiman A, Mahdi A, Seta AK, Prihandarini R, Soedjais Z, editor. Menghantarkan Indonesia Menjadi Produsen Organik Terkemuka. Workshop Masyarakat Pertanian Organik Indonesia; 2005 Desember; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): MAPORINA.hlm 3-8.

Daniel M. 2011. Strategi Kebijakan Pertanian Organik. Harian Haluan 21 Desember 2011. [Internet]. [diunduh 22 Des 2011]. Tersedia pada: http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article &id=3567.

Dariah RA. 2009. Peran Perguruan Tinggi dalam Aplikasi Variasi Model Pemberdayaan Masyarakat Desa di Jawa Barat. Jurnal Mimbar. 25(2):143 – 151.

Darnhofer I, Schneeberger W, Freyer B. 2005. Converting or not converting to organic farming in Austria: farmer types and their rationale, Agriculture and Human Values. [Internet]. [diunduh 23 Jan 2012]; 22:39-52. Tersedia pada: https://forschung.boku.ac.at/fis/suchen.publikationen_uni_autoren?sprache_ in=de&menue_id_in=205&id_in=&publikation_id_in=44980.

[Departemen Pertanian]. 2009. 4 Tahun Go Organik 2010. Ditjen BPPHP. [Internet]. [diunduh 19 Jan 2012]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/japandu/d/25074061-Go-Organik-2010-

Departemen-Pertanian.

[Ditjen BPPHP Deptan]. 2010. „Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. 4 Tahun Go Organic 2010‟, Ditjen BPPHP Deptan, Jakarta.

Dumasari, Watemin. 2013. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism Souvenir Goods”, Jurnal Mimbar. 29(2):205-214.

Effendi L. 2009. Kinerja Pemandu dalam Pengembangan PHT dan Dampaknya pada Perilaku Petani di Jawa Barat. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Hakim L. 2007. Pemberdayaan Petani Sayuran: Kasus Petani Sayuran di Sulawesi Selatan. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Hakim L, Sugihen BG. 2007. Pemberdayaan Petani Sayuran: Kasus Petani Sayuran di Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan. 3(1).

Hanafi A. 1986. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. (terjemahan) dari Rogers dan Shoemaker ; Communication of Innovation. Surabaya: Usaha Nasional. Hanafie R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Hubeis M, Widyastuti H, Wijaya HN. 2013. Prospek Pangan Organik Bernilai

Tambah Tinggi Berbasis Petani. IPB Press. Bogor.

Ife J, Tesoriero F. 2008. Community Development. Alternatif Pengembangan Masyarakat di era Globlisasi. Edisi 3. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Indraningsih SK. 2011. Pengaruh Penyuluhan terhadap Keputusan Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Usahatani Terpadu. Bahan Seminar Pembangunan Pertanian dan Perdesaan. 11 Februari 2011. [Internet]. [diunduh 15 Feb 2011]. Tersedia pada: http://pse.litbang.deptan.go.id/ ind/index.php?option=com_content&task=view&id=727&Itemid=65. Ismail M, Mohamed NB, Silvere T, Florent G, Guy SN, Simplice DV, Ulf L.

2013. What happens between technico-institutional support and adoption of organic farming? A case study from Benin. Journal Organic Agriculture. 3(1):1-8.

Kallas Z, Serra T, Gill JM. 2009. Farmer‟s Objectives As Determinant Factors Of Organic Farming Adoption. Paper prepared for presentation at the 113th

EAAE Seminar “A resilient European food industry and food chain in a challenging world”, Chania, Crete, Greece, date as in: September 3 - 6, 2009.

Kambas KB, Afroz A, Sharad V, Humuman PD, Vinay S. 2012. Organic farming history and Techniques. Journal Agroecology and strategies for climate change. 8:287-328.

Karki L, Schleenbecker R, Hamm U. 2011. Factors influencing a conversion to organic farming in Nepalese tea farms. Journal of Agriculture and rural Development in the tropics and subtropics. [Internet]. [diunduh 25 Agus 2012]; 112(2):113-123. Tersedia pada: http://link.springer.com/ article/10.1007/s13593-012-0123-8.

