• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Arifin M, Iqbal A, Suryawan IBG, Djuwarso T, Tengkano W. 1997. Potensi dan pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama kedelai, pp. 1383- 1393. Dalam M. Syam et al. (Eds.). Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta/Bogor, 23-25 Agustus 1993. Buku 5: Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Kacang Tunggak.

[BPPP] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1997. Budidaya Kedelai di Lahan Pasang Surut. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

[BPPP] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Atman. 2006. Budidaya Kedelai di Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah Tambua. 5:288-296.

Bawden FC. 1964. Plant Virus and Virus Disease. The Ronald Press Company. New York. 361p.

Borror DJ, Triplehorn CA, Jhonson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Partosoedijono S, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari An Introduction to the Studies of Insects.

Chiba Y. 1991. Postharvest processing, marketing and quality degradation of vegetable soybean in Japan. Dalam S. Shanmugasundaram (ed.) Proceeding of vegetable soybean: research needs for production and quality improvement, hal. 108-112. Taiwan: Asian Vegetable Research and Development Center.

Dadang, Prijono D. 2008. Insektisida Nabati Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Duke CV. 2006. All about hoverflies. http://www.microscopy-

uk.org.uk/mag/artmay07/cd-hoverflies.html [14 September 2010]

Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Dominasi dan tingkat serangan hama kedelai. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.

Dixon AFG. 2000. Insect predator-prey dynamics ladybird beetle & biological control. Cambridge University Press. New York. 257p.

Dixon AFG. 1998. Aphid Ecology,2nd ed. New York : Chapman & Hall.

Harnoto. 1986. Biologi dan pengendalian Chrysodeixis chalcites Esper. Buletin Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. 5:37-41

Hilman YA, Kasno, Saleh N. 2004. Kacang-kacangan dan umbi-umbian: Kontribusi terhadap ketahanan pangan dan perkembangan teknologinya.

Dalam Makarim, et al. (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.

Kalshoven LGE 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Van der Laan PA, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari De Plagen van the Culturgewassen in Indonesia.

Masuda R. 1991. Quality requirement and improvement of vegetable. Dalam S. Shanmugasundaram (ed.) Proceeding of vegetable soybean: research needs for production and quality improvement, hal. 92-102. Taiwan: Asian Vegetable Research and Development Center.

Maxi I, Winuranto A. 2011. Kedelai Jumbo di Pasar Jepang.

http://theangel.wordpress.com/2009/05/15/kedele-edamame-indonesia-

menggiurkan/ [15 Maret 2011]

Meidyawati. 2006. Hama utama dan musuh alami pada tanaman kedelai edamame (Glycine max varietas Edamame), di Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nakano H. 1991. Vegetable soybean area, production, demand, supply, domestic and foreign trade in Japan. Dalam S. Shanmugasundaram (ed.) Proceeding of vegetable soybean: research needs for production and quality improvement, hal. 8-16. Taiwan: Asian Vegetable Research and Development Center.

Nazaruddin. 1993. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Oesterbroek P. 1998. The Families of Diptera of the Malay Archipelago. Leiden: Brill. 227p.

Okada T, Tengkano W, Djuwarso T. 1988. An outline on soybean pest in Indonesia in faunistics aspect. Seminar Balittan Bogor, 6 Desember, 1988. 37 hlm.

Pranyoto S. 1980. Biologi hama penggulung daun, Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) pada kedelai. Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Laporan masalah khusus. 53h.

Prayogo Y. 2004. Keefektifan lima jenis entomopatogen terhadap hama penghisap polong Riptortus linearis (Hemiptera: Alydidae) dan dampaknya terhadap predator Oxyopes javanus Thorel (Araneida: Oxyopidae). [tesis]. Sekolah Pascasarjana. Departemen Hama dan Penyakit Tanaman. Institut Pertanian Bogor.

Prayogo Y., Wedanimbi T. & Marwoto. 2005. Prospek cendawan entomopatogen Metarrhizium anisopliae untuk mengendalikan ulat grayak

Spodoptera litura pada kedelai.

Pudjianto. 1981. Pengaruh beberapa tanaman kacang-kacangan terhadap keperidian Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae). Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Laporan masalah khusus. 36h.

Purwanta F, Rauf A. 2000. Pengaruh samping aplikasi insektisida tehadap predator dan parasitoid pada pertanaman kedelai di Cianjur. Bogor: Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan 12(2): 35-43.

Ragsdale DW., DJ Voegtlin dan RJ O’Neal. 2004. Soybean aphid biology in North America. Ann. Ent. Soc. Am. 97:204-208.

