• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Pusat Statistik. 1994. Sensus Pertanian (ST) 1983. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2000. Konsep Dasar Rumah Tangga. [Internet]. [Dikutip 27 Februari 2011]. Jakarta: BPS. Dapat diunduh dari:

http://demografi.bps.go.id/versi2/index.php?optio=com_content&view=art icle&id=948&Itemid=112&lang=en

Badan Pusat Statistik. 2009. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang, 2009. Jakarta: BPS.

Conway, G dan Chambers, R. 1991. Sustainable Rural Livelihood: Practical Concept for 21st Century. IDS Discussion Paper 296.

Dharmawan, AH. 2001. Farm Household Livelihood Strategies and Soci-economic Changes in Rural Indonesia. [Disertasi]. Germany: the Georg-August University of Gottingen.

Dharmawan, AH. 2006. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Vol. 01, No.02 Agustus 2007.

Ellis, Frank. 2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. New York: Oxford University Press.

Fadjar, et al. 2008. Transformasi Sistem Produksi Pertanian dan Struktur Agraria serta Implikasinya Terhadap Diferensiasi Sosial dalam Komunitas Petani (Studi Kasus Empat Komunitas Petani Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nangroe Aceh Darussalam). Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 26 No.2.

Hanani, N dan Purnomo, M. 2010. Perubahan Struktur Ekonomi Lokal Studi Dinamika Moda Produksi di Pegunungan Jawa. Malang: UB Press.

Hefner, Robert. 1999. Geger Tengge : Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik.

Yogyakarta: LKIS.

Bencana Dieng Dilema Utang Para Juragan Kentang. 2011 03 Juni. Kompas.

Regional: 1 &15 (Kol.1-5).

Lestari, Dewi. 2005. Strategi Nafkah Rumah Tangga Nelayan Pantai Utara dan Pantai Selatan Jawa (Studi Kasus Komunitas Nelayan Banyuwoto, Jawa Tengah dan Komunitas Nelayan Cipatuguran, Jawa Barat. [Skripsi].

Bogor: Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB.

Li, Tania Murray. 2002. Proses transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mahdi, et al. 2009. Livelihood Change and Livelihood Sustainability in the Uplands of Lembang Subwatershed, West Sumatra, Indonesia, in a Changing Natural Resource Management Context. Environmental Management (2009) 43:84-99.

Meilke, S, Ramasut, T dan Walker, J. 2001. Sustainable Rural Livelihoods:

Concept and Implications for Policy. DPU. [Internet]. [Dikutip tanggal 27 Februari 2011]. Working Paper No. 112. Dapat diunduh dari:

http://www.ucl.ac.uk/dpuprojects/drivers_urb_change/urb_society/pdf_liv eli_vulnera/DPU_Meikle_Sustainable_Urban%20Livelihoods.pdf

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian (cetakan keempat). Jakarta:

LP3ES.

Oxford Dictionary. 2007. “Experience” (cetakan ketujuh). New York: Oxford University Press.

Oxford Dictionary. 2007. “Income” (cetakan ketujuh). New York: Oxford University Press.

Pranadji, Tri. 2003. Menuju Transformasi Kelembagaan dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian:

Jakarta.

PT Indonesia Power. 2003. “Data Sedimentasi Waduk Mrica”. Banjarnegara: PT Indonesia Power.

Purwanti, Rini. 2007. Pendapatan Petani Dataran Tinggi Sub DAS Malino (Studi Kasus: Kelurahan Gantarang, Kabupaten Gowa) (Farmer Income in Upland Malino Watershed: Case Study in Gantarang Village). Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 4 No. 3 September 2007, Hal. 257 – 269.

Rasahan, Chairil A, et al. 1999. Refleksi Pertanian: Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Reintjes, Coen, Bertus Haverkort dan Ann Waters-Bayer. 1992. Pertanian Masa Depan Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Y. Sukoco, SS, (terj.). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rusli, Said. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan Edisi Revisi (cetakan ketujuh).

