• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR GAMBAR

III. METODE PENELITIAN

3.3 Jenis dan Metode Pengambilan Data 1 Jenis Data

3.3.2 Metode Pengumpulan Data 1 Studi Pustaka

3.3.2.2 Observasi Lapang 1 Teknik Penangkaran

Observasi lapang dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan, pengukuran langsung di lapangan dan dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh petugas (animal keeper) penangkaran.

a. Pengamatan langsung dilakukan terhadap burung kakatua-kecil jambul kuning yang dipelihara di penangkaran, antara lain:

a.1) Aspek kandang meliputi: jenis, jumlah, fungsi, bahan, ukuran, perlengkapan (tempat makan, tempat minum, tempat bersarang, tempat bertengger, tempat bermain, dan lain-lain), pengelolaan dan perawatan

a.2) Aspek pakan meliputi: jenis, jumlah, waktu pemberian, cara pemberian, dan frekuensi pemberian

a.3) Jenis penyakit yang sedang diderita burung kakatua-kecil jambul kuning dan cara penanganannya

a.4) Aspek reproduksi meliputi: penentuan jenis kelamin dan perlengkapan penetasan telur.

b. Pengukuran langsung yang dilakukan, antara lain:

b.1) Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer suhu dan pengukuran terhadap kelembaban dilakukan dengan menggunakan

thermometer dry-wet yang dilakukan setiap hari setiap jam dari pukul 06.00-18.00 dengan menggantungkan di dalam kandang.

b.2) Pengukuran terhadap setiap jenis kandang dilakukan dengan pengukuran terhadap tinggi (m), panjang (m), dan lebar (m) dengan menggunakan meteran.

c. Mengikuti kegiatan pengelola dengan terlibat aktif dalam kegiatan perawatan kandang, waktu pemberian pakan, cara pemberian pakan, dan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pengelola.

3.3.2.2.2 Aktivitas Harian

Pengamatan mengenai aktivitas harian kakatua-kecil jambul kuning dilakukan dengan menggunakan metode Focal Animal sampling, yaitu pengamatan dilakukan pada individu-individu tertentu sehingga pengambilan data terfokus pada satu individu yang diamati. Pengamatan dilakukan terhadap Cacatua sulphurea sulphurea. Masing-masing jenis yang diamati adalah dua ekor yang mewakili jenis kelamin jantan dan betina. Pengamatan setiap dua individu kakatua-kecil jambul kuning dilakukan selama 12 jam mulai dari pukul 06.00-18.00 WIB dengan interval waktu 60 menit. Pengamatan aktivitas harian kakatua-kecil jambul kuning dilakukan selama 10 hari dengan masing-masing jenis kelamin dilakukan pengulangan sebanyak lima kali.

3.3.2.2.3 Perilaku Makan

Pengamatan dilakukan dengan metode yang sama yaitu Focal Animal Sampling, yaitu pengamatan dilakukan pada individu-individu tertentu sehingga pengembilan data terfokus pada satu individu yang diamati. Pengamatan dilakukan terhadap Cacatua sulphurea sulphurea berjumlah dua ekor yang mewakili tiap jenis kelamin. Pengamatan dilakukan pada waktu aktif burung dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB dengan pengulangan sebanyak lima kali.

3.3.2.3 Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak pengelola terkait dengan kondisi umum, pemeliharaan burung kakatua-kecil jambul kuning dan, pola perilaku. Wawancara dilakukan secara mendalam, terbuka, dan tidak baku.

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif.

3.4.1 Analisis Data Deskriptif

Semua data yang didapatkan dianalisis dengan menjelaskan segala yang terjadi di penangkaran dalam hal pemeliharaan, perilaku makan, dan waktu berlangsungnya perilaku makan burung kakatua-kecil jambul kuning yang dilengkapi dengan bagan, tabel, skema dan gambar yang dapat mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang diperoleh.

