• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

Dalam dokumen Kitin Kitosan (Halaman 28-36)

Kerangka Pemikiran Penelitian

Industri kitin dan kitosan adalah industri potensial yang baru berkembang di Indonesia dan memiliki beberapa kendala yang perlu disiasati dengan strategi yang tepat sehingga dapat berkembang dan memiliki daya saing. Dalam mengembangkan industri kitin dan kitosan diperlukan analisis mendalam untuk mengetahui kondisi eksisting industri kitin dan kitosan, faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh dalam perumusan strategi pengembangan industri kitin dan kitosan.

Gambar 5 Alur Proses Pelaksanaan Penelitian

Gambar 5 menunjukkan beberapa tahapan dan metode yang dilakukan untuk mendukung dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang diperlukan untuk menyusun strategi pengembangan agroindustri kitin dan kitosan adalah mengidentifikasi kondisi eksisting tentang industri kitin dan kitosan. Tahapan selanjutnya adalah analisis faktor internal dan eksternal dengan metode matriks IFE dan EFE, yang diikuti secara paralel oleh analisis SWOT yang dilanjutkan dengan penetapan strategi pilihan dengan metode AHP dan analisis matriks internal dan eksternal. Analisis matriks internal dan eksternal serta analisis  penetapan strategi pilihan dengan AHP menghasilkan dua kelompok strategi yang kemudian dianalisis keterkaitannya dan diformulasikan kedalam suatu strategi  pengembangan industri kitin dan kitosan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan beberapa lokasi berbeda sesuai dengan lokasi kerja expert atau pemangku kepentingan yang terkait. Lokasi pengumpulan data dan informasi terkait dengan industri kitin dan kitosan dilakukan di beberapa tempat, yaitu (1) Industri kitin kitosan PT. X yang berlokasi di Kota Cirebon –  Provinsi Jawa Barat (2) Kantor Asosiasi Pengusaha Pengolahan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) yang berlokasi di Jakarta dan (3) CV. Ocean Fresh yang berlokasi di Kabupaten Bogor (4) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen. P2HP), Kementerian Kelautan dan Perikanan, (5) Direktorat Jenderal Industri Agro (Ditjen IA)Kementerian Perindustrian, (6) Departemen Teknologi Hasil Perikanan (Dept. THP), Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pemilihan lokasi sebagaimana disebutkan diatas dilakukan secara sengaja ( purposive), yang didasarkan pada pertimbangan: (1) PT. X merupakan industri kitin dan kitosan terbesar di Indonesia, yang memiliki teknologi yang terbaik dalam memproduksi kitin kitosan dan turunannya (2) AP5I merupakan representasi industri pengolahan udang yang tersebar di seluruh Indonesia (3) CV. Ocean Fresh merupakan unit usaha yang bergerak di bidang kitin kitosan, produk turunan dan produk aplikasi di bidang kosmetika (4) Dirjen P2HP merupakan instansi pemerintah yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait dengan  pengembangan industri kitin dan kitosan (5) Ditjen. IA adalah pembina teknis industri pertanian yang salah satunya adalah industri pengolahan udang (6) Dept. THP merupakan salah satu program studi yang memiliki fokus khusus pada  pengembangan kitin dan kitosan.

Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan April sampai Juli 2015. Sedangkan tahap pengolahan data hingga penyelesaian akhir laporan  penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Juli –  September 2015.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari observasi pada salah satu industri kitin dan kitosan, wawancara mendalam dan  pengisian kuesioner kepada para pelaku industri, pakar dari Perguruan Tinggi, da n  para pengambil kebijakan di instansi pemerintah yang terkait dengan  pengembangan kitin dan kitosan. Data sekunder didapatkan dari buku-buku,  publikasi dari instansi pemerintah (Badan Pusat Statistik, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan), jurnal nasional maupun  jurnal internasional, laporan penelitian yang terkait dengan strategi  pengembangan agroindustri serta dokumen-dokumen lain yang relevan.

Pemilihan responden dalam penelitian ini didasari atas konsep Triple Helix, dimana interaksi antara akademisi, pelaku bisnis dan pemerintahan merupakan hal yang penting dalam penentuan strategi secara umum (Etzkowitz 2007) dan khususnya dalam strategi pengembangan agroindustri kitin dan kitosan. Metode yang digunakan dalam penentuan responden adalah metode snowball sampling , yaitu melakukan kontak dengan responden pertama, kemudian mengidentifikasi

responden selanjutnya berdasarkan informasi dari responden pertama. Lee (1993) menyebutkan bahwa responden yang cenderung mengidentifikasi responden  potensial lain yang memiliki kesamaan karakteristik dengan dirinya akan berujung  pada sampel yang homogen.

Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dan kondisi eksisting industri kitin kitosan di Indonesia. Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mendapatkan informasi-informasi yang terkait dengan strategi  pengembangan agroindustri kitin dan kitosan, yaitu faktor-faktor kunci  pengembangan agroindustri kitin dan kitosan, faktor eksternal dan faktor internal yang berpengaruh serta masukan lain yang berguna dalam merumuskan strategi  pengembangan agroindustri kitin dan kitosan. Tabel 3 menunjukkan responden

yang terlibat pada penelitian ini. Tabel 3 Data Responden

Lingkup Responden

Perguruan Tinggi

1. Pakar teknologi kitin dan kitosan (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor)

Industri 1. Manajer Produksi (PT X), representasi atas produsen kitin dan kitosan

2. Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perkanan Indonesia (AP5I), representasi dari industri pengolahan udang selaku penyuplai bahan baku kitin kitosan

3. Pemilik CV. X, representasi atas pengguna kitin dan kitosan Instansi

Pemerintah

1. Pejabat Es IV Direktorat Pengembangan Produk Non Konsumsi, Ditjen. P2HP- Kementerian Kelautan dan Perikanan

2. Pejabat Es IV Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan, Ditjen. Industri Agro, Kementerian Perindustrian

Analisis Strategi Pengembangan Industri

Analisis strategi pengembangan industri kitin kitosan dilakukan melalui identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh. Faktor-faktor tersebut diketahui  berdasarkan masukan para pakar atau pihak yang terkait dengan pengembangan

industri kitin dan kitosan melalui teknik wawancara mendalam. Analisis Matriks IFE-EFE

Data internal dan eksternal yang telah diidentifikasi kemudian akan dirangkum dalam suatu matriks Internal Factor Evaluation  (IFE) dan External  Factor Evaluation  (EFE). Identifikasi faktor internal dan eksternal dapat digunakan untuk menciptakan strategi yang efektif bagi pengembangan industri kitin kitosan. Matriks IFE dan EFE dapat diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut.

A. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang terbesar dan terkecil yang dimiliki oleh industri serta mengetahui ancaman terbesar dan terkecil yang memiliki pengaruh terhadap industri kitin kitosan. Dalam suatu perencanaan strategis, lingkungan eksternal perlu dianalisis guna mengetahui berbagai peluang

dan ancaman yang mempengaruhi industri di masa yang akan datang. Rangkuti (2013) menjelaskan beberapa tahapan penentuan strategi eksternal, yaitu:

1. Susunlah dalam kolom 1 berupa faktor-faktor yang menjadi peluang dan kelemahan industri kitin dan kitosan

2. Pada kolom 2, berikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan  pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi industri. Semua bobot

yang telah dijumlahkan tidak boleh melebihi skor total (1,00). Pemberian  bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis  perusahaan. Penentuan bobot dilakukan dengan metode perbandingan  berpasangan ( pairwise comparison) yaitu memberikan bobot numerik dan

membandingkan antara satu peubah dengan peubah lainnya (Tabel 4). Skala 1, 2 dan 3 digunakan dalam menentukan bobot setiap peubah. Penjelasan skala yang digunakan adalah sebagai berikut:

1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 4 Penilaian Bobot Faktor Strategis dengan Metode Matriks Perbandingan

Berpasangan

Faktor Strategik Internal/Eksternal A B C ... Bobot

A B C ...

Total

3. Pada kolom 3, hitung rating untuk setiap faktor dengan pemberian skala mulai dari 4 (outstanding ) sampai dengan 1 ( poor ) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi industri yang bersangkutan. Variabel yang  bersifat positif (variabel peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat besar). Sedangkan untuk variabel yang bersifat negatif yaitu ancaman adalah kebalikannya. Misalnya jika nilai ancamannya besar, ratingnya adalah 1, namun jika ancamannya sedikit maka ratingnya bernilai 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya mulai dari 4,0 (outstanding ) sampai dengan 1,0 ( poor )

5. Jumlahkan skor pembobotan (kolom 4) untuk memperoleh total skor  pembobotan. Nilai total menunjukkan bagaimana suatu industri bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Tabel 5 menunjukkan bentuk matriks EFE sebagaimana telah dijelaskan pada tahap penetapan faktor strategis eksternal no 1 hingga no 5.

Tabel 5 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal

Faktor-Faktor Strategis Eksternal Bobot (a) Rating (b) Skor (c = a x b) I. Peluang 1. 2. Jumlah (A) II. Ancaman 1. 2. Jumlah (B) Total (A+B)

Berdasarkan matriks EFE, total nilai skor untuk faktor eksternal menunjukkan semakin nilai mendekati 1, maka semakin banyak ancamannya dibandingkan  peluangnya. Sedangkan apabila total nilai skor mendekati 4, artinya semakin  banyak peluang dibandingkan ancamannya.

B. Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Analisis faktor stratetgis internal perlu dilakukan setelah mengetahui faktor strategis eksternal yang dimiliki suatu perusahaan/organisasi Matriks IFE digunakan untuk mengetahui kekuatan terbesar dan terkecil serta kelemahan terbesar dan terkecil yang dimiliki oleh industri kitin dan kitosan. Terdapat  beberapa cara untuk menentukan faktor – faktor strategis internal (Rangkuti 2013):

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan  pada kolom 1

2. Pada kolom 2, berikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1 (paling penting) sampai O (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi industri. Semua bobot yang telah dijumlahkan tidak boleh melebihi skor total (1,00). Penentuan bobot dilakukan sama dengan penentuan bobot pada matriks EFE.