Jakarta: LP3ES.

Sabiham, et al. 2008. Pengembangan Model Ecofarming di Lahan Pegunungan yang Dimanfaatkan untuk Budidaya Pertanian. Laporan Hasil Penelitian.

Institut Pertanian Bogor.

Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usahatani Edisi Revisi. Yogyakarta:

Kanisius. Tangga Petani. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Sunito, Satyawan. 2007.“Pertanian Berkelanjutan”, dalam Adiwibowo, Soeryo (ed.), 2007. Ekologi Manusia. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia.

[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura.

Wahyuni, Ekawati S dan Muljono, Pudji. 2009. Bahan Kuliah Metode Penelitian Sosial (KPM 398). Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA-IPB.

White, Benjamin. 1978. „Rumah Tangga Sebagai Unit Analisa‟. Dipresentasikan pada Lokakarya Studi Dinamika Pedesaan Jawa Timur. Survey Agro Ekonomi Universitas Brawijaya.

Wiradi, Gunawan. 2009. Metodologi Studi Agraria Karya Terpilih Gunawan Wiradi. Bogor: Sajogyo Institute.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

Sumber : www.banjarnegarakab.go.id

Desa

Karangtengah

Lampiran 2. Panduan Pertanyaan

Informan Apek yang Ditanya Pertanyaan Petani Sejarah Pertanian

kentang

1. Sejak kapan anda mulai menjadi petani?

2. Apa yang mendasari anda menjadi petani?

3. Sebelum menanam kentang, komoditas apa yang anda tanam?

4. Sejak kapan anda menanam kentang?

5. Dari siapa anda tahu tentang komoditas kentang?

6. Dari mana anda memperoleh bibit kentang?

7. Jenis kentang apa yang anda tanam?

8. Sejak kapan jenis kentang tersebut ada?

Usahatani kentang 1. Mengapa anda memutuskan untuk bertanam kentang?

2. Menurut anda apakah berusahatani kentang menguntungkan? Mengapa?

3. Apakah terdapat perubahan kapasitas produksi kentang saat ini dibandingkan 10 tahun yang lalu?

4. Jika ada perubahan, apa faktor penyebabnya?

5. Bagaimana kondisi usahatani kentang jika dibandingkan dengan usahatani lainnya?

6. Apakah anda pernah rugi dalam usahatani kentang anda? Mengapa?

7. Bagaimana cara anda mengatasi kerugian dalam usahatani kentang anda?

8. Bagaimana anda mengalokasikan pendapatan usahatani tani kentang? Untuk kebutuhan apa saja?

Strategi nafkah 1. Dalam rentang waktu menunggu panen kentang, apakah ada pekerjaan lain yang anda lakukan?

2. Mengapa anda memilih pekerjaan tersebut?

3. Apakah anda melibatkan anggota keluarga dalam pilihan pekerjaan tersebut?

4. Menurut anda, apakah pekerjaan tersebut membantu untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga?

5. Bagaimana alokasi pendapatan pekerjaan tersebut?Untuk kebutuhan apa saja?

Tokoh Masyarakat

Sejarah pertanian 1. Apakah anda mengetahui bagaimana pertanian diterapkan di daerah ini?

2. Bagaimana kondisi pertanian sebelum kentang menjadi komoditas utama?

3. Bagaimana kondisi pertanian saat ini?

Apakah ada perubahan dibanding 10 tahun yang lalu? Mengapa?

4. Menurut anda apakah pertanian di lokasi ini semakin meningkat? Jika iya/tidak, mengapa?

Dinas Pertanian Pertanian kentang Kabupaten

Banjarnegara

1. Bagaimana kondisi pertanian kentang di kabupaten Banjarnegara dan

perkembangannya selama 10 tahun terakhir?

