• Tidak ada hasil yang ditemukan

_____________, 1994. Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman. BPOM RI. Jakarta. _____________, 1996. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996

tentang Pangan. BPOM RI. Jakarta.

_____________, 1999. Undang-Undang Republik Indonesia no 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Kementrian Hukum dan HAM. Jakarta. _____________, 1999. Peraturan Pemerintah RI no 69 tahun 1999 tentang Label

dan Iklan Pangan. BPOM RI. Jakarta.

_____________, 2004. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No : HK.00/05.1.2569 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan. BPOM RI. Jakarta.

_____________, 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK00.05.52.0685 tahun 2005 tentang Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. BPOM RI. Jakarta. Engel, JF., Roger D. Blackwell dan Paul W.Miniard. 1995. Perilaku Konsumen.

Edisi keenam. Jilid 2. Binarupa Aksara. Jakarta.

Food Marketing Institute (2006) di dalam Sloan, A. Elizabeth. 2008. Top Ten Food Trends. http://members.ift.org/NR/rdonlyres/504BC1ED-53DC-4A67-88A7-EC560ACF28BE/0/0406topten.pdf. [20 Pebruari 2008].

Garman (1990) di dalam Sumarwan. 2006. . Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Hak atas Informasi. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Perilaku Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Sabtu, 24 Juni. Bogor.

Gamble, M.W. dan T.K. Gamble. 1986. Introducing Mass Communication. Mc. Graw Hill Book. USA.

Klepner, O. 1986. Advertising Procedure. Prentice-Hall. New York

Kotler, P. dan Gary Amstrong. 1996. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 2. Edisi keenam. Multimedia. Jakarta.

49 Mahardika, Kartika SM. 2002. Mempelajari Sistem Pemantauan Iklan Pangan di

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan BPOM RI. Skripsi. FATETA IPB. NLEA (1994) di dalam Wijaya, HN. 1997. Pelabelan Pangan. Pelatihan

Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan Bagi Staff Pengajar. 21 Juli-2 Agustus. CNFS-IPB. Bogor.

Pattis, S. W. 1993. Karier Bisnis dalam Periklanan. Dahara Prize. Semarang.

Perbawaningsih, Y. 1994. Perkembangan bisnis pers di Indonesia. Alternatif : Jurnal Masalah-Masalah Pembangunan.

PPPI. 2005. Etika Pariwara Indonesia. http://www.pppi.or.id/rambu-EPI.php.[20 Pebruari 2008].

PPPI. 2008. Laporan Badan Pengawas Periklanan Periode Februari 2006-Januari 2008. http://www.pppi.or.id/pdf/EPI(Feb06-Jan08).pdf. [20 Pebruari 2008] Pradnyawati, KGA. 1997. Sikap dan Preferensi Remaja dalam Memilih Makanan

Siap Santap Tradisional dan Modern (Studi Kasus di SMU Negeri 1 dan SMU Regina Pacis Bogor). Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Saidi, Z. 2003. Jangan Telan Bulat-Bulat : Kiat Menghadapi Iklan. Lembaga Konsumen Jakarta Pirac.

Sloan, A. Elizabeth. 2008. Top Ten Food Trends.

http://members.ift.org/NR/rdonlyres/504BC1ED-53DC-4A67-88A7-EC560ACF28BE/0/0406topten.pdf. [20 Pebruari 2008].

Sukmaningsih, I. 1997. Iklan Pangan Kaitannya dengan Hak dan Perlindungan Konsumen. Seminar Nasional Iklan Pangan dan Antisipasi UU Pangan No. 7 tahun 1996 dan PP Iklan Pangan 1997. Puri Agung Hotel Sahid. 14 April. Jakarta.

Sumarwan, Ujang. 2006. Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Hak atas Informasi. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Perilaku Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Sabtu, 24 Juni. Bogor. Susilo, Zulkarnaen. 1993. “Dari Efisiensi Menuju Duduk Bersama”. Usahawan No.

50 Tresnawati, N. 1997. Analisis Proses Pengambilan Keputusan Konsumen dalam Membeli Susu Formula (Studi Kasus di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

51 Lampiran 1. Jenis-jenis Pelanggaran Iklan Pangan.

Kode pelanggaran

Jenis Pelanggaran Dasar Hukum Bunyi Pasal

BERLAKU UNTUK SEMUA PRODUK PANGAN

U1 Mengiklankan kata halal SK MENTERI KESEHATAN NO.

