PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO DARI
BLANGKAS TERHADAP COMPRESSIVE STRENGTH
SEMEN IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN NANO
(IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH : SIMFO FERAWATI
NIM : 070600095
DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2011
Simfo Ferawati
Pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap compressive
strength Semen Ionomer Kaca modifikasi resin nano ( In Vitro) xi + 70 halaman
Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia
sedangkan perawatannya masih memerlukan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, WHO memperkenalkan Atraumatic Restorative Treatment (ART) untuk minimal intervensi, sejalan dengan perkembangan Semen Ionomer Kaca (SIK). SIK terus dikembangkan hingga menjadi SIK modifikasi resin berpartikel nano, dan juga
dimodifikasi dengan penambahan biopolimer alami yaitu kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik dari SIK modifikasi resin nano dengan
penambahan kitosan nano dari blangkas.
Penelitian ini menggunakan spesimen campuran SIK modifikasi resin nano
dengan 0,45% berat kitosan nano. Pengujian compressive strength ini dilakukan dengan menggunakan alat Torsee Universal Testing Machine.
Hasil penelitian menunjukkan rerata compressive strength untuk kelompok
kontrol: 93.794 ± 21.647 MPa; kelompok uji I: 99.100 ± 18.423 MPa; dan kelompok uji II: 72.187 ± 9.543 MPa. Uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya perbedaan
signifikan antar ketiga kelompok dengan p=0.004. Pengujian Post Hoc Test menunjukkan kelompok uji II mempunyai perbedaan yang paling signifikan dan
kelompok uji I tidak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kontrol ( p=0.774).
Penambahan 0,015% berat kitosan nano meningkatkan compressive strength SIK modifikasi resin nano , sedangkan penambahan 0,45% berat kitosan nano dapat
menurunkan compressive strength.
PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO DARI
BLANGKAS TERHADAP COMPRESSIVE STRENGTH
SEMEN IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN NANO
(IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH : SIMFO FERAWATI
NIM : 070600095
DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Falkutas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, saran, masukan, kritikan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini juga, dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph. D., Sp.Ort, selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara;
2. Cut Nurliza, drg., M. Kes, selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara;
3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K), selaku pembimbing I
penulis yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan ide, dan bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian maupun penulisan skripsi ini dengan baik;
4. Wandania Farahanny, drg., selaku pembimbing II penulis yang juga telah
banyak meluangkan waktu dan bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian maupun penulisan skripsi ini dengan baik;
Penelitian FMIPA USU, beserta Bapak Sukirman atas izin, bantuan fasilitas, dan bimbingan untuk pelaksanaan penelitian ini;
6. Drs. Abdul Jalil A.A, M.Kes, selaku pembantu dekan III FKM USU, dan
Ibu Erna Mutiara yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi mengenai penyelesaian perhitungan dan diskusi statistika.
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara;
8. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort., selaku penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama menyelesaikan program akademik.
9. Melinda dan Hendra, orang tua penulis, yang selalu memberikan dukungan,
semangat, perhatian, dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi; 10. Sahabat-sahabat terbaik penulis Suli, Trijayanti, Wenti, Stephanie, Jefri, Robert, Chihargo, serta teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, dan teman seperjuangan skripsi di bagian Konservasi Gigi.
Akhirnya penulis memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini dan berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 26 Juni 2011 Penulis,
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 19 JULI 2011
Oleh
Pembimbing I,
Prof. Trimurni Abidin, drg. M.Kes. Sp.KG (K)
NIP: 19500828 197902 2 001
Pembimbing II
Wandania Farahanny, drg. NIP : 19780813 200312 2 003
Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi berjudul
PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO DARI BLANGKAS TERHADAP COMPRESSIVE STRENGTH SEMEN IONOMER KACA
MODIFIKASI RESIN NANO (IN VITRO) Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
SIMFO FERAWATI NIM: 070600095
Telah dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 19 Juli 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Susunan Tim Penguji Skripsi
Ketua Penguji
Prof. Trimurni Abidin, drg. M.Kes. Sp.KG (K)
NIP: 19500828 197902 2 001
Anggota tim penguji lain
Wandania Farahanny, drg. Bakri Soeyono, drg. Nevi Yanti, drg., MKes
NIP : 19780813 200312 2 003 NIP: 19450702 197802 1 001 NIP: 19631127 199203 2 004
Medan, 3 Mei 2010 Fakultas Kedoketran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Ketua,
DAFTAR ISI
Hal. HALAMAN JUDUL ……….
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL………... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………...
KATA PENGANTAR ……… iv
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN………... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………. 6
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 6
1.4 Manfaat Penelitian ……… 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca (SIK) ……….. 7
3.2 Hipotesa Penelitian ……… 30
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ………... 31
4.2 Tempat dan Waktu ……… 31
4.3 Sampel Penelitian ………. 31
4.4 Besar Sampel ………. 32
4.5 Variabel Penelitian ……… 33
4.6 Definisi Operasional ……….. 35
4.7 Alat dan Bahan Penelitian ………. 36
4.8 Prosedur Penelitian ……… 37
4.9 Analisa Statistik ……… 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN ……….. 44
BAB 6 PEMBAHASAN ……….. 48
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ………... 55
7.2 Saran ………. 56
DAFTAR PUSTAKA ……… 57
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
1. Definisi Operasional, Cara, Hasil, dan Alat Ukur dari Variabel Bebas
dan Variabel Tergantung dari Penelitian……….. 35
2. Data hasil pengukuran compressive strength dalam kgf………. 44
3. Data hasil pengukuran compressive strength dalam MPa……… 45
4. Rerata hasil pengukuran compressive strength……… 45
5. Standar deviasi dan Standar error dari data penelitian……… 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
1. Struktur SIK Konvensional………... 8
2. Reaksi asam- basa dari SIK konvensional……….. 8
3. Reaksi asam-basa dan polimerisasi penyinaran pada SIKMR…….…. 12
4. Jenis SIK modifikasi resin konvensional ……….. 13
5. Jenis SIK modifikasi resin nano ……… 14
6. Struktur SIK modifikasi resin dan SIK nano……… 14
7. Manipulasi pengunaan SIK nano. ………..………. 17
8. Struktur kitin dan kitosan……….. 20
9. Blangkas (Horseshoe-crab) ……….. 22
10. Skema ilustrasi dari compressive strength………. 27
11. Ketac N100 light cured……… 37
12. Serbuk kitosan Blangkas……… 37
13. Syringe insulin………... 38
14. Mould tempat pencetakan spesimen………... 38
15. Pengadukan campuran kitosan dan asam asetat 1% ……….. 39
16. Penambahan amoniak dan pengadukan campuran kitosan………... 39
17. Pasta kitosan nano dari blangkas yang siap dipakai………... 39
18. Neraca Analitik……….. 40
19. Proses pengadukan SIK modifikasi resin nano ……… 40
20. Penekanan spesimen dengan pelat kaca ………..… 41
22. Inkubator……… 42
23. spesimen yang akan diuji……….. 42
24. Universal Testing Machine………. 42
25. Spesimen sebelum dan sesudah pengujian……… 43
26. Struktur kitosan nano dari blangkas ………. 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal.
1. Skem
a Alur Pikir ……….. 62
2. Keran
gka Teori ………. 65
3. Skem
a pembuatan variasi berat kitosan nano ………... 66
4. Skem
a Alur Penelitian ……….. 67
5. Hasil
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2011
Simfo Ferawati
Pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap compressive
strength Semen Ionomer Kaca modifikasi resin nano ( In Vitro) xi + 70 halaman
Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia
sedangkan perawatannya masih memerlukan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, WHO memperkenalkan Atraumatic Restorative Treatment (ART) untuk minimal intervensi, sejalan dengan perkembangan Semen Ionomer Kaca (SIK). SIK terus dikembangkan hingga menjadi SIK modifikasi resin berpartikel nano, dan juga
dimodifikasi dengan penambahan biopolimer alami yaitu kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik dari SIK modifikasi resin nano dengan
penambahan kitosan nano dari blangkas.
Penelitian ini menggunakan spesimen campuran SIK modifikasi resin nano
dengan 0,45% berat kitosan nano. Pengujian compressive strength ini dilakukan dengan menggunakan alat Torsee Universal Testing Machine.
Hasil penelitian menunjukkan rerata compressive strength untuk kelompok
kontrol: 93.794 ± 21.647 MPa; kelompok uji I: 99.100 ± 18.423 MPa; dan kelompok uji II: 72.187 ± 9.543 MPa. Uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya perbedaan
signifikan antar ketiga kelompok dengan p=0.004. Pengujian Post Hoc Test menunjukkan kelompok uji II mempunyai perbedaan yang paling signifikan dan
kelompok uji I tidak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kontrol ( p=0.774).
