• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku:

Dwiyanto, Agus. 2012. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press

Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung; Alfabeta. Hasibuan, Malayu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta; PT. Bumi

Aksara

Irawan, Prasetya. 2006. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta; Universitas Terbuka

Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta. UPP STIM YKPN

Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta; Universitas Gajah Mada

Mangkunegara. 2009. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta; Bumi Aksara Moelong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya

Moeheriono. 2012. Indikator Kinerja Utama. Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada. Moenir. 2008. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta; Bumi Aksara Serdamayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan

Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung. PT Refika Aditama Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung; Alfabeta

Thoha, Miftha. 2014. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta; Rajawali Pers.

Winarsih, Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan, Pengembangan Konseptual, Penerapan Citizin’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Wursanto, Ignasius. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta; C.V ANDI

Dokumen Lain:

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002/ 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Peraturan Menteri Negara Penberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Panduan Pembentukan dan Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu

Peraturan Walikota Depok Nomor 37 Tahun 2013 tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok

Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016-2020. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2017

Sumber Lain :

Dyah Wulandari. 2015. Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Pelecehan Seksual Dengan Pelaku Anak-Anak GH. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diakses tanggal 6 Januari 2017

Herlina Astri. 2010. Perlindungan Sosial bagi Penanganan Masalah Tindak Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta; Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekjen DPR RI

Ulvia Fadilah. 2014. Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012. Serang; Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Winda Khairuddin. 2013. Studi Tentang Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Odah Etam Kaltim Dalam Menangani Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Samarinda. Universitas Mulawarman. Diakses tanggal 6 Januari 2017

Modul LAN RI. 2014. Pola Pikir Aparatur Sipil Negara Sebagai Pelayan Masyarakat. Diakses tanggal 13 Maret 2017

Komnas Perempuan. 2013. 15 Bentuk Kekerasan Seksual-Sebuah Pengenalan. diakses tanggal 10 November 2016

Data Rekapitulasi Kasus KPAI Tahun 2016

www.depoktwiit.com Pelecehan Seksual Anak di Kota Depok cenderung Meningkat. Diakses tanggal 31 Maret 2017

Status/Jabatan: Ketua P2TP2A Kota Depok I

Q

I 1-1

Q1 Apakah jumlah pengurus (tenaga ahli) P2TP2A yang sekarang dapat dikatakan telah memadai?

“Jumlah kemarin tuh 11.Sekarang ini pengurus cuman ada 5 neng. Memang kemarin yang 11 itu, saya liat tidak semuanya bisa aktif ya, namanya juga orang-orang sibuk. Terus kita juga, padahal kalau saya kalau resiko ya kalau udah mau bergabung dengan P2 ya resikonya stand by setiap saat. Kalau misalnya ada kasus, tinggal telepon nih kalau saya ga bisa. Kalau memang di P2 ya kerjanya ya seperti ini, tidak hanya pikeet aja gitu kan. Piket itu apa gitu kan. Harus terjun ke lapangan, harus apa harus pendampingan dan sebagainya. Itu kan perlu pengalaman yang istilahnya yang harus dirintis dari awal. Kalau misalnya duduk aja di kantor yaa ga..karna yaa kepengurusan yang ada memang seperti ini gitu. Ini aja kan piket juga susahh. Kadang-kadang suka malu gitu yaa. ada yang dateng kosong, ada yang dateng kosong.. nah ini karena keadaan seperti ini kita juga cuman berlima. Yang berlima juga tidak semua nya .. tidak semuanya em penganguran yaa semua nya sibuk gitu ada yang dosen, ada yang apa, ada yang apa, jadi kita juga tidak bisa banyak mengharap. Istilahnya memang ga bisa setengah-setengah juga disini. Yang saya liat memang pas ceremonial semangat gitu tapi pas ke lapangan agak susaaah, yaa yang gitu-gituu.”

Q2 Apakah anggaran operasional P2TP2A dirasa telah memadai?

