• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abdullah B, Tjokrowidjojo S, Sularjo. 2008. Perkembangan dan prospek perakitan padi tipe baru di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 27(1):1-9.

Abdurachman A, Dariah A, Anny M. 2008. Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Litbang Pertanian 27(2): 43-49.

Arraudeau MS, Vergara BS. 1988. A Farmers Primer on Growing Upland Rice. Manila : IRRI-IRRAT.

Bakhtiar. 2007. Penapisan galur padi gogo (Oryza sativa L.) hasil kultur antera untuk ketenggangan aluminium dan ketahanan terhadap penyakit blas. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Intitut Pertanian Bogor.

Bakhtiar, Purwoko BS, Trikoesoemaningtyas, Chozin MA, Dewi IS, Mukelar A. 2007. Penapisan galur haploid ganda padi gogo hasil kultur antera untuk toleransi terhadap cekaman aluminium. Bul Agron 35 (1):8-14.

Baihaki A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Baihaki A, Noladhi W. 2005. Interaksi genotipe x lingkungan, adaptabilitas dan stabilitas hasil dalam pengembangan tanaman genotipe unggul di Indonesia. Zuriat 16 (1):1-8.

[BPS] Badan Pusat Statistik . 2012. Penduduk Indonesia menurut provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. [terhubung berkala]. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12 &notab=1.html[8 Okt 2012].

Cooper M, DeLacy IH, Basford KE. 1996. Relationships among analytical methods used to analyse genotypic adaptation in multi-environment trials. Di dalam: Cooper M, Hammer GL, editor. Plant Adaptation and Crop Improvement. Manila : CAB Inernational-IRRI. hlm 193-224.

Dewi IS, Purwoko BS. 2001. Kultur antera untuk mendukung program pemuliaan tanaman padi. Bul Agron 29 (2):59-63.

Dewi IS, Purwoko BS, Hajrial A, Somantri IH. 2007. Regenerasi tanaman pada kultur antera padi: pengaruh persilangan dan aplikasi putresin. Bul Agron

Dewi IS, Purwoko BS. 2011. Kultur in vitro untuk produksi tanaman haploid androgenik. Di dalam: Wattimena GA, Mattjik NA, Armini NMW, Purwito A, Efendi D, Purwoko BS, Khumaida N, editor. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. Edisi ke-1. Bogor: IPB Press. Hlm 107-157

Eberhart SA, WA Russel. 1966. Stability parameters for comparing varieties.

Crop Sci 6:36-40.

Falconer DS, Mackay TFC. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Fourth Edition. England: Longman Group Ltd.

Farid N. 1997. Pengujian plasma nutfah padi gogo untuk ketenggangan terhadap tanah masam dan ketahanan terhadap penyakit blas. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Finlay KW, Wilkinson GN. 1963. The analysis of adaptation in a plant breeding programme. Aust J Agric Res 4:742-754.

Francis TR, Kannenberg LW. 1978. Yield stability studies in short-season maize, a descriptive methods to for grouping genotype. Can J Plant Sci 58:1029- 1034.

Garris AJ, Thomas HT, Jason C, Steve K, Susan MC. 2004. Genetic structure and diversity in Oryza sativa L. Genetics 169:1631-1638.

Gomez AA, Gomez KA. 1983. Multiple Cropping in the Humid Tropics of Asia. Ottawa Int. Dev. Res. Cent.

Harsanti L, Hambali, Mugiono. 2003. Analisis daya adaptasi 10 galur mutan padi sawah di 20 lokasi uji daya hasil pada dua musim. Zuriat 14: 1-7.

Herawati R, Purwoko BS, Khumaida N, Dewi IS, Abdullah B. 2008. Pembentukan galur haploid ganda padi gogo dengan sifat-sifat tipe baru melalui kultur antera. Bul Agron 36 (3):181-187.

Herawati R, Purwoko BS, Dewi IS. 2009. Keragaman genetik dan karakter agronomi galur haploid ganda padi gogo dengan sifat-sifat tipe baru hasil kultur antera. J Agron Indonesia 37 (2):87-94.