Suastika IBK. 2005. Kumbang jelajah Paederus fuscipes Curt. (Coleoptera: Staphylinidae): pengaruh jenis mangsa terhadap perkembangan dan reproduksi, serta kajian pemangsaan pada ulat grayak [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sudartha M. 1989. Pemencaran predator Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) dan kemampuan predator tersebut menekan populasi kutuloncat lamtoro Heteropsylla cubana Crawford (Homoptera: Psyllidae). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Taulu, LA. 2001. Kompleks Artropoda penghuni tajuk kedelai dan peranannya dengan perhatian utama pada Paederus Fuscipes Curt. (Coleoptera: Staphylinidae) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tengkano W, Iman M, dan Tohir AM. 1992. Bioekologi, serangan dan pengendalian hama pengisap dan penggerek polong kedelai, p. 117-139.

Dalam: Marwoto et al. (Eds.). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan Malang. 183 p.

Tengkano W, Soehardjan M. 1985. Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. Dalam Somaatmadja S, Ismunadji M, Soemarno, Syam M (ed.), Kedelai. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan. Tsou SCS dan Hong TL. 1991. Research on vegetable soybean quality in

Taiwan. Dalam S. Shanmugasundaram (ed.) Proceeding of vegetable soybean: research needs for production and quality improvement, hal. 103- 107. Taiwan: Asian Vegetable Research and Development Center.

Wijayanti. 2005. Perkembangan larva Paederus fuscipes Curt. (Coleoptera: Staphylinidae) pada dua jenis mangsa. [skripsi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Winasa IW. 2001. Artropoda predator penghuni permukaan tanah di pertanaman kedelai ; kelimpahan, pemangsaan, dan pengaruh praktek budidaya tanaman. [disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

ABSTRAK

IBNU RAKHMAT RIDHAYAT. Perkembangan Populasi Hama dan Musuh Alami Kedelai Edamame (Glycine max varietas edamame) pada Fase Vegetatif dan Generatif. Dibimbing oleh I Wayan Winasa.

Kedelai (Glycine max L. (Merril)) merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol. Salah satu varietas kedelai yang biasa di panen muda adalah edamame. Edamame merupakan jenis kedelai sayuran yang berasal dari China dan masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1988 di Megamendung, Bogor Jawa Barat. Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam meningkatkan produksi kedelai termasuk edamame adalah hama dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkermbangan jenis-jenis hama dan musuh alami pada pertanaman edamame.

Penelitian ini dilakukan pada lahan pertanaman edamame yang terletak di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas lahan yang digunakan 300 m2 yang dibagi menjadi 4 petak. Dari setiap petak diambil 5 bedengan dengan jumlah tanaman contoh 5 tanaman per bedengan yang ditentukan secara sistematis. Pengamatan dilakukan sejak tanaman berumur 24 HST sampai 66 HST.

Selama pengamatan ditemukan sembilan jenis hama pada pertanaman edamame yaitu Aphis glycines, Bemisia tabaci, Lamprosema indicata,

Chrysodeixis chalcites, Empoasca spp., Nezara viridula, Piezodorus hybneri,

Riptortus linearis, dan Etiella zinckenella. Populasi hama yang paling tinggi pada kedua fase pertumbuhan edamame adalah A. glycines yang mencapai puncak populasi pada 52 HST sebesar 230,28 ekor/tenaman. Musuh alami yang ditemukan pada pertanaman edamame adalah Syrphidae, Coccinellidae, laba-laba, Carabidae dan Paederus fuscipes. Dari kelima musuh alami tersebut yang merupakan musuh alami A. glycines adalah Syrphidae, Coccinellidae dan P. fuscipes. Keberadaan Coccinellidae pada pertanaman edamame tidak mampu menekan populasi A. glycines.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai edamame (Glycine max (L) Merril) adalah kedelai yang memiliki polong cukup besar, rasa manis dan biasanya dipanen lebih awal pada saat polongnya masih hijau. Edamame yang berkualitas ditentukan oleh rasa, polong yang berwarna hijau tua, perkembangan polong maksimal dan seragam serta tanpa infeksi atau serangan OPT (Chiba 1991). Dibandingkan kedelai biasa (kedelai biji) edamame memiliki rasa lebih manis karena kandungan sukrosanya yang lebih tinggi dibandingkan kedelai biji (Tsou & Hong 1991). Kedelai edamame biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan atau sayuran sehingga sering disebut

vegetable soybean. Di Jepang, edamame dikonsumsi sebagai pembangkit selera dan disuguhkan bersama dengan bir (Nakano 1991). Edamame kaya akan protein, vitamin A, C, dan E, dan mineral seperti kalsium dan zat besi (Masuda 1991). Kedelai ini berasal dari China dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1988 khususnya di daerah Megamendung, Bogor, Jawa Barat (Noertjahyo 2002 dalam Meidyawati 2006). Kedelai yang ditanam di daerah Megamendung untuk memenuhi kebutuhan restauran dan hotel di Jakarta. Namun belum ada data pasti berapa kebutuhan edamame untuk pasar Jakarta dan sekitarnya. Kebutuhan edamame di Jepang pada tahun 2010 sebesar 100.000 ton, dari jumlah tersebut sekitar 70.000 ton dipasok dari China, Taiwan, dan Thailand (Maxi & Winuranto 2011).