386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN

Kata HALAL tidak boleh diiklankan

U2 Berlebihan Pasal 9 ayat 1 poin j UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap SK MENTERI KESEHATAN NO.

386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN

Iklan makanan tidak boleh dimuat dengan ilustrasi peragaan maupun kata-kata yang berlebihan, sehingga dapat menyesatkan konsumen.

U3 Menjurus ke obat Pasal 53 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Iklan dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat.

SK MENTERI KESEHATAN NO.

386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN

• Iklan makanan tidak boleh menjurus ke pendapat bahwa makanan yang bersangkutan berkhasiat sebagai obat.

• Iklan makanan dilarang mencantumkan bahwa suatu makanan dapat menyehatkan dan dapat memulihkan kesehatan.

U4 Tidak benar dan atau menyesatkan

Pasal 44 ayat 1 dan penjelasan atas PP RI NO. 69

TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN • Setiap Iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib memuat keterangan mengenai pangan secra benar dan tidak menyesatkan, baik dalam bentuk gambar atau pernyataan dan atau bentuk apapun lainnya.

Pasal 5 ayat 1 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Keterangan yang menyesatkan adalah pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga,

52 bahan, mutu, komposisi, manfaat atau keamanan pangan yang meskipun benar dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan” Bagian Penjelasan atas PP RI NO. 69 TAHUN 1999

TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN • Penjelasan atas pasal 5 ayat 1 :

Keterangan tidak benar adalah suatu keterangan yang isinya bertentangan dengan kenyataan sebenarnya atau tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan tersebut dapat

memberikan gambaran atau kesan yang sebenarnya tentang pangan.

Keterangan yang menyesatkan adalah pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga, bahan, mutu, komposisi, manfaat atau keamanan pangan yang meskipun benar dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan.

• Penjelasan atas pasal 6 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pernyataan (klaim) tentang manfaat kesehatan di dalam Peraturan Pemerintah ini adalah pernyataan bahwa produk pangan tertentu mengandung zat gizi dan atau zat non gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi atau tidak boleh dikonsumsi bagi kelompok tertentu, misalnya untuk anak-anak berusia dibawah umur lima tahun, kelompok lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, dan sebagainya.

Yang dimaksud bahwa pernyataan tersebut hanya dapat dicantumkan pada label atau iklan apabila secara ilmiah hal tersebut dapat

dipertanggungjawabkan adalah, antara lain melalui uji laboratorium atau uji klinis.

• SK MENTERI KESEHATAN NO.

386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN

Makanan yang diberi label harus memuat informasi yang benar dan tidak menyesatkan Iklan makanan Lampiran 1 (lanjutan)

53 PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN harus menyatakan informasi yang benar dan tidak

menyesatkan. Kalimat, kata-kata, nama, lambang, logo, gambar, referensi, nasehat, peringatan atau pernyataan untuk periklanan tidak boleh

menyesatkan, mengacaukan, atau menimbulkan penafsiran yang salah mengenai, asal dan sifat, isi dan komponen, serta mutu dan kegunaan.

U5 Iklan yang keterangan asal

bahannya tidak benar. • Pasal 54-57 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Pasal 54

Iklan tentang pangan yang dibuat tanpa

menggunakan atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang

bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan alamiah. Pasal 55

Iklan tentang pangan yang dibuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi, dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan tersebut dibuat dari bahan yang segar.

Pasal 56

Iklan yang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan telah diperkaya dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lainnya tidak dilarang, sepanjang hal tersebut benar dilakukan pada saat pengolahan pangan tersebut.

Pasal 57

Pangan yang dibuat atau berasal dari bahan alamiah tertentu hanya dapat diiklankan sebagai

berasal dari bahan baku alamiah tersebut, apabila pangan tersebut mengandung bahan alamiah yang bersangkutan tidak kurang dari persyaratan minimal yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia.

