Abbas AOM. 2010. Chitosan for biomedical aplications. University of Iowa.
Agustina TS. 2011. Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi dalam Meminimalkan Resiko Kegagalan Bagi Wirausaha Baru pada Tahap Awal (Start Up). Majalah Ekonomi. Tahun XXI. No 1:64-74.
Austin JE. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Johns Hopkins University Press. Baltmore and London.
Bansal V, Sharma PK, Sharma N, Pal OP, Malviya R. 2011. Applications of Chitosan and Chitosan Derivatives in Drug Delivery. Advances in Biological Research 5 (1), pg. 28-37, ISSN 1992-0067.
Burrows F, Louime C, Abazinge M, Onokpise O. 2007. Extraction and Evaluation of Chitosan from Crab Exoskeleton as a Seed Fungicide and Plant Growth Enhancer. American-Eurasian J. Agric & Environ. Sci., 2(2): 103-111
Chasanah E, Barus HR. 1994. Komposisi Kimia Udang dan Ikan Demersal Perairan Laut Dalam. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No 86 Tahun 1994: 42-47.
Cheba BA. 2011. Chitin and Chitosan: Marine Biopolymers with unique Properties and Versatile Applications.Global Journal of Biotechnology & Biochemistry.
Cuero RG. 1999. Antimicrobial action of exogenus chitosan. In: Chitin and Chitinases, Jollés P, Muzzarelli RAA, Eds, Birkhäuser Verlag: Basel, Switzerland:315-33.
Dutta PK, Dutta J, Tripathi VS. 2004. Chitin and Chitosan: Chemistry, Properties and Applications, Journal of Scientific and Industrial Research, Vol. 63: 20-31.
Dyahningtyas TE. 2010. Potency of Chitosan as a Bioactive Edible Coating for Preservation of Meat of Common Shrimps (Crangon crangon). University of Hamburg. Hamburg. Etzkowitz H. 2007. University-Industry-government: The Triple Helix Model of Innovation
[internet]. [diacu 2014 Juli 9]. Tersedia dari:
http://www.eoq.org/fileadmin/user_upload/Documents/Congress_proceedings/Prague_ 2007/Proceedings/007_EOQ_FP_-_Etzkowitz_Henry_-_A1.pdf
Glaister KW, and Falshaw JR. 1999. Strategic Planning Still Going Strong, Long Range Planning, Vol. 32 No.1:107-116
Hahn HH, Hoffmann E, Odegaard H. 2004. Chemical water and wastewater treatment. IWA Publishing: London, UK; VolumeVIII.
Hayes M. 2012. Chitin, Chitosan and their Derivatives from Marine Rest Raw Materials: Potential Food and Pharmaceutical Applications. Marine Bioactive Compounds: Sources, Characterization and Appications, DOI 10.1007/978-1-4614-1247-2_4.
Henson S, Cranfield J. 2009. Building the Political Case for Agro-industries and Agribusiness in Developing Countries. FAO and UNIDO. Agro-industries for Development.
Indrasti NS, Suprihatin, Setiawan WK. 2012. The Combination of Chitosan-Nutmeg Extract For The Natural Antibacteria and Preservative Agents of Red Snapper (Lutjanus sp.) Fillet, Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 22: 122-130. ISSN 0216-3160
Irawati D. 2006. Understanding The Triple Helix Model from The Perspective of The Developing Country: A Demand or A Challenge for Indonesian Case Study?, MPRA Paper No. 5829, posted 20 November 2007
Koo H, Chau K, Koo L, Liu S, Tsui S. 2011. A Structured SWOT Approach to Develop Strategies of Macau, SAR, Journal of Strategy and Management, 4(1).62-81
Lee RM. 1993. Doing Research on Sensitive Topic. London: Sage
Muzzarelli RAA. 1999. Clinical and biochemical evaluation of chitosan by hypercholesterolemia and overweight control. In: Chitin and Chitinases. Jollés P, Muzzarelli RAA, Eds. Birkhäuser Verlag: Basel, Switzerland; 293-04.
Rout SK. 2001. Physicochemical, Functional and Spectroscopic Analysis of Crawfish Chitin and Chitosan as Affected by Process Modification, Louisiana State University.
Shaidi F, Arachchi JKV, Jeon YJ. 1999. Food applications of chitin and chitosan. Trends Food Sci Technol; 10: 37-51
Sugita P, Wukirsari T, Sjahriza A, Wahyono D. 2009. Kitosan Sumber Biomaterial Masa Depan. IPB Press
Synowiecki J, Al-Khateeb N. 2003. Production, properties, and some new applications of chitin and its derivatives.Crit Rev Food Sci Nutr; 43(2): 145-71.
Teftal H. 2000. Chitin and Chitosan Industry and Its Potential in Quebec. McGill University. Canada.
