• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Cagar Budaya

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i Kata Pengantar ...ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang  1 B. Tujuan dan Sasaran  2 C. Keluaran  3

D. Ruang Lingkup  5

E. Sistematika Penulisan  6

BAB II : LANDASAN TEORI  7

BAB III : METODOLOGI

A. Kerangka Pemikiran  15 B. Metode  17

BAB IV : RENCANA KERJA

A. Susunan Dan Struktur Tim Penyusun  21 B. Rencana Dan Jadwal Kerja  21

BAB V : PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kegiatan  23 B. Hasil Pembahasan  26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap daerah memiliki karakteristik khas yang menjadi konteks dan corak pengembangan wilayah dan masyarakatnya. Karakteristik lahir dari berbagai unsur yang secara genuin menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu daerah dan penghuninya. Sejarah sosial misalnya memberi corak yang kental dalam perkembangan wilayah dan sosial yang umumnya tidak terlalu jauh berbeda dengan konstruk sebelumnya. Hal ini karena sejarah besifat historis yang berubah dan berkembang paralel dengan kondisi awal baik dalam perubahan evolutif ataupun revolutif.

Realitas sejarah bisa dipotret dari aneka peninggalan masa lalu

baik berupa benda, bangunan, atau struktur. Ketiganya

merepresentasikan eksistensi sosial di masa lalu yang apabila dikelola secara produktif memiliki kontribusi besar terhadap realitas kekinian. Oleh karena potensi kontribusi besar tersebut maka pengelolaan benda, struktur, dan bangunan layak dilakukan secara serius bagi sebuah

komunitas sosial dan politik untuk kepentingan peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Kabupaten Cilacap merupakan daerah dengan penduduk dan luas wilayah terbilang luas di Jawa Tengah. Apabila ditipologikan, wilayah Cilacap bisa kelompokkan dalam 3 kategori budaya yang relatif berbeda, yaitu budaya industri, pertanian pesisir, dan perkebunan yang kental dengan tradisi pasundan. 3 (tiga) sub kultur ini secara historis memiliki akar yang berbeda sehingga memunculkan kontruk sosial yang juga berbeda. Keunikan ini menjadi pembentuk masyarakat Cilacap yang egaliter, demokratis, dan berorientasi kepada budaya-budaya populisme.

Realitas di atas bisa dilihat dari corak peninggalan-peninggalan masa lalu yang menggambarkan budaya dan tradisi yang variatif. Di wilayah Cilacap bagian timur misalnya peninggalan budaya didominasi oleh benda, struktur, dan bagunan yang sarat dengan nuansa religiusitas terutama makam. Sementara di Cilacap bagian barat peninggalan relatif banyak berupa benda-benda pusaka sebagai bagian khas dalam tradisi masyarakat Pasundan.

Namun demikian, aneka peninggalan tersebut saat ini masih berserak dan pegelolaannya bersifat sporadis. Pola ini menjadikan peninggalan yang bernilai sejarah belum bisa didayagunakan untuk kepentingan lebih besar dalam ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan sejarah. Secara tradisional, pemanfaatan peninggalan bernilai sejarah tersebut lebh pada fungsi-fungsi agama dan kepariwisataan. Dua fungsi ini relatif produktivitasnya tidak sebanding dengan nilai yang dimiliki oleh peninggalan-peninggalan masa lalu. Hal ini karena fungsi agama berorientasi kepada peribadatan yang kurang mendorong kepada peningkatan produktivitasan. Sementara fungsi kepariwisataan lebih bersifat relaksatif. Fungsi produktif bisa diperankan apabila peninggalan

tersebut didayagunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan,

Dalam konteks peningkatan pendayagunaan benda, struktur, dan bangunan cagar budaya yang berorientasi produktif inilah Rancangan Peraturan Daerah ini disumuska. Harapannya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang secara tidak langsung didukung oleh pemahaman yang reatif komprehensif atas situasi sosial, sejarah, dan kewilayahan. Konteks ini pula yang kemudian menjadikan cagar budaya sebagai hal yang strategis bagi upaya menciptakan peradaban dan kehidupan sosial yang lebih produktif.

