Uji I (SIK nano +
DAFTAR PUSTAKA
1. Eccles JD, Green RM. Konservasi gigi. Yuwono L. Terjemahan. Jakarta: Widya Medika, 1994:113-25.
2. Armilia M. Upaya mencegah dentin hipersensitif akibat asam dengan semen dasar glass ionomer. Makalah. Bandung: Universitas Padjajaran, 2006: 4-16.
3. Suprastiwi E. Potensi semen ionomer kaca (SIK) sebagai bahan material bioaktif. Disertasi UI. 2009: 1-3,10-14.
4. Sikri VK. Textbook of Operative Dentistry. 2nd Ed. India: CBS, 2007: 427-46. 5. Markovic DL, Petrovic BB, Peric TO. Fluoride content and recharge ability of five
glass ionomer dental materials. BMC Oral Health 2008; 8(21): 1-8.
6. Mount GJ and W.R hume. Preservation and restoration of tooth structures. 2nd ed. Australia: Knowledge Books and Software, 2005: 163-249.
7. Bresciani E, Barata T, et al. Compressive and diameter tensile strength of glass ionomer cements. J Appl Oral Sci 2004 ; 12(4) : 344-8.
8. Mallmann A, Ataide JCO, Amoedo R, et al.. Compressive strength of glass ionomer cements using different specimen dimensions. J Braz Oral Rez 2007 ; 21: 204-8. 9. Craig RG, Power JM, Wataha JC. Dental material properties and manipulation. 7th
ed. India: Mosby, 2000: 21-9, 70-5.
10. Upadhya PN, Kishore G. Glass ionomer – The different generation. Trend biomater. Artif. Organs2005; 18 (2): 158-65.
11. Technical Product Profile. KETACTM Nano. Light Curing Glass Ionomer Restorative. 3M ESPE.
12. El-Rougby DH, Sahar A, Halim A. A comparative histological, histochemical, and immunohistochemical study of the biocompatibility of three different nano-restorative material implanted in rats’ connective tissue. Dissertation. 2010: 1-9, 16-8.
13. Waleed AM, El-Mahy, Wegdan M, Fattah A. Mechanical properties and bonding of novel light-cured nano ionomer restorative cement. J Eqypt Dent Assocc 2007; 53 (4): 2605. (Abstract)
14. El-Askary FS., Nassif MS. The effect of the pre-conditioning step on the shear bond strength of nano filled resin-modified glass-ionomer to dentin. Eur J Dent 2011;5: 150-6.
15. Petri DFS, Donega J, Benassi AM, et al. Preliminary study on chitosan modified glass ionomer restoratives. J Dent Materials 2007; 23: 1004-10.
16. Tarigan G, Trimurni A. Perbedaan antibakterial kitosan blangkas (Limulus Poliphemus) dan klorheksidin terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans (penelitian in vitro). Skripsi USU, 2008: 2-4,13-20,48-55.
17. Abidin T, Harry A, Wandania F. Efek dentinogenesis kitosan dan derivatnya terhadap inflamasi jaringan pulpa gigi reversible. Laporan akhir penelitian riset pembinaan iptek kedokteran. Medan: FKG USU; 2006:16-8,27-30,39-41.
18. Siregar M. Pengaruh berat molekul kitosan nanopartikel untuk menurunkan kadar logam besi (Fe) dan zat warna pada limbah industry tekstil jeans. Tesis Medan:Pasca sarjana FMIPA USU, 2009:5-14.
19. Ningsih W. Pengaruh viskositas larutan kitosan nanopartikel sebagai penyalut asam askorbat untuk menyerap asam lemak bebas (ALB) dalam minyak goreng curah. Tesis. Medan: FMIPA USU, 2010: 1-21.
20. Lohbauer U. Dental glass ionomer cements as permanent filling materials: Properties, limitations and future trends. J materials 2010; 3 : 76-96.
21. Summit JB, William J, Hilton TJ, Schwartz RS. Ed. Fundamental of operative
dentistry. 3rd ed. India: Quintessence, 2006 : 225-49.
22. Albers HF. Tooth-colored restoratives : Principles and techniques. 9thed. London: Hamilton, 2002 : 1-18,43-80.
23. Deubert LW, Jenkins CBG. Tooth-coloured filling materials in clinical practice, 2nd. USA : John Wright PSG Inc., 1982: 6-11, 68-77.
24. Dental Health International Nederland. Manual for The ART Approach to Control Dental Caries. Harare, 1997:20-45.
25. Trimurni A. Peningkatan semen glass ionomer sebagai bahan restorasi gigi. Makalah. Medan: FKG-USU, 1999: 1-5.
26. Theodore P, Croll, Berg JH. Nano-ionomer Restorative Cement : Observations after 2 years of use. Clinical Materials Review 2009; 5 (1): 1-7.
27. MCCabe JF, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th Ed. Blackwell, 2008: 258-64.
28. Wadenya R, Smith J, Mante F. Microleakage of Nano-particle-filled Resin-modified Glass Ionomer using atraumatic restorative treatment technique in primary molar. NYSDJ 2010: 36-9.