Herawati R, Purwoko BS, Dewi IS. 2010. Characterization of doubled haploid derived from anther culture for new type upland rice. J Agron Indonesia

38(3): 170-176

[IRRI] International Rice Research Institute. 1996. Standard Evaluation System for Rice. Manila: International Rice Research Institute.

77

Jagau Y. 2000. Fisiologi dan pewarisan sifat efisiensi nitrogen dalam keadaan tercekam Al pada padi gogo. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[Kemtan] Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2011. Peraturan Mentan No. 61/Permentan/OT.140/10/2011. [terhubung berkala]. http://www.litbang. deptan.go.id/regulasi/one/19/file/PERMENTAN_No 61PermentanOT.pdf. [8 Okt 2012].

[Kemtan] Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2012. Luas panen, produktivitas dan produksi padi ladang, tahun 2011 / ATAP. [terhubung berkala].http://tanamanpangan.deptan.go.id/index.php/statistik/komoditas. html [8 Okt 2012].

Kristamtini et al. 2012. Keragaan vegetatif beberapa plasma nutfah padi lokal DIY. [terhubung berkala]. http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/index.php. [13 Des 2012].

Kush GS. 2000. New plant type of rice for increasing the genetic yield potential. Di dalam: Rice Breeding and Genetics. New Hampshire: Science Publisher. Inc.

Las I, Widiarta IN, Suprihatno B. 2004. Perkembangan varietas dalam perpadian nasional. Hal 1-25.

Lin CS, Binns MR, Levkovitch LP. 1986. Stability analisis : where do we stand.

Crop Science Vol. 26 : 894-900.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan, dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi kedua. Bogor: IPB Press.

Manurung SO dan Ismunadji M. 1988. Morfologi dan fisiologi padi. Di dalam: Ismunadji M, Partohardjono S, Syam M, Widjono A, editor. Padi Buku 1. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. hlm 55-102.

Nasrullah. 1981. A modified procedure for identifying varietal stability. Agric Sci

3 (4):153–159.

Poehlman JM, Sleper DA. 1995. Breeding Field Crops4th edition. Ames.USA: Iowa State University Press.

Purwoko BS. 2004. Pengunaan spermin dalam regenerasi tanaman pada kultur antera beberapa aksesi padi gogo. Bul Agron 32 (2):21-24.

Puslitbang Tanaman Pangan. 2012. Peningkatan produksi padi menuju 2020. [terhubung berkala]. http://pangan.litbang.deptan.go.id/index.php?bawaan =download/download_detail&&id=35.html [8 Okt 2012].

Ramli M. 2000. Ketahanan dan dinamika ketahanan selama pertumbuhan beberapa genotipe padi terhadap blas daun dan blas leher malai. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rusdiansyah. 2006. Identifikasi padi gogo dan padi sawah lokal asal Kecamatan Sembakung dan Sebuku Kabupaten Nunukan. Proyek FORMACS-CARE Internasional Indonesia-Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda. Samarinda.

Safitri H. 2010. Kultur antera dan evaluasi galur haploid ganda untuk mendapatkan padi gogo tipe baru. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Safitri H, Purwoko BS, Wirnas D, Dewi IS, Abdullah B. 2010. Daya kultur antera beberapa persilangan padi gogo dan padi tipe baru. J Agron Indonesia 38 (2):81-87.

Sasmita P. 2006. Karakterisasi dan evaluasi padi gogo haploid ganda hasil kultur antera terhadap naungan. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sasmita P. 2007. Aplikasi Teknik Kultur Antera pada Pemuliaan Tanaman Padi.

Apresiasi Hasil Penelitian Padi. Sukamandi: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. hlm 595-609.

Satoto, Utomo STW, Widyastuti Y, Rumanti IA. 2009. Usulan pelepasan varietas padi hibrida H45, H47, H64, H68 dan H78. [Makalah pada Sidang Pelepasan Varietas]. Subang : Balai Besar Penelitian Padi.

Singh RK, Chaudhary BD. 1985. Biometrical Methods in Quantitative Genetical Analysis. New Delhi: Kalyani Publication. hlm 54-57.

