• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR PUSTAKA

[Deptan] Departemen Pertanian. Peraturan Menteri Pertanian no 2. Tahun 2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah. Departemen Pertanian. Jakarta. [Sekneg] Sekretaris Negara. Peraturan Pemerintah no 7. 1999. Pengawetan

tumbuhan dan satwaliar. Sekretaris Negara. Jakarta.

[Sekneg] Sekretaris Negara. Undang-undang RI no 5. tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Sekretaris Negara. Jakarta

Agista D dan Rubiyanto D. 2001. Telaah awal status, penyebaran dan populasi kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea parvula) di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. [Laporan No. 17]. PHKA/Birdlife Internasional-Indonesia Programme. Bogor.

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Birdlife Internasional. 2001. Threatened Birds of Asia: the Birdlife Internasional Red Data Book. Birdlife Internasional. Cambridge, UK.

Budiman A. 2002. Penentuan jenis kelamin dengan penanda molekuler pada burung kakatua. [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Burung Indonesia. 2007. Tatalaksana monitoring keragaman hayati partisipatif jenis-jenis burung kunci di kawasan Taman Nasional Manupeu Tanadaru, Sumba. Burung Indonesia. Sumba.

Coates BJ dan Bishop KD. 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea-Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Birdlife International- Indonesia Programme dan Dove Publication Pty. Ltd. Bogor

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1979. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Doane BM. 2001. Parrot Training - A Guide to Taming and Gentling Your Avian Companion. Wiley Publishing , Inc. New York.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar: Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-unsur Iklim. Pustaka Jaya. Bogor

Harrison J. 2005. All about cockatoos – A comprehensive pet owner’s guide.

Geostar Communication LLC. US.

http://www.honestabetradingpost.com/Endangered%20Species%20Parrots/all aboutcockatoos.pdf [diakses 19 April 2011].

Kurniawan A. 2004. Kajian hispatologi kasus filariasis pada kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea-Lesser sulphur). [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Martin S. 2002. The anatomy of parrot behavior. The Association of Avian Trainers Conference. Natural Encounters, Inc. USA

Masy’ud B dan Effendy S. 2003. Potensi pakan kakatua-kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea parvula) di Loh Niang, Taman Nasional Komodo, Flores. Media Konservasi. 8(3): 107-111.

Persulessy YE dan Trainor C. 2001. Status jenis burung endemik dan sebaran terbatas di Taman Nasional Menupeu Tanadaru, Pulau Sumba, Indonesia. Forest Inventary and Monitoring Project. Jakarta.

PHPA, LIPI, Birdlife Internasional-Indonesia Programme. 1998. Rencana pemulihan spesies kakatua-kecil jambul kuning. PHPA/LIPI/Birdlife Internasional-Indonesia Programme. Bogor.

Pinter H. 1993. The Proper Care of Cockatoos. T.F.H Publications, Inc. US

Prahara W. 1999. Pemeliharaan, Penangkaran, dan Penjinakan Kakatua. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prahara W. 2003. Pemeliharaan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang Dilindungi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prijono SN. 1998. Sukses Memelihara dan Menangkarkan Betet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prijono SN dan Handini S. 1998. Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prijono SN. 2008. WG 6 – Case study : Cacatua sulphurea. NDF Workshop Case Studies. Mexico.

Purnama EH. 2006. Perbandingan perilaku harian pasangan burung tekukur (Streptopelia chinensis) dan puter (Streptopelia bitorquata) di penangkaran dengan dan tanpa penambahan cahaya pada malam hari. [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rekapermana M, Thohari M, Masy’ud B. 2006. Pendugaan jenis kelamin menggunakan ciri-ciri morfologi dan perilaku harian pada gelatik jawa (Padda oryzivora Linn, 1758) di penangkaran. Media Konservasi. 11(3): 89- 97.

Satriyono A. 2008. Aktivitas dan penggunaan habitat burung pengganggu penerbangan di kawasan Bandar Udara Internasional Juanda. [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Intitut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Setio P dan Takandjandji M. 2007. Konservasi ex situ burung endemik langka melalui penangkaran. Di dalam: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Prodiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian; 20 September 2006. Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor. hlm 47-61.

Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D dan Hartatik W. 2006. Pupuk organik dan pupuk hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Soemarjoto R dan Prayitno. 1999. Agar Burung Selalu Sehat. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Soemadi W dan Mutholib A. 1995. Pakan Burung. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudaro Y dan Siriwa A. 1999. Ransum Ayam dan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta. Takandjandji M dan Mite M. 2008. Perilaku burung beo alor di penangkaran

Oilsonbai, Nusa Tenggara Timur. Buletin Plasma Nutfah. 14(1):43-48. Thohari M. 1987. Upaya penangkaran satwaliar. MediaKonservasi. 1(3):21-26. United Nations of Environmental Programe. 2011. Convention on international

trade in endangered species. http://cites.org/eng/app/appendices.php [diakses 23 September 2011].

Utomo B. 2010. Mengenal kakatua. http://www.baligreen.org/mengenal- kakatua.html [diakses 8 Mei 2011].

Walpole ER. 1997. PengantarStatistika Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zaky A. 2006. Penyebaran dan karakteristik habitat kakatua-kecil jambul kuning (C.s. citrinocristata Fraser 1844) di Taman Nasional Menupeu Tanadaru, Sumba, Nusa Tenggara Timur. [Tugas Akhir]. Bogor: Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.

KUNING (Cacatua sulphurea sulphurea Gmelin, 1788) DI

PENANGKARAN BURUNG MEGA BIRD AND ORCHID

FARM, BOGOR, JAWA BARAT

ANINDYA GITTA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

KUNING (Cacatua sulphurea sulphurea Gmelin, 1788) DI

PENANGKARAN BURUNG MEGA BIRD AND ORCHID

FARM, BOGOR, JAWA BARAT

ANINDYA GITTA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Burung Kakatua-kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea sulphurea Gmelin, 1788) di Penangkaran Burung Mega Bird and Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Burhanuddin Masy’ud dan Erna Suzanna.

Burung kakatua memiliki bulu jambul yang indah dan bervariasi serta memiliki suara lengkingan yang nyaring sehingga menyebabkan burung kakatua banyak diburu untuk kegiatan perdagangan. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan burung kakatua-kecil jambul kuning adalah dengan usaha konservasi

eksitu, yaitu dengan kegiatan penangkaran. Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) merupakan penangkaran yang sekarang sedang berupaya untuk menangkarkan jenis burung paruh bengkok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi teknik penangkaran, aktivitas harian dan perilaku makan burung kakatua-kecil jambul kuning di MBOF. Penelitian dilaksanakan di penangkaran burung MBOF, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni hingga Juli 2011. Data yang diambil adalah data primer, meliputi kandang, pakan, penyakit, reproduksi, aktivitas event, state, sosial, dan perilaku makan.

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi lapang dan wawancara. Aspek teknik penangkaran dilakukan dengan pengamatan langsung, pengukuran langsung dan mengikuti kegiatan pengelola. Pengamatan terhadap aktivitas harian dan perilaku makan dengan menggunakan metode Focal Animal Sampling.

Burung kakatua-kecil jambul kuning berjumlah 2 pasang. Jenis kandang merupakan kandang permanen yang berukuran 300 cm x 157 cm x 154 cm. Konstruksi kandang terdiri dari pagar berupa tembok, kawat ram sebagai bahan utama kandang dengan dilengkapi besi di setiap sudutnya dan asbes sebagai atap. Perlengkapan yang terdapat di dalam kandang berupa tempat bertengger, bersarang, makan dan minum. Kegiatan perawatan kandang dilakukan di dalam dan di luar kandang. Hasil limbah penangkaran diolah menjadi pupuk. Suhu dan kelembaban rata-rata kandang adalah 29,78°C dan 67,42%. Pakan utama burung kakatua berupa jagung muda berjumlah 260 gr, kacang tanah 130 gr dan biji bunga matahari 110 gr, serta pakan tambahan berupa pepaya 225 gr. Kandungan gizi dari pakan utama berjumlah 879,74 kal. Selama berada di MBOF, burung kakatua belum pernah terserang penyakit. Cara membedakan jenis kakatua jantan dapat dilihat dari iris matanya, jantan memiliki iris mata hitam dan betina memiliki iris mata merah. Pemilihan bibit dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik burung kakatua. Teknik penjodohan dilakukan secara paksa.