Penambahan 0,015% berat kitosan nano meningkatkan compressive strength SIK modifikasi resin nano , sedangkan penambahan 0,45% berat kitosan nano dapat
menurunkan compressive strength.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia.
Survei departemen kesehatan Republik Indonesia menyatakan prevalensi karies di Indonesia tahun 2007 mencapai 72,1%, namun perawatan masih belum sepenuhnya dilakukan, terutama di daerah pedalaman yang tidak terjangkau aliran listrik dan mahalnya bahan tambalan. Oleh karena itu, WHO memperkenalkan Atraumatic
Restorative Treatment (ART) untuk minimal intervensi.1 ART berkembang sejalan
dengan adanya bahan restorasi Semen Ionomer Kaca (SIK) atau Glass Ionomer Cement (GIC). Pemakaian SIK dalam ART berhubungan dengan sifat SIK yaitu adhesi ke permukaan gigi. 2
SIK adalah material restorasi gigi yang saat ini dianggap paling biokompatibel. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji biokompatibilitas SIK, pada tahun 1983 diteliti efek SIK pada jaringan pulpa gigi anjing dan dinyatakan aman, serta telah dilaporkan bahwa SIK aman terhadap pulpa gigi manusia. Pengujian
sitotoksisitas SIK konvensional dan SIK modifikasi resin oleh Hatton et al (2003) (cit Suprastiwi, 2009), menyatakan bahwa SIK modifikasi resin yaitu Compoglass, Fuji II LC toksik terhadap sel pulpa, begitu juga dengan SIK konvensional seperti Fuji IX, GIC FX dan Fuji II SC toksik, tetapi hasilnya lebih rendah dari SIK modifikasi resin.3
kalsium fluorida atau alumina, SIK terlihat radiopak. Kandungan fluor dalam SIK merupakan keuntungan dalam menurunkan temperatur fusi dan dapat mencegah terjadinya karies sekunder, namun penambahan bahan ini dapat menurunkan
kekuatan semen.2 Selama ini diyakini bahwa fluor pada SIK dapat menurunkan aktivitas mikroflora kariogenik yang menetap dalam rongga mulut dan tumbuh pada plak gigi. Namun, telah dilaporkan bahwa pelepasan fluor memiliki sedikit atau tidak ada efek dalam menurunkan karies. Survei dari University of Florida melaporkan
adanya kegagalan pada restorasi SIK dengan penyebab utamanya adalah terjadinya karies sekunder. Namun hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, karena banyak faktor penyebab kegagalan restorasi, seperti larutnya semen, erosi, abrasi, dan fraktur.4 Hasil penelitian Markovic et al (2008) memperkuat bahwa SIK tidak terlalu tahan terhadap agen perantara dari luar dan pH lingkungan yang rendah, sehingga mengalami kerusakan yang nyata. Di sisi lain, kerusakan dari permukaan SIK diikuti oleh pelepasan fluor yang banyak yang dibutuhkan untuk melawan serangan karies.5 Penelitian Sidharta (1991) (cit Armilia M, 2006) juga menunjukkan bahwa SIK
melepaskan ion fluor dalam jangka cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder, serta dapat berikatan secara fisikokimiawi dengan email dan dentin.2
Bahan restorasi SIK memiliki sifat adhesif dan mampu melepaskan ion fluor
sehingga dapat digunakan dalam prinsip minimal intervensi. Minimal intervensi dalam kedokteran gigi dimaksudkan sebagai suatu perawatan terhadap karies dengan mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi saja dan memelihara sebanyak
merupakan bagian dari minimal intervensi meliputi komponen restorasi dan pencegahan.6,7 Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah kurang estestik bila dibandingkan dengan resin komposit, bersifat poreus dan
sulit dipolish sehingga menghasilkan permukaan restorasi yang kurang halus.1
Beberapa penelitian terus dilakukan dalam upaya untuk memperbaiki serta mempelajari sifat dari SIK, uji kekuatan tekan (compressive strength) dan diameter tensile strength merupakan metode yang digunakan untuk menentukan sifat mekanik bahan tersebut.8 Pengujian ini perlu memperhatikan compressive strength dari gigi itu sendiri, yaitu enamel 400 MPa dan dentin 297 Mpa.9
Dalam hal estetis dan kekuatannya, SIK terus dikembangkan dan diharapkan dapat memiliki compressive strength yang lebih tinggi. Pada akhir tahun 1980-an
dan awal 1990-an, resin monomer yang disebut dengan 2-HEMA (HydroxyEthyl MetaAcrylate) ditambahkan ke SIK dan kemudian disebut hybrid ionomer atau SIK modifikasi resin, yang lebih estetis dibandingkan SIK konvensional karena kandungan resinnya.9,10 SIK modifikasi resin kemudian dikembangkan lagi dengan menambahkan nano filler pada partikel kacanya. Pada tahun 2007, dikembangkan SIK modifikasi resin berpartikel nano.11 Kelebihan SIK modifikasi resin nano adalah ketahanan terhadap mikroleakage lebih baik, permukaan setelah pemolesan lebih halus dan pelepasan fluornya lebih tinggi jika dibandingkan dengan SIK modifikasi
resin tanpa partikel nano.3
Penelitian El-Rougby et al (2010) mengenai pemakaian SIK modifikasi resin nano menyatakan banyaknya endapan kalsifikasi atau pengerasan sehubungan dengan
signifikan untuk meremineralisasi struktur dentin dalam pemakaian bahan restorasi yang dapat melepaskan fluor ini.12 Pada penelitian Waleed et al (2007) dikatakan bahwa penambahan nano filler kedalam SIK modifikasi resin hanya meningkatkan
ikatannya ke dentin, akan tetapi flexural dan compressive strength tidak meningkat jika dibandingkan dengan SIK konvensional.13 Kemudian El-Askary (2011) menguji SIK modifikasi resin nano dan hasilnya tidak terbukti mempunyai shear bond strength secara langsung ke permukaan dentin, tetapi memerlukan conditioner berupa nano-primer sebelum restorasi SIK modifikasi resin nano dan hasilnya shear bond strength ke permukaan dentin lebih baik. Hal ini disebabkan karena conditioner memiliki kemampuan menghilangkan smear layer sehingga perlekatannya maksimal.14 Untuk memperbaiki sifat mekanik SIK, para peneliti terus menguji SIK dengan penambahan bahan alami. Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi sifat brittle dari SIK adalah kitosan.15
Penelitian Petri et al (2006) menunjukkan bahwa SIK modifikasi kitosan molekul rendah dengan penambahan 0,0044% berat kitosan dapat meningkatkan sifat
mekanik seperti flexural strength dan meningkatkan pelepasan ion fluor, penambahan 0,012% berat kitosan tidak memiliki efek yang yang terlihat secara statistik, dan penambahan lebih dari 0,022% berat kitosan justru memperendah sifat mekaniknya.15
Kitosan [2-amino-2-deoxy-D-glucan] adalah suatu polisakarida derivat kitin
kitin. Sedangkan kitin dapat diperoleh dari kulit udang, kulit kepiting, dan serangga. Konversi kitin menjadi kitosan ditemukan oleh C. Rouge pada tahun 1859.16
Pada penelitian Linden (1995) (cit Petri et al, 2006) dijelaskan bahwa campuran
polimer hidrogel terutama asam poliakrilat dan logam garam, dan kitosan, yang dibentuk secara langsung pada mikrochanel jaringan keras gigi dapat memperkuat ikatan antar komponen bahan restorasi tersebut.15
Dalam bidang kedokteran gigi telah dikembangkan kitosan untuk berbagai
tujuan. Trimurni et al (2006) menyatakan Kitosan molekul tinggi yang diperoleh dari blangkas (Lymulus polyphemus) dapat memacu dentinogenesis jika dipakai sebagai bahan pulp caping.17 Szeto et al (2007) (cit Ningsih, 2010) membuat kitosan nanopartikel dengan melarutkan serbuk kitosan kedalam larutan asam lemah
ditambah larutan yang bersifat basa, seperti amoniak, kemudian ditempatkan dalam ultrasonic bath untuk memecah partikel-partikel gel kitosan menjadi lebih kecil. Ukuran partikel kitosan berskala nanometer, meningkatkan luas permukaan sampai ratusan kali dan memungkinkan adanya interaksi pada permukaan yang lebih besar.18 Petri et al (2006) menguji flexural strength bahan restorasi SIK konvensional dengan penambahan kitosan bermolekul rendah (fluka) dengan variasi persen beratnya yaitu 0.0044%, 0.012%, 0.025%, dan 0.045%. Maka timbul pemikiran oleh peneliti untuk melihat pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas (molekul
tinggi) terhadap compressive strength bahan restorasi SIK modifikasi resin nano dengan persen berat kitosan 0.015% dan 0.45%, dimana angka persen berat yang diuji berdasarkan berat minimum yang dapat ditimbang oleh alat yang dipergunakan di
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas timbul permasalahan yaitu apakah ada pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap compressive strength dari semen ionomer kaca
modifikasi resin nano.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap compressive strength dari semen ionomer kaca modifikasi resin nano.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh SIK modifikasi resin nano yang mempunyai compressive
strength yang tinggi dengan penambahan kitosan nano dari blangkas (molekul tinggi),
2. Menghasilkan material restorasi yang dapat dipakai pada ART dalam
menanggulangi terjadinya karies di suatu wilayah,
3. Sebagai dasar dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan gigi masyarakat terutama dalam bidang konservasi gigi, dan
4. Sebagai dasar penelitian selanjutnya, misalnya: uji toksisitas dari SIK
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Glass ionomer cement atau Semen Ionomer Kaca (GIC atau SIK) merupakan bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus dikembangkan.