Siregar H. 1981. Budidaya Tanaman Padi. Jakarta : Sastra Hudaya.

Soemartono. 1993. Pewarisan sifat komponen hasil padi gogo (Oryza sativa L.).

Ilmu Pertanian 5(2):613-622.

Sulaeman DD. 2012. Analisis stabilitas hasil dan keragaan galur galur padi gogo hasil kultur antera. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sumertajaya IM. 1998. Perbandingan model AMMI dan regresi linier untuk menerangkan pengaruh interaksi percobaan lokasi ganda. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Intitut Pertanian Bogor.

79

Sumertajaya IM. 2007. Analisis statistik interaksi genotipe dengan lingkungan. Bogor: Departemen Statistik, Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor.

Suparto H. 1999. Evaluasi ketenggangan padi gogo terhadap cekaman aluminium dan efisiensi penggunaan nitrogen. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suprihatno B, Daradjat AA, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, Setyono A, Indrasari SD, Wardana IP, Sembiring H. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Syakhril. 1997. Evaluasi reaksi galur-galur padi gogo terhadap cekaman aluminium dan kekurangan nitrogen. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Trikoesoemaningtyas. 2002. Fisiologi dan pewarisan sifat efisiensi kalium dalam keadaan tercekam aluminium pada padi gogo (Oryza sativa L.). [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tripathi KK, Ranjini W, Govila OP, Vibha A. 2011. Biologi of Oryza sativa L (Rice). Department of Biotechnology Ministry of Science and Technology & Ministry of Environment and Forest Goverment of India. hlm 62.

Vaughan DA, Morishimay H, Kadowaki K. 2003. Diversity in the Oryza genus. Current Opinion. Plant Biology 6:139–146

Vergara BS, Gomez KA, Visperas RM, Salivas E. 1973. Characteristic of Upland Rice. IRRI Saturday Seminar. April 1973. 19p.

Wirnas D. 1999. Evaluasi ketenggangan padi gogo terhadap cekaman aluminium dan efisiensi penggunaan hara kalium. [tesisi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Zen S. 1995. Heritabilitas, korelasi genotipik dan fenotipik karakter padi gogo.

81

83

Lampiran 1 Asal persilangan galur-galur padi gogo yang digunakan

Galur Asal Persilangan Tujuan persilangan Peneliti Tahun III3-4-6-1 I5-10-1-1 Tetua toleran Al SGJT-28, SGJT-36

Tetua unggul padi

Fatmawati dan Way Rarem

Hasil tinggi toleran Al Reny Herawati et al. 2008 O18-b-1 B13-2e Tetua toleran Al Krowal (KR), Grogol (GR), Sigundil(SG)

Tetua unggul padi gogo Gajah Mungkur (GM) Jatiluhur (JT) Hasil tinggi toleran Al Bambang Sapta Purwoko et al. 2003 WI-44 IW-67 IW-56 GI-7 IG-19 IG-38

WI = asal persilangan Way Rarem/ITA-247, IW = resiprok persilangan Way Rarem/ITA-247

GI = asal persilangan Gajah Mungkur/ITA-247, IG = resiprok persilangan Gajah Mungkur/ITA-247 Padi lahan kering toleran naungan Priatna Sasmita et al. 2001

Lampiran 2 Silsilah dan deskripsi tetua galur-galur padi gogo yang digunakan

Genotipe Silsilah Deskripsi Krowal Varietas lokal

asal Lumajang, Jawa Timur

Peka Al di lapang (Syakhril 1997) tenggang Al dan efisien dalam penggunaan N pada kultur hara (Suparto 1999, Jagau 2000) dan efisien

penggunaan K dalam keadaan tercekam Al (Trikoesoemaningtyas 2002, Wirnas 1999) Sigundil Varietas lokal

asal Gresik, Jawa Timur

Tenggang terhadap Al pada kultur hara (Jagau 2000), pada percobaan pot dan di lapang (Suparto 1999), efisien penggunaan K (Wirnas 1999), sangat tahan blas daun ras IG-1 dan 173, peka blas leher malai ras IG-1 dan 173 (Ramli 2000) Grogol Varietas lokal

