• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANAL ( Osphro

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. 2008. Analisis Tataniaga Sayuran Bayam (Kasus Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Dahl, D.C And Hammond J.W.1977. Market and Price Analysis the Agricultural Industries. Mc. Graw Hill Book Company, Inc.

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2011. www.dkp.go.id. Diakses pada tanggal 15 Maret 2011.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor . 2009. Buku Data Perikanan Tahun 2009. Bogor.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Data Perikanan Tahun 2010. Bogor.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011.http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/profil- bogor. [03 April 2011]

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011.http://www.perikananbudidaya.kkp.go.id/ ikan- dan-ketahanan-pangan.[ 01 April 2011]

A.M. Hanafiah dan A.M. Saefudin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia- Press: Jakarta

Kohls, R.L. and Joseph N. Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Products. Ninth Edition. Macmillan Publishing company. New York.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Prehallindo. Jakarta

Kurniawan, M. Optimalisasi Input Produksi Budiday Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Lestari, M. 2006. Analisis Tataniaga Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) (Kasus : Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Limbong, W.H dan P . Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Mahyuddin, K. 2009. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mubyarto. 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.

Panjaitan, M.B. 2009. Analisis Tataniaga Ikan Bandeng (Chanos chanos, de Forskal) di desa Muara Baru Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Puspitasari, E.Y. 2010. Analisis Efisiensi Tataniaga pada Kelompok Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.[Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Safitri, B.2009. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).[Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Senjaya,Y. 2002. Usaha Pembenihan Gurami. Cetakan 2. Penebar Swadaya.Jakarta.

ANAL

(Osphro

LISIS TA

Kec

FAKUL

IN

onemus go

ATANIAG

camatan K

MA

DEPART

LTAS EK

NSTITUT

ouramy La

GA IKAN

Kemang,

SKRIP AHRENI HA H34070

TEMEN A

KONOMI

T PERTA

BOGO

2011

ac.) Di De

GURAM

Kabupat

esa Pabua

ME

PSI ARAHAP 106

AGRIBIS

DAN MA

ANIAN BO

OR

1

en Bogor

aran,

SNIS

ANAJEM

OGOR

MEN

RINGKASAN

MAHRENI HARAHAP. Analisis Tataniaga Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI)

Kementrian Kelautan dan Perikanan menetapkan kebijakan serta melaksanakan beberapa program yang mana kegiatan pembangunan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan nasional maupun internasional. Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat yang berfokus pada kesejahteraan rakyat diperlukan suatu usaha yakni salah satunya peningkatan produktivitas budidaya perikanan. Tahun 2011, Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan kontrak produksi dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kontrak produksi dilakukan agar tercapainya produksi perikanan budidaya yang ditetapkan sebesar 6,85 juta ton.

Potensi produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor cukup tinggi, untuk seluruh jenis ikan yang dibudiyakan mencapai 36,007.71 ton per. Perikanan budidaya yang saat ini dikembangkan di Kabupaten Bogor ialah budidaya ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) karena merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi perikanan budidaya komoditas unggulan. Tahun 2009-2010 peningkatan produksi ikan gurame konsumsi dari 1.946,43 menjadi 2.057,61 ton dengan persentase 5,71 persen. Pengembangan budidaya ikan gurame di Kabupaten Bogor didukung oleh meningkatnya produksi benih gurame dari tahun 2009-2010 sebesar 37.779,599 ekor dengan pertumbuhan 4,46 persen.

Tujuan penelitian analisis tataniaga ikan gurame untuk menganalisis saluran tataniaga, fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga, struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tataniaga, serta menganalisis efisiensi tataniaga berdasarkan margin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame. Penelitian ini dilakukan di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Responden yang diambil seluruh petani ikan gurame sebanyak 10 orang. Penentuan sampel dalam menentukan lembaga-lembaga tataniaga menggunakan snowball sampling. Analisis data yang digunakan ialah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga serta struktur dan perilaku pasar. Analisis data kuantitatif dipergunakan untuk menganalisis besaran margin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua pola tataniaga budidaya ikan gurame yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga gurame konsumsi. Pola tataniaga benih ikan gurame dilakukan semua responden yang mana saluran