SIK memiliki kemampuan berikatan secara fisikokimiawi baik pada email maupun dentin.2,6 Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle. Kitosan adalah salah satu bahan alami yang dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi sifat brittle dari SIK
dengan meningkatkan sifat mekanik SIK tersebut.15
Kitosan dapat diperoleh dengan hasil konversi dari kitin. Sedangkan kitin dapat diperoleh dari kulit udang, kulit kepiting, dan serangga.15 Konversi kitin menjadi kitosan ditemukan oleh C. Rouge pada tahun 1859. Kitosan memiliki
sifat-sifat tertentu yang menguntungkan sehingga banyak diaplikasikan di berbagai industri maupun bidang kesehatan.16
2.1 Semen Ionomer Kaca (SIK)
SIK diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent.1,3,8 Sifat fisik SIK yang adhesif ke permukaan enamel dan dentin, melepaskan fluor ke jaringan gigi,
SIK sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and polyacrylic acid). Struktur SIK dapat dilihat pada Gambar 1. Reaksi yang terbentuk dari SIK adalah reaksi antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik
sebagai liquid (Gambar 2).4,20 Selain sebagai bahan restorasi, SIK dapat digunakan sebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapis kavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik.2,4 Ukuran partikel gelas SIK bervariasi, yaitu sekitar 50 m sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 m sebagai
bahan luting.4
Gambar 1. Struktur SIK Konvensional 21
Gambar 2. Reaksi asam- basa dari SIK konvensional.21
menyimpulkan bahwa terjadi korelasi negatif antara pelepasan ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari material
yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang rendah.21 Compressive strength SIK konvensional umumnya adalah 188 Mpa. Nilai ini menunjukan bahwa SIK cukup mampu menahan tekanan oklusal, namun masih tergolong rendah sehingga terus dikembangkan lagi. SIK konvensional berkembang menjadi SIK viskositas
tinggi yang memiliki compressive strength yang lebih tinggi.22
Selama ini SIK juga digunakan sebagai restorasi intermediate, bahan pelapik adhesif pada kavitas (teknik sandwich), ART ( Atraumatic Restorative Treatment ), restorasi gigi desidui; sementasi mahkota, mahkota jembatan, veneer secara
permanen; sebagai pelindung bahan restorasi lain; dan sebagai pelapik komposit. Beberapa keuntungan SIK yaitu melepaskan ion fluor dan menurunkan sensitivitas dengan memberikan dasar yang kuat untuk komposit dan pelindung pulpa. Dengan adanya kemampuan SIK dalam melepaskan ion fluor dan bersifat adhesif, maka SIK
juga secara luas digunakan untuk memperbaiki kehilangan struktur gigi pada akar gigi sebagai akibat dari kerusakan gigi seperti abrasi servikal dan sering digunakan pada kavitas non-undercut. 4,7,23
2.1.1 Penggunaan SIK dalam ART
Sebagai bahan restorasi adhesif yang mampu melepaskan ion fluor, SIK dapat digunakan dalam prinsip minimal intervensi. ART merupakan bagian dari minimal
metode restorasi kavitas yang sederhana, yang didahului dengan pembersihan kavitas dengan hanya menggunakan hand instruments kemudian kavitas direstorasi dengan bahan adhesif seperti SIK.23 Ada dua prinsip dalam melakukan ART, yaitu:24
a. Menyingkirkan jaringan karies gigi dengan hand instruments b. Merestorasi kavitas dengan bahan adhesif yang melepaskan fluor.
Hal ini menjadi pertimbangan pengunaan SIK untuk perawatan preventif dan kuratif dalam prosedur kerja.
Alasan SIK digunakan dalam ART adalah:24
a) Karena SIK berikatan secara kimiawi ke enamel dan dentin, sehingga mengurangi kebutuhan untuk mengambil jaringan gigi yang sehat
b) Pelepasan fluor dari restorasi dapat mencegah karies sekunder
c) Lebih mirip dengan jaringan keras gigi dan biokompatibel.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ART. Hal ini disebabkan adanya beberapa kondisi yang tidak boleh dilakukan ART. ART tidak boleh digunakan ketika:24
a. Dijumpai adanya pembengkakan (abses) atau fistula (terbukanya abses terhadap lingkungan rongga mulut) berdekatan dengan gigi yang karies,
b. Pulpa gigi terbuka,
c. Dijumpai adanya rasa sakit yang lama dan mungkin terjadi inflamasi pulpa,
e. Dijumpai adanya tanda-tanda yang jelas dari kavitas sebagai contoh pada permukaan proksimal tetapi kavitas tidak dapat dimasuki dari arah proksimal ataupun oklusal.
Kemampuan SIK dalam melepaskan fluor dan hanya memerlukan preparasi minimal, maka penggunaannya semakin meluas untuk restorasi gigi desidui. Pada tahun 1977, dianjurkan pengunaan SIK sebagai bahan restorasi gigi desidui karena kemampuannya melepaskan ion fluoride dan melekat ke jaringan keras gigi.22 Kelemahan SIK yaitu kurang resisten terhadap abrasi, tensile dan compressive
strength lebih rendah dari resin, bersifat poreus, dan sulit di polish.21,23
Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan SIK dan memberikan keuntungan klinis yang lebih baik, maka dikembangkanlah SIK modifikasi resin.25 Kemudian pada tahun 2007, dikembangkan SIK modifikasi resin dengan nano teknologi menjadi SIK modifikasi resin nano.26
2.2 SIK Modifikasi Resin Nano
SIK modifikasi resin nano merupakan perkembangan dari SIK modifikasi resin dan SIK Modifikasi Resin, yang dikenal dengan glass ionomer hybrid cements,
merupakan bagian dari perkembangan SIK pada tahun 1980-an.20,26 Pengerasan SIK modifikasi resin merupakan kombinasi dari reaksi asam basa dan polimerisasi photo-chemical.27
monomer yang larut dalam air, seperti HEMA (hidroxyethyl methacrylate) ke cairan
asam poliakrilat yang larut air.25 Ukuran partikelnya sekitar 15 m atau lebih kecil.4 Pertama kali, SIK modifikasi resin dikembangkan sebagai lining tetapi kemudian dikembangkan sebagai bahan restorasi. Keuntungan yang diberikan SIK modifikasi resin adalah kemudahan dalam memanipulasi, meningkatkan
ketahanannya terhadap sensitivitas air, dan mampu melepaskan ion fluor sehingga dapat mencegah karies kambuhan.25,27 Ciri utama semen SIK modifikasi resin adalah ketika bubuk dan cairan dicampur akan terjadi reaksi pengerasan dengan bantuan sinar (light cure). Tahap-tahap reaksinya sebagai berikut:25,27
1) Reaksi pengerasan dengan terjadinya reaksi asam-basa antara bubuk alumino silikat dengan asam poliakrilat.
2) Reaksi polimerisasi dari partikel-partikel resin yang ada di dalam semen. 3) Reaksi antara garam logam poliakrilat dengan resin hingga menbentuk
matriks semen yang lebih kuat (Gambar 3).