• SK MENTERI KESEHATAN NO. Kalimat, kata-kata, nama, lambang, logo, gambar, Lampiran 1 (lanjutan)

54 386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN

PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN

referensi, nasehat, peringatan atau pernyataan untuk periklanan tidak boleh menyesatkan, mengacaukan, atau menimbulkan penafsiran yang salah mengenai, asal dan sifat, isi dan komponen, serta mutu dan kegunaan.

Misalnya:

• Segar : Perkataan segar hanya boleh digunakan untuk makanan yang diproses, berasal dari satu ingredien dan menggambarkan makanan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan.

• Alami : Perkataan tersebut hanya boleh digunakan untuk bahan mentah, produk yang tidak dicampur dan tidak diproses.

• Murni : Hanya boleh digunakan bila produk tidak ditambah apa-apa.

• Dibuat dari : Hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan.

• Makanan yang dibuat sebagian atau tanpa bahan pokok alami tidak boleh diiklankan seolah-olah makanan yang bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan alami.

• Makanan yang dibuat dari bahan yang telah mengalami pengolahan, tidak boleh diiklankan dengan cara yang dapat memberi kesan seolah-olah makanan itu dibuat dari bahan segar. • Iklan makanan tidak boleh memuat pernyataan

nilai khusus pada makanan apabila nilai tersebut tidak seluruhnya berasal dari makanan tersebut, tetapi sebagian diberikan oleh makanan lain yang dapat dikonsumsi bersama-sama (seperti nilai kalori pada makanan serealia untuk sarapan yang biasanya dimakan dengan susu dan gula). Lampiran 1 (lanjutan)

55 • Iklan makanan tidak boleh menyatakan bahwa

makanan seolah-olah merupakan sumber protein, kecuali 20% kandungan kalorinya berasal dari protein dan atau kecuali jumlah yang wajar dikonsumsi per hari mengandung tidak kurang 10 gram protein.

U6 Keterangan tentang produk

tidak lengkap • Pasal 45 Ayat 3 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Untuk kepentingan pengawasan, penerbit, pencetak, pemegang izin siaran radio atau televisi, agen dan atau medium yang dipergunakan untuk menyebarkan Iklan dilarang merahasiakan identitas, nama dan alamat pemasang Iklan.

U7 Mengeksploitasi kejadian atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau yang bersangkutan.

Pasal 17 ayat 1 poin e UU Perlindungan konsumen Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang : e). mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan

U8 Mendiskreditkan/menduplikasi produk iklan pangan lain

Pasal 47 ayat 1 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Iklan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk diedarkan dan atau disebarluaskan

dalam masyarakat dengan cara mendiskreditkan produk pangan lainnya

U9 Menampilkan anak-anak balita dalam bentuk apapun kecuali produk pangan balita.

Pasal 47 ayat 2 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Iklan dilarang semata-mata menampilkan anak-anak berusia dibawah 5 (lima) tahun dalam

bentuk apapun, kecuali apabila pangan tersebut diperuntukkan bagi anak-anak yang

berusia dibawah 5 (lima) tahun. U10 Iklan produk umum berbahan

tertentu dengan kadar tinggi mengiklankan pada media khusus anak

Pasal 47 ayat 3 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Iklan tentang pangan olahan tertentu yang mengandung bahan-bahan yang berkadar tinggi yang dapat membahayakan dan atau mengganggu pertumbuhan dan atau

perkembangan anak-anak dilarang dimuat dalam media apapun yang secara khusus

ditujukan untuk anak-anak. U11 Iklan mengklaim sumber energi

unggul dan segera memberkan kekuatan

Pasal 50 P RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Iklan dilarang memuat keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

56 U12 Iklan pangan fungsional yang

tidak mengikuti ketentuan dalam klaim kandungan gizi, klaim fungsi gizi dan klaim manfaat terhadap kesehatan

Pasal 56 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Iklan yang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan telah diperkaya dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lainnya tidak dilarang, sepanjang hal tersebut benar dilakukan pada saat pengolahan pangan tersebut.