asal Bantul, DI. Yogyakarta

Tenggang terhadap Al di lapang (Farid 1997) dan di kultur hara (Jagau 2000) dan efisien dalam penggunaan N (Suparto 1999) tahan blas daun dan leher malai dari inokulum alami (Farid 1997) Jatiluhur Varietas unggul

nasional asal persilangan Tox

1011//Ranau

Agak tenggang terhadap Al dan efisien K pada kultur hara (Trikoesoemaningtyas 2002, Wirnas 1999), hanya tahan blas daun dari inokulum alami (Farid 1997) tahan blas ras IG-1 dan 173 (Ramli 2000), tenggang naungan, daya hasil tinggi (2.2-3.5 t/ha) Gajah Mungkur Varietas nasional introduksi Kenya

Tenggang kekeringan, sangat tahan blas daun ras IG-1, tahan blas malai ras IG-1, blas daun dan leher malai ras 173 (Ramli 2000) dan berdaya hasil tinggi (2.5 t/ha)

SGJT-28 SGJT-36 Tanaman doubled- haploid (DH) hasil persilangan Sigundil dan Jatiluhur

SGJT-28 sangat tenggang Al, SGJT-36 tenggang Al (Bakhtiar 2007)

85

Lampiran 3 Deskripsi Varietas Padi Gogo

1. Batutegi

Nomor seleksi : TB154E-TB-2

Asal persilangan : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15

Golongan : Cere

Umur tanaman : 112 – 120 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 120 – 128 cm Anakan produktif : 8 – 12 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Mendatar Bentuk gabah : Bulat sedang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 22. 3% Bobot 1000 butir : 25 g Rata-rata hasil : 3.0 t/ha Potensi hasil : 6.0 t/ha Ketahanan terhadap

Penyakit : Tahan terhadap blas daun, blas leher, bercak daun coklat

Cekaman lingkungan : Agak toleran terhadap keracunan Al, dan bereaksi moderat terhadap kekeringan

Anjuran tanam : Baik dibudidayakan pada lahan kering subur dan lahan kering Podzolik Merah Kuning (PMK) dengan tingkat keracunan alumunium sedang, dari dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.

Pemulia : E. Lubis, M. Diredja, W. S. Ardjasa, B. Kustianto dan Suwarno.

Teknisi : Tusrimin, Sularjo, Gusnimar dan Ade Santika Alasan utama dilepas : Padi gogo, hasil tinggi, tahan blas, mutu beras baik,

nasi pulen Dilepas tahun : 2001

2. Way Rarem

Nomor seleksi : -

Asal persilangan : IR83/Carreon/B981k Golongan : Cere (Indica)

Umur tanaman : 100 – 110 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 95 – 100 cm Anakan produktif : sedang Warna kaki : Ungu

Warna batang : Bergaris ungu Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak-miring Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Bulat besar Warna gabah : Kuning kotor Kerontokan : Tahan

Kerebahan : -

Tekstur nasi : Pera Kadar amilosa : 27.0% Bobot 1000 butir : 28 g

Potensi hasil : 3.0- 4.0 t/ha gabah kering Ketahanan terhadap

Penyakit : Tahan terhadap blast (Pyricularia oryzae) dan bercak coklat (Helminthosporium oryzae)

Cekaman lingkungan : Cukup toleran terhadap keracunan Al dan toleran terhadap keracunan Fe

Penciri : Muka daun licin, warna gabah kuning

Baik untuk padi lahan kering (padi gogo) sampai ketinggian 500 mdpl

Pemulia : E. Lubis, M. Diredja, Soecipto Kr. Dilepas tahun : 1994

87

3. Gajah Mungkur

Nomor seleksi : IRAT 112

Asal persilangan : Introduksi dari Kenya Golongan : Cere, kadang berbulu Umur tanaman : 90 – 95 hari

Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 90 – 100 cm

Anakan produktif : Sedang (6-8 batang) Warna kaki : Hijau tua

Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Hijau

Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau

Muka daun : Licin

Posisi daun : Tegak-miring Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Medium