3.4.2 Analisis Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan mengenai aktivitas harian kakatua-kecil jambul kuning, dianalisis dan disajikan secara deskriptif yang dilengkapi oleh gambar, tabel, dan kurva atau grafik yang relevan. Untuk mengetahui waktu yang digunakan dari suatu tingkah laku dalam satu hari menggunakan rumus:

Presentase waktu seluruh tingkah laku (%) = Keterangan:

A = waktu yang digunakan untuk suatu tingkah laku dalam satu hari pengamatan

B = total waktu pengamatan dalam satu hari (720 menit)

Pengujian terhadap hubungan antara parameter yang diukur dan diamati menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 = tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian burung kakatua-kecil jambul kuning

H1 = ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian burung kakatua-kecil jambul kuning

Hipotesis tersebut kemudian diuji menggunakan uji X2 atau Khi-kuadrat (Walpole 1997) melalui rumus:

X2=

Keterangan:

Oi = nilai pengamatan aktivitas burung kakatua-kecil jambul kuning Ei = nilai harapan aktivitas burung kakatua-kecil jambul kuning

total kolom x total baris total pengamatan

Pengambilan keputusan atas hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Jika X2 hitung > dari X2 tabel, maka tolak H0 Jika X2hitung < dari X2tabel, maka terima H0

IV. KONDISI UMUM

4.1 Sejarah, Tujuan, Manfaat dan Struktur Organisasi 4.1.1 Sejarah

Penangkaran Mega Bird Farm didirikan pada tahun 1996 berdasarkan hobi pengelola dalam memelihara burung, khususnya burung-burung berkicau dan burung jalak bali (Leucopsar rothschildi). Namun pada tahun 2010, lokasi ini baru disahkan dan diakui oleh pemerintah sejak memperoleh hak paten sebagai PT. Mega Bumi Indah Lestari dan berganti nama menjadi Mega Bird and Orchid farm

(MBOF) yang didasarkan pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal PHKA No. SK. 22/IV-SET/2010 tentang pemberian izin penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildi) yang dilindungi oleh undang-undang dan Surat Keputusan BBKSDA Jawa Barat No. SK. 164/BBKSDA-JABAR-1/2010 tentang pemberian izin penangkaran burung yang tidak dilindungi oleh undang-undang, serta pada tahun 2011, pemerintah juga telah mengeluarkan surat keputusan melalui Direktorat Jenderal PHKA dengan No. SK. 22/IV-SET/2011 tentang izin usaha penangkaran burung (aves) yang dilindungi oleh undang-undang.

4.1.2 Tujuan

Tujuan didirikannya penangkaran burung MBOF adalah

a) Untuk konservasi sumberdaya alam hayati, khususnya burung dan anggrek, b) Untuk ekonomi (komersial).

4.1.3 Manfaat

Dengan adanya penangkaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

a) Menjadi sarana pendidikan dan penelitian b) Menciptakan lapangan pekerjaan

c) Sebagai mata pencaharian

4.1.4 Struktur Organisasi

Penangkaran burung MBOF dipimpin oleh seorang direktur, Drs. Megananda Daryono MBA. Dalam pelaksanaan pengelolaan penangkaran MBOF, direktur di bantu oleh manajer, Supriyanto Akdiatmojo, dan Wakil Manajer, Hari

Dimas Prayoga. Penangkaran burung MBOF memiliki 14 pegawai dan 6 orang penjaga keamanan.

4.2 Kondisi Fisik 4.2.1 Luas dan Letak

Penangkaran burung MBOF memiliki luas tanah ± 2 ha dan memiliki luas bangunan ± 1 ha. Lokasi penangkaran ini terletak di Desa Cijujung Tengah RT. 05 RW. 04, Sukaraja, Bogor. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan angkot Kampus Dalam, angkot 03, dan angkot 32 kurang lebih selama satu jam dari Kampus IPB Darmaga. Sedangkan apabila menggunakan motor dapat ditempuh kurang lebih selama setengah jam.

4.2.2 Sarana Penangkaran

Didalampenangkaran terdapat rumah yang menjadi tempat tinggal pengelola dan vila yang digunakan untuk menjamu tamu apabila sedang diadakan pelatihan burung.