tataniaganya dari petani ke pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran berada di luar desa Pabuaran. Petani pembesaran melakukan pembesaran hingga ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Fungsi-fungsi yang dilakukan pada tingkat petani fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi fasilitas yakni penyortiran, risiko, pembiayaan, informasi pasar, sedangkan ditingkat pedagang pengumpul fungsi yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik kecuali penyimpanan, fungsi fasilitas. Struktur pasar yang dihadapi pada tingkat petani dari sudut penjual pasar persaingan sempurna, jika dari sudut pembeli struktur pasar monopsoni yaitu hanya ada satu pedagang pengumpul, sedangkan ditingkat pedagang pengumpul dari sudut penjual terbentuk pasar oligopoli, di sudut pembeli cenderung pasar persaingan sempurna. Penentuan harga ditetapkan oleh kedua belah pihak antar petani dan pedagang pengumpul. Harga jual benih ikan gurame dengan bobot 166 gram ditingkat petani sebesar Rp 3.500,00 per ekor, ditingkat pedagang pengumpul Rp 4.250,00 per ekor, sehingga margin yang didapatkan Rp 750,00 per ekor. Total biaya yang dikeluarkan tataniaga benih ikan gurame Rp 51,17 per ekor, total keuntungan sebesar Rp 645,63 per ekor. Farmer’s share yang petani sebesar 82,35 persen, rasio keuntungan terhadap biaya Rp 6,19 artinya dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya sebesar Rp 1/ekor benih ikan gurame maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6,19/ekor.

Pola tataniaga ikan gurame konsumsi terdapat dua saluran tataniaga yaitu 1) Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen, 2) Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan di tingkat petani fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi fasilitas. Ditingkat pedagang pengumpul fungsi yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Ditingkat pedagang pengecer fungsi yang dilakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas kecuali penyortiran. Struktur pasar yang dihadapi ditingkat petani dari sudut penjual pasar persaingan sempurna jika dari sudut pembeli ialah oligopsoni, ditingkat pedagang pengumpul dari sudut penjual terbentuk pasar oligopoli dan dari sudut pembeli terbentuk pasar persaingan sempurna. Ditingkat pedagang pengecer dari sudut penjual dan pembeli terbentuk pasar persaingan sempurna. Penentuan harga ikan gurame konsumsi yakni 500 dan 800 gram disepakati kedua belah pihak, harga yang digunakan pada tataniaga ikan gurame konsumsi memakai harga rata-rata dari dua orang pedagang pengumpul dan dua orang dari pedagang pengecer.

Pada saluran tataniaga satu ikan gurame konsumsi,harga rata-rata ditingkat petani Rp 23.000,00 per kilogram, ditingkat pedagang pengumpul Rp 27.750,00, ditingkat pedagang pengecer Rp 30.500,00, sehingga margin yang didapat sebesar Rp 7.500,00, biaya tataniaga saluran satu sebesar Rp 2.073,20, keuntungan yang didapat pada saluran tataniaga satu sebesar Rp 3.357,66, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar Rp 2,62 per kilogram, farmer’s share 75,41 persen. Pada saluran tataniaga dua ikan gurame konsumsi harga rata-rata ditingkat petani Rp

23.000,00 per kilogram, ditingkat pedagang pengumpul Rp 28.500,00, sehingga margin yang didapat sebesar Rp 5.500,00, biaya tataniaga saluran dua sebesar Rp 1.236,88, keuntungan tataniaga yang didapat pada saluran tataniaga dua sebesar Rp 4.263,12. Rasio keuntungan terhadap biaya sebesar Rp 3,45 per kilogram. Farmer’s share yang didapat petani 80,70 persen.

Hasil analisis kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa pola tataniaga ikan gurame yang efisien ialah tataniaga benih ikan gurame, dimana memiliki margin tataniaga sebesar Rp 750,00 per ekor, farmer’s share 82,35 persen, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 6,19.Tataniaga benih ikan gurame lebih efisien, dikarenakan pemanenan dilakukan pada saat adanya pemesanan dan permintaan benih oleh petani pembesaran sehingga pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yang lebih hemat dikarenakan tidak adanya fungsi fisik seperti penyimpanan. Dilihat dari struktur pasar sudut penjual di tingkat petani yang terbentuk pasar monopsoni dikarenakan satu penjual. Pedagang pengumpul memiliki modal yang cukup besar sehingga dapat melakukan pemanenan benih sesuai permintaan petani pembesaran sehingga petani diuntungkan dengan pembayaran secara tunai. Pembentukan harga terbentuk adanya kesepakatan antara petani, pedagang pengumpul dan petani pembesaran sehingga tidak ada yang dirugikan dengan harga yang ditawarkan dari masing-masing lembaga tataniaga.