3. Pada kolom 3, hitung rating untuk setiap faktor dengan pemberian skala mulai dari 4 (outstanding ) sampai dengan 1 ( poor ) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi industri yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (variabel kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan untuk variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

4. Kalikan bobot (kolom 2) dengan rating (kolom 3) untuk memperoleh faktor  pembobotan. Hasilnya berupa skor pembobotan (kolom 4) untuk masing-masing faktor yang nilainya mulai dari 4,0 (outstanding ) sampai dengan 1,0 ( poor )

5. Jumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai total menunjukkan bagaimana suatu industri bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Tabel 6 menunjukkan bentuk matriks IFE sebagaimana telah dijelaskan pada tahap enetapan faktor strategis internak No. 1 hingga  No. 5.

Berdasarkan matriks IFE, total nilai skor untuk faktor internal menunjukkan  bahwa smakin dekat nilai mendekati 1, maka semakin banyak kelemahan internal

dibandingkan kekuatannya. Kebalikannya, apabila smakin nilai mendekati 4, maka semakin banyak kekuatan dibandingkan kelemahannya.

Tabel 6 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot

(a) Rating (b) Skor (c = a x b) I. Peluang 1. 2. Jumlah (A) II. Ancaman 1. 2. Jumlah (B) Total (A+B)

Analisis Matriks Internal Eksternal

Analisis Matriks Internal Eksternal (Matriks IE) merupakan analisis yang dibuat berdasarkan nilai yang didapat dari gabungan kedua kondisi eksternal dan internal industri kitin dan kitosan. Pada matriks IE (sebagaimana dapat dilihat  pada Gambar 3), diketahui nilai pada sumbu X menunjukkan nilai faktor strategi internal, sedangkan pada sumbu Y menunjukkan nilai faktor strategis eksternal. Berdasarkan analisis EFE dan IFE, didapatkan nilai total skor pembobotan untuk setiap faktor eksternal dan internal. Nilai yang didapatkan kemudian diplotkan ke dalam sumbu X dan sumbu Y pada tabel matrik IE sehingga dapat diketahui  posisi sel strategi industri yang menggambarkan kondisi industri kitin dan kitosan.

Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah matriks yang menggambarkan secara jelas  bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Dengan menggunakan tabel EFE dan IFE, transfer peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan ke dalam sel yang sesuai dengan matriks SWOT sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4. Rangkuti (2013) menjelaskan beberapa tahapan dalam analisis matriks SWOT, yaitu:

1. Dalam sel Opportunities  (O), buatlah 5-10 peluang eksternal yang dihadapi industri.

2. Dalam sel Threats (T), buatlah 5-10 ancaman eksternal yang dihadapi industri.

3. Dalam sel Strengths (S), buatlah 5-10 kekuatan internal baik yang dimiliki sekarang maupun yang akan datang.

4. Dalam selWeaknesses (W), buatlah 5-10 kelemahan yang dimiliki industri. 5. Buat kemungkinan strategis berdasarkan pertimbangan kombinasi empat set

faktor strategis tersebut. a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Model Penetapan Strategi Pilihan

Penetapan strategi pilihan untuk pengembangan industri kitin dan kitosan dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Marimin (2014), menyatakan terdapat 4 (empat) prinsip dasar kerja AHP, yaitu:

1. Penyusunan Hierarki

Penyusunan hirarki dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari  permasalahan yang kompleks diuraikan menjadi elemen pokoknya, kemudian elemen pokok tersebut diuraikan ke dalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hirarki.

2. Penilaian setiap level hirarki

Penilaian setiap level hierarki dinilai melalui perbandingan berpasangan ( pairwise comparison). Marimin (2014) yang mengutip Saaty (1983), menjelaskan bahwa penggunaan skala 1-9 adalah yang terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala  perbandingan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Skala Perbandingan pada AHP (Marimin 2013)

 Nilai Definisi

1 Faktor Vertikal Sama penting dengan Faktor horizontal

3 Faktor Vertikal Lebih penting dari Faktor horizontal

5 Faktor Vertikal Jelas Lebih penting dari Faktor horizontal

7 Faktor Vertikal Sangat Jelas Lebih penting dari Faktor horizontal

9 Faktor Vertikal Mutlak lebih penting dari Faktor horizontal

2,3,4,6 Apabila ada keraguan antara dua elemen yang berdekatan Kebalikan

(1/(2-9))

Kebalikan dari keterangan nilai 2-9

3. Penentuan Prioritas

Untuk setiap level hierarki, perlu dilakukan perbandingan berpasangan ( pairwise comparison) untuk menentukan prioritas. Sepasang elemen dibandingkan berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas  preferensi antarelemen. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Setiap level hierarki baik kuantitatif atau kualitatif dapat dibandingkan sesuai dengan  judgement   yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dapat dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui  penyelesaian persamaan matematik.

4. Konsistensi Logis

Penilaian yang memiliki konsistensi tinggi sangat diperlukan untuk  pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat. Konsistensi sampai  batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang, jika tidak memenuhi maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Kitin Kitosan (Halaman 28-36)

Dokumen terkait