4.2.3 Kondisi Biotik

Selain burung dan anggrek yang terdapat di dalam penangkaran, terdapat juga pohon rambutan (Nephelium lappaceum), mangga (Mangifera indica), jambu air (Syzygiumaqueum) , jambu biji (Psidium guajava), dan pisang (Musa sp.).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknik Penangkaran

5.1.1 Sumber dan Jumlah Bibit

Sebagian besar burung-burung yang terdapat di penangkaran burung MBOF berasal dari orang-orang yang memiliki hobi dalam mengoleksi burung. Burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di penangkaran burung MBOF juga berasal dari orang yang hobi mengoleksi burung kakatua yang mendapatkannya dari Sulawesi. Burung kakatua-kecil jambul kuning didatangkan ke penangkaran burung MBOF pada tanggal 11 November 2010. Jumlah burung kakatua-kecil jambul kuning adalah 4 ekor, 2 jenis kelamin betina dan 2 jenis kelamin jantan. Kedepannya pihak pengelola ingin menambah jumlah burung kakatua-kecil jambul kuning karena merasa jumlah tersebut masih sangat sedikit. Tetapi, pihak pengelola cukup kesulitan untuk menambah jumlahnya karena keberadaannya yang cukup langka.

5.1.2 Perkandangan

Kandang burung kakatua adalah habitat yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan burung kakatua. Penangkaran merupakan upaya pengembangbiakan jenis di luar habitat alaminya. Agar penangkaran burung tersebut berhasil dibuutuhkan suasana habitat penangkaran yang mirip dengan habitat alaminya. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), Untuk mendapatkan kondisi seperti habitat alami, maka beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi penangkaran burung adalah:

a) Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan, b) Jauh dari keramaian dan kebisingan,

c) Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai, d) Tidak terganggu oleh polusi udara (debu, asap, bau gas),

e) Tidak berada pada tempat yang lembab, becek, dan tergenang air, karena akan menimbulkan penyakit,

f) Di sekitar lokasi penangkaran hendaknya terdapat atau ditanami pohon-pohon pelindung agar suasana menjadi lebih sejuk dan burung merasa seperti berada pada habitat alam,

g) Terisolasi dari pengaruh binatang/ternak lain,

h) Tersedia air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta pembersihan kandang,

i) Mudah mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia.

Perkandangan meliputi segala aspek yang berhubungan dengan kandang dan pengelolaannya. Aspek perkandangan yang harus diperhatikan, meliputi jenis, fungsi, luasan atau ukuran, konstruksi, perlengkapan, perawatan, pengelolaan limbah, suhu dan kelembaban kandang.

5.1.2.1 Jenis dan Fungsi Kandang

Penangkaran burung kakatua-kecil jambul kuning di MBOF termasuk ke dalam jenis penangkaran intensif. Jenis kandang di penangkaran ini merupakan kandang permanen yang terdapat di luar ruangan. Jumlah kandang burung kakatua- kecil jambul kuning adalah 2 kandang. Setiap kandang berisi sepasang burung kakatua-kecil jambul kuning. Kandang permanen ini berukuran 300 cm x 157 cm x 154 cm. Kandang ini digunakan oleh burung kakatua untuk melakukan segala aktivitasnya, antara lain makan, minum, kawin dan aktivitas-aktivitas lainnya yang biasa dilakukan oleh burung kakatua. Lebih dari 50% ruangan yang terdapat di dalam kandang adalah ruang terbuka yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Menurut Prahara (1999), minimal 70 % dari kandang harus merupakan ruang terbuka dan dapat ditembus oleh sinar matahari. Sinar matahari sangat penting untuk proses reproduksi karena dalam proses reproduksi membutuhkan intensitas sinar matahari yang cukup untuk mengerami telurnya sampai pada masa perawatan anak (Zaky 2006). Selain itu, menurut Prijono dan Handini (1998), sinar matahari pagi berfungsi membantu pembentukan vitamin D, dapat membunuh kuman penyakit, dan akan mengurangi kelembaban di dalam kandang. Kandang yang lembab akan mempermudah penyebaran kuman penyakit.

