• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bachtiar, Harsja W. (Ed.) 1980. Percakapan Dengan Sidney Hook. Jakarta: Jambatan Beerling, dkk. 1990. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: UGM Press

Budiman, Arief. 1976. Chairil Anwar Sebuah Pertemuan. Jakarta : Pustaka Jaya Damono, Sapardi Djoko. 1983. Kesusateraan Indonesia Modern. Jakarta : Gramedia Drijarkara.S.J, N. 1978. Percikan Filsafat. Jakarta : Pembangunan

Erman, Syafiril. 2006. Kepundan. Yogyakarta : Bentang Pustaka

Foster, E.M. 1979. Aspek-Aspek Novel (terjemahan). Kuala Lumpur : Dewan Bahasa Hadiwijono, Harun. 2004. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : Kanisius

Hassan, Fuad. 1973. Berkenalan dengan Eksistensialisme. Jakarta : Pustaka Jaya Jassin, H.B. 1983. Pengarang Indonesia Dan Dunianya. Jakarta: Gramedia.

Junus, Umar. 1986. Sosiologi Sastra: Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka

Moleong, Lexy.J. 1993. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Peurson, C.H.Van. 1983. Orientasi Alam Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Poedjawijatna, I.R. 1978. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Pembangunan Simatupang, Iwan. 2006. Ziarah. Jakarta : Djambatan

Sitepu, Tabir. 1986. Tesis: “Sistem Semiotik Dalam Stasiun

Toda, Dami. N. 1980. Novel Baru Iwan Simatupang. Jakarta : Pustaka Jaya

Karya Putu Wijaya.” Yogyakarta.

Verhaak, C. 1989. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Gramedia

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1980. Teori Kesusateraan. (diterjemahkan Melani Budianta). Jakarta : Gramedia

L A M P I R A N

1. Ziarah

Sinopsis

Cerita dimulai dengan perasaan terasing dan sunyi yang dialami tokoh bekas pelukis setelah kematian istrinya. Semenjak istrinya meninggal tokoh bekas pelukis melewatkan waktunya di siang hari dengan menatap lama-lama ke inti matahari sehingga matanya merah dan bengkak, selain itu ia juga sering menunggu dan menatap di tikungan dengan harapan bahwa dia akan bertemu dengan istrinya ditikungan itu. Pada malam hari dia pergi ke kedai arak, lalu meminum arak banyak-banyak, meneriakkan dan memanggil istrinya keras-keras, memanggil Tuhan keras-keras, tertawa keras-keras dan menangis sebagai isyarat bagi orang lain yang ada didekatnya untuk menuntun tokoh bekas pelukis agar lekas-lekas pulang ke gubuknya yang mungil.

Sebelum istrinya meninggal tokoh bekas pelukis adalah seorang pelukis yang terkenal, kepopulerannya melukis tidak hanya terkenal di kotanya saja, tetapi sampai ke seluruh penjuru negeri, bahkan di luar negeri sekalipun. Ini diakui banyak kalangan, baik kalangan wartawan, para pelukis, bahkan para kritukus seni terkenal yang kritik dan ulasannya mengenai seni sudah tidak terhitung jumlahnya.

Namun, tokoh bekas pelukis selalu merasa mual dan bosan mendengar pujian-pujian itu. Baginya melukis adalah hasrat alami yang merupakan dorongan dari dalam dirinya, ia tidak kenal dengan teori-teori seni, baik yang klasik, kontemporer maupun modern. Bahkan ia ingin muntah dan langsung lari terbirit-birit apabila ada yang mengkritik dan menilai lukisannya dengan teori seni.

Setelah istrinya meninggal, ia membuang semua lukisan dan peralatan lukisnya ke laut. Semua hal yang berhubungan dengan melukis di buangnya jauh-jauh. Selain itu ia juga sudah bersumpah pada dirinya untuk tidak menerima pekerjaan yang menghabiskan waktu lebih dari lima jama sehari. Dan ia akan lebih menolak lagi diberi pekerjaan yang berhubungan dengan kematian, sedangkan pekerjaan yang paling disukai tokoh bekas pelukis adalah mengecat. Ia akan menerima dengan senang hati apabila ada yang menawarkannya untuk mengecat, asal tidak lebih dari, lima jam sehari.

