• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETANI DI PROVINSI SUMATERA BARAT ABSTRACT

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan

(1) Perilaku petani di Kabupaten Agam dan Tanah Datar dalam merespon sistem pertanian sayuran organik dicerminkan oleh tingkat pengetahuan petani tentang sistem pertanian sayuran organik yang tergolong sedang Sikap petani terhadap sistem pertanian sayuran organik tergolong baik, dan rendahnya keterampilan petani dalam sistem pertanian organik.

(2) Faktor-faktor yang berhubungan nyata positif dengan perilaku petani sayuran dalam merespon sistem pertanian sayuran organik adalah; karakteristik internal petani yang terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non formal, kekosmopolitan, dan keberanian menanggung resiko, intensitas belajar petani yang meliputi; indikator ragam metode belajar, kesesuaian materi belajar, frekuensi belajar, ragam sumber informasi, intensitas interaksi dengan anggota kelompok dan intensitas interaksi dengan sumber belajar, dan intensitas penyuluhan yang terdiri dari ketepatan metode penyuluhan, kesesuaian materi penyuluhan, kesesuaian model komunikasi dalam penyuluhan, kompetensi penyuluh dan frekuensi penyuluhan.

(3) Tingkat adopsi petani terhadap sistem pertanian sayuran organik di Kabupaten Agam dan Tanah Datar rendah, terefleksikan dari rendahnya intensitas adopsi, tingkat penggunaan sumberdaya lokal, dan tingkat adaptasi teknologi sistem pertanian sayuran organik.

(4) Faktor yang berhubungan dengan tingkat adopsi sistem pertanian sayuran organik adalah: (1) karakteristik individu petani yang ditunjukkan oleh umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman usaha tani, keberanian menanggung resiko dan motivasi, (2) dukungan lingkungan, yang direfleksikan oleh dukungan kebijakan, dukungan kelembagaan usahatani, dukungan sistem sosial, dukungan sumberdaya alam, (3) sifat inovasi yang terdiri dari tingkat keuntungan relatif dan keteramatan inovasi sistem pertanian sayuran organik, (4) dukungan penyuluhan pertanian. (5) Tingkat keberdayaan petani sayuran yang pernah mendapatkan program

pengembangan sayuran organik di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kemampuan petani dalam pengadaan sarana produksi, rendahnya kemampuan petani dalam pemasaran hasil usahatani, rendahnya kemampuan petani dalam meningkatkan produktivitas usahatani serta rendahnya kemampuan petani dalam akses dan kerjasama dengan lembaga agribisnis sayuran organik. (6) Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat keberdayaan petani

sayuran adalah : karakteristik internal petani terutama pendidikan formal, pendidikan non formal, kekosmopolitan, keberanian menanggung resiko dan motivasi berusahatani; dukungan penyuluhan pertanian terutama berkaitan dengan kompetensi penyuluh dan intensitas penyuluhan; dukungan lingkungan yang terdiri dari dukungan kebijakan pemerintah, dukungan kelembagaan yang berkaitan dengan usahatani sayuran organik; dan dukungan sumberdaya alam.

(7) Faktor penentu rendahnya tingkat adopsi sistem pertanian sayuran organik dan keberdayaan petani adalah: lemahnya perilaku petani yang direfleksikan terutama oleh rendahnya keterampilan petani dalam sistem

pertanian sayuran organik, lemahnya dukungan lingkungan, yang tercermin oleh lemahnya dukungan kebijakan, lemahnya dukungan kelembagaan usahatani dan lemahnya dukungan sumberdaya lahan, lemahnya persepsi petani tentang sifat inovasi yang tercermin dari dari rendahnya tingkat keuntungan relatif dan keteramatan inovasi sistem pertanian sayuran organik, serta kurangnya dukungan penyuluhan pertanian.

(8) Model pengembangan sistem pertanian sayuran organik menuju keberdayaan petani sayuran dirancang dengan pendekatan penguatan faktor-faktor penentu dalam adopsi sistem pertanian organik. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan adopsi sistem pertanian sayuran organik dalam mengembangkan keberdayaan petani sayuran organik adalah melalui: (a) penguatan perilaku petani dalam sistem pertanian sayuran organik, (b) penguatan dukungan lingkungan, yang terdiri dari dukungan kebijakan dan kelembagaan yang terkait usahatani sayuran organik, (c) penguatan persepsi petani terhadap sifat inovasi sistem pertanian sayuran organik, dan (d) penguatan dukungan penyuluhan terhadap sistem pertanian sayuran organik.

Saran

(1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam sistem pertanian sayuran organik perlu dilakukan dengan mengembangkan proses belajar

farmer to farmer dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian partisipatif yang berkelanjutan.

(2) Peningkatan kompetensi penyuluh perlu dilakukan dengan memperkuat subsistem penyuluhan yang berkaitan dengan pendidikan dan latihan tenaga penyuluh sehingga mampu mengembangkan penyuluh profesional. (3) Fasilitasi untuk peningkatan intensitas belajar petani dan peningkatan

kualitas penyuluhan penting untuk dilakukan oleh pihak-pihak terkait sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan sistem pertanian sayuran organik, yang merupakan entry point menuju penerapan/adopsi sistem pertanian organik di lahan petani. (4) Peningkatan adopsi petani terhadap sistem pertanian sayuran organik

untuk mengembangkan keberdayaan petani sayuran penting dilakukan agar petani dapat bersaing dan ambil bagian dalam era perdagangan bebas. Peningkatan adopsi sistem pertanian sayuran organik bukan hanya tanggung jawab pelaku dan lembaga penyuluhan pertanian semata, namun memerlukan kerjasama yang kuat antara berbagai stakholders, peningkatan peranan pemerintah dan kerjasama yang saling mendukung antara sektor petanian dan sektor lainnya di luar pertanian.

(5) Untuk mengembangkan keberdayaan petani sayuran dapat dilakukan dengan meningkatkan adopsi petani terhadap sistem pertanian sayuran organik. Hal ini karena tingkat adopsi terhadap sistem pertanian sayuran organik berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat keberdayaan petani sayuran dengan dukungan lingkungan.

(6) Upaya peningkatan adopsi petani terhadap sistem pertanian sayuran organik perlu diperkuat dengan dukungan pengetahuan dan keterampilan

petani yang memadai, dukungan kebijakan dan ketersediaan lembaga terkait usahatani sayuran organik yang dapat diakses petani, sifat inovasi sistem pertanian sayuran organik yang memberikan keuntungan relatif dan tingkat keteramatan yang tinggi bagi petani, dukungan materi dan model komunikasi dalam penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani serta dukungan kompetensi penyuluh yang memadai.

(7) Keterbatasan penelitian yang belum mengkaji aspek budaya masyarakat minang terkait dengan sayuran sebagai salah satu faktor yang diduga mempengaruhi adopsi sistem pertanian sayuran organik, maka dirasa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pengaruh faktor budaya masyarakat Sumatera Barat dalam mengkonsumsi sayuran.

(8) Terdapatnya pengaruh dukungan kelembagaan pemasaran terhadap adopsi sistem pertanian sayuran organik memerlukan kajian lebih lanjut terkait dengan permintaan terhadap sayuran organik dari dalam dan luar daerah Provinsi Sumatera Barat.

Dokumen terkait