Klausmeir HJ, Goodwin W. 1971. Learning and Human Abilities: Educational Psychology. Fourth Ed. New York: Harper & Row Publisher.

Krisnamurthi B. 2006. Revitalisasi Pertanian. Sebuah Konsekuensi Sejarah dan Tuntutan Masa Depan dalam Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Kusnendi 2008. Model-model Persamaan Struktural. Bandung: Alfabeta.

Leeuwis C. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan, Berpikir kembali tentang Penyuluhan Pertanian. Terjemahan dari: Communication for Rural Innovation, Rethinking Agricultural Extension. Yogyakarta: Kanisius. Lionberger HF. 1960. Adoption of New Ideas and Practices. Iowa: The Iowa State

University press.

Lopez CP, Gimenez TDH, Requena JC. 2007. Diffusion and Adoption of Organic Farming in the Southern Spanish Olive Groves. Journal of Sustainable Agriculture. 30(1).

Malta 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petani Jagung di lahan Gambut. Jurnal Mimbar. 27(1):67-78.

Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Mosher AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV Yosaguna. Jakarta.

Mulyadi, Sugihen BG, Asngari PS, Susanto D. 2007. Proses Adopsi Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak Di Kabupaten Manokwari – Papua Barat.

Jurnal Penyuluhan. 3(2).

Mulyandari RSH. 2011a. Cyber Extension sebagai Media Komunikasi dalam Pemberdayaan Petani Sayuran. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor.

Mulyandari RSH. 2011b. Perilaku Petani Sayuran dalam Memanfaatkan teknologi Informasi. Jurnal Perpustakaan Pertanian. 20(1):22-34.

Mulyandari RSH, Sumardjo, Panjaitan NK, Lubis DP. 2012. Cyber Extension as Communications Media for Vegetable Farmer Empowerment. Journal of Agricultural Extension and Rural Development. 4(3):77-84.

Ningrum E. 2012. Dinamika Masyarakat Tradisional Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Mimbar. 28(1):47-54.

Padmowihardjo S. 2006. Penyuluhan Pendampingan Partisipatif. Jurnal Penyuluhan. 2(1).

Page N, Czuba E C. 1999. Empowerment: What Is It?. Jurnal of Extension. [Internet]. [Diunduh 28 Juni 2013]; 37(5). Tersedia pada: http://www.joe.org/joe/1999october/comm1.php.

Pangan Organik: Potensi dan Peluang Ekspor. 2008. Jurnal Soca. 8(3).

Pattanapant A, Shivakoti GP. 2009. Opportunities And Constraints Of Organic Agriculture In Chiang Mai Province, Thailand. Asia-Pacific Development Journal. [Internet]. [diunduh 9 Nov 2011]; 16(1). Tersedia pada:http://www.unescap.org/pdd/publications/apdj_16_1/6_Pattanapant_S hivakotipdf.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah.

Pertanian Organik Sumbar Hasilkan 20 Komoditas. 2011. [Internet]. [diunduh 19 Jan 2012]. Tersedia pada: http://www. medanbisnisdaily.com/ news/read/2011/07/27/47351/pertanian_organik_sumbar_hasilkan_20_kom

oditas/#.TxeKYIHyZY0.

Prager K, Posthumus H. 2010. Adopting sustainable soil management the role of socio-economic factors. Di dalam: Paper for the 16th Annual International Sustainable Development Research Conference. Track “Sustainable

Agriculture”. [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan: Hong Kong, 30 May – 1 June, 2010]. [diunduh 17 Sep 2011]. Tersedia pada: http://www.kadinst.hku.hk/sdconf10/Papers_PDF/p136.pdf.

Pranadji T. 2003. Menuju Transformasi Kelembagaan dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Departemen Pertanian.

Purnaningsih N, Sugihen BG, Slamet M, Saefuddin A, Padmowiharjo S. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. 2(2).

Rasahan CA. 1999. Perspektif Pembangunan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Refleksi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Reflinaldon, Oktanis M, Asril. 2009. Penggunaan Pestisida dan Dampaknya Terhadap Keanekaragaman hayati serta Upaya restorasi Agroekosistem Kawasan Sentra Sayuran Kecamatan Lembah Gumanti Sumatera Barat. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional Universitas Andalas.