Peraturan Kepala BPOM RI HK 00.05.52.0685 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional & Dokumen Pelabelan Pangan Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) BPOM RI

Telah dijabarkan pada Bab Tinjauan Pustaka

57 Lampiran 1. (lanjutan)

Kode pelanggaran

Jenis Pelanggaran Dasar Hukum Bunyi hukum/pasal

BERLAKU UNTUK PRODUK PANGAN TERTENTU K1 Diiklankan tidak di media

kesehatan (khusus produk bayi di bawah satu tahun

Pasal 47 ayat 4 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Iklan tentang pangan yang diperuntukkkan bagi bayi yang berusia sampai dengan 1 (satu) tahun, dilarang dimuat dalam media massa, kecuali dalam media cetak khusus tentang kesehatan, setelah mendapat persetujuan Menteri Kesehatan, dan dalam iklan yang bersangkutan wajib memuat keterangan bahwa pangan yang bersangkutan bukan penggganti ASI. K2 Ilklan produk pangan

bayi/balita tidak memuat keterangan peruntukan dan/atau peringatan dampak negative bagi kesehatan

Pasal 51 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

1. Iklan tentang pangan yang diperuntukkan bagi bayi dan atau anak berumur dibawah lima tahun wajib memuat keterangan mengenai

peruntukannya.

2. Selain keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Iklan dimaksud harus pula memuat peringatan mengenai dampak negatif pangan yang bersangkutan bagi kesehatan

K3 Iklan Susu Skim, Kental Manis,

Filled Milk tidak

mencantumkan peringatan “TIDAK COCOK UNTUK BAYI”

SK MENTERI KESEHATAN NO.

386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN

• Iklan susu kental manis, susu skim dan "Filled Milk", tidak boleh diiklankan untuk bayi (sampai dengan 12 bulan).

• Iklan susu kental manis, susu skim dan "Filled Milk" harus mencantumkan spot peringatan yang berbunyi "PERHATIAN! TIDAK COCOK UNTUK BAYI". Dan jika menggunakan media radio spot tersebut harus dibacakan dengan jelas.

K4 Iklan susu krim penuh tidak mencantumkan spot tidak cocok untuk bayi dibawah usia 6 bulan

SK MENTERI KESEHATAN NO.

386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN

Iklan susu krim penuh harus mencantumkan spot peringatan "PERHATIKAN! TIDAK COCOK UNTUK BAYI BERUMUR DIBAWAH 6 BULAN".

58 LABEL DAN IKLAN PANGAN beralkohol dalam media massa apapun.

• Minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah minuman berkadar etanol (C2H5OH) lebih dari atau sama dengan 1% (satu per seratus

K6 Iklan menganjurkan

mengkonsumsi vitamin untuk segala

kondisi/menginformasikan bahwa vitamin dapat menjadi makanan

substitusi/menginformasikan pemeliharaan kesehatan dapat tercapai hanya dengan penggunaan

vitamin/menginformasikan vitamin dapat menimbulkan energy, peningkat nafsu makan,

pertumbuhan,mengatasi stress, peningkatan kemampuan seks

SK MENTERI KESEHATAN NO.

386/MEN.KES/SK/iv/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKLANAN MAKANAN-MINUMAN

VITAMIN

a) Iklan vitamin harus dalam konteks sebagai suplemen makanan pada keadaan tubuh tertentu, misalnya keadaan sesudah

sakit/operasi, masa kehamilan dan menyusui serta lanjut usia.

b) Iklan vitamin tidak boleh terkesan memberikan anjuran bahwa vitamin dapat menggantikan makanan (subtitusi), atau vitamin mutlak dibutuhkan sehari-hari pada keadaan di mana gizi makanan sudah cukup.

c) Iklan vitamin tidak boleh memberi kesan bahwa pemeliharaan kesehatan (umur panjang, awet muda, kecantikan) dapat tercapai hanya dengan penggunaan vitamin.

d) Iklan vitamin tidak boleh memberi informasi secara langsung atau tidak langsung bahwa penggunaan vitamin dapat menimbulkan energi, ebugaran, peningkatan nafsu makan dan pertumbuhan mengatasi stres, ataupun

peningkatan kemampuan seks.

e) Iklan makanan boleh mencantumkan adanya vitamin dan mineral apabila pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 1/6 dari jumlah yang dianjurkan (AKG). f) Iklan makanan boleh mencantumkan

mengandung lebih dari satu vitamin atau mineral apabila setiap vitamin atau mineral Lampiran 1 (lanjutan)

59 tersebut terdapat dalam proporsi yang sesuai (AKG).