Jenis aktivitas yang ditemukan di penangkaran burung MBOF berjumlah 12 aktivitas, antara lain aktivitas berjalan, mematuk benda, diam, geser, siaga, mengangkat kaki, menelisik bulu, makan, memanggil, minum, buang kotoran, dan aktivitas lain. Terdapat perbedaan aktivitas antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina yang diklasifikasikan menjadi aktivitas lain. Aktivitas lain yang dilakukan oleh burung kakatua jantan adalah aktivitas bermain, memeriksa keadaan, mengibaskan sayap, menggantung dan berputar, dan bersembunyi. Sedangkan aktivitas lain yang dilakukan oleh kakatua betina adalah aktivitas mengembangkan sebelah sayap dan membersihkan kaki. Aktivitas tertinggi yang

kakatua jantan dan burung kakatua betina. Pada saat makan, kakatua menggunakan satu kaki untuk mencengkeram dahan atau tempat bertenggger, sedangkan satu kaki yang lain memegang pakan. Cara lain yang dilakukan oleh burung kakatua dalam melakukan aktivitas makan adalah dengan memakannya langsung.

Behavior of Lesser Sulphur-crested Cockatoo (Cacatua sulphurea sulphurea

Gmelin, 1788) in Mega Bird and Orchid Farm Bird Captive Breeding of (MBOF), Bogor, West Java. Under supervision of Burhanuddin Masy’ud and Erna Suzanna.

Cockatoo bird has beautiful and varying crest feather and also has a loud shrill voice which caused many cockatoos being hunted for commercial trade. Captive breeding, as one of ex-situ conservation measures, was an alternative effort to conserve the lesser sulphur-crested cockatoo. Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) is a captive breeding company which company focus on captive breeding of parrots. This research was aimed to identify captive breeding techniques, daily activities and feeding behavior of lesser sulphur-crested cockatoo in MBOF. The research was carried out in MBOF captive breeding, Bogor, West Java from June to July 2011. Data type taken is primary data consisting of cage, food, diseases, breeding, event activity, state, social and feeding behavior.

The methods used in this research consist of literature study, observation, and interview. Data on technical aspect of captive breeding was collected through

direct observation, direct measurement and observation of manager’s activities.

Focal Animal Sampling method was used in the obsevation of daily activities anf feeding behavior.

There were two couples of lesser sulphur-crested cockatoo. Type of cage was permanent with size of 300 cm x 157 cm x 154 cm. Construction of the cage consisted of wall hedge, ram wire for the main component of cage with iron on each corner and asbestos for roof. Cage maintenance was carried out inside and outside the cage. Waste was recycled into fertilizer. Average temperature and humidity of cage were 29.78° C and 67.42%. Main feed of cockatoo consisted of 260 g unripe corn, 130 g peanuts, and 110 g sunflower seeds, and an additional feed of 225 g of papaya. Nutrient content of the main food was 879.74 cal. During the research in MBOF, there had been no cockatoo which suffered diseases. The male cockatoos can be distinguished from its female by its iris. Male have black iris while female had red iris. Selection of broodstock was done through the observation of cockatoo physical condition. Technique of pairing carried out by force.

A total of 12 activities were observed from the cockatoo at MBOF birds captive breeding included walking activity, pecking at object, motionless, moving slightly, reserving, exploring fur, eating, calling, drinking, defecating, and other activities. There were differences between male and female cockatoo which classified into other activities. Other activities carried out by male cockatoo were playing activity, checking condition, flapping its wing, hanging and spinning, and hiding. Other activities carried out by female cockatoo were spreading its right wing and the cleaning its feet. The most frequent activity performed by the male cockatoo was playing activity, while most frequent activity carried out by a female cockatoo was a motionless activity.

In terms of feeding behavior, there was no difference between male and female cockatoo. Cockatoos use one leg for gripping a branch or perched on a

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Teknik Penangkaran, Aktivitas Harian dan Perilaku Makan Burung Kakatua-kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea sulphurea Gmelin, 1788) di Penangkaran Burung Mega Bird and Orchid Farm, Bogor, Jawa Barat” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Anindya gitta E34070030

Dokumen terkait