Reijntjes C, Haverkot B, Bayer W. 1999. Pertanian Masa Depan Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Sukoco Y SS, penerjemah: van de Fliert E dan Hidayat B, editor. Jakarta (ID): Penerbit Kanisius. Terjemahan dari Farming for the Future An Introduction to Low- External Input and Sustainable Agriculture. The Macmillan Press Ltd, 1992. Rezvanfar A, Eraktan G, Olhan E. 2011. Determine Of Factors Associated With

The Adoption Of Organic Agriculture Among Small Farmers In Iran.

African Journal of Agricultural Research. [Internet]. [diunduh 25 Okt 2012]; 6(13):2950-2956. Tersedia pada: http://www.academicjournals.org/ AJAR.

Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. Fifth Edition. New York: The Free Press.

Ryan L. 2006. Decision modeling: Why farmers do or do not convert to organic farming. [Internet]. [diunduh 27 Mei 2011]. Tersedia pada: http://digitalcollections.sit.edu/isp_collection/325. akses September 2011. Sadono D. 2008. Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di

Indonesia. Jurnal Penyuluhan. 4(1).

Sadono D. 2012. Model Pemberdayaan Petani dalam Pengelolaan Usahatani Padi di Kabupaten karawang dan Cianjur provinsi Jawa Barat. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor.

Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Saragih ES. 2008. Pertanian Organik, Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan. Penebar Swadaya: Jakarta.

Satuan Tugas Pertanian Organik. 2012. Laporan Pemasyarakatan Pertanian Organik. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.

Satuan Tugas Pertanian Organik. 2013. Laporan Pemasyarakatan Pertanian Organik. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.

Sears DO, Freedman JL, Peplau LA. 1985. Psikologi Sosial. Michael A dan Savitri S penerjemah. Penerbit Erlangga. Jakarta. Terjemahan dari Social Psichology. Prentice-Hall, Inc. 1985.

Setiawan I. 2012. Pengadopsian System of Rice Intensification (SRI) di Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. 5(2).

Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3S. Jakarta.

SNI 01-6729-2002 Sistem pangan organik. 2002. Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Slamet M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Penyunting: Ida Yustina dan Ajat Sudrajat, Bogor: IPB Press.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Soetrisno L. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian, Sebuah Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Kanisius.

Sudaryanto YP. 2012. Prinsip-prinsip Dasar Pertanian Organik. Didalam: Pertanian Organis dan Kemandirian. Wacana ELSPPAT. [Internet] [diunduh 20 Maret 2012]. Edisi 3/VIII. hlm 4-32. Tersedia pada: www.elsppat.or.id/download/file/e31u2.pdf.

Sulaiman A. 2009. Konsep dan Pemikiran untuk Menyonsong Revolusi hijau Kedua. Dalam Pemikiran Guru Besar IPB Peranan Iptek dalam Pengelolaan Pangan, Energi, SDM, dan Lingkungan yang Berkelanjutan. Bogor: IPB Press.

Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat). [Disertasi]. PS Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Program Pascasarjana, Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Sumardjo. 2008. Penyuluhan Pembangunan Pilar Pendukung Kemajuan dan kemandirian Masyarakat. Di dalam: Yustina I dan Sudradjat A, penyunting. Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat. Bogor: Sydex Plus.

Sumardjo. 2010. Penyuluhan menuju Pengembangan Kapital Manusia dan Kapital Sosial dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Orasi ilmiah Guru Besar IPB. Bogor.

Sumardjo. 2012. Review dan Refleksi Model penyuluhan dan Inovasi Penyuluhan Masa Depan.Seminar Nasional Penyuluhan Pembangunan, 22 Februari 2012. IPB Bogor.

Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumodiningrat G. 2007. Pemberdayaan Sosial: Kajian Ringkas tentang Pembangunan Manusia Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Sutanto R. 2006. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Tamba M. 2007. Kebutuhan Informasi Pertanian dan Aksesnya bagi Petani Sayuran: Pengembangan model Penyediaan Informasi pertanian dalam Pemberdayaan Petani, Kasus di provinsi Jawa Barat. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana IPB Bogor.