MAKANAN PELENGKAP (FOOD SUPPLEMENT) DAN MINERAL

Iklan hanya boleh untuk pencegahan dan mengatasi kekurangan makanan pelengkap dan mineral, misalnya sesudah operasi, sakit, wanita hamil dan menyusui, serta lanjut usia.

K7 Mengiklankan produk suplemen makanan dengan iming-iming hadiah berupa barang atau jasa

Pasal 13 ayat 2 UU no.8 tentang Perlindungan Konsumen

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain. K8 Iklan mencantumkan unsur

khusus yang dimaksud bagi pangan diet khusus dan dampak bila dikonsumsi oleh bukan orang yang melakukan diet khusus tersebut

Pasal 49 PP RI NO. 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

1) Iklan dalam media massa yang menyatakan bahwa pangan tersebut adalah pangan yang diperuntukkan bagi orang yang menjalankan diet khusus, wajib mencantumkan unsurunsur dari pangan yang mendukung pernyataan tersebut. 2) Selain keterangan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), Iklan tersebut wajib pula memuat keterangan tentang kandungan gizi pangan serta dampak yang mungkin terjadi apabila pangan tersebut dikonsumsi oleh orang lain yang tidak menjalankan diet khusus dimaksud.

Lampiran 2.. FORM PENILAIAN IKLAN PANGAN

60 Nama produk iklan pangan : ………(nama merek dagang)

No. Registrasi Produk : ……….(registrasi yang dikeluarkan BPOM)

Nama media :

………..

Tanggal terbit media : ………..

Jenis produk : ………...

(LIHAT KATEGORI PANGAN) Identitas produsen/distributor : ada/tidak ada

Deskripsi verbal iklan : ………..

(Tulis klaim penting dalam iklan, hal penting lain yang diinfokan secara tertulis )

Deskripsi visual iklan : ……… (Deskipsikan visualisasi iklan yang bersangkutan)

Analisa pelanggaran : ……….. (Sebutkan poin-poin yang dilanggar oleh iklan tsb)

Kode pelanggaran dalam iklan : ……… (lihat toolkit) yang telah disediakan (U1 s/d K8))

LETAK KODE PANGAN , contoh:

RP0109XX

61 Lampiran 3. Contoh gambar iklan produk pangan yang dianalisis.

Gambar 1 dan 2. Contoh iklan suplemen makanan yang klaimnya menjurus ke-obat dan klaim pangan fungsionalnya tidak tepat

62 Lampiran 3.(lanjutan)

Gambar 3. Contoh iklan dengan klaim berlebihan.

Gambar 4 dan 5. Contoh iklan yang mencantumkan kata halal dalam materi iklannya.

63 Lampiran 3.(lanjutan)

Gambar 6. Contoh iklan keterangan produknya tidak lengkap, klaim pangan fungsionalnya tidak tepat dan tidak ada keterangan dampak negatifnya bagi kesehatan balita.

64 Lampiran 3.(lanjutan)

Gambar 8. Contoh iklan yang klaimnya menyesatkan.

Gambar 9. Contoh iklan produk pangan bayi yang tidak memuat peringatan dampak negatif bagi kesehatan dan klaim pangan fungsionalnya tidak tepat.

65 Lampiran 3.(lanjutan)

Gambar 10. Contoh iklan yang sesuai dengan peraturan.

Gambar 11. Contoh Iklan yang berlebihan, menjurus ke obat, menyesatkan dan menggunakan keterangan asal bahan yang tidak benar.

66 Lampiran 3.(lanjutan)

Gambar 11 dan 12. Contoh iklan yang klaim pangan fungsionalnya tidak benar

Gambar 14. Contoh iklan yang mengklaim sebagai sumber energy unggul dan segeri memberikan kekuatan.

67 Lampiran 3.(lanjutan)

Gambar 15 dan 16. Contoh iklan susu krim penuh yang tidak mencantumkan peringatan “tidak cocok untuk bayi di bawah usia enam bulan”

Dokumen terkait