Warna gabah : Kuning keemasan Kerontokan : Agak tahan

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : - Kadar amilosa : 23.20% Bobot 1000 butir : 36 g

Potensi hasil : 2.5 t/ha gabah kering Ketahanan terhadap

Penyakit : Tahan terhadap blast (Pyricularia oryzae) Cekaman lingkungan : Cukup toleran terhadap kekeringan

Penciri : Muka daun licin, warna gabah kuning keemasan Baik ditanam sebagai padi gogo di daerah beriklim kering

Pemulia : Z. Harahap, Erwina Lubis, Murdani D. Dilepas tahun : 1994

4. Jatiluhur

Nomor seleksi : -

Asal persilangan : Tox 1011/Ranau Golongan : Cere (Indica) Umur tanaman : 110 – 115 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 95 – 100 cm

Anakan produktif : Sedang (6-8 batang)

Warna kaki : Ungu

Warna batang : Bergaris ungu Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau tua

Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak-miring Daun bendera : Miring Bentuk gabah : Bulat besar Warna gabah : Kuning kotor Kerontokan : Agak tahan

Kerebahan : -

Tekstur nasi : Pera Kadar amilosa : 27.60% Bobot 1000 butir : 27 g

Potensi hasil : 2.5 – 3.5 t/ha gabah kering Ketahanan terhadap

Penyakit : Tahan terhadap blast (Pyricularia oryzae) Cekaman lingkungan : Toleran naungan

: Baik untuk padi lahan kering (gogo) sampai ketinggian 500 mdpl

Pemulia : Erwina Lubis, Murdani Direja, Suwarno, Susanto Tw. Dan Hadis S.

89

5. Fatmawati

Nomor seleksi : BP364B-MR-33-3-PN-5-1 Asal persilangan : BP68C-MR-4-3-2/Maros

Golongan : Cere

Umur tanaman : 105 – 115 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 95 – 110 cm Anakan produktif : 8 – 14 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau tua Muka daun : Berbulu halus Daun bendera : Tegak

Daun bendera : Tegak, panjang dan lebar Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Jumlah gabah/malai : Lebat (200 – 400 butir gabah per malai) Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Bobot 1000 butir : 29 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 9,0 t/ha Ketahanan terhadap

Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Penyakit : Tahan terhadap penyakit HDB strain III, agak tahan

strain IV, rentan strain VIII

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai sedang (ketinggian 600 m dpl).

Pemulia : B. Abdullah, Soewito T. dan B. Kustianto., Alasan utama dilepas : PTB, malai panjang dan lebat, potensi hasil tinggi Kelemahan : Kehampaan tinggi dan tahan rontok

Lampiran 4 Karakteristik umum lingkungan pengujian

Lokasi Karakteristik

Taman Bogo Lahan kering dengan tingkat kejenuhan Al tinggi pada ulangan I pada pengujian musim pertama.

Lahan kering tegalan.

Natar Lahan kering tegalan.

Sukabumi Lahan sawah dikeringkan dan terdapat rembesan air di permukaannya, lahan berteras sebagai pembeda ulangan.

Indramayu Lahan kering di kelilingi tegakan pohon jati pada musim pengujian pertama.

Lahan kering dengan kontur lahan tidak rata dan berteras pada musim pengujian kedua.

Purworejo Lahan kering hamparan dengan tanah berpasir.

Wonosari Lahan kering dataran rendah sedikit berbatu dan lahan berteras.

Malang Lahan tegalan, terletak di dataran agak tinggi dan lokasi lahan dikelilingi pepohonan pada musim pertama.

Lahan sawah dikeringkan dan terdapat rembesan air di permukaannya, terletak di dataran agak tinggi pada musim kedua.

