• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah menganalisis novel Ziarah karya Iwan Simatupang dan novel Kepundan karya Syafiril Erman, selanjutnya penulis membandingkan persamaan dan perbedaan nilai filsafat eksistensialisme dari kedua novel tersebut, sebagai berikut;

3.1 Persamaan

Adakalanya seorang pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra yang diciptakannya, tidak hanya ingin menyuguhkan suatu pengalaman yang unik dan menarik yang dapat menjelma menjadi dunia lain sebagai wahana untuk lari dari kenyataan bagi para pembacanya. Tetapi seorang pengarang juga ingin mencetuskan ide dan pemikiran yang merupakan hasil perenungan (kontemplasi) yang intens ke dalam hasil karyanya. Oleh karena luas dan kompleksnya cakupan ide dan pemikiran tersebut, ide-ide tersebut disublimasi ke dalam suatu pemikiran yang terbungkus yaitu karya sastra. Dengan demikian maka terciptalah suatu karya sastra yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bermanfaat-utile et dulce.

Seiring dengan pergerakan waktu, bentuk kesusasteraan Indonesia modern turut pula mengalami perkembangan dari segi struktur sastra dan proses kreatif pengarangnya dari segi ide dan pemikiran. Khusus pada segi ide dan pemikiran, selain adanya proses perkembangan juga dituruti dengan proses pengulangan ide atau semacam proses sirkulasi ide. Dalam hal ini, suatu ide yang eksis dan populer dalam karya sastra pada kurun waktu tertentu, setelah mengalami dekadensi, dapat pula mengalami kejayaan kembali dan eksis pada masa-masa yang akan datang.

Ide dan pemikiran yang mengalami pengulangan tersebut merupakan hasil perenungan terhadap ‘tanya jawab’ manusia seputar persolan-persoalan absurd yang membelenggu manusia itu sendiri. Oleh karena, adanya kekuatan dalam diri seorang pengarang, ‘tanya jawab’ tersebut mengalami proses kristalisasi, sehingga terujud suatu ide filosofis yang hadir dalam sebuah karya sastra.

Jadi, dalam hal pengungkapan ide dalam suatu karya sastra tidak pernah usang ditelan waktu. Konsekuensi logis dari pada itu, timbul persamaan ide dan pemikiran dari beberapa pengarang yang berbeda zaman.

Dalam hal ini, persamaan ide dan pemikiran juga terdapat pada Ziarah karya Iwan Simatupang dengan Kepundan karya Syafiril Erman. Kedua novel ini memiliki persamaan dalam penghayatan dan pendirian dari kedua pengarangnya terhadap beberapa nilai filsafat eksistensialisme, seperti kebebasan, kemualan dan takut.

Adanya persamaan dalam hal penghayatan ide filosofis dari kedua pengarang ini, juga telah mengklasifikasikan kedua novel ini ke dalam bentuk kesusasteraan Indonesia modern yang beraliran kesadaran-stream of concioussnes. Pertimbangan atas klasisifikasi tersebut didasari dari segi intrinsik sastra kedua novel tersebut yang memang bercirikan kesusasteraan Indonesia modern, sedangkan dari segi ekstrinsik sastra kedua novel ini bertemakan tentang perjuangan manusia dalam pencarian jati dirinya yang merupakan motif-motif dasar atau ‘arus kesadaran’ manusia secara universal

Persamaan lain yang juga dapat dilihat dari segi intrinsik sastra ialah dalam pola pengisahan para tokoh yang terdapat dalam kedua novel tersebut. Persamaan dari pola ini yaitu; kedua pengarang sama –sama menganut waham kebesaran, dengan arti keinginan dari pengarangnya untuk menampilkan tokoh – tokoh manusia super dalam karyanya.

Hal ini dapat dilihat pada diri beberapa tokoh yang digambarkan sebagai manusia super seperti tokoh bekas pelukis yang dulunya merupakan pelukis terkenal, tokoh opseter pekuburan yang merupakan mahasiswa brilian tingkat doktoral bidang filsafat, tokoh lelaki muda yang ber-IQ 170, dari tokoh perempuan dokter yang merupakan lulusan fakultas kedokteran dengan IPK 4,0.

Berdasarkan beberapa persamaan yang terdapat pada kedua novel ini, dapat diketahui adanya hubungan intertektualitas pada kedua novel tersebut. Hubungan ini terlihat jelas dalam novel Kepundan karya Syafiril Erman. Bahkan, menurutnya novel Kepundan merupakan kesatuan ide dari bentuk trilogi novel Iwan Simatupang seperti Ziarah, Merahnya-merah dan Koong. Pengakuannya ini diungkapkan secara eksplisit dalam karyanya Kepundan. Dalam hal ini tentunya yang menjadi bentuk hipogram adalah ketiga novel karya Iwan Simatupang tersebut dan bentuk transformasinya adalah novel Kepundan karya Syafiril Erman.

Selain itu, dapat pula dilihat persamaan sikap dan penghayatan kedua pengarang ini terhadap beberapa nilai filsafat eksistensialisme yang identik dengan berbagai persoalan atau masalah hidup yang dialami manusia dewasa ini. Berbagai permasalahan yang bersifat absurd seperti kebebasan, perasaan mual dan sebagainya dihadirkan kedua pengarang ini sebagai bentuk protes akan ketidakberdayaan akan menghindari dan menghadapi permasalahan tersebut. Beentuk kompensasi yang timbul dari hal tersebut ialah timbulnya rasa mual yang dialami para tokoh yang terdapat pada kedua novel tersebut.