5.1.2.2 Konstruksi Kandang

Kandang burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di MBOF termasuk dalam kategori kandang permanen. Konstruksi dari kandang permanen ini terdiri dari pagar berupa tembok, kawat ram sebagai bahan utama kandang dengan dilengkapi besi di setiap sudutnya dan asbes sebagai atap. Burung kakatua sangat suka mematuk benda-benda yang ada di sekitarnya, termasuk kawat ram yang menjadi bahan utama pembuatan kandang. Karena paruh dari burung kakatua sangat kuat, konstruksi dari kandang harus terbuat dari kawat yang khusus. Kawat ram yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan kandang burung kakatua tidak cukup kuat untuk mengantisipasi aktvitas yang biasa dilakukan oleh burung kakatua ini. Menurut Prahara (1999), kawat harus terbuat dari baja dan tahan karat (galvanized), pada umumnya digunakan kawat yang mempunyai ketebalan 0,2 cm dengan besar spasi sekitar 4 cm2. Pada kandang terdapat pintu kecil yang berukuran 70 cm x 50 cm yang dipergunakan pengelola untuk mengganti makan dan minum setiap harinya. Pada pintu kandang juga dipasang gerendel agar burung kakatua tidak mudah lepas.

5.1.2.3 Perlengkapan Kandang

Adanya perlengkapan di dalam kandang sangat berperan penting agar burung kakatua-kecil jambul kuning dapat merasa nyaman seperti berada di habitat alaminya dan dapat terhindar dari stres akibat perubahan habitat. Perlengkapan yang ada di kandang di sesuaikan dengan kebutuhan yang biasa di lakukan oleh burung. Kandang burung di penangkaran MBOF memiliki tempat untuk bertengger, tempat untuk bersarang, tempat minum, dan tempat makan. Keempat jenis perlengkapan kandang ini merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi burung. Burung kakatua melakukan kegiatan bertengger pada sebagian besar aktivitasnya. Kayu yang digunakan untuk burung kakatua dan sebagian besar burung sebagai tempat bertengger di dalam kandang penangkaran MBOF adalah kayu puspa. Kayu ini didapat dari Pelabuhan Tanjung Priok. Kayu ini dipilih karena di Pelabuhan Tanjung Priok hanya terdapat kayu puspa yang dijual secara gelondongan. Pengelola kesulitan dalam mendapatkan kayu gelondongan yang digunakan untuk tempat bertengger bagi sebagian besar burung yang ada di penangkaran burung MBOF.

Di dalam kandang juga terdapat perlengkapan berupa tempat bersarang yang berukuran 96,9 cm x 52 cm x 67 cm. Tempat bersarang biasa digunakan burung kakatua untuk bersembunyi dan beristirahat. Di alam, biasanya burung kakatua tidak membuat sarang, melainkan menggunakan lubang bekas cabang yang mati dan lapuk atau bekas sarang burung lain. Menurut Prahara (1999), di habitat aslinya burung kakatua mempunyai kebiasaan berbiak di dalam lubang-lubang pohon. Hal ini menyebabkan pentingnya tempat bersarang disediakan oleh pihak pengelola. Sarang yang terdapat di dalam kandang terbuat dari triplek. Berdasarkan pengamatan, triplek yang digunakan sebagai bahan untuk membuat tempat sarang sering dipatuk-patuk oleh kakatua sehingga dapat merusak bentuk dari tempat sarang tersebut. Menurut Prahara (2003), untuk mencegah hal ini kotak sarang dapat dilapisi dengan seng/besi atau dengan mengurung kotak sarang

ini dalam sebuah “sangkar” kawat besi yang kuat. Selama pengamatan, kotak sarang yang disediakan oleh pengelola hanya dimasuki oleh burung kakatua jantan. Burung kakatua betina tidak pernah terlihat memasuki kotak sarang ini dikarenakan burung kakatua betina menghindari burung kakatua jantan. Teknik penjodohan yang dilakukan oleh pihak pengelola belum berhasil sehingga sering terjadi penolakan oleh burung kakatua betina terhadap burung kakatua jantan. Sebaiknya, kotak sarang yang disediakan berjumlah minimum 2 buah kotak sarang agar burung kakatua betina juga dapat menggunakan kotak sarang mengingat pentingnya kotak sarang bagi burung kakatua untuk istirahat dan bersembunyi. Apabila burung kakatua telah berhasil dijodohkan, kotak sarang dapat digunakan untuk kawin dan bertelur. Perlengkapan kandang yang lain adalah tempat makan dan tempat minum yang terbuat dari alumunium stainless.