29. Versluis D, DeLong R. Characteristic of a nano-ionomer dental material. Minesota Dent Research center for biomaterials and biomechanics, 2007.
30. Coutinho E, Caroloso MV, De Muck J, Neves AA, Van Landyut KL, Poievin A, et al. Bonding effectiveness and interfacial characterization of a nanofilled resin-modified glass-ionomer. Dent Materials 2009; 25: 1347-57.
31. Deepali S, Hedge MN. Coronal microleakage of four restorative materials used in endodontically treated teeth as a coronal barrier-an in vitro study. In Endodontic. 2010: 27-34.
32. Sharathchandra SM, Sujathe I, Lakshminarayana R. the effect of bleaching agent on the surface texture of light curing nano ionomer restorative material- An invitro study under Scanning Electron Microscope. Al Ameen J Med Sci 2010; 3 (3): 208-18.
33. Yurnaliza. Senyawa khitin dan kajian aktivitas enzim mikrobial pendegradasinya. USU, 2002: 1-9.
34. Widodo A, Mardiah, Prasetyo A. Potensi kitosan dari sisa udang sebagai koagulan logam berat limbah cair industri tekstil. Disertasi. Surabaya, 2004.
35. Tarsi R, Muzzarelli RAA, Guzman CA, Pruzzo C. Inhibition of Streptococcus mutans adsorption to hydroxyapatite by low-molecular-weight chitosans. J Dent Res 1997; 76(2): 665-72.
36. Lewabart GA. Invertrbrate medicine. USU: Blackwell publishing, 2006:133-42. 37. Feby BE., Trimurni A. Efek Antibakteri kitosan blangkas (Lymulus polyphemus)
bermolekul tinggi terhadap Fusobacterium nucleatum (penelitian in vitro). Skripsi. Medan: FKG USU, 2008 : 45-51.
38. Suptijah P, Zaliruddin W, Firdaus P. Pemurnian air sumur melalui tahapan koagulasi dan filtrasi. Bioteknologi hasil perkebunan 2008; IX (1): 65-74.
39. Jayakumar R., Prabaharan M., Nair S.V., Tamura H. Novel chitin and chitosan nanofibers in biomedical applications. Biotechnology Advances 2010; 28: 142–50. 40. Tiyaboonchai W. Chitosan Nanoparticles : A Promising System for Drug Delivery.
Naresuan University Journal 2003; 11(3): 51-66.
41. Yuniarti RA, Damar TB. Efikasi kombinasi Bacillus thuringiensis israelensis dan Mesocyclops aspericornis sebagai pengendali hayati Aedes aegypti di gentong air. Bul. Penel. Kesehatan 2008; 36 (1) :26-32.
SKEMA ALUR PIKIR Glass Ionomer Cement
(Semen Ionomer Kaca)
Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai keunggulan berupa: preparasi minimal, ikatan secara khemis dengan gigi, melepas fluor dalam jangka panjang, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti bakteri.
Komposisi
- Bubuk yang digunakan pada dasarnya bubuk gelas kalsium aluminosilikat yang mengandung fluor, terdiri dari: SiO2, Al2O3, AlF3, CaF2, NaF dan AlPO4.
- Cairan dalam SIK adalah larutan poliakrilik dikenal sebagai asam polialkenoat dan dari campuran asam maleat, asam tartrat dan asam fosfat. Wilson dan Kent (1972)
SIK diperkenalkan sebagai bahan restorasi gigi.
Powis et al (1982)
Kekuatan perlekatan SIK terhadap dentin meningkat secara signifikan dengan melapisi permukaan dentin dengan bahan kimia asam poliakrilik menunjukkan hasil terbaik.
Wilson & McLean(1988); Phillips (1991) Kandungan air yang terlalu banyak melemahkan semen, namun bila terlalu sedikit akan mengurangi reaksi pengerasan.
Wilson & McLean (1988)
Bila kandungan lebih banyak silikat, semen terlihat lebih translusen, tetapi bila lebih banyak kalsium fluorida atau alumina, semen terlihat radioopak.
Kitosan Nano dari Blangkas
Kitosan [2-amino-2-deoxy-D-glucan] adalah suatu polisakarida derivat kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dengan menggunakan basa kuat (NaOH) yang dihasilkan dari proses N-deasetilasi dengan struktur molekul menyerupai selulosa.
Kitosan molekul tinggi Kitosan Blangkas
C. Rouge (1859)
Kitosan di deasetilasi dari kitin, asal dari kulit hewan laut, insekta dan jamur.
Muzarelli (1977)
Sifat kitosan tidak berbau, berwarna putih dan terdiri atas dua jenis polimer yaitu poli (deoksi, 2-asetilamin, 2-glukosa) dan poli (2-deoksi, 2-amino glukosa) yang berikatan secara beta (1,4). Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin. Linden et al. (1995)
Menjelaskan bahwa campuran polimer hidrogel terutama asam poliakrilat dan logam garam, dan kitosan, yang dibentuk secara langsung pada mikrochanel jaringan keras gigi dapat memperkuat ikatan mereka.
