• Tidak ada hasil yang ditemukan

Acosta AR, Appeldoorn RS. 1995. Catching efficiency and selectivity of gillnets and trammel nets in coral reefs from southwestern Puerto Rico. Fisheries Research. 22:175-196.

Ago ND, TE Binyotubo, K Kwen. 2014. Meshsize selectivity of multifilament gillnet at Fakum Village, North of Lake Jebba. Journal of Fisheries and Aquatic Science. 9(4): 272-276

Aisyah S, Triharyuni. 2010. Production, size distribution, and length-weight relationship of lobste landed in the south coast of Yogyakarta, Indonesia.

Ind. Fish. Res.J. 16 (1): 15 – 24.

Asriyanto, Fitri ADP, Pramonowibowo. 2014. Abalisis Hasil Tangkapan Kepiting (Schyla sp) pada Moifikasi Fyke Net di Perairan Kabupaten Rembang.

Jurnal Saintek Perikanan. 10(1):43-47.

Ayodhyoa AU. 1974. Metode Penangkapan Ikan. Bogor (ID): IPB Pr.

Bakhtiar NM, Soichin A, Saputra SW. 2013. Pertumbuhan dan laju mortalitas lobster batu hijau (Panulirus homarus) di perairan Cilacap Jawa Tengah.

Journal of Management and Aquatic Resources. 2(4): 1 - 10.

Boesono H. 2012. Pengelolaan Perikanan Tangkap Lobster Berbasis Bioekonomi di Perairan Pantai Selatan Jawa Tengah (Studi Kasus di Kabupaten Cilacap, Kebumen, dan Purworejo). [Disertasi]. Semarang (ID):Universitas Diponegoro.

De Cross MDST. 2009. Gillnet selectivity of three flying fish, Cheilopogon nigricans (Bennett, 1846), Cypselurus poecilopterus (Valenciennes, 1846) and Cheilopogon suttoni (Whitle and Colefax, 1938) off the northwestern coast of Sri Lanka. J. Aquat. Sci. 14(-): 15-28.

Dirjen P2HP KKP Saut P. Hutagalung. 2015. Dalam artikel bisnis.com “Larangan Tangkap Lobster: Ekspor Lobster Bisa Meningkat Signifikan” ditulis oleh Ihda Fadila [Internet]. [Bogor, Rabu 09 Maret 2016 pukul 10.25 WIB].

Tersedia pada:

http://m.bisnis.com/industri/read/20150129/99/396347/larangan-tangkap lobster-ekspor-lobster-bisa-meningkat-signifikan.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Pusaka Nusatama.

Yogyakarta: 163 hal

Emmanuel BE, Chukwu LO, Azeez LO. 2008. Gill net selectivity and catch rates of pelagic fish in tropical coastal lagoonal ecosystem. African Journal of Biotechnology. 7(21): 3962-3971.

Ernawati T, Kembaren DD, Suprapto, Sumiono B. 2014. Parameter Populasi Lobster Bambu (Panulirus Versicolor) di Perairan Utara Kabupaten Sikka dan Sekitarnya. BAWAL. 6(3):169-175

Fonseca P, Martins R, Campos A, Sobral P. 2005. Gill-net selectivity off the Portuguese western coast. Fisheries Research. 73: 323-339.

Fridman AL. 1986. Perhitungan dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan.

Terjemahan Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. 304 hlm.

Hanafiah KA. 2005. Rancangan Percobaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hlm: 9-10 dan 61-86

Holthuis LB. 1991. FAO Species Catalogue, Marine Lonster of The World. Vol 13. National Naturhistorisch Museum Leiden. Netherlands. FAO of The United Nations. Rome. 292 page

Hutubessy G. 2011. Encircling Gillnet Selectivity For Oxeye Scad (Selar boops Cuvier, 1833) In The Coast Of Waai, Ambon Island. Journal of Coastal Development. 14(2): 125-130.