Pada suatu hari tokoh bekas pelukis bertemu dengan tokoh opseter pekuburan di tengah jalan. Tokoh opseter pekuburan ini merupakan opseter pekuburan yang baru pengganti opseter pekuburan yang lama, yang tewas gantung diri di rumah dinasnya. Tokoh opseter pekuburan yang baru ini adalah putra seorang pengusaha kaya raya di kota P dan merupakan mahasiswa brilian tingkat doktoral bidang filsafat. Ia menerima pekerjaannya yang baru sebagai opseter pekuburan setelah membaca iklan lowongan pekerjaan di Balai Kota. Lalu ia melamar dan selanjutnya diterima sebagai opseter pekuburan yang baru.

Dari kejauhan tokoh bekas pelukis sudah melihat kedatangan tokoh opseter pekuburan. Hatinya sedikit gusar berhadapan dengan tokoh maut ini. Ia tidak pernah suka dengan orang-orang yang lapangan pekerjaannya mengurusi dan berhubungan dengan kematian.

Setelah lebih dekat tokoh opseter pekuburan mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya, tetapi tokoh bekas pelukis tidak menerima uluran tangan tokoh opseter pekuburan. Tokoh bekas pelukis menanyakan keperluan tokoh opseter pekuburan menjumpai dirinya. Mendengar pertanyaan tokoh bekas pelukis, tokoh opseter pekuburan menjawab “ Bahwa ia ingin menawarkan pekerjaan kepada tokoh bekas pelukis untuk mengapur tembok sebelah dalam pekuburan yang kini menjadi tanggung jawab dirinya “. Mendengar tawaran tokoh opseter

pekuburan tiba-tiba badan tokoh bekas pelukis menggigil, darahnya mengalir kencang dan dirinya merasakan beribu anak panah menghujam tubuhnya, lalu Ia berlari dan berteriak kencang, diikuti oleh tokoh opseter pekuburan yang ikut berlari karena keheranan .

Setelah tokoh bekas pelukis sadar dan berhenti dari larinya. Tokoh bekas pelukis menerima tawaran tokoh opseter pekuburan dengan syarat tokoh bekas pelukis hanya bekerja lima jam sehari, tidak boleh lebih. Tokoh opseter pekuburan menerima syarat yang diajukan tokohbekas pelukis, lalu mereka sepakat.

Kata orang isteri tokoh bekas pelukis sudah mati dan jasadnya dikuburkan di komplek pekuburan kota P. Tokoh bekas pelukis menerima semua itu dengan arti (mati) sebagai suatu ‘ketiadaan’ yang juga merupakan ‘ada’ dari adanya ‘ketiadaan’ Istrinya yang ia peroleh setelah percobaan bunuh diri yang dilakukannya merupakan wanita yang cantik menurut ukuran tokoh bekas pelukis. Letak kecantikan istrinya ialah karena tokoh bekas pelukis tidak tahu dan juga tidak mau tahu tentang istrinya itu. Ia tidak tahu nama istrinya ? keturunan siapa Dia ? Bahkan Ia juga tidak pernah memanggil istrinya dengan panggilan sayang, mama, manis, kata ganti orang I, kata ganti orang II atau kata ganti orang III. Dan istrinya sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Sikap menerima itu pulalah yang membuat tokoh bekas pelukis cinta kepada istrinya.

Tetapi sekarang istrinya telah mati, dan jasadnya ada di bawah tanah komplek pekuburan. Dan Ia pun tidak pernah ziarah ke makam istrinya. Semenjak itu ia menjadi benci dan tidak menyukai semua hal-hal yang berhubungan dengan kematian, termasuk pula komplek pekuburan dan tokoh opseter pekuburan.

Tokoh opseter pekuburan tahu kalau tokoh bekas pelukis tidak menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kematian dan tokoh opseter pekuburan pun tahu kalau istri tokoh bekas pelukis di makamkan di komplek pekuburan itu. Dan ia mengira pastilah tokoh bekas pelukis

tidak mau menerima tawaran itu. Kalaupun mau, pastilah tokoh opseter pekuburan akan menyaksikan reaksi dan penderitaan yang luar biasa dari tokoh bekas pelukis . Dan ini merupakan kesenangan sendiri bagi tokoh opseter pekuburan.

Tetapi apa yang diharapkan tokoh opseter pekuburan tidak sesuai dengan kenyataannya. Tokoh bekas pelukis menerima tawaran tokoh opseter pekuburan. Dalam proses pengerjaannya pun tokoh opseter pekuburan tidak melihat gejala-gejala atau pun reaksi berlebihan dari tokoh bekas pelukis. Semuanya biasa saja, tidak ada yang aneh. Berjam-jam tokoh opseter pekuburan mengawasi tokoh bekas pelukis mengecat tembok pekuburan dari dalam rumah dinasnya melalui lubang kunci, sampai-sampai mata tokoh opseter pekuburan bengkak dan berair.