“Yaa anggaran tidak memadai, untuk rakor untuk penjangkauan kasus masih kurang. Anggaran yang banyak emm sebenernya rakor kan rutin.. tiap, tiap bulan harusnya ada. Nah itu sebetulnya harus nya P2 juga yang, yang megang dana itu. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Rakor tetep dadakan tapi dana, bansasneg semua yang nyiapin yaa dinas. Jadi kita yaaa udah kalau saya sih seneng yaa ngga megang dana tapi disisi lain katanya eggh akhirnya kayak yang tidak berinisiatif . tapi yaa buat apa juga megang dana kalau memang nantinya juga kitanya juga kebingungan menyalurkannya gimana gitu kan karna yaa kepengurusan yang ada memang seperti ini gitu”

Q3 Apakah jumlah kasus yang ditangani oleh P2TP2A telah dirasa maksimal dan ditangani hingga tuntas?

“Insyaallah, setiap kasus yang dateng ke kita.. pasti kita tanganin. Cuman memang ada hambatan pelayanan ke korban itu, yaa paling kalau kebetulan dalam waktu yang bersamaan ada kasus-kasus yang terjadi..”

semua lapisan masyarakat sehingga masyarakat sebelum lapor kepolisi ya lapor ke P2.. apakah ini perlu dilaporkan ke polisi atau tidak gitu loh”

Q6 Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki P2TP2A telah menunjang pelayanan yang diberikan?

”Sekarang belum memadai, sekretariatnya numpang di kantor PKK. Ga tau katanya sih dana untuk ngontrak ga ada. Nah ini kita juga ke depan P2TP2A mau jadi apa kita juga ga tau.. kan kalau di kota lain P2TP2A itu udah dikasih bangunan khusus gitu kan , dan yang saya tau tidak ada P2 di.. di pemkot gitu. Biasanya bangunan khusus, ruangan khusus, karna kan di P2 harus ada ruangan untuk kosultasi ruangan untuk sebagai rumah aman juga rumah singgah dan sebagainya tapii yaa saya juga baru mau liat nih ke depan akan seperti apa kan ganti terus yaa ini nya apah pejabatnya.. pejabat ganti, kebijakan juga ganti gitu. Sekarang aja ini barang-barang masih ditaro di gudang tapi form sama berkas dibawa sekertaris”

Q7 Bagaimana upaya P2TP2A dalam pemberian pelayanan untuk penanganan kasus kekerasan seksual anak ini?

“Kalau ada klien ngadu ke kita, kita lakukan assesment dulu yaa. Kasus-kasus kita tulis dulu pengaduannya apa terjadinya dimana, terus pelakunya siapa data-data semua masuk. Udah begitu apa yang dibutuhkan oleh klien ini, apakah konsultasi, ataukah memang misalnya kalau pemerkosaan kan lapor ke polisi itu alurnya ada. Semua kasus yang datang ke siapapun baik itu nanti ke kepolisian atau ke BPMK, kita kan ada dibawah BPMK yaa P2. Itu semua akan dilaporkan ke P2TP2A. Semua data-data itu ada di P2TP2A, kecuali.. kecuali yang lebih konkrit lagi ada di kepolisian. Yang ada di kepolisian itu kasus-kasus yang memang tidak ditangani oleh P2 seperti misalkan pencurian, kalau misalkan dewasa dengan dewasa. Tapi kalau misalkan ada kelainan psikologi mereka pasti minta,bu resya ada psikolog dewasa/anak ga? Ada kasus gini gini gini gitu kan biasanya.. kalau memang kasus ini larinya ke hukum yaa udah kita pendampingan hukum, kita ada pendampingan hukum juga, mendampingin dari mulai tahap pelaporan sampai pengadilan. Kalau misalkan tidak sampai ke emm tidak sampai divisum atau apa.. apa cuman ada trauma di anak ini, kita tangani dengan terapi psikolognya aja.”

Q8 Apa saja agenda kegiatan atau program P2TP2A?

