• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andriana, D. 2005. Pengaruh Konsentrasi BAP Terhadap Multiplikasi Tunas dan Giberelin Terhadap Kualitas Pisang FHIA-7 In Vitro. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal.

Arinaitwe, G., P.R. Rubaihayo, and M.J.S. Magambo. 2000. Proliferation rate effects of cytokinins on banana (Musa spp.) cultivars. Sci. Hort. 86: 13-21. Avivi, S. dan Ikrarwati. 2004. Mikropropagasi pisang abaca (Musa textillis nee)

melalui teknik kultur jaringan. Ilmu Pertanian 11 (2): 27-34.

BPS. 2010. Produksi buah-buahan Indonesia. www.bps.go.id. [17 September 2011].

Ernawati, A., R.M. Imron, dan L.W. Gunawan. 1992. Penyediaan bibit pisang tanduk (Musa 37cuminate37al L. AAB Grup) secara kultur jaringan. Bul. Agron. 21(1): 27-35.

Evans, D.E., J.O.D. Coleman, and A. Kearns. 2003. Plant Cell Culture. BIOS Scientific Publishers. New York. 194 p.

George, E.F., M.A. Hall, and G.J.D Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture 3rd Edition. Springer. Netherlands. 501 p.

Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research, penerjemah : E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal.

Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Bogor. 158 hal.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, and F.T. Davies. 1990. Plant Propagation, Principles and Practices Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. 647 p.

Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 139 hal.

Isnaeni, N. 2008. Pengaruh TDZ Terhadap Inisiasi dan Multiplikasi Kultur In Vitro Pisang Raja Bulu (Musa 37cuminate37al L. AAB Group). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal.

38 Jafari, N., R.Y. Othman, and N. Khalid. 2011. Effect of benzylaminopurine (BAP) pulsing on in vitro shoot multiplication of Musa 38cuminate (banana) cv. Berangan. African Journal of Biotechnology 10(13): 2446-2450.

Kasutjianingati. 2004. Pembiakan Mikro Berbagai Genotipe Pisang (Musa spp.) dan Potensi Bakteri Endofitik terhadap Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp. Cubense). Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 88 hal.

Kasutjianingati. 2011. Kokultur Rizobakteri secara In Vitro pada Planlet Pisang untuk Meningkatkan Mutu Planlet Pisang serta Pengendalian Penyakit Layu Fusarium. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 159 hal. Megia, R., Purnomo, Kasutjianingati, I.P. Handayani, H. Rohmah, dan Widodo.

2002. Riset Unggulan Strategis Nasional Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. Laporan Akhir. Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 18 hal.

Muhammad, A., I. Hussain, S.M.S. Naqvi, and H. Rashid. 2004. Banana plantlet production through tissue culture. Pak. J. Bot. 36(3): 617-620.

Muhammad, A., H. Rashid, I. Hussain, and S.M.S. Naqvi. 2007. Proliferation-rate effects of BAP and kinetin on banana (Musa spp. AAA group) basrai. HortScience. 42(5):1253–1255.

PhytoTechnology Laboratories. 2011. Plant growth regulators and media. www.phytotechlab.com [09 November 2011].

Redaksi AgroMedia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 296 hal.

Samson, J.A. 1986. Tropical Fruits Second Edition. Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd. Singapore. 336 p.

Shirani, S., F. Mahdavi and, M. Maziah. 2009. Morphological abnormality among regenerated shoots of banana and plantain (Musa spp.) after in vitro multiplication with TDZ and BAP from excised shoot tips. Af. J. Biotech. 8(21): 5755-5761.

Simmonds, N.W. 1970. Bananas. Second Impression. T. & A. Constable Ltd Edinburgh. Great Britain. 512 p.

Sin, W.L. 2005. Thidiazuron in the improvement of banana micropropagation. Acta Hort 692.

Suhartanto, M.R., Sobir, dan H. Harti. 2010. Pengembangan Pisang Sebagai Penopang Ketahanan Pangan Nasional. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Torres, K.C. 1989. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops. Chapman and Hall. New York. 285 p.

Wattimena, G.A., L.V. Gunawan, A. Makmur, R. Suseno, dan S.H. Sutjahjo. 1986. Kultur Jaringan Tanaman Pembiakan Mikro dan Manipulasi Genetika pada Beberapa Tanaman Budidaya (laporan penelitian). Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 73 hal.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor. 145 hal.

Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A. Wiendi, dan A. Ermawati. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur jaringan Tanaman. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. PAU Bioteknologi. IPB. Bogor. 309 hal.

Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro (diterjemahkan dari : Introduction to In Vitro Propagation, penerjemah : Koensoemardiyah dan D. Gunawan). IKIP Semarang Press. Semarang. 110 hal.

Wiendi, N.M.A. 1992. Pengaruh Air Kelapa, Zeolit dan Subkultur Beruntun Terhadap Daya Multiplikasi Tunas Pisang Tanduk secara In Vitro. Tesis Program Pascasarjana IPB. 66 hal.

Wiendi, N.M.A., G.A. Wattimena, dan L.W. Gunawan. 1992. Perbanyakan tanaman, hal. 12-101. Dalam A.S. Abidin (Ed.). Bioteknologi Tanaman. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wong, W.C. 1986. In vitro propagation of banana (Musa sp) initiation, proliferation and development of shoot-tip cultures on defined media. Plant. Cell. Tiss. Org. Cult. 6:156-166.

Zaffari, G.R., G.B. Kerbauy, J.E. Kraus, and E.C. Romano. 2000. Hormonal and histological studies related in vitro banana bud formation. Plant. Cell. Tiss. Org. Cult. 63:187-192.

1. Komposisi Media Murashige-Skoog dengan Modifikasi Vitamin B5.

Stok Bahan Konsentrasi Larutan (g/l) Pemakaian ml/l media mg/l A NH4NO3 82.500 20 1.650.000 B KNO3 95.000 20 1.900.000 C KH2PO4 34.000 5 170.000 H3BO3 1.240 6.200 KI 0.166 0.830 NaMoO4.2H2O 0.050 0.2500 CoCl2.6H2O 0.005 0.025 D CaCl.2H2O 88.000 5 440.000 E MgSO4.7H2O 74.000 5 370.000 MgSO4.4H2O 4.460 22.300 ZnSO4.7H2O 1.720 8.600 CuSO4.5H2O 0.005 0.025 F Na2EDTA.2H2O 3.730 10 37.300 FeSO4.7H2O 2.780 27.800 Myo Myo-Inositol 10.000 10 100.000 Vitamin B5 Thiamin 1.000 10 10.000 Niacin 0.100 1.000 Pyridoxine 0.100 1.000 Gula 30 Sumber : Gunawan (1992)

42 Lampiran 2. Deskripsi Pisang Kepok Varietas Unti Sayang

Sumber : Bapak Baesuni (Kebun Percobaan Pasir Kuda Unit Kegiatan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika LPPM IPB)

Asal : Desa Bontobangun, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan

Silsilah : seleksi rumpun induk Golongan varietas : klon

Tinggi tanaman : 5.0-6.5 m Bentuk penampang batang

semu : bulat

Diameter batang semu : 35-43 cm

Warna batang semu : hijau kekuningan Bentuk daun : jorong memanjang

Ukuran daun : panjang 252-282 cm, lebar 68-86 cm Warna daun : hijau tua

Penampang melintang

tangkai daun ke-3 : tepi menutup cenderung menutupi Bentuk jantung : lanset

Ukuran jantung : panjang 30-33 cm, diameter 7.3-10 cm Warna jantung : ungu kecoklatan

Umur keluar jantung : 12-13 bulan dari bibit anakan Umur panen : 16-17 bulan dari bibit anakan Bentuk buah : lurus

Bentuk penampang buah : tonjolan jelas

Ukuran buah : panjang 10-16 cm, diameter 4.1-4.5 cm Warna kulit buah : kuning

Ketebalan kulit buah : 2-3 mm Tekstur kulit buah : halus Warna daging buah : kuning Tekstur daging buah : halus Rasa daging buah : manis

Aroma : khas pisang kepok Kadar gula : 20.29-23.80 °brix Kandungan vitamin C : 3.5-7.2 mg/100g Berat per buah : 105-158 g Jumlah buah per sisir : 20-22 buah Berat buah per sisir : 2.1-3.5 kg Jumlah sisir per tandan : 13-15 sisir Jumlah buah per tandan : 260-330 buah Berat buah per tandan : 40-41 kg Persentase bagian buah yang

dapat dikonsumsi : 65-70 % Daya simpan buah pada

suhu 25-28 °C : 7-8 hari setelah panen Hasil buah : 40-41 ton/ha

Populasi per hektar : 1000 tanaman Sumber : Suhartanto et al. (2010)

ABSTRACT

COKORDA ISTRI MEYGA SEMARAYANI. (Repeated Subculture of Kepok Unti Sayang Banana Shoots In Vitro on Several Medium Compositions)