Tidak ada hal aneh yang terjadi pada diri tokoh bekas pelukis. Bahkan gejala-gejala akan terjadi hal aneh juga tidak tampak. Oleh karena itu seluruh kota menjadi geger dan kacau. Ini dikarenakan ketidakanehan itu justru menjadi keanehan tersendiri bagi mereka, sehingga banyak dari warga kota P menjadi gila karena peristiwa ini.

Tokoh opseter pekuburan frustasi dan kecewa, karena ia telah gagal. Ia telah gagal dengan rencananya. Ia telah membuang-buang waktunya di komplek pekuburan itu. Dendam pribadinya tidak terlaksana, sehingga ia memutuskan untuk menggantung diri, sama persis seperti opseter pekuburan yang lama. Lalu ia tewas dan jabatan Opseter Pekuburan pun lowong. Dan tokoh bekas pelukis memutuskan untuk melamar pekerjaan itu sebagai Opseter Pekuburan yang baru.

Selesai.

2. Kepundan

Cerita dimulai dengan suatu peristiwa demonstrasi di sebuah kota lalu plot dalam cerita itu berkembang dan melompat ke dalam situasi yang mencekam. Dalam situasi yang mencekam tersebut, tergeletak seorang pemuda dalam keadaan sekarat menanti ajal, akibat luka tembak di dadanya. Pemuda yang sekarat itu di kenal sebagai pemuda Tarka oleh warga sekitar tempat tinggalnya.

Disamping tubuh tokoh pemuda Tarka, duduk bersimpuh seorang pemuda lain yang dikenal dengan tokoh lelaki muda dan seorang perempuan yang berprofesi sebagai dokter yang dipanggil perempuan dokter Kedua orang ini tampak sedang merawat tokoh pemuda tarka yang dalam kondisi sekarat.

Selanjutnya cerita mengalami kemunduran, mengisahkan kembali tentang riwayat hidup ketiga tokoh tersebut masing – masing. Tokoh lelaki muda dalam novel Kepundan merupakan seorang pemuda yang pintar dan jenius. Masa kecilnya yang suram telah pula mewarnai dan mempengaruhi perilaku dan kehidupan dari tokoh lelaki muda tersebut. Di kalangan masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggalnya, Ia dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan sering bertingkah aneh. Di lingkungan sekolah, para guru dari murid lainnya mengenal tokoh lelaki muda sebagai murid yang pintar dan sering membuat heboh di lingkungan sekolah.

Kehebohan yang timbul adalah akibat dari sikap kritis tokoh lelaki muda yang sering mengkritik kebijakan sekolah. Selain itu, tokoh lelaki muda juga pernah membuat heboh warga di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini terjadi karena tokoh lelaki muda sering melakukan ritual yang ganjil atau aneh di areal pekuburan. Tiap malam bulan purnama tiba, tokoh lelaki muda bermeditasi di tengah areal pekuburan, sehingga menimbulkan keanehan dan rasa ngeri bagi orang yang menyaksikannya.

Meskipun begitu, tokoh lelaki muda tidak peduli dan merasa tidak perlu menanggapi anggapan masyarakat tentang Dia. Baginya kegiatan yang dicap aneh oleh masyarakat itu adalah suatu perenungan (kontemplasi) dalam merenungi kehidupan dan akan adanya ke ‘Tuhan’ an.

Sedangkan tokoh perempuan dokter adalah putri dari seorang konselor sekolah tempat tokoh lelaki muda bersekolah. Tokoh konselor sekolah ini adalah seorang yang naïf sekali. Setelah lepas jabatannya sebagai konselor sekolah, Ia selanjutnya menjabat sebagai penasihat militer dalam sebuah operasi militer.

Kepribadian tokoh perempuan dokter dengan sang ayah (konselor sekolah / penasihat militer) tampak berbeda sekali. Tokoh perempuan dokter yang merupakan lulusan terbaik dengan IPK 4,0 Fakultas Kedokteran di sebuah Universitas ternama, lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi dalam bertugas sebagai seorang dokter sangat berbeda dengan karakter ayahnya yang selalu fokus pada kepentingan pribadinya.