Gambar 3. Reaksi asam-basa dan polimerisasi penyinaran pada SIK modifikasi resin.22
secara kimia (auto setting) dan polimerisasi yang terjadi akibat penyinaran (light cured). Kedua reaksi ini memberikan sifat-sifat yang lebih baik bagi SIK. Contoh bahan SIK modifikasi resin yang dikenal sebagai bahan restorasi adalah Fuji II LC,
Vitremer dan Photac Fill (Gambar 4).25
A B C
Gambar 4. Jenis SIK modifikasi resin konvensional (A) Fuji II LC, (B) Vitremer, (C) Photac Fill27
Namun sekarang ini SIK modifikasi resin masih terus dikembangkan. Pada
tahun 2007, dikeluarkan SIK modifikasi resin nano yang pertama yaitu Ketac Nano (Ketac N100) yang menggunakan nano teknologi.26 Nanoteknologi atau nanoteknologi molekuler merupakan penghasil bahan fungsional dengan struktur yang berukuran antara 0,1 hingga 100 nanometer dengan metode fisika ataupun
kimia.12 Ketac Nano (Gambar 5) merupakan pasta SIK modifikasi resin pertama yang dibuat dengan teknologi nanofiller dan nanocluster dengan ukuran partikel 5-25 nm.
Ketac™ Nano Light Curing Glass Ionomer Restorative dan Ketac™ Nano
Primer merupakan perkembangan terakhir dari teknologi SIK modifikasi resin yang saat ini digunakan dalam bidang kedokteran gigi.11,26 SIK modifikasi resin nano mempunyai kemampuan melepaskan fluor dari SIK modifikasi resin dan ikatan
Gambar 5. Jenis SIK modifikasi resin nano, Ketac Nano light curing11
Perkembangan teknologi SIK modifikasi resin nano diarahkan pada pengabungan antara keuntungan dari SIK modifikasi resin light cure dan teknologi ikatan nanofiller dan nanocluster.11 Keuntungan dari kedua teknologi ini adalah tersedianya SIK modifikasi resin nano dengan peningkatan polis dan estetik.11,26 Teknologi nano filler dapat memperkecil jarak antar partikel, sehingga meningkatkan sifat mekanik dan estetisnya.28 Rumus kimia dari SIK modifikasi resin nano ini didasarkan pada metakrilat yang dimodifikasi dalam asam polialkenoat dari gugus
SIK modifikasi resin konvensional.11,29
Perbandingan struktur dari SIK modifikasi resin dan SIK modifikasi resin nano dapat dilihat pada gambar berikut.( Gambar 6)
Gambar 6. Struktur SIK modifikasi resin dan SIK modifikasi resinnano.29
dengan pelepasan ion fluoride. Selain itu, compressive strength SIK modifikasi resin nano lebih tinggi dibandingkan SIK konvensional dan juga menunjukkan pelepasan
fluoride yang lebih tinggi.11,26 Pada penelitian Waleed et al (2007) dikatakan bahwa
penambahan nano filler kedalam SIK modifikasi resin hanya meningkatkan ikatannya ke dentin, akan tetapi flexural dan compressive strength tidak meningkat jika dibandingkan dengan SIK konvensional.13 Kemampuan adhesi SIK modifikasi resin nano ke struktur gigi diperkuat dengan pengunaan primer sebagai bahan etsa dan
bonding sama halnya dengan komposit resin. Ketac nano primer digunakan untuk adhesi ke struktur gigi secara adekuat. SIK modifikasi resin nano juga mudah dipolis, dapat dengan penyelesaian restorasi SIK konvensional secara umum.11
2.2.1 Komposisi SIK Modifikasi Resin Nano
KetacTM nano light curing glass ionomer restorative terdiri atas:11
- Dua sistem pasta:
Aqueous paste ( asam polialkenoat, resin yang reaktif, dan nanofillers)
Non aqueous paste ( FAS glass, resin yang reaktif, dan nanofillers)
- Filler (69%):
27% FAS glass
42% Metacrylate yang berfungsi sebagai nanofiller.
- Reaksi pengerasan:
Memerlukan light cure
2.2.2 Indikasi SIK Modifikasi Resin Nano
Indikasi pemakaian SIK modifikasi resin Nano yang dilaporkan dalam profil produk Ketac Nano N100 adalah:11,26
- Restorasi gigi desidui, - Restorasi kelas I yang kecil, - Restorasi kelas III dan V, - Restorasi transisi,
- Kegagalan pengisian dan undercut, - Teknik laminasi dan sandwich, dan
- Pembuatan pasak yang sekurang-kurangnya 50% dari struktur mahkota gigi tersisa sehingga dapat dijadikan sebagai dukungan.
Penelitian Wadenya et al (2010) dengan menggunakan gigi molar desidui menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan leakage pada enamel dan dentin antara SIK konvensional dan SIK modifikasi resin nano. Celah mikro dapat dipengaruhi oleh sifat dari bahan restorasi. Peningkatan perubahan dimensi selama berpolimerisasi dan
kurangnya adaptasi bahan restorasi ke dinding kavitas dan margin dapat menyebabkan celah marginal. 28
2.2.3 Cara manipulasi SIK modifikasi resin nano
akan keluar dalam jumlah yang sama (rasio beratnya 1,3:1,0). Campurkan bahan dengan spatula selama 20 detik sampai warna merata terbentuk, hindari terbentuknya rongga udara. Kavitas yang akan direstorasi sebelumnya diberikan conditioner berupa
nano primer dan disinari dengan light cure selama 15 detik. Pengerasan SIK modifikasi resin nano membutuhkan sinar light cure, kedalaman maksimum bahan untuk penyinaran tidak boleh lebih dari 2 mm. Sinari SIK modifikasi resin nano ini selama kira-kira 20-30 detik dan kemudianbahan restorasi dapat dipolis.11,26
a b c d
e f g h
Gambar 7. Manipulasi pengunaan SIK modifikasi resin nano. a dan b. membuka penutup pasta, c dan d. penempatan pasta pada mixing pad selama 2 detik penekanan , e. campurkan secara merata selama 20 detik, f. kedalaman restorasi kurang dari 2mm, g dan h. rapikan kemudian dilight cured selama 20-30 detik.11
2.2.4 Perkembangan Penelitian SIK Modifikasi Resin Nano
Waleed et al (2007) menyatakan bahwa penambahan nano filler kedalam SIK modifikasi resin hanya meningkatkan ikatannya ke dentin, akan tetapi flexural dan
compressive strength tidak meningkat jika dibandingkan dengan SIK konvensional.13
resin konvensional, oleh karena itu diperlukan penggunaan primer nano. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan gambaran TEM (Transmission Electron Microscopy) dari SIK modifikasi resin nano dengan dentin, menunjukkan adanya interaksi yang kuat, namun tidak ada demineralisasi nyata yang terlihat pada permukaan intertubular dentin dan juga tidak ada indikasi pembentukkan lapisan hibridisasi.30
Penelitian Wadenya et al (2010) dengan menggunakan gigi molar desidui menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan leakage pada enamel dan dentin antara SIK konvensional dan SIK modifikasi resin nano.28 El-Askary et al (2011) menyatakan bahwa diperlukan tindakan pre-conditioning yaitu penggunaan nano primer pada pemakaian SIK modifikasi resin nano karena ia tidak dapat membuktikan adanya
shear bond strength dari SIK modifikasi resin nano itu sendiri jika tidak menggunakan primer. Hasil Scanning Elektron Microscope (SEM)dari penelitiannya menunjukkan adanya lapisan smear layer diatas permukaan dentin dan kurangnya pembentukan jaringan hibridisasi dalam pengunaan SIK modifikasi resin nano sesuai
dengan anjuran pabriknya. Hal ini dapat dijelaskan dengan ketidakmampuan nano-primer untuk dekalsifikasi dasar dentin, yang mungkin berhubungan dengan
tingginya pH nano primer ( 3).14
Deepali et al (2010) melakukan preparasi kavitas intra orifisi, kemudian dilakukan pengaplikasian primer dan pengeringan dengan udara, untuk kemudian
dibandingkan restorasi komposit, dengan perbedaan yang tidak signifikan terhadap celah mahkota (coronal leakage) antara SIK viskositas tinggi dengan SIK modifikasi resin nano.31
Penelitian El-Rouby (2010) yang melakukan restorasi pada jaringan ikat subkutan dari tikus dengan bahan Ketac N100, menyatakan adanya infiltrasi peradangan yang parah, baik akut maupun kronis, setelah pemakaian Ketac N100 setelah satu minggu, terjadi proliferasi sel angioblast dan fibroblast, disertai hiperemi
pembuluh darah dan penebalan jaringan granulasi disekitar jaringan yang direstorasi. Namun setelah 8 minggu pemakaian tidak dijumpai adanya sel yang nekrosis. Ia juga melaporkan adanya kemampuan remineralisasi pada bahan yang melepaskan fluor ini.12 Sharathchandra (2010) juga telah meneliti efek bleaching terhadap SIK modifikasi resin nano, hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada efek bleaching terhadap tekstur permukaan dan warna dari SIK modifikasi resin nano secara Scanning Elektron Microscopic (SEM).32