Kembaren DD, Lestari P, Ramadhani R. 2015. Parameter biologi lobster pasir (Panulirus homarus) di perairan Tabanan, Bali. BAWAL. Pusat Penelitian dan Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. 7(1): 35-42.

Kembaren DD, Nurdin E. 2015. Distribusi Ukuran Dan Parameter Populasi Lobster Pasir (Panulirus homarus) di Perairan Aceh Barat. BAWAL. 7(3):

121-128

Kuiter RH. 1992. Tropical reef-fishes of the Western Pasific-Indonesia and adjacent Water. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Lucchetti A, Buglioni G, Conides A, Klaoudatos D, Sartor P, Sbrana M, Spedicato MT, Stamatopoulos C. 2014. Technical measures without enforcement tools: is there any sense? A methodological approach for the estimation of passive net length in small scale fisheries.

Mediterranean Marine Science. 16(1): 82-89

Martasuganda S. 2008. Jaring Insang (Gillnet). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Martasuganda S, Matsuoka T, Kawamura G. 2000. Effect of Hang-in Ratio on Size-Selectivity of Gillnet. Nihon Suisan Gakkaishi. 66(3): 439-445.

Martasuganda S, Ogura Y, Matsuoka T, Kawamura G. 1999. Point against Tactile Stimulation and Its Effect to forward motion of fish upon contact with a mesh. Nihon Suisan Gakkaishi. 65 (6): 991-997.

Mohammed MO. 2015. Gillnets and their Efficiency in Fishing Activity.

International Journal af Forest, Soil and Erosion (IJFSE). 5(1): 1-7.

Moosa MK dan Aswandy I. 1984. Udang Karang (Panulirus sp) dari Perairan Indonesia. Proyek Studi Pengembangan Alam Indonesia, Studi Hayati Potensi Ikan, Lembaga Oseanografi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 41 hlm.

Natsir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghali Indonesia.

Nevada HAT, Martasuganda S, Zulbainarni N, Dirwana I. 2012. Pengaruh Perbedaan Atraktor Terhadap Hasil Tangkapan Juvenil Lobster dengan Korang di Desa Sangrawayan, Palabuhanratu. Marine Fisheries. 3(2):129-133

Nomura M, Yamazaki T. 1977. Fishing Technique I. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. 206 p.

Comparison of Catches and Species Composition for Flounders Caught Using Gillnets, Gillnets with Supporting Lines, and Trammel Nets. J. Kor.

Soc. Fish. Tech, 50 (1), 001-011. www.fishtech.or.kr.

34

Parsa M, Paighambari SY, Ghorbani R, Shabani MJ. 2014. Effects of hanging ratio on the CPUE of tuna drifting gillnets in Bushehr Coastal Waters, Persian Gulf (Iran). World Journal of Fish and Marine Sciences. 6(3): 214-218.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/

PERMEN-KP/ 2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.).

Pet JS, Pet-Soede C, Van Densen WLT. Comparison of methods for the estimation of gillnet selectivity to tilapia, cyprinids and other fish species in a Sri Lankan reservoir. Fisheries Research. 24:141-164

Phillips BF, Kittaka J. 2000. Spiny lobster. Fisheris and Culture. Secon Edition.

PP.679.

Prado J, Dremiere BY. 1996. Fisherman’s Workbook. FAO. Semarang: Balai Penelitian Penangkapan Ikan. 174 hal.

Samaranayaka A, Engas A, Jorgansen T. 1997. Effects of hanging ratio and fishing depth on the catch rates of drifting tuna gillets in Sri Lankan waters.

Fisheries Research. 29 (1997): 1-12.

Sbrana M, Belcari P, De Ranieri S, Sartor P, Viva C. 2007. Comparison of the catches of European hake (Merluccius merluccius, L. 1758) taken with experimental gillnets of different mesh sizes in the northern Tyrrhenian Sea (western Mediterranean). Scientia Marina. 71(1): 47-56.

Sobari MP, Diniah, Widiarso DI. 2008. Analisis “Maximum Sustainable Yield”

dan “Maximum Economic Yield” menggunakan Bio-Ekonomik Model Statis Gordon-Schaefer dari Penangkapan Spiny Lobster di Wonogiri.

Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 15(1): 35-40

Subani, W. 1978a. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid I. Jakarta:

LPPL.

. 1978b. Perikanan Udang Barong (Spiny Lobster) dan Prospek Masa Depannya. [Seminar ke-II Perikanan Udang, Lembaga Penelitian Perikanan Laut]. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Perikanan. Hal:

1-7

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Hal: 61 . 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung (ID): CV Alfabeta. Hal: 135

Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18/

MEN-KP/ I/ 2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.).

Von Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of The World. Thrid Edition.

Farngham: Fishing News Book.

Walpole. 1995. Pengantar statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri.

Cetakan ke enam. Jakarta: PT Gramedia.

Zulkarnain. 2012. Rancang bangun bubu lipat modifikasi dan penggunaan cacing tanah (Lumbricus rebellus) sebagai umpan alternatif untuk penangkapan spiny lobster [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

L A M P I R A N

34

35 Lampiran 1 Spesifikasi jaring insang dasar yang biasa digunakan nelayan Palabuhanratu (dalam 1 pis) NoKomponenMesh/ Ø (mm)Panjang (m) Dalam (m)Jumlah Mata (YDS/MD)Arah PilinanBerat (gr)JumlahBahan 1.Tali Pelampung564,40- - Z1381,81PE 2.Tali Ris Atas4,364,40- - Z921,21PE 3.Webbing- - - 80/70- 8391PA 4.Tali Ris Bawah1,3563,90- - Z128,041PE 5.Tali Pemberat1,3563,90- - Z128,041PE 6.Tali Tinggi Jaring (bridle)2,3- 1- Z142 PE 7.Tali Pengikat0,141,25- - Z131PE 8.Pelampung36,150,05- - - 1815PP 9.Pemberat6,30,03- - - 9214Timah

36

Lampiran 2 Desain jaring insang dasar yang biasa digunakan nelayan Palabuhanratu

Keterangan:

1. Tali pelampung 2. Pelampung 3. Tali pengikat 4. Tali ris atas 5. Badan jaring 6. Tali ris bawah 7. Pemberat 8. Tali pemberat

9. Tali tinggi jaring (bridle) 36

Lampiran 3 Perhitungan hang-in ratio jaring insang dasar dengan mesh size 5 inci 1) Jaring insang dasar nelayan

Hang-in ratio bagian atas jaring

38

Lampiran 4 Perhitungan hang-in ratio modifikasi

1) Jaring insang dasar modifikasi mata jaring optimum Bagian atas jaring

l = (jumlah pelampung-1) X jarak antar pelampung

= (15-1) X 460 cm

= 6440 cm

= 64,40 m S = (L-l) / L

0,293030 = (L – 64,40) / L 0,707 L = 64,40

L = 91,089 m

L = (jumlah pelampung-1) X ∑mata antar pelampung 91,089 m = (15-1) X ∑mata antar pelampung

9108,9 cm = (15-1) X ∑mata antar pelampung X 5 inchi X 2,54 cm/inchi

∑mata antar pelampung = 51, 23 mata (51 mata)

Jadi, jumlah mata jaring antar pelampung pada tali ris atas adalah 51 mata Bagian bawah jaring

l = (jumlah pemberat-1) X jarak antar pemberat

= (214-1) X 30 cm

= 6390 cm

= 63,90 m S = (L-l) / L 0,293030 = (L - 63,90) / L 0,707 L = 63,90

L = 90,3819 m

L = (jumlah pemberat-1) X ∑mata antar pemberat 90,3819 m = (214-1) X ∑mata antar pemberat

9038,19 cm = (214-1) X ∑mata antar pemberat X 5 inchi X 2,54 cm/inchi

∑mata antar pemberat = 3,34 mata (3 mata)

Jadi, jumlah mata jaring antar pemberat pada tali ris bawah adalah 3 mata

Tinggi jaring (T)

T = mesh size mata jaring X jumlah mata X √(2Sd-Sd2)