91

Lampiran 5 Data klimatologi lingkungan pengujian

Lingkungan Bulan/Tahun Curah Hujan (mm/hari) Suhu rata-rata (0C) Radiasi surya (Jm-2)

Taman Bogo November/2010 - - -

Desember/2010 - - - Januari/2011 - - - Februari/2011 - - - Maret/2011 - - - November/2011 - - - Desember/2011 - - - Januari/2012 211.7 27.5 15.6 Februari/2012 161.6 26.7 15.8 Maret/2012 224.2 27.7 16.7 Natar November/2010 224.8 - - Desember/2010 273.7 - - Januari/2011 411.6 - - Februari/2011 173.1 - - Maret/2011 194.2 - - November/2011 142.4 - - Desember/2011 157.9 26.2 14.8 Januari/2012 105.9 26.9 18.3 Februari/2012 254.5 27.6 22.8 Maret/2012 129.3 28.1 22.6 Sukabumi November/2010 - - - Desember/2010 - - - Januari/2011 - 27 - Februari/2011 - 27 - Maret/2011 - 26 - November/2011 13.0 27 - Desember/2011 4.8 28 - Januari/2012 2.6 27 6.5 Februari/2012 1.2 28 6.9 Maret/2012 - 27 4.5

Keterangan: (-) data tidak tersedia

Sumber : BMKG

Lingkungan Bulan/Tahun Curah Hujan (mm/hari) Suhu rata-rata (0C) Radiasi surya (Jm-2) Purworejo November/2010 - - - Desember/2010 - - - Januari/2011 274.0 27 45.6 Februari/2011 208.0 27 48.2 Maret/2011 206.0 26 29 November/2011 - 26 42.1 Desember/2011 - 25 3.2 Januari/2012 - - - Februari/2012 - - - Maret/2012 79.0 26 32 Wonosari November/2010 - - - Desember/2010 - - - Januari/2011 - - - Februari/2011 - - - Maret/2011 - - - November/2011 - - - Desember/2011 178.2 27.1 16.2 Januari/2012 165.4 26.8 14.5 Februari/2012 207.6 26.8 16.6 Maret/2012 - 26.6 19.6 Malang November/2010 - - - Desember/2010 - - - Januari/2011 267.0 - - Februari/2011 89.0 - - Maret/2011 180.0 - - November/2011 174.0 - - Desember/2011 321.0 - - Januari/2012 241.0 - - Februari/2012 195.0 - - Maret/2012 292.0 - -

ABSTRACT

ADIN AFIYATA. Yield Stability Evaluation of Upland Rice Lines from Anther Culture for Two Seasons.Under direction of BAMBANG SAPTA PURWOKO as chairman, ISWARI SARASWATI DEWI and MUHAMAD SYUKUR as members of the advisory committee.

The objective of this research was to study the adaptation and yield stability of upland rice lines obtained from anther culture. Ten lines of upland rice obtained from anther culture and two check varieties (Way Rarem and Batutegi) were evaluated for their potential yield in seven different locations in the rainy season 2010/2011 and 2011/2012. In each location, the design was Randomized Complete Block Design with four replications. The method of Francis & Kannenberg, Finlay & Wilkinson, Eberhart & Russel, and AMMI (Additive Main Effect Multiplicative Interaction) were used to analyze the adaptation and yield stability. WI-44 line achieved the highest yield average (4.88 ton ha-1), higher than Batutegi and not significantly different from Way Rarem and has the highest potential yield (10.28 ton ha-1) in Malang in the second season. IW-67 yielded an average of 4.53 ton ha-1, not significantly different from Batutegi and has potential yield (9.09 ton ha-1) in Malang in the second season. WI-44 line has a superior yield average in seven environment. WI-44, IW-67 and IW-56 lines have an ability to adapt in optimal environments. I5-10-1-1, GI-7 and O18-b-1 were adapted in the marginal environments with yield above the average of the genotype tested.

RINGKASAN

ADIN AFIYATA. Uji Stabilitas Galur-Galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera Selama Dua Musim. Dibimbing oleh BAMBANG SAPTA PURWOKO sebagai ketua, ISWARI SARASWATI DEWI dan MUHAMAD SYUKUR sebagai anggota komisi pembimbing.

Ketahanan pangan menjadi penting sebagai salah satu faktor penjamin stabilitas nasional. Peningkatan produksi padi ditempuh melalui usaha pengembangan padi pada lahan kering. Program pemuliaan tanaman pengembangan padi gogo dipilih sebagai salah satu usaha potensial pemanfaatan lahan kering. Teknologi kultur antera dilaporkan mampu mempersingkat waktu untuk mendapatkan galur homozigot fertil.