SIK modifikasi resin nano ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan
SIK konvensional maupun SIK modifikasi resin tanpa partikel nano. SIK modifikasi resin nano memiliki compressive strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan SIK konvensional (Fuji IX dan Ionofil Molar) dan beberapa SIK modifikasi resin konvensional (Vitremer, Photac Fill, dan Fuji Filling LC), hampir sama dengan Fuji
konvensional (Fuji II LC) menunjukkan bahwa pada enamel SIK modifikasi resin nano memiliki celah mikro lebih tinggi dari SIK modifikasi resin konvensional, namun sebaliknya pada dentin SIK modifikasi resin nano memiliki celah mikro jauh
lebih rendah dari SIK modifikasi resin konvensional.11,31 Pada perbandingan SIK modifikasi resin nano dengan SIK konvensional tidak terlihat adanya perbedaan celah mikro antara kedua bahan tersebut.28 Pelepasan fluor pada SIK modifikasi resin nano juga lebih tinggi dibandingkan SIK modifikasi resin konvensional.15
2.3 Kitosan
Kitosan merupakan polimer alam yang mempunyai rantai linear dengan rumus
(C6H11NO4)n dan merupakan turunan utama kitin (Gambar 8a) yang mempunyai
derajat kereaktifan tinggi disebabkan oleh adanya gugus amino bebas sebagai gugus fungsional. Kitosan diperoleh dari hasil deasetilasi kitin dalam larutan NaOH
pekat.16,17 Pada tahun 1859, Rouget menemukan modifikasi kitin yang akhirnya oleh Hoppe-Seiler pada tahun 1894 diberi nama kitosan (Gambar 8b). Sejak saat itu penelitian kitin dan kitosan berkembang sampai pertengahan abad 1900-an. Pada tahun 1930-an Rigby mempatentkan kitin dan kitosan berserta cara isolasi dan
preparasinya dan pemanfaatannya dalam bidang industri.33
a b
Dunn et al. (1997) (cit Ningsih, 2011) menyatakan kitin dan kitosan tidak dapat larut hanya dalam air, kecuali dengan subsitusi. Keduanya dapat larut dalam asam encer seperti asam asetat. Adanya gugus karboksil dalam asam asetat
memudahkan pelarutan kitin dan kitosan karena terjadi interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina dari keduanya. Pernyataan Agusnar (2006) (cit Ningsih,2010) menyebutkan hidrolisis gugus asetil pada kitin dapat dilakukan dengan larutan NaOH kuat, diikuti pencucian, pengubahan pH dan proses pengeringan. Pada
tahap ini kitosan yang terbentuk masih berupa kepingan kasar dan dapat dihaluskan mengikuti ukuran tertentu.19
Penelitian Marganov (2003) mengatakan bahwa kulit udang mengandung protein 25-40%, kalsium karbonat 45-50%, dan kitin 13-20%, tetapi besarnya
kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udang dan tempat hidupnya. Cangkang kepiting mengandung protein 15,6-23,9%, kalsium karbonat 53,7-78,4%, dan kitin 18,7-32,2% yang juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat hidupnya.18,34 Perbedaan antara kitin dan kitosan didasarkan pada kandungan nitrogennya. Bila nitrogen kurang dari 7% maka polimer tersebut disebut kitin dan apabila kandungan total nitrogennya lebih dari 7% maka disebut kitosan.35
Kitosan memiliki sifat-sifat tertentu yang menguntungkan sehingga banyak diaplikasikan di berbagai industri maupun bidang kesehatan. Kitosan mempunyai
sifat khas antara lain bioaktivitas dan biodegradasi yang dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan hidroksil yang terikat.36
Berdasarkan viskositasnya, berat molekul kitosan terbagi tiga, yaitu: kitosan
rendah dengan berat molekul dibawah 400.000 Mv dan bermolekul sedang dengan berat molekul 400.000-800.000 Mv berasal dari hewan laut dengan cangkang atau kulit yang lunak misalnya udang, cumi-cumi dan rajungan. Untuk kitosan bermolekul
tinggi biasanya berasal dari hewan laut bercangkang keras, misalnya kepiting, kerang dan blangkas, dengan berat molekulnya 800.000-1.100.000 Mv.17
2.3.1 Kitosan Blangkas ( Limulus polyphemus)
Kitosan blangkas merupakan kitosan bermolekul tinggi yang diperoleh dari cangkang blangkas. Blangkas disebut juga dengan Horseshoe-crab (Gambar 9).
Penemuan Universiti Malaysia Terengganu (UMT) membuktikan kulit hewan yang
dianggap tidak berharga itu mempunyai khasiat kitosan yang berpotensi dalam industri farmaseutikal.36
Gambar 9. Blangkas (Horseshoe-crab).36
Kitosan Blangkas yang diuji oleh Trimurni et al (2006) mempunyai derajat deasetilasi 84,20% dengan berat molekul 893.000 Mv. Dari penelitian tersebut
diketahui bahwa kitosan molekul tinggi yang diperoleh dari blangkas (Lymulus
polyphemus) dapat memacu dentinogenesis jika dipakai sebagai bahan pulp caping.17
membuktikan bahwa kitosan blangkas (Lymulus polyphemus) bermolekul tinggi memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum.37 Daya hambat kitosan terhadap bakteri disebabkan karena terjadinya proses pengikatan sel bakteri pada
dindingnya oleh kitosan. Kitosan tersebut memiliki gugus NH2 yang merupakan sisi
reaktif yang dapat berikatan dengan protein dinding sel bakteri, terjadinya proses pengikatan ini disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan antara kitosan dengan permukaan sel bakteri.38
2.3.2 Kitosan dan Aplikasi Klinisnya
Kitosan adalah jenis polimer alam yang mempunyai rantai linear polisakarida,
yang terdiri atas -(1-4)-D-glukosamin dan N-asetil-D-glukosamin.17,18 Kitosan pada umumnya berbentuk serat dan merupakan kopolimer berbentuk lembaran tipis, berwarna putih atau kuning dan tidak berbau. Ciri-ciri kitosan bergantung pada sumber (asal) bahan baku, derajat deasetilasi (DD), distribusi gugus asetil, gugus
amino, panjang rantai dan distribusi bobot molekul. Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan hidroksil yang terikat. Adanya gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan penyumbang sifat
polielektrolit kation, sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti (amino
exchanger).38
kitosan membran. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa kitosan dapat menurunkan nyeri, sebagai hemostatik yang baik, melambatkan pembebasan antibiotik, mempercepat penyembuhan, dan menghasilkan lingkungan yang asepsis.35 Chung et al (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas antibakterial kitosan yang menghambat permukaan dinding sel bakteri. Kitosan dan derivatnya (75% DD dan 95%) terbukti lebih efektif untuk bakteri gram negatif daripada bakteri gram positif. Penelitian Tarsi et al (1997) menunjukkan bahwa
kitosan dengan berat molekul rendah dapat menghambat aktivitas bakteri Streptococcus mutans yang berperan dalam adsorbsi hidroksiapatit dan kolonisasinya. Sifat-sifat kitosan yang mendukung kemampuannya dalam menghambat perlekatan bakteri yaitu kitosan dapat mencegah kerusakan permukaan gigi oleh asam organik
dan menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri patogen termasuk bakteri
Streptococcus mutans.35
Percobaan pada bahan restorasi SIK dimodifikasi kitosan bermolekul rendah oleh Petri et al (2006) menunjukan bahwa penambahan kitosan bermolekul rendah
(fluka) pada SIK konvensional dapat meningkatkan kekuatan flexural dan juga mengkatalisasi pelepasan ion fluoride. Ia menggunakan SIK konvensional modifikasi kitosan bermolekul rendah dengan variasi persen berat yaitu 0.0044, 0.012, 0.025 dan 0.045 % berat kitosan. Percobaan tersebut menggunakan masing-masing 10 spesimen
berupa lempeng berbentuk balok dengan ukuran 10mm x 2mm x 2mm untuk pengujian flexural strength dan lempeng bebentuk silinder dengan ukuran diameter 10 mm x tinggi 2mm untuk menguji pelepasan fluor. Penelitian menunjukkan bahwa
dapat meningkatkan sifat mekanik seperti flexural strength dan meningkatkan pelepasan ion fluor, penambahan 0,012% berat kitosan tidak memiliki efek yang terlihat secara statistik, dan penambahan lebih dari 0,022% berat kitosan justru
memperendah sifat mekaniknya. Meningkatnya sifat mekanik SIK dikarenakan kitosan mempunyai gugus hidroksil dan gugus asetamida yang mampu mengikat partikel hidroksil dan gugus karboksilat dari asam poliakrilat pada SIK oleh ikatan hidrogen. Ikatan yang dibentuk oleh kitosan dan asam poliakrilat di sekitar partikel