2. Bagaimana fluktuasi harga kentang dibanding komoditas hortikultura lainnya?

3. Berapa jumlah petani kentang di Kabupaten Banjarnegara dibanding dengan komoditas lainnya?

4. Adakah data tentang pertanian kentang di Kabupaten Banjarnegara?

Lampiran 3. Daftar Kerangka Sampling dan Responden

48 SYD KARANGTENGAH 541 NRH PAWUHAN

100 MEA KARANGTENGAH 593 IRH PAWUHAN

152 PLN KARANGTENGAH 645 UMS PAWUHAN

204 MRD KARANGTENGAH 697 THR PAWUHAN

256 BDS KARANGTENGAH 749 SGT SIMPANGAN

308 PYT KARANGTENGAH 801 STR SIMPANGAN

360 SLS KARANGTENGAH 853 SMT SIMPANGAN

412 ZDN KARANGTENGAH 905 MHD SIMPANGAN

464 AHS KARANGTENGAH 957 IPN SIMPANGAN

465 NAS KARANGTENGAH 958 WNT SIMPANGAN

466 MHP KARANGTENGAH 959 HRT SIMPANGAN

467 RHM KARANGTENGAH 960 SYT SIMPANGAN

468 SSL KARANGTENGAH 961 AWD SIMPANGAN

469 MBD KARANGTENGAH 962 SKT SIMPANGAN

470 SDQ KARANGTENGAH 963 TRK SIMPANGAN

471 KHD KARANGTENGAH 964 RMS SIMPANGAN

472 MJY KARANGTENGAH 965 THN SIMPANGAN

473 HMT KARANGTENGAH 966 WYT SIMPANGAN

474 NGR KARANGTENGAH 967 ISY SIMPANGAN

475 JWH KARANGTENGAH 968 YNT SIMPANGAN

476 MJD KARANGTENGAH 969 DYT SIMPANGAN

477 KKS KARANGTENGAH 970 DMD SIMPANGAN

478 SPT KARANGTENGAH 971 NYT SIMPANGAN

479 BYN KARANGTENGAH 972 ISW SIMPANGAN

480 M. SYR KARANGTENGAH 973 WYN SIMPANGAN

481 SHD KARANGTENGAH 974 KLM SIMPANGAN

482 WHD KARANGTENGAH 975 ARF SIMPANGAN

483 BHN PAWUHAN 976 RS SIMPANGAN

484 SPN PAWUHAN 977 A. BD SIMPANGAN

485 BRD PAWUHAN 978 IHS SIMPANGAN

486 MNS PAWUHAN 979 TWT SIMPANGAN

487 Bu SLM PAWUHAN 980 MLH SIMPANGAN

488 EK PAWUHAN 981 SYN SIMPANGAN

489 Bu WMH PAWUHAN 982 MHD SIMPANGAN

490 KSD PAWUHAN 983 MHW SIMPANGAN

491 MKH PAWUHAN 984 A. NJD SIMPANGAN

492 SGY PAWUHAN 985 MHT SIMPANGAN

493 MHD PAWUHAN 986 NWD SIMPANGAN

: Responden terpilih

Sumber: Data Monografi Desa Karangtengah (2010)

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Photo 1. Bentangan lahan pertanian merupakan perbukitan yang gundul

Photo 2. Kondisi umbi kentang yang terbawa longsor

Photo 3. Penggunaan input kimia di lahan pertanian

Photo 4. Petani pada saat menyemprot tanaman kentang

Photo 5. Proses pemanenan kentang

Photo 6. Lahan miring yang kritis untuk pertanian kentang

Photo 7. Kentang diserang penyakit busuk akar

Photo 8. Tanaman kentang yang terkena busuk daun

Lampiran 5. Wawancara Strategi Nafkah

Rumahtangga Ibu IRS (20 tahun). Jumlah tanggungan rumahtangga Ibu IRS adalah 2 orang. Selain menjadi petani kentang, beliau menjadi pedagang pulsa dengan penghasilan rata-rata per hari adalah Rp 50.000,00. Menjadi pedagang pulsa baginya cukup menguntungkan sebab di Desa Karangtengah belum banyak yang melakukannya.