Vargas M, Martinez CG. 2010. Recent Patents on Food Applications of Chitosan, Recent Patents on Food, Nutrition & Agriculture: 121-128
Williams DF. 2008. On The Mechanisms of Biocompatibility. Biomaterials, Vol. 29, No. 20: 2941-29953, ISSN 0142-9612
Wangke H. 2014. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Info Singkat Hubungan Internasional. Vol. VI, No.10/II/P3DI/Mei/2014. [internet]. [diacu 2015 Maret 16]. Tersedia dari: http://statistik.kkp.go.id
Xing R, Liu S, Guo Z, Yu H, Wang P, Li C, Li Z, Li P. 2007. Relevance of molecular weight of chitosan and its derivatives and their antioxidant activities in vitro. Bioorg Med Chem; 13: 1573-77 .
Yen MT, Yang JH, Mau JL. 2008. Antioxidant properties of chitosan from crab shells. Carbohydr Polym; 74: 840-44.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Perhitungan Faktor Strategis Internal
A. Pembobotan faktor strategis internal menurut pakar Pemerintah - Hasil wawancara
Tabel A. Hasil wawancara dengan Pakar dari KKP
A B C D E F G H I J K L A 1 1/2 1 ½ ½ ½ ½ ½ 1/2 ½ ½ ½ B 1 1 1 ½ 2 1 1 2 2 2 2 C 1 2 ½ 2 1 1 2 2 1 2 D 1 ½ 2 ½ ½ 2 1 ½ 2 E 1 2 1 1 2 2 2 2 F 1 ½ ½ ½ ½ ½ 2 G 1 1 2 2 ½ 2 H 1 2 2 2 2 I 1 1/2 ½ ½ J 1 ½ ½ K 1 2 L 1 Keterangan:
A-L = Faktor-saktor strategis internal
½ = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 1 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontallebih penting daripada indikator vertikal - Perhitungan nilai bobot faktor Strategis Eksternal dengan manipulasi matriks
Pembobotan dengan metode pairwise comparison menggunakan prinsip kerja AHP. Contoh perhitungan untuk pembobotan untuk faktor strategis internal (menggunakan software Expert Choice 2000)
1. Jalankan program expert choice dengan perintah :Start/Program/Expert Choice 2000
2. Buka file brainstorming dengan perintah :File/New, lalu ketik nama file. Setelah selesai buka file dengan perintah :open
3. Ketikkangoal atau sasaran yang ingin dicapai di kotak goal description dengan nama“Menentukan bobot faktor strategis internal”
4. Buat hierarki level 2 (alternatif) dengan cara klik “simbol Add alternatve” pada pojok kanan atas, ketikkan nama-nama alternatif faktor strategis internal. Klik
enter selesai mengetikkan nama alternatif.
Gambar B. Tampilan Alternatif Pilihan untuk Faktor Strategis Internak
5. Untuk mengisi level kedua, letakkan kursor di level pertama ( goal ), klik simbol 3:1 atau klik Assessment/Pairwise, kemudian muncul tabel perbandingan dan isikan nilai perbandingan pada level kedua sesuai dengan matriks pengisian.
Gambar D. Tampilan Nilai pada Matriks Pairwise Comparison
6. Hasil penilaian bobot alternatif ditunjukkan dengan cara: letakkan kursor di level pertama ( goal ), klik assessment/calculate maka akan muncul bobot faktor strategis internal seperti gambar berikut.
Gambar E. Tampilan Hasil Penilaian Bobot Alternatif Faktor Strategis Internal
7. Untuk partisipan (responden) selanjutnya, maka penilaian dilakukan dengan cara:
a. Klik simbol participant
b. Tambahkan participant yang akan dimasukkan dengan perintah: Edit/Add N participant / masukkan jumlah participant (karena jumlah partisipan ada 5, makadefault nya adalah P2, P3, P4, P5, P6)/OK c. Masukkan judgement setiap partisian (mengulang proses No 5)
d. Integrasikan pendapat para responden dengan cara: pilihcombined pada pilihan participant , klik assessment/combine participant judgement/entire
hierarcy.