“Ada.. ada kita sosialisasi.. sosialisasi biasanya tidak hanya P2TP2A. Pernah, hanya P2 itu di majelis taklim, ke kecamatan, ke tokoh-tokoh yang ada di kecamatan gitu. Ke majelis taklim kita udah ke 25 majelis taklim yaa pengenalan P2, sosialisasi P2 gitu.Ada untuk preventif yaa.. untuk preventifnya ada seperti itu. Sosialisasi di program misalkan nanti setahun sekian. Kalau khusus sosialisasi P2 itu kan, terbentur dengan dana yaa.. terbentur dengan dana tapi insyaallah kalau kita memang sekarang ini ada peralihan sih lagi.. Pemberdayaan itu, kalau kami kalau kita ngelink nih dengan dinas dengan disdik, dinsos dan segala yang ada di jejaring

Nah pemberdayaannya di kita untuk sementara ini, bukan kita yang lakuin tapi walaupun disitu ada divisi pemberdayaan, kita bekerjasama dengan dinas terkait seperti dinas sosial gitu atau misalkan emm kalau ada nanti egg pemberdayaannya si anak ini misalkan bakatnya kemana bikin kue atau bikin apa, nah itu kita juga bekerja sama dengan orang-orang yang bisa, lalu kita hmm pemberdayaan baru sekali itu aja waktu itu karna kita selama ini, kita dari awal-awal bilang sih kalau kami hanya.. hanya yaa membantu pelayanan”

Q9 Apakah koordinasi P2TP2A dengan instansi-instansi terkait telah berjalan dengan baik?

“Ya kita koordinasi yaa.. ada jejaring dengan DPAPMK, Dinsos, Disdik, Dinkes, PPA Polres. Kita ini lembaga dibawah DPAPMK ehmm dulu sih katanya mitra tapi kenyataannya bukan mitra kalau saya liat sihh. Jadi kita ini memang bawahan merekaa yaa hehehe kayaknya sih gitu.. Jadii kita ini memang dibawah lembaga. Jadi pemkot ini ingin istilahnya melayani masyarakat yang mengalami KDRT, mengalami apapun gitu yaaa kekerasan dsbnya pelayanannya kan tidak mungkin dipegang DPAPMK makanya dibentuklah lembaga, lembaga ini memang sebetulnya instrupsi dari kementerian, kementerian PP. Setiap kab/kota harus ada P2TP2A. Jadi P2 ini dibawah DPAPMK gitu tidak mungkin berdiri sendiri juga. Koordinasi sudah bagus yah, kita tinggal telpon aja gitu misalnya butuh PPA, telpon.”

Q10 Apakah P2TP2A mengadakan evaluasi mengenai kepuasan pelayanan bagi korban?

“Ga ada ya. Ga ada evaluasi. Paling komunikasi aja sama klien, kalau ada yang selesai gitu kan kasusnya terus bilang makasih ya bun udah dibantuin, udah selesai. Gitu doang paling. Kalau data gitunya ga ada yaa. Kita juga ga tau mau buatnya gimana”

Nama : Maslihati Nur Hidayati, SH., MH

Status/Jabatan: Koordinator Bidang Hukum P2TP2A Kota Depok I

Q

I 1-2

Q1 Apakah jumlah pengurus (tenaga ahli) P2TP2A yang sekarang dapat dikatakan telah memadai?

”Pengurus yang efektif malah cuman 4 loh atau 5. Kalau ahli hukum? Nah saya ga tau status saya apa. Mungkin nanti tanya aja ke hm tapi kayaknya sih saya masuk ke tenaga kepengurusan, walaupun dalam perjalanannya memerankan tenaga ahli hukum khususnya. Ahli hukum sebenarnya ada 2 yaa em ada saya dan bu Nurlaila cuman ini sih yaa masalah ehmm masalah jam terbang aja sih orang-orangnya. Masalah bagi-bagi tugas aja sih. Kalau saya sih sanggupnya cuman seminggu sekali..”

Q2 Apakah anggaran operasional P2TP2A dirasa telah memadai?