Stabilitas adalah kemampuan tanaman untuk mempertahankan daya hasil terhadap perubahan kondisi lingkungan. Uji multilokasi sebagai uji adaptabilitas merupakan suatu tahapan penting sebelum varietas dilepas dan hasil uji multilokasi diharapkan dapat diperoleh genotipe-genotipe yang dapat beradaptasi baik di lingkungan tertentu dan berdaya hasil stabil pada beberapa lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur padi gogo yang memiliki potensi hasil tinggi dan stabil pada lingkungan yang luas. Pengujian dilaksanakan di tujuh lokasi selama dua musim hujan (MH) 2010/2011 dan 2011/2012. Lokasi pengujiannya yaitu : Taman Bogo dan Natar – Lampung, Sukabumi dan Indramayu – Jawa Barat, Purworejo – Jawa Tengah, Wonosari – DI Yogyakarta, dan Malang – Jawa Timur.

Bahan pengujian ialah 12 genotipe, yang terdiri atas 10 galur harapan padi gogo hasil kultur antera dan dua varietas pembanding. Sepuluh galur harapan padi gogo tersebut ialah III3-4-6-1, I5-10-1-1, WI-44, GI-7, O18-b-1, IW-67, IG-19, IG-38, IW 56, B13-2e dan varietas pembandingnya adalah Batutegi dan Way Rarem. Pelaksanaan pengujian di tiap lokasi menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak empat kali. Satuan percobaan berupa petakan lahan berukuran 4 m x 5 m, sehingga tiap lokasi terdiri atas 48 satuan percobaan. Pengujian stabilitas menggunakan empat metode yaitu Francis & Kanennberg, Finlay & Wilkinson, Eberhart & Russel, dan AMMI.

Pengujian di tujuh lokasi selama dua musim menunjukkan, galur WI-44 memiliki rata-rata produktivitas paling tinggi (4.88 ton ha-1) lebih tinggi dibanding Batutegi dan tidak berbeda nyata dari Way Rarem dengan potensi produktivitas mencapai 10.28 ton ha-1 pada lingkungan Malang musim ke dua. Galur IW-67 memiliki rata-rata produktivitas (4.53 ton ha-1) tidak berbeda nyata dengan Batutegi dan memiliki potensi produktivitas (9.09 ton ha-1) pada lingkungan Malang musim ke dua. Produktivitas gabah kering giling rata-rata galur WI-44 unggul di tujuh lingkungan, I5-10-1-1 unggul di empat lingkungan dan IW-67 unggul di dua lingkungan. Galur WI-44, IW67 dan IW-56 merupakan galur-galur yang peka terhadap perubahan lingkungan dan beradaptasi khusus pada lingkungan optimal. Galur-galur I5-10-1-1, GI-7 dan O18-b-1 merupakan galur yang mampu beradaptasi pada lingkungan marginal dan memiliki rata-rata produktivitas yang lebih tinggi dibanding rata-rata lingkungannya.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penjamin stabilitas nasional. Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Konsumsi beras tahun 2011 139 kg/kapita (Puslitbang Tanaman Pangan 2012) dan perkiraan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 sebesar 241 juta jiwa (BPS 2012) memerlukan ketersediaan beras yang mencukupi. Dengan laju pertumbuhan penduduk 1.49% (BPS 2012), kebutuhan akan beras meningkat. Tingginya tingkat konsumsi beras dan terbatasnya produksi padi nasional dapat menurunkan ketahanan pangan nasional.

Data Kementerian Pertanian (2012) menunjukkan produksi padi tahun 2011 sebesar 66.76 juta ton dengan produktivitas 4.98 ton ha-1. Kontribusi padi gogo terhadap produksi padi nasional hanya sebesar 4.84% (3.23 juta ton). Produksi padi nasional masih belum mencukupi kebutuhan beras penduduk Indonesia.

Kendala dalam mempertahankan ketahanan pangan antara lain ialah adanya konversi lahan optimal bagi budidaya tanaman pangan terutama lahan

Dokumen terkait