anorganik dapat mengurangi tegangan pada permukaan antar komponen SIK. Pada penambahan kitosan dalam persen berat tinggi, gugus kitosan terpisah dan berinteraksi satu dengan yang lain, tidak lagi berinteraksi dengan permukaan partikel SIK, sehinggga sifat mekanik SIK menurun. 15
2.3.3 Kitosan Nanopartikel
Dalam perkembangannya, kitosan dimodifikasi dalam bentuk magnetic kitosan nanopartikel dengan ukuran partikelnya 100-400 nm untuk meningkatkan daya adsorpsinya. Szeto dan Zhigang Hu (2007) (cit Siregar, 2009) menyiapkan kitosan nanopartikel dengan melarutkan kitosan dalam larutan asam lemah ditambahkan
larutan yang bersifat basa, seperti amoniak, NaOH, atau KOH diaduk pada kecepatan 300 rpm sehingga diperoleh gel kitosan putih dan dibilas dengan aquadest sampai netral kemudian ditempatkan dalam ultrasonic bath untuk memecah partikel-partikel gel kitosan menjadi lebih kecil. Cheung (2008) (cit Siregar, 2009) menyiapkan kitosan nano dengan metode lain, yaitu dengan menambahkan larutan tripolipospat
kecepatan 1200 rpm, kemudian ditambahkan asam asetat agar pH-nya menjadi 3,5 dengan hasil berupa suspensi kitosan.18 Lu E-Shi (2008) (cit ningsih, 2010) menyiapkan kitosan nanopartikel dengan menambahkan larutan tripolipospat (TPP)
kedalam larutan suspensi kitosan yang dibuat dengan menambahkan asam asetat, kemudian diaduk dengan kecepatan 1200 rpm hingga terbentuk emulsi.19
Ukuran partikel kitosan yang berskala nanometer akan meningkatkan luas permukaan sampai ratusan kali dibandingkan dengan partikel yang berukuran
mikrometer, sehingga dapat meningkatkan efektifitas kitosan dalam hal mengikat gugus kimia lainnya. Dalam penelitian, kitosan nano juga dapat meningkatkan efisiensi proses fisika-kimia pada permukaan kitosan tersebut karena memungkinkan interaksi pada permukaan yang lebih besar. Penelitian sebelumnya menyimpulkan
bahwa kitosan nano memiliki potensi penting dalam perkembangan industri farmaseutikal.39 Kitosan nanopartikel dapat dipakai sebagai pembawa penyaluran obat karena stabilitasnya yang baik, rendah toksik, metode persiapannya sederhana,
dan dapat mengikuti rute pemberian obat. Kitosan nano partikel sebagai agen
penyalur obat sangat bermanfaat karena kitosan nano merupakan biopolimer alam
yang biokompatibel, dapat larut dalam air, dapat menyalurkan obat dalam bentuk
makromolekul, mempunyai berat molekul yang bervariasi sehingga mudah
dimodifikasi secara kimia, membantu absorpsi antara substrat dan membran sel, dan
ukuran partikel nano nya memiliki efektivitas yang lebih baik.40
2.4 Compressive Strength
Uji kekuatan tekan (compressive strength) merupakan tes yang biasa
pecah secara partikel, uji tarik sulit untuk dilakukan. Sebuah alternatif uji kekuatan tekan (compressive strength) lebih mudah dilakukan terhadap bahan yang rentan pecah. Konfigurasi dari uji compressive strength seperti pada Gambar 10, terlihat
sampel diberikan gesekan pada titik yang berkontak dengan bahan silinder yang diuji.7 Ukuran sampel dalam pengujian compressive strength umumnya mengikuti ADA specification No.661 for dental cement yaitu 12 mm untuk tinggi x 6 mm untuk diameter atau mengikuti ISO yaitu 6 mm untuk tinggi x 4 mm untuk diameter.7,8 Pada Penelitian Mallmann et al (2007) menegaskan bahwa penggunaan spesimen dengan ukuran lebih kecil (6mm x 4mm) lebih tepat untuk pengujian sifat mekanik SIK.8
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
SIK modifikasi resin nano
- Compressive strength tidak terlalu meningkat.
- Dapat melepaskan ion fluor. - Ukuran partikel nano.
- Ikatan ke dentin lebih baik dari SIK konvensional.
Kitosan Nano dari blangkas
- Ukuran partikel nano dan bermolekul tinggi - Memiliki anti bakterial
- Dipakai dalam bidang medis
- Beratnya divariasikan 0.015% dan 0.45% berat - Memiliki gugus fungsional, yaitu gugus amin.
Meningkat ???
Menurun ???
SIK
- Compressive strength rendah.
- Koefisien ekspansi thermal mendekati koefisien ekspansi termal struktur gigi.
- Mampu melepaskan Fluor.
SIK + Kitosan molekul rendah
- Meningkatkan flexural strength SIK konvensional. - Meningkatkan pelepasan ion fluoride.
- Semakin tinggi persen berat kitosan yang ditambahkan ke dalam SIK, semakin rendah strength SIK.
COMPRESSIVE STRENGTH ???
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini diarahkan ke bahan restorasi sewarna gigi yaitu Semen Ionomer Kaca dengan tujuan untuk meningkatkan sifat compressive strength-nya. Namun kekurangan SIK adalah memiliki sifat compressive strength yang rendah, tidak resisten terhadap abrasi, mudah rapuh / brittle dan estetisnya kurang baik dibandingkan dengan komposit. SIK terus
dikembangkan hingga dikeluarkannya SIK modifikasi resin nano yang merupakan SIK modifikasi resin dengan kelebihan pada ikatan nano filler dan nano cluster sehingga mudah dipolis. Namun, dalam penelitian Walled et al menunjukkan bahwa flexural dan compressive strength SIK modifikasi resin nano tidak terlalu meningkat.
Pada penelitian Petri et al (2006), kitosan dipakai untuk meningkatkan sifat mekanik SIK konvensional, menunjukkan bahwa semakin rendah persen berat kitosan bermolekul rendah yang ditambahkan kedalam SIK konvensional, maka sifat mekanik SIK konvensional semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kitosan memiliki keuntungan berupa
ikatan amina yang mengikat partikel hidroksi dari SIK modifikasi resin nano oleh ikatan hidrogen. Pada peningkatan persen berat kitosan, sifat mekanik SIK konvensional menjadi turun.
Dalam penelitian ini, SIK modifikasi resin nano akan dimodifikasi dengan kitosan
nano dari blangkas (molekul tinggi) dengan variasi persen berat yaitu 0.015% berat dan 0.45% berat. Dengan adanya penambahan nanofiller pada SIK modifikasi resin dan juga nano partikel dan ikatan amin dari kitosan, maka diharapkan penambahan kitosan nano dari blangkas (molekul tinggi) pada persen berat yang lebih rendah dapat meningkatkan
3.2 Hipotesa Penelitian
Dari uraian diatas dapat dibuat hipotesa yaitu ada pengaruh penambahan kitosan nano dari blangkas terhadap compressive strength SIK modifikasi resin nano, semakin
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Eksperimental Laboratorium Komparatif
4.2 Tempat dan Waktu
Tempat : 1. Departemen Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi USU 2. Laboratorium pusat penelitian FMIPA USU
Waktu : 6 bulan
4.3 Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, disiapkan spesimen yang dicetak dalam mould berbahan poly
tetrafluoro ethylene (PTFE) atau teflon, sesuai dengan penelitian Petri et al (2006).15
Ukuran spesimen untuk mengukur compressive strength dari bahan SIK modifikasi resin nano ini adalah diameter 4 mm x tinggi 6 mm. Ukuran ini sesuai dengan ketentuan ISO untuk pengukuran compressive strength.7,8
4.4 Besar Sampel
Penentuan besar sampel dan penambahan persen berat kitosan berdasarkan penelitian Petri et al (2006) terhadap flexural strength dan pelepasan ion fluor SIK konvensional dengan penambahan kitosan (fluka) bermolekul rendah dengan variasi persen
berat yaitu 0.0044%, 0.012%, 0.025%, dan 0.045%, yang mana dalam satuan gram berat kitosan yang ditambahkan masing-masing adalah 0.00001 gram, 0.00003 gram, 0.00006 gram, dan 0.00012 gram / 0.27 gram. Namun karena keterbatasan sarana dan prasarana, timbangan mencapai 6 digit tidak ada, sehingga persen berat kitosan tidak dapat dibuat sedemikian rupa, sehingga berdasarkan aturan laboratorium berat kitosan dinaikan hingga
mencapai berat minimum yang dapat ditimbang oleh alat yang dipergunakan di laboratorium. Maka dalam penelitian ini, persen berat kitosan nano dari blangkas yang akan ditambahkan ke dalam SIK modifikasi resin nano dinaikkan menjadi 0.015% (0.0001 gram
/ 3 klik) dan 0.45% berat (0.0001gram / 1 klik), dengan berat SIK modifikasi resin nano perklik adalah 0.22 gram. Perhitungan berat dapat dilihat pada lampiran 3.