“Kalau anggaran ada di DPAPMK, kita ga pernah tau-tau an kalau masalah anggaran.”

Q3 Apakah jumlah kasus yang ditangani oleh P2TP2A telah dirasa maksimal dan ditangani hingga tuntas?

”Ini kan terpusat kita datanya. Saya apa namanya, tugas saya hanya melakukan pendampingan hukum aja. Berapa persennya saya juga lupa mba”

Q4 Apakah waktu penyelesaian kasus dirasa telah efektif dan efisien?

“Tergantung yaa.. ada yang kemarin emm 8 bulan ada yang sampai.. tergantung, tergantung bobot kasusnya. Bukan berat ringan kasus yaa tapi kan namanya kasus itu kadang ringan tapi lama, kadang berat tapi cepet. Kalau saya orang hukum yaa kita tidak boleh menyama-nyamakan kasus yaa karena ini kan berkaitan dengan orang, perempuan dan anak itu kan orang yaa. Yaa biasanya semakin dipreteli itu kasus semakin banyak temuannyaa.. dan temuan itu yang bisa bikin lama atau lambatnya gitu. Psikolog, tergantung.. tergantung. Psikolog kita kan ga hanya disini kan yaa dia juga punya kesibukan yang lain”

Q5 Apakah P2TP2A cukup dikenal oleh masyarakat?

“Belum ya kayaknya. Ini aja saya tau P2 karna diajakin. Paling tau juga karna ada mahasiswa yang penelitian tentang P2 gitu. Belum sih kayaknya mah”

Q6 Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki P2TP2A telah menunjang pelayanan yang diberikan?

“Yaa salah satu kendalanya kendaraan sih yaa, kita kan ga ada kendaraan operasional. Kan kadang satu hari bisa 2 atau 3 tempat, itu bisa jauh-jauh mba.. yang

kasus kekerasan seksual anak ini?

”Kalau kita istilah ada namanya sebenarnya manajer kasus ya istilahnya. Itu bunda resya. Jadi semua kasus itu masuk ke beluai, terus beliau, beliau apa namanya pilah-pilah mana yang butuh pendampingan lanjutan atau engga. Kalau pendampingan lanjutan dalam bentuk apa. Apakah konselor keluarga, atau hukum. Kalau hukum lari ke saya. Nah kalau itu saya selesaikan nanti kalau butuh advokasi tambahan saya advokasi lagi gitu. Jadi memang semua kasus harus sampai ke bu reya dulu. Kalau jadwal kan kita udah punya. Kalau saya jumat, jadi langsung kasih tau kalau pendampingan hukum jumat gitu trus kalau pendampingan konselor dewasa hari apa konselor anak hari apa kayak gitu. Jadi memang kita secara informal udah punya kesepakatan hari gitu. Karna kan memang psikolog-psikolog ini punya ini yaaa punya kegiatan lain jadi kalau mau pendampingan hukum yaa bilang ke bunda gitu. Kecuali yaa memang kalau yang terlalu mendesak banget misalnya harus lapor polisi perlu pendampingan, kalau lapor ke polisinya mah ga perlu pendampingan sih sebenernya yaa, keluarganya aja yang temenin. Tapi kalau proses berikutnya baru kita dampingin.”

Q8 Apa saja agenda kegiatan atau program P2TP2A?

“Pendampingan. Rapat kasus. Itu pendampingan ga cukup sekali yaa. Kadang sampai pengadilan juga.”

Q9 Apakah P2TP2A mengadakan evaluasi mengenai kepuasan pelayanan bagi korban?

“Ya minimal dia puas dan ga dateng lagi. Alhamdullilah gitu. Ya pasti masalahnya selesai kan dan mereka ga bolak-balik lagi. Yang kedua adalah hak-hak korban kembali seperti sedia kala. Nah itu yang setau saya tidak bisa dipahami semua orang ya”

Nama : Aisyah Rosalinda, SKM

Status/Jabatan: Kepala Seksi Tumbuh Kembang dan Perlindungan Anak, DPAPMK Kota Depok

I Q

I 1-3

Q1 Apakah jumlah pengurus (tenaga ahli) P2TP2A yang sekarang dapat dikatakan telah memadai?