The research aimed to study the effect of repeated subculture of Kepok Unti Sayang banana shoots in vitro using shoot explant in vitro. This research was conducted from February to September 2011 at Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Agronomy and Horticulture IPB, Bogor. Completely Randomized Block Design was used in this research. The research consisted of one factors and two replications. The single factor was medium composition. Medium composition threatments consisted of 2 mg/l BAP + 0.8 mg/l thidiazuron, 2 mg/l BAP, 5 mg/l BAP and 7 mg/l kinetin. Six subculture cycle were used and after each subculture, the shoots per explant were counted. The result showed that the best treatment of medium composition is 2 mg/l BAP. The treatment of 2 mg/l BAP gave the highest percentage of multiplication, number of shoot and number of root.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang merupakan komoditi hortikultura yang digemari oleh masyarakat dunia. Rasa buah pisang yang lezat, kandungan gizi yang tinggi dan harganya yang relatif murah menjadi alasan banyak orang yang menyukainya. Peminat buah pisang berasal dari semua kalangan dan semua jenis umur. Buah pisang selain dapat dimakan langsung, dapat juga diolah menjadi berbagai jenis makanan.

Sistem agribisnis buah tropika Indonesia perlu digerakkan agar buah tropika Indonesia dapat memberikan kontribusi dalam pemulihan ekonomi rakyat, dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjadi andalan ekspor. Pisang merupakan salah satu buah yang mempunyai prospek untuk dikembangkan (Megia et al., 2002). Pada beberapa tahun terakhir produksi buah pisang Indonesia mengalami penurunan sebesar 618 460 ton. Produksi buah pisang pada tahun 2009 sebesar 6 373 533 ton dan pada tahun 2010 menjadi 5 755 073 ton (BPS, 2010). Permasalahan utama dalam penurunan produksi pisang adalah tingginya serangan penyakit serta belum diterapkannya prinsip Good Agricultural Practicess (GAP).

Berdasarkan penelitian hasil kerjasama antara PKBT IPB dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura serta UPTD BPSBTPH Propinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2009 telah dilepas varietas unggul pisang kepok tanpa bunga jantan dengan nama pisang Unti Sayang. Pisang ini memiliki keunggulan, yaitu terhindar dari penyakit layu bakteri (Blood Disease Bacterial) dan berpotensi sebagai salah satu bahan pangan alternatif. (Suhartanto et al., 2010). Produktivitas pisang Unti Sayang cukup tinggi sebesar 40 ton/ha/tahun (Suhartanto et al., 2010) bila dibandingkan dengan produktivitas pisang kepok pada umumnya sebesar 22 ton/ha/pohon (Redaksi AgroMedia, 2010).

Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan anakan (sucker), bonggol dan belahan bonggol. Perbanyakan secara konvensional ini membutuhkan waktu yang lama, bibit yang dihasilkan sedikit, tidak seragam dan kesehatannya tidak terjamin. Bibit yang berasal dari anakan

2 kurang efisien karena dalam hidupnya tanaman pisang hanya menghasilkan 5-10 anakan/rumpun/tahun. Alternatif penyediaan bibit dalam waktu singkat, jumlah yang besar dan seragam dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan.

Perbanyakan mikro merupakan contoh dari penerapan kultur jaringan, terutama untuk beberapa jenis tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif. Perbanyakan mikro, secara umum dapat diartikan sebagai usaha menumbuhkan bagian tanaman dalam media aseptik dan memperbanyaknya hingga menghasilkan tanaman sempurna. Tujuan pokok dari penerapan perbanyakan mikro adalah produksi tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat, terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan (Gunawan, 1992).

Subkultur berulang perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit yang banyak dalam kurun waktu tertentu. Dengan subkultur juga akan diketahui waktu yang tepat untuk menginisiasi tunas baru. Pada beberapa tanaman yang telah disubkultur beberapa kali, ternyata tidak terjadi penurunan daya tumbuh atau perubahan karakteristik yang diamati (Wetherell, 1982). Daya multiplikasi tunas setelah dilakukan subkultur berulang perlu diketahui bila ingin memproduksi bibit dalam jumlah besar dan kualitas tunasnya terjamin (Wiendi, 1992).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh komposisi media terhadap pertumbuhan tunas in vitro pisang Kepok Unti Sayang dengan subkultur berulang. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh komposisi media yang terbaik dan waktu subkultur yang tepat dalam perbanyakan pisang Kepok Unti Sayang.

Hipotesis

1. Terdapat satu komposisi media yang menginduksi multiplikasi tunas in vitro pisang Kepok Unti Sayang terbanyak.

2. Subkultur berulang mempengaruhi multiplikasi tunas in vitro pisang Kepok Unti Sayang.

Dokumen terkait