5.1.2.4 Perawatan Kandang

Kegiatan perawatan di dalam kandang di penangkaran burung MBOF terdiri dari pembersihan kandang dari sisa-sisa makanan dan feses burung kakatua, membersihkan dan mengganti air minum dengan air bersih. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari. Pembersihan di luar kandang meliputi pembersihan sampah di sekitar kandang, merapikan tanaman yang tumbuh di dalam penangkaran, dan menanam tanaman untuk memperindah penangkaran. Kegiatan pembersihan di luar kandang dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 Kegiatan pembersihan di luar kandang. Keterangan: a) Pegawai sedang membersihkan halaman; b) Sampah sekitar kandang.

Sebagian besar kegiatan ini bersifat insidental, tapi untuk pembersihan sampah di sekitar kandang dilakukan setiap hari. Perawatan kandang bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang agar burung kakatua dapat hidup sehat dan dapat terhindar dari penyakit. Kegiatan pembersihan ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan burung kakatua. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), tindakan yang diperlukan untuk menjaga kebersihan kandang, antara lain adalah:

a) Mengeruk, menyikat dan menyapu kotoran yang melekat pada bagian-bagian kandang untuk dibuang pada tempat pembuangan yang telah disiapkan.

b) Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah dibersihkan secara rutin dua kali sehari .

c) Menyemprot kandang dengan desinfektan secara reguler 1 bulan sekali.

5.1.2.5 Pengelolaan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari penangkaran burung MBOF adalah limbah padat yang berasal dari pakan sisa, yang berupa jagung, kuaci, kacang tanah, pepaya, kulit pisang, daun pepaya, dan tauge. Selain itu, limbah padat dihasilkan dari feses burung. Limbah-limbah ini setelah dikumpulkan lalu ditampung ke dalam angkong atau gerobak dorong. Limbah-limbah ini kemudian didistribusikan ke penampungan terakhir yang terletak di dekat penangkaran dan diolah menjadi pupuk untuk tanaman-tanaman buah yang terdapat di penangkaran. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan

yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Simanungkalit dkk. 2006). Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik ini dapat bermanfaat untuk peningkatan produksi tanaman, mengurangi pencemaran lingkungan karena berasal dari bahan-bahan yang alami, dan dapat juga meningkatkan kualitas dari tanah. Berbeda dengan menggunakan pupuk buatan yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan maupun terhadap produksi tanaman.

5.1.2.6 Suhu dan Kelembaban Kandang

Hasil pengukuran suhu di kandang penangkaran burung MBOF relatif stabil. Suhu rata-rata harian di kandang adalah 29,78°C. Suhu pada pagi hari adalah 23°C, siang hari bisa mencapai 33°C, dan suhu pada sore hari menurun menjadi 27°C. Kondisi suhu di penangkaran burung MBOF dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Grafik suhu kandang di penangkaran burung MBOF.

Kelembaban rata-rata harian di kandang adalah 67,42%. Kelembaban kandang pada pagi hari stabil pada 91%, siang hari berkisar antara 60-61%, dan

sore hari stabil pada kelembaban 75%. Kondisi kelembaban pada penangkaran burung MBOF dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Grafik kelembaban kandang di penangkaran burung MBOF.

Untuk burung kakatua-kecil jambul kuning tidak terlalu jelas mengenai suhu dan kelembaban yang paling baik untuk kehidupannya. Berdasarkan ketinggian tempatnya, burung kakatua-kecil jambul kuning dapat dijumpai dari permukaan laut sampai ketinggian 800 mdpl, tetapi burung kakatua-kecil jambul kuning cenderung lebih banyak dijumpai pada kisaran ketinggian antara 200-400 mdpl (Zaky 2006). Menurut Persulessy dan Trainor (2001), secara garis besar

Cacatua sulphurea penyebarannya mendapat pengaruh yang signifikan oleh variabel ketinggian. Suhu di permukaan bumi akan semakin rendah dengan bertambahnya ketinggian. Sedangkan kelembaban suatu tempat bergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut (Handoko 1995).

Menurut Handoko (1995), hubungan antara suhu rata-rata harian pada bulan-bulan Januari, Februari dan Maret 1982 dengan berbagai ketinggian tempat di Indonesia, antara lain pada ketinggian 0-500 mdpl suhu rata-rata harian mencapai 24,5°C hingga 27°C, pada ketinggian 500-1000 mdpl suhu rata-rata harian mencapai 21,5°C hingga 24,5°C, dan pada ketinggian 1000-1500 mdpl suhu rata-rata harian mencapai 20°C hingga 21,5°C. Suhu rata-rata harian di dalam kandang penangkaran yang bisa mencapai 29,78°C dirasa cukup tinggi sebagai

habitat dari burung kakatua. Dengan tingginya suhu tersebut, secara garis besar berpengaruh terhadap aktivitas dari burung kakatua-kecil jambul kuning.