Thapa GB, Rattanasuteerakul K. 2010. Adoption and Extend of Organic vegetatable Farming in Mahasarakhan Province, Thailand. Journal of Applied Geography. 30:1-9.

Tjitropranoto P. 2005. Pemahaman Diri, Potensi/Kesiapan Diri, Dan Pengenalan Inovasi.Jurnal Penyuluhan. 1(1).

Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura.

Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

Uphoff N. 1986. Local Institutional Development : An Analytical Sourcebook With Cases. Cornell University: Kumarian Press.

van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta, Kanisius.

Walgito B. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit ANDI. Yoyakarta.

Widiarta A, Adiwibowo S. 2011. Analisis Keberlanjutan Pertanian Organik di Kalangan Petani. Jurnal Sodality. 5(1):79-100.

Widjajanti K. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Ekonomi Pembangunan. 12(1):15-27.

Widodo YB. 2010. Pemberdayaan Tenaga Kerja Perdesaan dalam pengembangan sistem Pertanian Organik : Dinamika Sosial Masyarakat Desa. Laporan Akhir Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI. Pusat Penelitian kependudukan LIPI. Jakarta.

Winkel WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Penerbit PT Grasindo. Jakarta.

Wrihatnolo RR, Dwidjowijoto RN. 2002. Manajemen Pemberdayaan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Zulvera, Sumardjo, Slamet M, Sugihen BG. 2014. The Behavior of Vegetable Farmers in Responding to the Organic Vegetable Farming System in Agam and Tanah Datar Districts of West Sumatra. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research. 16(1):24-31.

LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Provinsi Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera dan sekaligus berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Utara. Luas daerah provinsi Sumatera Barat adalah 42,2 Km2 yang setara dengan 2,21 persen dariluas Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 19 Kabupaten dan Kota, dengan Kota Padang sebagai ibukota Provinsi (BPSb 2013).

Perekonomian Provinsi Sumatera Barat yang bercorak agraris dicerminkan oleh besarnya nilai tambah yang disumbangkan sektor pertanian terhadap pendapatan daerah (PDRB)yaitu sebesar 23,01 persen (BPSc 2012). Tanaman pangan dan hortikultura merupakan subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Sumatera Barat (menyumbang sebesar 12 persen pada tahun 2012). Tingginya kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembentukan PDRB sektor pertanian menggambarkan bahwa pertanian tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan andalan utama bagi Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar merupakan dua daerah sentra hortikultura khususnya produksi sayuran di Provinsi Sumatera Barat. Dan dua daerah ini juga termasuk lokasi pengembangan kawasan sayuran organik di Sumatera Barat.

Lokasi penelitian

Kabupaten Tanah Datar Kabupaten Agam

Lampiran 2

Keterangan:

Lokasi Penelitian: Kabupaten Agam

Terdiri dari Kecamatan: (1) Kecamatan Baso, (2) Kecamatan Kamang Magek, (3)Kecamatan Canduang, (4) Kecamatan Banuhampu.

Kabupaten Agam merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan ibukota Kabupaten Lubuk Basung. Secara geografis, Kabupaten Agam berada pada pada 000 01‟ 34” – 00028‟ 43” LS dan 99046‟ 39” – 100032‟

50” BT. Luas daerah Kabupaten Agam 2.232,30 Km2 (5,29%) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0-2.891 meter dari permukaan laut. Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter (BPSa 2013).

Kabupaten Agam terdiri dari 16 kecamatan dengan batas batas daerah: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Agam adalah kawasan perbukitan/pegunungan dan pesisir yang didominasi oleh kawasan lindung dengan basis ekonomi pertanian yaitu: perkebunan lahan kering dan hortikultura. Jenis tanaman hortikultura utama yang banyak ditanam oleh petani di Kabupaten Agam adalah sayuran terung, bawang daun, cabe, kubis/kol, buncis, tomat, sawi, kembang kol, labu siam, dan wortel.

Lokasi penelitian

1

4 2

Lampiran 3

Keterangan:

Lokasi Penelitian (a) : Kabupaten Tanah Datar

Terdiri dari Kecamatan: (1) Kecamatan Tanjuang Baru, (2) Kecamatan Salimpauang, (3) Kecamatan Pariangan, (4) Kecamatan X Koto.