= 5 inchi X 2,54 cm/inchi X 18 X √(2X0,2930-0,29302)

= 160,98 cm

= 1,6098 m

2) Jaring insang dasar modifikasi pertengahan antara yang biasa digunakan nelayan dengan mata jaring optimum

Bagian atas jaring

l = (jumlah pelampung-1) X jarak antar pelampung

= (15-1) X 460 cm

= 6440 cm

= 64,40 m S = (L-l) / L 0,4082 = (L – 64,40) / L 0,5918 L = 64,40

L = 108,8205 m

L = (jumlah pelampung-1) X ∑mata antar pelampung 108,8205 m = (15-1) X ∑mata antar pelampung

10882,05 cm= (15-1) X ∑mata antar pelampung X 5 inchi X 2,54 cm/inchi

∑mata antar pelampung = 61,20 mata (61 mata)

Jadi, jumlah mata jaring antar pelampung pada tali ris atas adalah 61 mata Bagian bawah jaring

l = (jumlah pemberat-1) X jarak antar pemberat

= (214-1) X 30 cm

= 6390 cm

= 63,90 m S = (L-l) / L 0,4082 = (L - 63,90) / L 0,5918 L = 63,90

L = 107,9757 m

L = (jumlah pemberat-1) X ∑mata antar pemberat 107,9757 m = (214-1) X ∑mata antar pemberat

10797,57 cm = (214-1) X ∑mata antar pemberat X 5 inchi X 2,54 cm/inchi

∑mata antar pemberat = 3,99 mata (4 mata)

Jadi, jumlah mata jaring antar pemberat pada tali ris bawah adalah 4 mata

Tinggi jaring

MD = mesh size mata jaring X jumlah mata X √(2Sd-Sd2)

= 5 inchi X 2,54 cm/inchi X 18 X √(2X0,4082-0,40822)

= 184,57 cm

= 1,8457 m

40

Lampiran 5 Lokasi (titik) pemasangan jaring insang selama penelitian di Teluk Palabuhanratu

Ulangan Tanggal Lintang bujur

1 1 November 2017 06°58'32.71"S 106°30'42.84"T 2 2 November 2017 06°59'0.42"S 106°30'23.97"T 3 3 November 2017 06°58'8.35"S 106°27'51.96"T 4 4 November 2017 07° 0'11.14"S 106°31'5.05"T 5 5 November 2017 07° 0'22.18"S 106°31'32.88"T 6 6 November 2017 06°58'48.35"S 106°31'32.18"T 7 7 November 2017 06°58'21.33"S 106°29'52.21"T 8 8 November 2017 06°58'48.08"S 106°29'13.98"T 9 9 November 2017 06°58'9.94"S 106°28'23.60"T 10 10 November 2017 07° 0'6.51"S 106°31'21.28"T 11 11 November 2017 06°58'57.59"S 106°31'2.35"T 12 12 November 2017 06°58'59.09"S 106°28'30.40"T 13 13 November 2017 06°58'42.08"S 106°29'54.66"T 14 14 November 2017 07° 5'25.02"S 106°27'7.06"T 15 15 November 2017 07° 5'26.61"S 106°27'33.24"T 16 16 November 2017 07° 5'45.88"S 106°27'7.29"T 17 22 November 2017 07° 5'26.24"S 106°26'19.11"T 18 24 November 2017 07° 5'34.42"S 106°26'0.08"T 19 25 November 2017 07° 5'57.29"S 106°26'43.29"T 20 27 November 2017 07° 3'28.22"S 106°30'44.62"T 21 28 November 2017 07° 1'47.87"S 106°30'57.51"T 22 29 November 2017 07° 2'2.94"S 106°30'50.06"T 23 30 November 2017 07° 3'6.53"S 106°31'12.86"T

Lampiran 6 Hasil tangkapan penelitian selama 23 trip penangkapan pada bulan November 2016 di Palabuhanratu

Lobster mutiara (Panulirus ornatus) Rajungan (Portunus)

Ikan sedapang waru (Drepane punctata) Ikan ayam-ayam (Abalistes stellaris)

Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) Siput laut (Helix pomatia)

Lobster bambu (Panulirus versicolor) Belut laut (Gymnothorax spp.)