Rumahtangga Bapak HYN (32 tahun). Selain menjadi petani kentang di lahan warisan orang tuanya, istri Bapak ARM membuka warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari di rumahnya. Dalam satu bulan, penghasilan dari warung sekitar Rp 300.000,00. Biasanya uang tersebut diperuntukkan untuk uang saku anaknya yang sedang bersekolah di SMP.

Rumahtangga Bapak KMD (50 tahun). Bapak KMD merupakan petani yang tidak memiliki lahan. Beliau mengelola sepetak lahan yang statusnya sewa. Jumlah keluarga Bapak KMD adalah 5 orang. Bapak KMD menjadi buruh ngebor tanah di salah satu Perusahaan yang bergerak di bidang Geothermal. Dalam satu bulan biasanya dia memperoleh pendapatan Rp 200.000,00 dari pekerjaannya. Pada saat dia bekerja untuk mengebor tanah, istri dan anaknya bertugas mengurus pertanian kentang.

Rumahtangga Bapak ADR (50 tahun). Selain menggarap lahan yang ditanami kentang, setiap hari minggu atau hari libur Bapak ADR bekerja sebagai kusir dokar di lokasi wisata Telaga Warna, Dieng. Dalam satu hari biasanya dia bisa mendapatkan Rp 25.000,00. Satu bulan rata-rata Bapak ADR menarik dokar sebanyak 5 kali.

Rumahtangga Bapak JN (26 tahun). Bapak JN menggarap lahan yang diwarisi oleh orangtuanya. Bapak JN murni menggarap lahan pertaniannya, kemudian istrinya menjadi penjahit dan pedagang pakaian untuk menambah penghasilan. Pendapatan istrinya dalam satu bulan sekitar Rp 150.000,00.

Rumahtangga Bapak SYA (40 tahun). Bapak SYA menanggung 5 anggota rumahtangga lainnya dengan penghasilan dari bertani kentang. Untuk menambah penghasilan, istrinya menjadi pedagang makanan. Pendapatan dari berdagang ini rata-rata Rp 150.000,00. Meskipun sedikit tapi lumayan untuk membeli kebutuhan dapur.

Rumahtangga Bapak RYT (45 tahun). Istri dari Bapak RYT membuka warung di rumahnya yang menjual berbagai macam kebutuhan pokok dan sehari-hari. Dari berjualan, rumahtangga ini mendapat tambahan sekitar Rp 300.000,00 dalam jangka

waktu satu bulan. Pada pagi hari setiap dua hari sekali istri Bapak RYT membantu suaminya merawat tanaman kentang, setelah itu beliau menjaga warungnya sambil mengurus pekerjaan domestik.

Rumahtangga Bapak AHR (35 tahun). Selain menjadi petani kentang di atas lahan miliknya, Bapak AHR mencari penghasilan lain melalui berdagang. Beliau menjadi pedagang pengumpul sayuran (koncang, kobis, seledri, wortel) dari petani ke distributor selanjutnya. Rata-rata dalam 1 bulan Bapak AHR bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp 500.000,00.

Rumahtangga Bapak SYD (45 tahun). Bapak SYD mengelola lahannya sendiri dan ditanami kentang, selain itu beliau berprofesi sebagai pengumpul kentang dari petani. Istrinya juga membuka warung di rumahnya untuk menjajakan gorengan.

Penghasilan yang diperoleh Bapak SYD dari menjadi pengumpul kentang sekitar 500.000,00 per bulan, dan istrinya bisa mendapatkan sekitar Rp 150.000,000 per bulan.

Lampiran 6. Analisis Usahatani Kentang dengan Luas Lahan 0,5 ha/Musim Hujan

No Uraian Satuan Fisik Pengeluaran

Satuan Jumlah

Pendapatan Kotor (R) Rp 32.826.106,-

Pendapatan Bersih (R-C) Rp 17.305.256,-