Kabupaten Tanah Datar mempunyai luas 1336 Km2 yang berada pada 000

17” – 00039” LS dan 100019” – 100051” BT. Secara geografis wilayah Kabupaten Tanah Datar berada di sekitar kaki gunung Merapi, gunung Singgalang, dan gunung Sago, dan diperkaya pula dengan 25 sungai. Daerah Tanah Datar terletak pada ketinggian 200 – 1000 meter dari permukaan laut (BPSd 2013).

Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 14 kecamatan, dengan batas-batas daerah: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten 50 Kota, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, dan sebelah timur berbatasan dengan Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung.

Kabupaten Tanah Datar potensial untuk pengembangan produksi padi, palawija, dan sayuran. Hal ini karena didukung dengan potensi lahan yang cukup memadai serta keseuaian agroklimat (Tanah Datar dalam angka 2013). Produksi sayuran utama di Kabupaten Tanah Datar terdiri dari kol/kubis, bawang daun, cabe, tomat buncis, terung, sawi labu siam, kembang kol dan wortel.

Lokasi penelitian 1

2

3 4

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Reliabilitas Instrumen

Hasil Uji Validitas Instrumen

Peubah Kisaran Nilai

Validitas (koefisien r)

Keterangan

Karakteristik Petani (X1) 0,536 – 0,935 Valid Intensitas Belajar Petani ( X2) 0,618 – 0,954 Valid Dukungan Penyuluhan (X3) 0,630 – 0,985 Valid

Perilaku Petani (X4) 0,610 – 0,841 Valid

Sifat Inovasi Sistem Pertanian Organik (X5)

0,736 – 0,902 Valid Dukungan Lingkungan Eksternal (X6) 0,643 – 0,908 Valid Tingkat Adopsi Sistem Pertanian Organik

(Y1)

0,623 – 0,943 Valid Tingkat Keberdayaan Petani (Y2) 0,606 – 0,857 Valid

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Peubah Nilai

Reliabilitas

Keterangan Karakteristik Petani (X1) 0,707- 0,812 Reliabel Intensitas Belajar Petani ( X2) 0,804– 0,810 Reliabel Dukungan Penyuluhan (X3) 0,777 – 0,854 Reliabel

Perilaku Petani (X4) 0,685 – 0,776 Reliabel

Sifat Inovasi Sistem Pertanian Organik (X5)

0,817 – 0,849 Reliabel Dukungan Lingkungan Eksternal (X6) 0,664 – 0,791 Reliabel Tingkat Adopsi Sistem Pertanian Organik

(Y1)

0,794 – 0,884 Reliabel Tingkat Keberdayaan Petani (Y2) 0,775 – 0,794 Reliabel

LAMPIRAN 5 Diagram Jalur Model Hipotetik Persamaan Struktural Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani sayuran, Tingkat Adopsi Sistem Pertanian Sayuran Organik, dan Tingkat Keberdayaan Petani

Lampiran 5 (Lanjutan)

Gambar Model Perilaku Petani berkaitan dengan Sistem Pertanian Sayuran Organik X3 Y1 X4 X5 Y2 γ1.3 γ1.6 γ1.5 β1.1 ξ2 Y2 = γ1.3 X3 + γ1.5 X4 + γ1.6 X5 + β1.4 y1+ ξ2 ξ

Gambar Model Tingkat Adopsi Sistem Pertanian SayuranOrganik Keterangan:

X3= Dukungan penyuluhan

X4= Perilaku Petani berkaitan dengan Sistem Pertanian Sayuran Organik

X5= Persepsi Petani tentang Sifat Sistem Pertanian Sayuran organik

X6= Dukungan Lingkungan Eksternal Y1= Tingkat Adopsi Sistem Pertanian

sayuran Organik X1 X2 X3 Y1 γ1.1 γ1.2 γ1.3 ξ1 Y1 = γ1.1 X1 + γ1.2 X2 + γ1.3 X3 +ξ1 Keterangan: X1= Karakteristik Petani X2= Proses belajar Petani X3= Dukungan penyuluhan