Pertumbuhan kedelai edamame (vegetable soybean) sama dengan pertumbuhan kedelai biji (grain soybean). Berdasarkan kerentanannya terhadap serangan hama maka fase pertumbuhan kedelai dapat dibagi menjadi tiga. Fase bibit umur 4 HST (hari setelah tanam) sampai 21 HST, fase vegetatif pada umur 21 HST sampai 35 HST dan generatif umur 36 HST ke atas merupakan fase mulai terbentuk bunga dan polong sampai panen (Tengkano & Soehardjan 1985).

Beberapa kendala dalam meningkatkan produksi kedelai termasuk edamame adalah kurangnya minat petani dalam bertanam kedelai, produktivitas kedelai yang masih rendah, implementasi inovatif yang sangat lamban, dan kemitraan agribisnis yang belum berkembang (Hilman et al. 2004). Selain

keempat hal diatas, kendala langsung yang dialami petani adalah serangan hama dan penyakit. Okada et al. (1988) melaporkan bahwa terdapat 111 jenis hama kedelai di Indonesia, 61 predator, 41 parasitoid dan 3 kelompok penyakit kedelai. Sedangkan hama yang ditemukan menyerang edamame adalah Ophiomyia phaseoli Tryon., Melanagromyza sp., Empoasca sp., Phaedonia inclusa Stal.,

Spodoptera litura Fabricius., Chrysodeixis chalcites Esper., Lamprosema indicata

Fabricius., Helicoverpa armigera Huebner., Etiella zinckenella Treitschke.,

Nezara viridula Linnaeus., Piezodorus hybneri Gmelin., Riptortus linearis L.,

Aphis glycines Matsumura. dan Bemicia tabaci Gennadius (Meidyawati 2006). Pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani adalah pengendalian secara kimia menggunakan insektisida, namun penggunaanya masih belum sesuai dengan kaidah-kaidah pengendalian yang bijaksana, seperti frekuensi yang terlalu tinggi, dosis insektisida yang kurang optimal, atau penggunaan volume semprot yang kurang dari semestinya (Tengkano et al 1992) sehingga menyebabkan pengendalian kurang berhasil. Selain itu, pengendalian menggunakan insektisida secara berlebihan terbukti dapat berdampak buruk terhadap keberadaan musuh alami (Tengkano et al. 1992; Dadang & Prijono 2008). Padahal keberadaan musuh alami pada areal pertanaman juga berperan penting untuk mengendalikan populasi hama. Penggunaan musuh alami merupakan salah satu cara pengendalian hama yang ramah lingkungan. Penggunaan musuh alami memiliki keuntungan dibandingkan cara pengendalian lain karena banyak dari musuh alami bersifat spesifik terhadap mangsa/inang tertentu. Beberapa predator yang ditemukan pada pertanaman kedelai adalah Paederus fuscipes Curt., Menochilus sexmaculatus

Fabricius, Coelophora inaequalis Fabricius, Anaxipha longipennis Serville (Taulu 2001), Pardosa pseudoannulata (Boes. & Str.), Atypena adelinae Barr. & Lit., dan Chlaenius circumstatus Brulle (Winasa 2001). Meidyawati (2006) melaporkan beberapa jenis musuh alami yang ditemukan pada tajuk edamame seperti Coccinellidae, Oxyopes sp., Pardosa sp., dan Andrallus sp.

Pengendalian hama secara tepat perlu didasari oleh pemahaman perkembangan populasi hama dan musuh alami serta kaitannya dengan fenologi tanaman. Dengan pemahaman ini diharapkan waktu pengendalian dapat lebih tepat dan pemilihan insektisida sesuai hama sasaran.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kelimpahan hama utama dan musuh alami kedelai edamame (Glycine max varietas edamame) pada fase vegetatif dan generatif.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis hama dan musuh alami tanaman kedelai edamame khususnya pada fase vegetatif dan generatif yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk menyusun strategi pengendalian hama secara terpadu.

Dokumen terkait