Sifat naïf konselor sekolah dan rasa curiga nya kepada tokoh lelaki muda, telah pula menyeret tokoh konselor sekolah terlibat secara langsung dalam setiap peristiwa yang terjadi pada tokoh lelaki muda. Rasa curiga dan penasaran terhadap tokoh lelaki muda mendorong tokoh konselor sekolah untuk menyelidiki tokoh lelaki muda lebih jauh lagi dengan bantuan tokoh pemuda tarka. melalui tipu muslihatnya tokoh konselor sekolah berhasil memperdaya tokoh pemuda tarka.

Tokoh pemuda tarka ini adalah seorang yang oportunis dan sangat terobsebsi akan tujuannya. Hal itulah yang di manfaatkan oleh tokoh konselor sekolah, sehingga tokoh pemuda tarka menerima tugas yang diberikan oleh tokoh konselor sekolah pada dirinya.

Selanjutnya pada perkembangan cerita, ketiga tokoh ini yaitu tokoh lelaki muda, tokoh pemuda tarka dan tokoh perempuan dokter mengalami suatu metamoforsis atau semacam

perubahan yang radikal pada diri mereka masing-masing perubahan redikal ini terjadi akibat adanya peristiwa-peristiwa besar pada hidup mereka sehingga mereka sadar akan eksistensi mereka dan eksistensi.Tuhan yang bersifat transeden.

Tokoh lelaki muda yang semasa hidupnya telah mengutuk bahwa ‘Tuhan telah mati’ sebagai bentuk kompensasi atas ketidakadilan yang didalamnya telah menjadi insaf dari sadar akan eksistensi dan kebesaran Tuhan. Semua itu terjadi setelah pertemuan mereka bertiga di hutan. Pada saat itu tokoh lelaki muda menjadi buronan tokoh penasihat militer. Tokoh lelaki muda menjadi buronan karena dirinya dianggap menjadi otak atau dalang kerusuhan besar yang terjadi di kota. Dalam pelariannya tokoh lelaki muda bertemu dengan seorang wartawan yang profesional dan idealis. Wartawan itu dikenal oleh tokoh lelaki muda sebagai lelaki keriting. Kepada tokoh lelaki keriting, tokoh lelaki muda membeberkan seluruh kebenaran seputar terjadinya kerusuhan di kota. Tokoh lelaki muda mengatakan bahwa dirinya telah di kambing hitamkan oleh tokoh penasihat militer. Bahkan Ia juga menegaskan bahwa dalang dari kerusuhan itu adalah tokoh penasihat militer. Tokoh penasihat militer sengaja melakukan semua itu, untuk mengeliminasi atau mengasingkan diri tokoh lelaki muda.

Begitu pula dengan perempuan dokter yang rela mengabdikan dirinya di desa transmigran yang terpencil sebagai bentuk kebebasan dalam memilih dan pencarian dirinya akan arti atau pertanda yang muncul dalam mimpinya. Setelah peristiwa tragis yang menimpah tokoh perempuan dokter di desa transmigran, telah menuntun langkah tokoh perempuan dokter bertemu dengan tokoh lelaki muda dan tokoh pemuda tarka, sehingga pertanda dalam mimpinya terjawab sudah. Bahwa pertemuan mereka bertiga adalah takdir yang telah direncanakan oleh Tuhan.

Tokoh pemuda tarka yang dulunya bersifat oportunis dan temperament (bermental rendah). Setelah pertemuannya dengan tokoh lelaki muda tiba – tiba berubah total menjadi orang yang berkepribadian kuat, bermental baja, cerdas dan sedikit egois, sehingga tidak bisa diperdaya lagi oleh tokoh penasihat militer.

Ketika tokoh lelaki muda di buron oleh tokoh penasihat militer di dalam hutan. Tokoh pemuda tarka. diberi tugas oleh tokoh penasihat militer untuk memata-matai dan melaporkan keberadaan tokoh lelaki muda kepada tokoh penasihat militer. Namun dalam pelaksanaannya justru tokoh pemuda tarka membantu tokoh lelaki muda, dengan cara membuat teror pemenggalan kerbau disekitar perkampungan di kaki hutan. Selain itu ia juga membocorkan penyergapan yang akan dilakukan tokoh penasihat militer terhadap tokoh lelaki muda, sehingga rencana itu diketahui oleh tokoh lelaki muda dan tokoh pemuda tarka. berakhir dengan luka tembak didada, yang akhirnya merenggut nyawanya.

Dokumen terkait