Penelitian eksperimen dengan rancangan acak kelompok, berdasarkan jumlah minimal yang ditetapkan rumus Federer (1995) (cit Yuniarti, 2008), secara sederhana
dirumuskan41: (t-1) (n-1) 15. . (3-1) (n-1) 15 n 8,5….
Keterangan : t = banyaknya kelompok perlakuan
Besar sampel yang dipakai pada setiap kelompok perlakuan pada penelitian ini digenapkan menjadi 10 spesimen per kelompok.
Penelitian ini membagi kelompok perlakuan menjadi tiga kelompok:
Kelompok I : 10 spesimen SIK modifikasi resin nano (Ketac N100) sebagai kelompok
kontrol;
Kelompok II : 10 spesimen SIK modifikasi resin nano ditambah kitosan nano dari
blangkas sebanyak 0,015% berat sebagai kelompok Uji I (lihat lampiran );
Kelompok III: 10 spesimen SIK modifikasi resin nano ditambah kitosan nano dari
blangkas sebanyak 0,45% berat sebagai kelompok Uji II.
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Variabel bebas
SIK modifikasi resin Nano
SIK modifikasi resin Nano ditambahkan kitosan nano dari blangkas yang beratnya divariasikan
yaitu 0,015% berat dan 0,45% berat. 4.5.2 Variabel Tergantung
Ketahanan terhadap kekuatan tekan ( Compressive Strength ) SIK modifikasi resin nano dan
SIK modifikasi resin nano yang ditambahkan kitosan nano dari blangkas.. 4.5.3 Variabel terkendali
Besar ukuran sampel
Cara pengadukan (satu operator)
Waktu pengadukan (20 detik) Cara meletakkan bahan ke mould
Waktu setting(20 detik)
Proses pembuatan kitosan nano dari blangkas
Perbandingan berat kitosan dan SIK nano (0,015% dan 0,45% w/w kitosan nano) Cara pencampuran antara SIK nano dengan kitosan
Teknik pengujian tekanan.
4.5.4 Variabel tidak terkendali
Daya alir bahan kedalam mould
Terperangkapnya udara kedalam mould saat pencetakan spesimen sehingga menimbulkan
porositas
4.6 Definisi Operasional
Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur, dan alat ukur dari masing-masing variabel penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. DEFINISI OPERASIONAL, CARA, HASIL, DAN ALAT UKUR DARI VARIABEL BEBAS DAN TERGANTUNG DARI PENELITIAN
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Alat
Ukur klik selama 20 detik, kemudian pengerasan yang beratnya divariasikan yaitu 0,015 % w/w dan 0,45% w/w.
Variabel Tergantung
Ketahanan terhadap Kekuatan Tekan (Compressive Strength) SIK modifikasi resin nano dan SIK modifikasi resin nano yang ditambahkan kitosan nano dari blangkas.
Variabel tidak terkendali
Daya alir bahan kedalam mould
Terperangkapnya udara kedalam mould saat pencetakan spesimen sehingga menimbulkan porositas
Lama penyimpanan kitosan blangkas
cured selama 20 detik.
b. SIK modifikasi resin nano + kitosan nano dari blangkas cured selama 20 detik.
SIK 2. Variabel tergantung
Compressive
4.7 Alat dan Bahan Penelitian
Neraca elektrik (Chyo Balance, Japan) untuk menimbang serbuk kitosan yang akan dibuat
menjadi kitosan nano dalam bentuk gel Kamera digital
Spatula plastik untuk pengadukan pasta SIK modifikasi resin nano
Instrumen plastis untuk memadatkan bahan yang dimasukan kedalam mould
Inkubator (Isotemp®Incubator Fisher Scientific,USA) Pelat kaca
Alat uji tekan (Torsee Universal testing machine, Japan) Light curing ( Runyes®, China) untuk mengeraskan semen Ultrasonic Bath (Kerry Fulsatron, Sonic, USA)
Kertas saring (Whatman®, USA)
4. 7.2 Bahan
SIK modifikasi resin nano ( Ketac Nano light curing Glass Ionomer Restorative)
Gambar 11. Ketac N100 light cured
Gambar 12. Serbuk kitosan Blangkas
Asam asetat 1% Amoniak Aquadest
4. 8 Prosedur Penelitian
Pembuatan Mould cetakan
Mould dibuat dari syringe insulin yang berukuran diameter 4 mm (Gambar 13). Syringe insulin diukur sepanjang 6 mm dengan penggaris besi kemudian tandai. Potong syringe tepat pada tanda yang dibuat yaitu sepanjang 6 mm. Mould cetakan yang selesai diukur kembali yaitu diameter 4 mm dan tinggi 6 mm (Gambar 14).
Gambar 14. Mould tempat pencetakan spesimen
Pembuatan gel kitosan nano
Kitosan nano dibuat dengan melarutkan 1 gram kitosan dalam 50 ml larutan asam lemah (asam asetat 1%) lalu diaduk dengan jar test (Gambar 15) pada kecepatan 200 rpm sehingga diperoleh gel selama ± 30 menit. Kemudian larutan kitosan ditetesi dengan amoniak sebanyak 20 tetes sambil diaduk. Campuran larutan kitosan dengan amoniak diaduk kembali dengan jar test selama ± 30 menit (Gambar 16). Penambahan amoniak dilakukan agar permukaan larutan halus. Larutan yang telah membentuk gel tersebut dimasukkan ke dalam Ultrasonic bath untuk memecahkan partikel kitosan tersebut menjadi nano. Selanjutnya disaring dan residunya dicuci dengan aquadest untuk menghilangkan bau amoniak. Hasil residu yang berbentuk gel kitosan nano inilah yang akan ditambahkan ke dalam SIK nano untuk melihat pengaruhnya dalam persen berat yang berbeda ( Gambar 17).
Gambar 16. Penambahan amoniak dan pengadukan Campuran kitosan
Gambar 17. Gel kitosan nano dari blangkas yang siap dipakai.
Pembuatan Spesimen
Spesimen dibuat dengan mengaduk pasta SIK modifikasi resin nano sebagai kontrol, campuran SIK modifikasi resin nano dengan kitosan nano dari blangkas 0,015% berat kitosan sebagai uji I, dan campuran SIK modifikasi resin nano dengan kitosan nano dari blangkas 0,45% berat kitosan sebagai uji II. Pengukuran berat pasta SIK modifikasi resin nano dan kitosan nano dari blangkas menggunakan neraca analitik empat digit (Gambar 18).
Spesimen kontrol dibuat dengan mengaduk pasta SIK modifikasi resin nano sebanyak 2 klik (0,44 gram) dengan mengunakan spatula plastik selama ±20 detik hingga membentuk campuran homogen, kemudian pasta dimasukkan kedalam mould. Untuk spesimen uji dibuat dengan mengaduk pasta SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano sebanyak 0,015% berat (0,0001 gram gel kitosan nano/ 3 klik pasta SIK modifikasi resin nano) untuk spesimen uji I dan SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano sebanyak 0,45% berat (0,0002 gram gel kitosan nano/ 2 klik pasta SIK modifikasi resin nano) untuk spesimen uji II (Gambar 19).