“Kita tuh memang kurang sdm yaa, yang aktif itu hanya 5. Mereka kan juga ke lapangan yang penjangkauan kasus itu. Kalau mungkin berbagi tugas ada yang ke lapangan, tapi tetap harus ada yang stay, minimal harus ada orang stay lah di kantor gitu, tapi yaa.. udah lah jangan diomongin itu nanti jadi kemana-mana. Trus kalau untuk tenaga ahli psikolognya juga kurang memadai, hanya satu, on call ceritanya. Ga ada paruh waktu itu engga, kalau memang udah dijadwalin kayaknya janjian. Jadi mereka janjian sama klien. Jadi on call jangan dianggap lebih banyak itunya lagi lebih banyak intens nya dibanding yang dimaksud dengan paruh waktu itu. Ahli hukum kurang memadai. Jadi yang punya basic pengurus itu 2. Satu nanti bantu bikin jawaban bikin apa, yang satunya memang dampingi kalau ada yang sampai ke pengadilan.”

Q2 Apakah anggaran operasional P2TP2A dirasa telah memadai?

”Anggaran dari APBD. Kalau anggarannya mungkin kurang yaa, kurang. Mungkin

idealnya tidak seperti ini. Jadi yang dimaksud anggaran terbatas itu termasuk tidak ada dana untuk menyewa sekretariat. Anggarannya itu 149.405.000. Jadi itu peruntukkannya untuk rapat pengurus, untuk bedah kasus, untuk rapat koordinasi sama honor tim. Itu yang besar untuk honor tim yaa sama penjangkauan kasus.” Q3 Apakah jumlah kasus yang ditangani oleh P2TP2A telah dirasa maksimal dan

ditangani hingga tuntas?

”Kalau kita, kita malah merasa kurang. Karena dari kasus yang ditangani tahun 2016 itu hanya sekitar 36 kasus anak yang telah ditangani oleh P2, menurut kita itu kurang gitu. Kita belum evaluasi sampai kesana karena menurut kita itu masih sedikit dibanding, orang yang melapor ke Polres saja, anak, pada tahun itu jumlahnya 130 an gituu. Jadi pertanyaan kan? Kenapa orang lebih banyak melapor ke polres, ke polisi daripada ke P2TP karena polisinya sendiri pun bilang seharusnya dengan P2TP kita terbantu. Jadi meminimalisir kasus-kasus yang dilaporkan ke polisi kalau memang P2TP2A nya sudah berjalan aktif.”

kapasitas 5 orang itu saja.”

Q5 Apakah P2TP2A cukup dikenal oleh masyarakat?

“Sedikit. Ga tau persentasenya berapa. Tapi kalau menurut saya sedikit. Ga tau deh, ga berani sebut angka tapi rasanya sedikit. Itu bisa dilihat dari jumlah kasus berapa banyak orang yang melapor dan minta bantuan ke P2TP dibandingkan dengan orang misalnya langsung lapor ke polisi.”

Q6 Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki P2TP2A telah menunjang pelayanan yang diberikan?

“Fasilitasnya juga masih kurang. Fasilitas teknis kayak komputer masih kurang aja sih, meja kursi udah ada hm termasuk tidak ada dana untuk menyewa sekretariat tahun ini sekretariat itu ga ada. Sementara ada di PKK. Selama ini orang tau P2TP2A ya ada di luar. Yang terakhir itu egh kan ada di bella casa, terus data orang nyari di internet itu ternyata yang keluar alamat P2TP2A itu masih di pesona. Nah yang dipesona itu malah sebelum bella casa. Bella casa itu 2015, yg di pesona itu tahun berapa itu malah sebelum itu.”

Q7 Bagaimana upaya P2TP2A dalam pemberian pelayanan untuk penanganan kasus kekerasan seksual anak ini?