Gambar F. Tampilan Hasil Penilaian Bobot Alternatif terhadap 6 Responden
B. Rating
Tabel B. Perhitungan Nilai Rating berdasarkan 6 Responden
No Faktor Strategis Internal Rating Rataan
A B C D E F 1 Kemampuan industri mengikuti
perkembangan IPTEK
3 4 3 4 3 3 3,333
2 Penerapanquality control 4 4 3 2 4 4 3,5 3 Relasi yang baik dengan pemasok bahan baku 3 3 3 4 4 4 3,5 4 Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) 4 2 2 3 2 4 2,833 5 Keterbatasan modal untuk IKM 1 3 3 1 3 2 2,167 6 Lemahnya kerjasama antara pemerintah,
pelaku industri dan perguruan tinggi
2 3 3 1 3 2 2,333
7 Ketidakmampuan untuk melakukan efisiensi biaya produksi
2 2 3 2 4 2 2,5
8 Belum ada kerjasama untuk membentuk asosiasi industri kitin kitosan
2 2 3 4 2 3 2,667
9 Lemahnya promosi produk kitin dan kitosan 1 2 2 1 2 2 1,667 10 Ketidakmampuan untuk bersaing dengan
industri pakan ternak
2 2 3 1 1 4 2,167
11 Belum mampu melakukan perluasan industri kitin ke daerah
1 3 3 1 1 3 2
12 Keterbatasan jumlah SDM ahli bidang kitin 2 3 3 1 3 1 2,167 Total
Keterangan : A = Akademisi
B = Industri Kitin dan Kitosan C = Industri Pengolahan Udang
E = Kementerian Perindustrian
Lampiran 2. Contoh Perhitungan AHP menggunakan Expert Choice 2000 (Berdasarkan Seluruh Responden)
1. Penentuan Bobot Faktor
Untuk mengetahui bobot masing-masing kriteria hasil integrasi dari seluruh responden, klik pada simbol yang diberi tanda lingkaran merah menjadi “Combined”. Untuk mengetahui bobot masing-masing kriteria pada salah satu responden, dapat dilakukan dengan klik simbol
segitiga terbalik pada simbol yang ditandai lingkaran merah, lalu pilih responden yang diinginkan
Gambar G. Tampilan Hierarki AHP – Penentuan Bobot Faktor 2. Penghitungan Bobot Aktor
Tabel C. Penghitungan Bobot Aktor
Aktor
Faktor
Bobot Faktor Bobot Aktor Bahan Baku Proses Pemasaran
Pemerintah 0,198 0,12 0,199 0,409 0,178 Akademisi 0,078 0,174 0,1 0,263 0,110 Industri Pengolahan Udang 0,343 0,156 0,103 0,328 0,215 Industri Kitin dan Kitosan 0,235 0,343 0,361 0,305 Pengguna Kitin dan Kitosan 0,146 0,208 0,237 0,192
Contoh Perhitungan Bobot Aktor (Pemerintah):
Bobot Aktor j= ∑ ( ) (0,198*0,409)+( 0,12*0,263)+( 0,199*0,328) = 0,178
3. Penghitungan Bobot Tujuan
Tabel D. Penghitungan Bobot Tujuan
Tujuan Aktor Bobot aktor Bobot tujuan Pemerint ah Akade misi Industri Pengolahan Udang Industri Kitin dan Kitosan Industri Pengguna Kitin dan Kitosan Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Udang 0,137 0,371 0,352 0,18 0,167 0,178 0,228 Meningkatkan Pertumbuhan Industri 0,288 0,171 0,212 0,222 0,217 0,110 0,225 Industri yang Kompetitif 0,257 0,22 0,19 0,321 0,254 0,215 0,257 Meningkatkan Pemasaran Produk 0,317 0,238 0,246 0,276 0,361 0,305 0,289 0,192 Jumlah 0,999 1 1 0,999 0,999 1,000 1,000
Contoh Perhitungan Bobot Tujuan (Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Udang) : Bobot Tujuan j= ∑ ( )
(0,137*0,178)+( 0,371*0,110)+( 0,352*0,215)+( 0,18*0,305)+( 0,167*0,192) = 0,228
4. Penghitungan Bobot Alternatif
Tabel E. Penghitungan Bobot Aternatif
Tujuan Bobot Tujuan Bobot Alternatif Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Udang Meningkat kan Pertumbuh an Industri Industri yang Kompetitif Meningkat kan Pemasaran Produk
Pembukaan akses dan pengembangan pasar internasional 0,058 0,073 0,071 0,13 0,228 0,0855 Perbaikan dan penyediaan infrsatruktur industri di remote area 0,086 0,119 0,078 0,071 0,225 0,0870
Business meeting antara pelaku usaha dengan potential buyer
Tabel E. Penghitungan Bobot Aternatif Tujuan Bobot Tujuan Bobot Alternatif Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Udang Meningkat kan Pertumbuh an Industri Industri yang Kompetitif Meningkat kan Pemasaran Produk melalui pameran nasional atau internasional Bantuan pembiayaan atau kemudahan pembiayaan khususnya pada IKM kitin di
Remote area 0,083 0,101 0,072 0,065 0,0790 Membangun kelembagaan kemitraan antar industri pengolahan udang sebagai penyuplai bahan baku industri
kitin dan kitosan
0,108 0,081 0,1 0,047 0,0822 Implementasi kebijakan kemudahan investasi di tingkat pemerintah daerah 0,086 0,107 0,069 0,051 0,0762 Menjaga kualitas
produk kitin dan kitosan 0,076 0,055 0,106 0,071 0,0775 Pemanfaatan teknologi
yang inovatif sebagai sarana promosi
0,062 0,056 0,054 0,086 0,0655
Melakukan diversifikasi produk turunan kitin
dan kitosan
0,062 0,057 0,046 0,059 0,0559
Mendirikan asosiasi industri kitin dan kitosan
0,053 0,038 0,05 0,05 0,0480
Memaksimalkan peran Pusat Inkubator Bisnis perguruan tinggi 0,049 0,053 0,064 0,039 0,0509 Pelaksanaan Training of Trainer (TOT) 0,058 0,046 0,055 0,031 0,0467 Pengembangan kurikulum tentang Teknologi Pembuatan Kitin dan Kitosan pada SMK-SMK di Remote Area
0,066 0,037 0,056 0,029 0,0462
Pembatasan kuota