Gambar 19. Proses pengadukan SIK modifikasi resin nano
Pengadukan spesimen ini mengunakan spatula plastik dilakukan selama ±20 detik hingga membentuk campuran homogen, kemudian pasta dimasukkan kedalam mould. Bagian alas dan atas dari mould cetakan ditahan dengan pelat kaca (Gambar 20), kemudian sinari dengan light cure selama 20 detik pada bagian atas dan bawah spesimen (Gambar 21).
Gambar 21. Penyinaran spesimen dengan alat light cure
Setelah SIK modifikasi resin nano mengeras maka lepaskan pelat kaca dan spesimen dikeluarkan dari mould, kemudian spesimen disimpan dalam air dan disesuaikan suhu dengan kondisi suhu rongga mulut yaitu 37,5o selama 20 jam dengan menyimpannya dalam inkubator (Gambar 22). Setelah itu, spesimen dikeluarkan dari inkubator dan dikeringkan, maka spesimen SIK modifikasi resin nano dapat diuji kekuatan tekannya ( Gambar 23) .
Gambar 22. Inkubator
Gambar 23. spesimen yang akan diuji
Spesimen diuji dengan menggunakan Torsee’s Universal Testing Machine (Gambar 24). Spesimen diberi tekanan 200 kilogramforce (kgf) dengan kecepatan 1,0 mm/menit hingga pecah (Gambar 25). Besar beban dicatat dari alat uji ( Torsee’s Universal Testing Machine, Japan) dalam satuan kilogramforce (kgf) dan dikonversikan kedalam satuan newton (N). Kemudian hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan MPa.
Gambar 24. Universal Testing Machine
( a ) sebelum penekanan ( b ) sesudah penekanan Gambar 25. Spesimen sebelum dan sesudah pengujian
4. 9 Analisa Statistik
Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung Compressive Strength (CS) dari penelitian ini adalah:7
dimana: CS = ketahanan kekuatan tekan (MPa) P = beban yang diberikan (N) = kgf x 9,807
= konstanta (3,14)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap 30 spesimen yang dibagi dalam tiga kelompok
perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri atas sepuluh spesimen. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol yaitu spesimen yang dibuat dari bahan restorasi SIK modifikasi resin nano yaitu Ketac N100. Kelompok kedua adalah kelompok Uji I yaitu spesimen yang dibuat dari bahan SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano dari blangkas
0,015% berat. Kelompok ketiga adalah kelompok Uji II yaitu spesimen yang dibuat dari bahan SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano dari blangkas 0,45% berat.
Hasil pengujian kekuatan tekan (compressive strength) pada ketiga kelompok spesimen dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. DATA HASIL PENGUKURAN KEKUATAN TEKAN (COMPRESSIVE STRENGTH) DALAM KGF
VIII 131.800 121.300 79.100
IX 106.100 95.600 89.700
X 148.600 132.200 98.700
Data yang diperoleh berupa load dalam satuan kilogramforce (kgf), kemudian dikonversikan ke megapascal (MPa). Hasil konversi dari data penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 4. DATA HASIL PENGUKURAN KEKUATAN TEKAN (COMPRESSIVE STRENGTH) DALAM MPA
Tabel 4. RERATA HASIL PENGUKURAN KEKUATAN TEKAN (COMPRESSIVE STRENGTH)
MPa, dan kelompok Uji II sebesar 72.187 MPa. Dengan adanya simpangan pada data terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. STANDAR DEVIASI DAN STANDAR ERROR DARI DATA PENELITIAN
Standar Deviasi 21.647 18.423 9.543
Standar Error 6.845 5.826 3.018
Data pengukuran kekuatan tekan (compressive strength) antara kelompok kontrol, kelompok uji I, dan kelompok uji II dianalisis dengan uji ANOVA satu arah untuk melihat adanya perbedaan antar kelompok data penelitian yang diperoleh dengan derajat
kepercayaan 95 %. Data kemudian diuji dengan Post Hoc Test untuk melihat adanya
perbedaan antara ketiga kelompok data percobaan masing-masing ( = 0.05).
Sebelum menggunakan uji anova, hasil pengujian data compressive strength menggunakan dilihat variansnya dengan analisis Parametrik memperoleh hasil Sig. 0.082. Hasil ini menunjukkan bahwa data tersebut berasal dari data yang tidak bervarians sehingga
dapat menggunakan pengujian Anova dengan tingkat kemaknaan =0.05. Hasil pengujian
data compressive strength menggunakan analisis Anova memperoleh hasil Sig. 0.004. Hasil
menunjukkan bahwa data tersebut memiliki perbedaan antara ketiga kelompok uji. Hasil Pengujian Anova dapat dilihat pada lampiran 4.
Tabel 6. HASIL ANALISIS DATA POST HOC TEST
(I) Klp (J) Klp
Tingkat Kemaknaan 0.05
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
Kontrol Uji I -5.306100 7.742139 .774
Uji II 21.607000* 7.742139 .025
Uji I Kontrol 5.306100 7.742139 .774
Uji II 26.913100* 7.742139 .005
Uji II Kontrol -21.607000* 7.742139 .025
Uji I -26.913100* 7.742139 .005
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen laboratorium komparatif, artinya metode penelitian yang ditujukan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau dua variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimen, dan
membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi dengan menggunakan peralatan laboratorium.
Penelitian ini menggunakan bahan SIK modifikasi resin nano (Ketac Nano, N100 light cured, 3M ESPE, St Paul) karena bahan ini berpartikel nano dan merupakan bahan SIK modifikasi resin baru dalam kedokteran gigi. Bahan ini sebelumnya telah diteliti kekuatan tekannya oleh Waleed et al (2007) menunjukkan bahan ini tidak memiliki perbedaan compressive strength dengan yang konvensional, sehingga dalam penelitian ini SIK modifikasi resin nano ditambahkan gel kitosan nano dari blangkas untuk meningkatkan
compressive strength dari SIK modifikasi resin nano.13 Gel kitosan nano dari blangkas
Gambar 26. Struktur kitosan nano dari blangkas
Kekuatan bahan SIK modifikasi resin nano dan SIK modifikasi resin nano ditambah kitosan nano dari blangkas ini diuji dengan pemberian tekanan (compressive strength) pada
spesimen berbentuk silinder. Spesimen diberikan tekanan dari atas dan bawah dengan alat uji tekan (Torsee’s Universal Machine, Japan) sampai fraktur dengan kecepatan 1 mm /menit dan beban 200 kilogramforce (kgf) yang kemudian dikonversikan ke Megapascal (MPa), meskipun tidak menggambarkan compressive strength fisiologis sebenarnya di
rongga mulut.
Pada Tabel 4 dari data yang diperoleh dapat dilihat rerata compressive strength kelompok kontrol sebesar 93.794 MPa, Kelompok uji I sebesar 99.100 MPa, dan kelompok uji II sebesar 72.187 Mpa. Selisih antara kelompok uji I dan kontrol sebesar 5.306 MPa
signifikan antara kedua kelompok uji dengan kontrol. Sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Petri et al (2006) yang melakukan pengujian flexural strength pada SIK konvensional dimodifikasi kitosan molekul rendah, diketahui bahwa penambahan 0.0044%
berat kitosan dapat meningkatkan sifat mekanik SIK konvensional, pada penambahan 0.012% berat kitosan menunjukkan tidak adanya perbedaan secara statistik terhadap sifat mekanik SIK konvensional , dan pada penambahan lebih besar dari 0.022% berat menujukkan penurunan sifat mekanik dari SIK konvensional.15 Demikian pula data yang diperoleh pada penelitian SIK modifikasi resin nano ditambahkan dengan kitosan nano dari blangkas.
Dilihat dari data pada Tabel 6, dengan derajat kemaknaan 95% atau nilai adalah
0.05, ternyata antara kelompok kontrol (SIK modifikasi resin nano) dan kelompok uji I ( SIK modifikasi resin nano dan 0.015% w/w kitosan nano dari blangkas) tidak memiliki perbedaan yang signifikan, meskipun dari angka rerata terlihat kenaikkan nilai compressive
strength pada uji I dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan antara kelompok kontrol (SIK modifikasi resin nano) dan kelompok uji II ( SIK modifikasi resin nano dan 0.45% w/w kitosan nano dari blangkas) dapat terlihat adanya perbedaan yang signifikan, yang terlihat
dari nilai rerata kelompok uji II yaitu menurunnya nilai compressive strength dibandingkan dengan kontrol. Dalam tabel 7 juga terlihat bahwa kelompok uji II memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok uji I.
Pada penelitian ini tidak diperoleh peningkatan yang signifikan dari compressive