“Kalau dialurnya memang korban datang bisa saja korban ini datang sendiri atau rujukan kemudian melapor. Nah, hasil laporannya itu yg diasesment kebutuhannya dari sisi alurnya. Bisa dari sisi psikologi, hukum atau kesehatannya. Asssesment kasus memang suka lama, pending beberapa hari. Jadi nanti ada kasus yang datang emang ga bisa langsung ditindaklanjuti, jadi kepending beberapa hari gitu. Perlu pengkaderan memang. Maksudnya, yang bisa mengassesment kasus diharapkan bisa nurunin ilmunya gitu ke yang lain. Jadi ga terpusat sama satu orang aja, itu sih” Q8 Apa saja agenda kegiatan atau program P2TP2A?

“P2TP itu ada pendampingan, pendangkauan kasus, bedah kasus sama rapat koordinasi. Untuk kayak program gitu Pemberdayaan nah makanya selama ini masing-masing itu merasa jalan sendiri-sendiri. Misalnya kaya Peksos itu misalnya nih ada masalah putus sekolah, dia ga punya sekolah trus harus gimana gitu. Sebenernya kan harus ada koordinasi dengan dinas pendidikan, nah selama ini kayaknya itu masih tertutup gitu. Kita itu masih jalan sendiri-sendiri. Masih pake pihak ketiga. Penting gitu terbuka, bergandengan. Saat ini misalnya kayak P2TP, Peksos, Dinas Kesehatan atau Polres mereka kan sama-sama nanganin masalah. Selesai nanganin harusnya ada lanjutannya lagi gitu. Nah, yg pemberdayaan nya itu yg lagi diupayakan.”

Q9 Apakah koordinasi P2TP2A dengan instansi-instansi terkait telah berjalan dengan baik?

“Koordinasi sudah cukup baik. Hanya koordinasi dengan LSM yang masih kurang. Masih banyak sih area kosong yang harus dijembatani koordinasinya gitu dengan

sih yg menanganinya. Karena ga semua kasus yg bisa ditangani atau tidak semua masyarakat melapor ke P2TP. Mereka mungkin mengambil tempat terdekat dari tempatnya atau mereka tidak tau tentang P2TP gitu. Jadi orang melapor ke informasi yang mereka dapet aja karena ternyata kayak LPA mereka kan juga banyak menanganin gitu. Kalau P2TP dengan LSM di luar instansi itu, itu mungkin yang masih kurang dalam arti belum pernah ketemu aja. Jadi, kita memfasilitasi untuk pertemuan. Untuk ketemu dengan yg lain. Misalnya LPA, trus organisasi yang menangani masalah keluarga sebenarnya. LBH belum.”

Q10 Apakah P2TP2A mengadakan evaluasi mengenai kepuasan pelayanan bagi korban?

“Belum, belum dievaluasi. Jadi apakah klien puas dengan penanganan P2TP, kita belum evaluasi sampai kesana”

Q11 Bagaimana P2TP2A terkait pelaporan kasus?

“Pelaporannya juga masih kurang baik memang. Masih ada yang kurang. Kan laporan kasus yang baik itu ada 3 aspek yaa. Tepat waktu, benar, sama lengkap. Nah, yang tepat waktu juga belum, belum disepakati. Trus juga kadang laporannya tidak lengkap. Alamat korban kadang tidak sampai detail, RT/RW nya. Kan kalau detail memudahkan kita buat melakukan pemetaan kan yaa untuk tindak lanjut kedepannya.”

Nama : Tamar Bekti Widiasih J, A.Md

Status/Jabatan: Kasubid PPA Satreskrim Polresta Kota Depok I

Q

I 1-4

Q1 Apakah jumlah pengurus (tenaga ahli) P2TP2A yang sekarang dapat dikatakan telah memadai?

”Mereka kan terbatas yaa. Jadi saya maunya kalau kita butuh psikologi sekarang ya

Dokumen terkait