3.2 Perbedaan

Selain memiliki persamaan kedua pengaranng ini juga memiliki perbedaan dalam hal penghayatan terhadap beberapa nilai filsafat eksistensialisme, seperti maut, keterasingan, dan

misteri. Timbulnya perbedaan ini tentulah didasari oleh subjektifitas dari kedua pengarang ini dalam menanggapi nilai filsafat eksistensialisme tersebut. Sudut pandang subjektif ini tentunya juga relevan atau paling tidak dipengaruhi oleh pengalaman hidup, intelektual, emosi dan intuisi dari masing-masing kedua pengarang. Dalam konteks seni dan sastra ini tentu tidak menjadi momok atau tembok penghalang dalam proses penciptaan dan apresiasi, karena seni dan sastra juga mengacuhkan batasan objektif dari para pencipta dan penikmatnya. Jadi, dalam konteks seni dan sastra tidak dipakai ukuran benar dan salah, tetapi diukur dari kemampuan adaptasi para penciptanya terhadap perkembangan zaman dan perkembangan displin ilmu yang relevan dengan seni dan sastra.

Perbedaan dari segi intrinsik sastra juga timbul pada kedua novel ini. Novel Ziarah karya Iwan Simatupang bila ditinjau dari segi intrinsik sastra termasuk ke dalam karya sastra inkonvensional, ciri sastra inkonvensional ini dapat dilihat dalam penggarapan tokoh-tokoh dalam novel tersebut yang kurang rasional dan alur yang melompat-lompat dan kurang tegas. Sedangkan novel Kepundan karya Syafiril Erman dikategorikan ke dalam karya sastra konvensional yang bercirikan dengan penggarapan alur yang tegas dan tokoh yang logis atau rasional.

IV.KESIMPULAN DANSARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian terhadap Ziarah karya Iwan Simatupang dan Kepundan karya Syafiril Erman tentang nilai filsafat eksistensialisme, maka dapat disimpulkan;

1. Dalam Ziarah karya Iwan Simatupang terdapat nilai filsafat eksistensialisme seperti; kebebasan, kemualan, keterasingan, maut, misteri dan takut. Nilai filsafat

eksistensialisme yang paling dominan dalam Ziarah adalah maut.

2. Dalam Kepundan karya Syafiril Erman juga terdapat nilai filsafat eksistensialisme seperti; kebebasan, kemualan, keterasingan, maut, misteri, dan takut. Nilai filsafat eksistensialisme yang paling dominan dalam Kepundan adalah kebebasan.

3. Persamaan nilai filsafat eksistensialisme yang terdapat pada Ziarah karya Iwan

Simatupang dan Kepundan karya Syafiril Erman ialah; kebebasan, kemualan dan takut. 4. Perbedaan penghayatan terhadap nilai filasafat eksistensialisme pada Ziarah karya Iwan

Simatupang dengan Kepundan karya Syafiril Erman ialah; maut, misteri dan keterasingan.

4.2 Saran

Pembiasan tema filsafat eksistensialisme melalui para tokoh yang terjalin dalam Ziarah karya Iwan Simatupang dan Kepundan karya Syafiril Erman sangat sesuai dengan situasi manusia dewasa ini dengan berbagai permasalahan yang membelenggunya. Permasalahan manusia tersebut dipandang oleh kedua pengarang ini sebagai suatu kasus yang berputar-putar

dan tak terselesaikan. Tidak adanya penyelesaian akan masalah tersebut telah membebani manusia sehingga timbul perasaan mual bagi yang mengalalaminya.

Tanya jawab seputar pencarian eksistensi manusia tidak akan pernah habis, karena hal tersebut merupakan keharusan bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Kedua pengarang ini juga senada dalam hal tersebut, bagi mereka manusia adalah mahluk pencari arti akan

‘kehadiran’ manusia itu sendiri di dunia ini. Setiap jawaban yang di dapat atas pertanyaan tersebut tidak akan pernah membuat manusia puas, karena jawaban atas pertanyaan tersebut tidak ditemui pada dunia realitas sebagaimana akar permasalahan tersebut sendiri bersifat absurd. Keharusan dan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi persoalan tersebut, telah

menimbulkan perasaan mual dan terasing bagi manusia dalam menjalani hidupnya.

Kedua novel ini yaitu Ziarah karya Iwan simatupang dan Kepundan karya Syafiril Erman merupakan jenis novel yang beraliran kesadaran. Penghayatan manusia dan segala persoalan hidup yang membelenggunya sangat eksis dalam kedua novel tersebut. Oleh karena itu,

pengkajian terhadap kedua novel ini untuk kedepannya merupakan suatu hal yang positif, guna menambah perspektif sastra yang baru terhadap kedua novel ini. Selain itu pengkajian terhadap kedua novel ini akan menambah pengalaman hidup bagi pembacanya, sehingga menjadi lebih arif dan bijaksana.

Dokumen terkait