Tarsi dan Muzarelli et al. (1997)
Sifat kitosan yang mendukung kemampuan untuk menghambat perlekatan bakteri sbb:
-Mencegah kerusakan permukaan gigi oleh asam organik
-Menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri patogen.
Kandungan fluor dalam SIK merupakan keuntungan dalam menurunkan temperatur fusi dan dapat mencegah terjadinya karies sekunder, Namun penambahan bahan ini dapat menurunkan kekuatan semen.
Joel H.Berg (2002)
SIK konvensional menunjukkan tingkat fraktur yang tinggi sebagai penutup pit dan fisur.
Kerugian SIK:
Compressive strength rendah
kira-kira 188 Mpa (Brittle)
Resisten rendah terhadap abrasi
Estetis lebih buruk dari komposit
Flexural strength rendah
Salah satu perkembangan terakhir pada SIK adalah SIK modifikasi resin yang memiliki ukuran partikel nano pada partikel kacanya dan memiliki kelebihan yaitu ketahanan terhadap mikroleakage lebih baik, permukaan setelah pemolesan lebih halus dan pelepasan fluornya lebih tinggi jika dibandingkan dengan SIK modifikasi resin tanpa partikel nano.
Waleed AM, et al (2007)
Penambahan nano-filler kedalam SIK tidak meningkatkan flexural dan compressive strength secara signifikan, tetapi hanya meningkatkan ikatan ke dentin.
Coutinho E. et al (2009)
SIK nano menunjukkan shear bond strength yang adekuat ke dentin dan enamel sama dengan SIK konvensional, tetapi kurang efektif dibandingkan SIK modifikasi resin.
Sharathchandra S.M et al (2010)
Menyatakan bahwa tidak ada efek bleaching terhadap tekstur permukaan dan warna dari SIK modifikasi resin nano
Dunn et al. (1997)
Sifat kitosan hanya dapat larut dalam asam encer, seperti asam asetat, kecuali kitosan yang telah disubstitusi dapat larut air. Adanya gugus karbok-sil dalam asam asetat memudahkan pelarutan kitosan karena terjadi inter-aksi hidrogen antara gugus karboksil dan gugus amina dari kitosan.
Zakaria (2000)
Kitosan banyak digunakan dalam bidang industri dan kesehatan.
Trimurni et al. (2006)
Kitosan blangkas dalam bidang medis, kedokteran gigi, dipakai sebagai bahan pulp caping.
Petri DFS, et al. (2006)
SIK modifikasi kitosan bermolekul rendah menunjukan penambahan 0,0044% berat dari kitosan dapat meningkatkan sifat mekanik seperti Flexural strength dan meningkatkan pelepasan ion fluoride.
Szeto et al (2007)
kitosan nanopartikel dibuat dengan melarutkannya dalam larutan asam lemah ditambah larutan yang bersifat basa, seperti amoniak, kemudian ditempatkan dalam ultrasonic bath untuk memecah partikel-partikel gel kitosan menjadi lebih kecil.
Tarigan G ( 2008 )
membuktikan bahwa kitosan blangkas dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Dari uraian diatas, dapat terlihat bahwa penambahan kitosan low molekul dapat meningkatkan sifat mekanik SIK dan meningkatkan pelepasan ion Fluoride.
secara SEM.
Dari uraian diatas, diharapkan penggunaan SIK sebagai ART (atraumatic restorative treatment) dalam minimal intervensi dapat digunakan pada kavitas besar seperti klass I dan II.
Belum diketahui, bagaimana bila kitosan nano dari blangkas (molekul tinggi) ditambahkan pada SIK nano, apakah kitosan nano dari blangkas dapat mempengaruhi compressive strength dari SIK nano.
Masalah
Tujuan
Judul
Apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap
compressive strength semen ionomer kaca modifikasi resin nano.
Mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap compressive strength SIK modifikasi resin nano, apakah dapat meningkatkan atau menurunkan compressive strength dari SIK modifikasi resin nano, serta mencegah terjadinya karies kambuhan karena SIK modifikasi resin nano dan kitosan nano memiliki efek antibakteri.
Pengaruh Penambahan Kitosan Nano dari Blangkas terhadap Compressive
SIK tipe II: bahan restorasi
Low Molekul High
Molekul
SIK konvensional SIK modifikasi resin Compomer
SIK modifikasi resin Nano
- Compressive
strength lebih rendah dari resin
- Estetis lebih rendah dibandingkan resin - dapat melepaskan ion fluoride - Shear bond strength relatif rendah. Kitosan - Compressive dan flexural strength lebih baik dari SIK tetapi masih lebih rendah dibanding resin komposit - Pelepasan Fluoride yang lebih rendah dari GIC.
- Compressive strength lebih tinggi dari SIK konvensional
- Estetis lebih tinggi
- Diameteral tensile lebih tinggi dibandingkan SIK konvensional dan SIK modifikasi resin lainnya
- Microleakage lebih baik dari SIK konvensional
- Compressive, diameteral
tensile, shear bond dan
flexural strength lebih baik dibanding SIK
- modulus resileance lebih rendah dari SIK
- Estetis rendah -Meningkatkan flexural strength dan pelepasan ion Fluor. Medium Molekul