42

Lampiran 7 Kegiatan pengambilan data penelitian selama 23 trip penangkapan pada bulan November 2016 di Palabuhanratu

g. Pengangkatan hasil tangkapan

d. Armada penangkapan ikan

a. Wawancara dengan nelayan

c. Pembuatan alat tangkap

e. Pengoperasian alat tangkap

b. Bagian alat tangkap

f. Pengangkatan jaring (hauling)

h. Pencatatan hasil tangkapan

43 Lampiran 8 Data hasil tangkapan lobster penelitian selama 23 trip penangkapan bulan November 2016 di Palabuhanratu Per Coba an

HR 0,5234HR 0,4082HR 0,2930 Jumlah (ekor)Berat (gram) Panjang Karapas (cm) Kela yaka n Proporsi Layak Tangkap (%)

Keleng kapan Tubuh Jumlah (ekor)Berat (gram) Panjang Karapas (cm)

Ke lay ak an

Proporsi Layak Tangkap (%) Keleng kapan Tubuh

Jumlah (ekor)Berat (gram) Panjang Karapas (cm) Kela yaka n Proporsi Layak Tangkap (%)

Kelen kapan Tubu 121507,5TD50L000_0_000_0_ 1108L0L 2000_0_000_0_000_0_ 3000_0_000_0_000_0_ 4000_0_000_0_000_0_ 5142912L100L000_0_000_0_ 6000_0_000_0_000_0_ 7000_0_000_0_000_0_ 8000_0_000_0_000_0_ 9000_0_000_0_000_0_ 10000_0_000_0_000_0_ 11000_0_000_0_000_0_ 12135014L100L000_0_120010_100_ 13000_0_000_0_000_0_ 14000_0_000_0_000_0_ 15000_0_000_0_000_0_ 1612009L100L000_0_000_0_ 17000_0_000_0_000_0_

Lampiran 8 Lanjutan Per Coba an HR 0,5234HR 0,4082HR 0,2930 Jumlah (ekor)Berat (gram)

Panjang Karapas (cm) Kela yaka n Proporsi Layak Tangkap (%)

Keleng kapan Tubuh Jumlah (ekor)Berat (gram) Panjang Karapas (cm)

Ke lay ak an

Proporsi Layak Tangkap (%) Keleng kapan Tubuh

Jumlah (ekor)Berat (gram) Panjang Karapas (cm) Kela yaka n Proporsi Layak Tangkap (%)

Keleng kapan Tubuh 18000_0_000_0_43018,6L50L 2858,6LL 2067,7TLL 2007,5TLL 19000_0_000_0_000_0_ 20000_0_132011L100L000_0_ 21000_0_000_0_000_0_ 22000_0_000_0_000_0_ 23000_0_000_0_000_0_

44

45 Lampiran 9 Hasil uji statistik data hasil tangkapan lobster penelitian selama 23 trip penangkapan bulan November 2016 di Palabuhanratu Uji Normalitas dan Homogenitas Descriptive Statistics NMinimumMaximumMeanStd. DeviationVarianceSkewnessKurtosis StatisticStatisticStatisticStatisticStatisticStatisticStatisticStd. ErrorStatistic Std. Error Jumlah_HT69.004.00.1594.58469.3424.971.28928.692.570 Kelayakan69.001.00.0870.27057.0732.986.2897.462.570 Valid N (listwise) 69 Uji Kruskall Wallis Ranks HRNMean Rank Jumlah_HT0,52342337.46 0,40822332.96 0,29302334.59 Total 69 Kelayakan0,52342337.52 0,40822333.04 0,29302334.43 Total 69

Test Statisticsa,b Jumlah_HTKelayakan Chi-Square2.1632.190 df22 Asymp. Sig. .339.335 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: HR

46

Dokumen terkait