X4= Perilaku Petani berkaitan dengan Sistem Pertanian Sayuran Organik

Lampiran 5 (Lanjutan) X1 X2 Y1 Y2 Y3 X3 γ2.1 γ2.3 γ2.3 β2.4 β2.1 X5 γ2.5 β1.1 ξ3 ξ2 Y3 = γ2.1 X1 + γ2.2 X2 + γ2.3 X3 + γ2.6 X5 +β2.4 y1 + β2.1 Y2 + ξ3

Gambar Model Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran dalam Berusahatani Keterangan:

X1=Karakteristik Petani X2= Proses Belajar Petani X3= Dukungan penyuluhan

X4= Perilaku Petani berkaitan dengan Sistem Pertanian Sayuran Organik

X6= Dukungan Lingkungan Eksternal

Y1= Tingkat Adopsi Sistem Pertanian Sayuran Organik

Lampiran 6 Pengembangan Sistem Pertanian Organik Di Provinsi Sumatera Barat

Pemerintah Sumatera Barat cukup serius dalam mengembangkan pertanian organik. Beberapa program yang dilakukan Pemeritah Daerah dalam pengembangan pertanian organik di Sumatera Barat adalah:

(a) Pengembangan dan pemasyarakatan teknologi,

Pengembangan dan pemasyarakatan teknologi, dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Pertanian Organik, TOT Pertanian Organik, Demplot Padi Organik, Gerakan Penggunaan Kompos Jerami, Penerapan Padi Tanam Sabatang (PTS), SLAPO Sayuran Organik, SLPHT Padi Organik, Pembinaan Pos IPAH, Pengkajian Pertanian Organik, Pendirian Pusat Studi Pertanian Organik, Pengadaan dan Penyebaran Bibit Pestisida Nabati, Pertemuan Koordinasi dan Sosialisasi PTS, Penumbuhan Penangkar Bibit Organik, Pembuatan Grading dan Packing House, Pengembangan Kawasan komoditas unggulan Organik, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang tersebar di seluruh Dinas terkait di Kabupaten/Kota. (b) Inisiasi, pembinaan dan pengembangan kelembagaan,

Pengembangan kelembagaan yang dilakukan Pemerintah Daerah adalah melalui pembentukan kelembagaan resmi atau institusi pemerintah antara lain

“Satgas Organik” dan “LSO”. Satgas atau satuan tugas organik ini

berkedudukan di Padang (ibu kota Provinsi) berada di bawah naungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Barat. Institusi ini bertugas menangani segala bentuk pelatihan, pembinaan, pengembangan serta evaluasi dan sertifikasi pertanian organik.Sementara LSO (Lembaga Sertifikasi Organik) terintegrasi dengan Satgas Organik, bertugas mengevaluasi, mensosialisasikan serta mensertifikasi lahan dan usaha pertanian organik. Lembaga ini bekerja sama dengan lembaga resmi pemerintah dari pusat di bawah salah satu Eselon I Departemen Pertanian.

Pemerintah Sumatera Barat juga telah membangun Lembaga non pemerintah (bukan lembaga resmi pemerintah) antara lain adalah IPO. Institut Pertanian Organik (IPO), bisa dikatakan sebagai sebuah lembaga pioneer yang sangat berperan dalam pengembangan pertanian organik di Sumatera Barat. Lembaga ini didirikan oleh salah satu penggagas dan penggerak serta sekaligus sebagai pelaksana pertanian organik di Sumatera Barat. Saat ini lembaga tersebut dijadikan sebagai pusat magang para petugas dan petani serta TOT para penggiat organik di Sumatera Barat. Bisa juga dikatakan bahwa semua penggiat organik di Sumatera Barat saat ini mayoritas meru- pakan lulusan IPO atau sudah pernah magang ataupun paling tidak pernah berkunjung serta belajar di IPO. Lembaga ini terletak di pinggang gunung Merapi dalam wilayah Nagari Aie Angek, Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.

(c) Kebijakan pendukung sistem pertanian sayuran organik.

Kebijakan yang telah ditetapkan guna mendukung berkembangnya usaha pertanian organik, di antaranya adalah penyediaan insentif harga, dan penyediaan dana kompensasi tidak membakar jerami dalam pengembangan PTS (padi tanam sabatang). Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian

Dokumen terkait