Pada pagi hari dengan suhu 23°C, burung kakatua terlihat lebih aktif. Pada siang hari dengan suhu yang meningkat menjadi 33°C, burung kakatua lebih banyak berdiam diri. Burung kakatua jantan lebih memilih untuk berdiam diri di dalam sarang, sedangkan burung kakatua betina lebih banyak diam sambil berteduh di bawah atap. Untuk sore hari dengan suhu yang mulai menurun menjadi 27°C, burung kakatua kembali aktif melakukan aktivitasnya. Untuk mengantisipasi suhu yang cukup tinggi disarankan agar menyiram kandang untuk menurunkan suhu yang ada di dalam kandang karena hujan sangat jarang sekali terjadi.

5.1.3 Pakan

Burung paruh bengkok merupakan jenis burung pemakan segala jenis makanan kecuali serangga. Makanan yang biasa dimakan adalah biji-bijian, buah, madu, bunga dan pucuk tanaman. Burung paruh bengkok memiliki paruh bagian bawah yang melengkung ke atas dan bagian atas yang melengkung ke bawah (kakatua, nuri dan bayan), biasanya menandakan bahwa burung tersebut merupakan pemakan segala jenis makanan kecuali serangga (Soemadi dan Mutholib 1995). Burung kakatua-kecil jambul kuning merupakan hewan herbivora. Dalam penyediaan pakan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan burung sehingga berfungsi secara efektif dan efisien. Pakan yang disediakan harus pakan yang baik karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan burung kakatua. Kualitas dan kuantitas dari pakan harus diperhatikan sehingga dapat memberikan fungsi yang optimum bagi burung.

5.1.3.1 Jenis dan Sumber Pakan

Jenis pakan yang diberikan untuk burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di penangkaran burung MBOF meliputi jagung, biji bunga matahari atau kuaci, kacang tanah, dan pepaya (Gambar 5).

Gambar 5 Jenis pakan yang diberikan pada burung kakatua. Keterangan: a) Kuaci atau biji bunga matahari; b) Jagung muda; c) Kacang tanah; d) Pepaya.

Menurut pengelola, pemilihan pakan berupa jagung muda, kacang tanah, kuaci dan pepaya di penangkaran burung MBOF berdasarkan kesukaan burung kakatua dan juga berdasarkan buku-buku yang telah dibaca oleh pengelola. Di alam menurut PHPA et al. (1998), berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan penduduk setempat pada tahun 1995, dikombinasikan dengan pengamatan langsung di Sulawesi, ada 14 jenis tumbuhan yang tercatat menjadi makanan kakatua, yakni buah-buahan atau biji-bijian jagung, pisang, mangga, pepaya, buah

ara, jambu biji, jambu bol, “kedondong batu”, “marang taipa”, pir berduri,

sarikaya, bunga kelapa, asam jawa, bunga dan buah mangrove. Sedangkan menurut Prahara (1999), burung kakatua sangat menggemari jagung muda yang berbonggol, biji bunga matahari, kacang tanah, tebu, buah biji kenari, dan sedikit sayuran serta buah-buahan. Pemilihan pakan yang dilakukan oleh pihak pengelola sudah cukup tepat hanya perlu untuk menambah variasi jenis pakan untuk burung kakatua-kecil jambul kuning untuk menghindari kejenuhan yang dapat berdampak terhadap nafsu makannya.

b)

d) c)

Pakan yang paling sering diberikan adalah jagung, kuaci dan kacang tanah. Sedangkan untuk pepaya diberikan secara insidental tergantung persediaan, apabila jumlah pepaya yang terdapat di penangkaran berlebih akan diberikan pada burung kakatua sebagai makanan tambahan. Pepaya juga digunakan untuk mengganti salah satu jenis pakan utama yang sedang tidak tersedia di penangkaran. Pakan-pakan ini

Dokumen terkait