Naskah akademik membagi kajian kebijakan cagar budaya dalam 4

(empat) bidang, yaitu identifikasi persoalan cagar budaya,

pendayagunaan cagar budaya, partisipasi masyarakat, dan sanksi. Keempat bidang kajian ini secara interaktif akan memberikan gambaran secara utuh perencanaan pengelolaan dan pendayagunaan cagar budaya di kabupaten Cilacap di masa yang akan datang. Spirit yang dikembangkan melalui naskah akademik ini adalah produktivitas, partisipasi, efisisensi, dan keterbukaan.

B. Tujuan dan Sasaran

Penyusunan laporan akhir ini bertujuan sebagai berikut:

1. Merekam seluruh proses penyusunan naskah akademik Raperda Cagar Budaya terutama diskusi Tim Ahli dan Badan Lesgislasi Daerah DPRD Kab. Cilacap untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

2. Mendokumentasi seluruh ide, gagasan, masukan, dan kritik dari berbagai pihak pemangku kepentingan di Kabupaten Cilacap serta upaya memformulasikannya dalam bentuk klausul-kalusul peraturan atau kebijakan publik. Melalui proses itu diharapkan publik bisa memahami dan menerima secara sosial dan politik produk kebijakan publik yang diterbitkan.

3. Menyediakan dokumen pendukung bagi kebijakan publik yang

sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai alat untuk menelusuri kebijakan (policy tracking) secara historis, sosiologis dan filosofis. 4. Menyediakan narasi-narasi sosiologis, yuridis, dan filosofis atas setiap

pilihan kebijakan yang diterbitkan.

Sasaran laporan akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Badan Legislasi Daerah sebagai pihak yang merepresentasikan inisiasi Raperda Cagar Budaya.

2. Pemerintah Daerah sebagai eksekutif sekaligus mitra bagi DPRD Kab. Cilacap.

3. Para pemangku kepentingan terutama pelaku dan pemerhati budaya, kelompok-kelompok agama, pelaku wisata, lembaga pendidikan dan penelitian.

C. Keluaran

1. Laporan Pendahuluan; merupakan dokumen yang menggambarkan

proses penyusunan naskah akademik pada tahap paling awal. Pada tahap ini lebih pada upaya menemukan titik temu atas pandangan-pandangan empiris dari Balegda DPRD Kab. Cilacap dengan idealitas teoretik dari Tim Ahli. Pada dokumen ini fokus yang dinarasikan adalah identifikasi persoalan yang menjadi dasar bagi inisiatif Balegda DPRD Kab. Cilacap mengusulkan Raperda Cagar Budaya. Identifikasi

ini kemudian disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan

teoretik, hirarki regulasi, dan dinamika sosial masyarakat. Identifikasi menyangkut 4 (empat) persoalan krusial, yaitu optimalisasi pendayagunaan cagar budaya, penetapan kriteria cagar budaya, penertiban, dan revitalisasi cagar budaya.

2. Laporan Akhir; merupakan dokumen yang merekam seluruh proses penyusunan naskah akademik baik dari sisi substansi maupun tahapan teknisnya. Dari sisi substansi dinaraskan terkait dengan metode dan teori yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik. Sementara dari sisi teknis dijelaskan tahapan-tahapan yang dilalui dalam penyusunan naskah akademik hingga diterbitkan draft secara utuh. Selain dua hal tersebut, dalam laporan akhir juga dijelaskan prinsip-prinsip pengaturan dalam Raperda Cagar Budaya. Hal ini untuk memberikan gambaran secara lebih utuh terkait cakupan pengaturan Raperda.

3. Naskah Akademik; merupakan dokumen induk Raperda Cagar

Budaya. Secara prinsip, naskah akademik memberikan gambaran draft Raperda dalam 5 (lima) pokok bahasan, yaitu identifikasi serta tujuan raperda, kajian teoretik dan empiris keberadaan cagar budaya di kabupaten Cilacap, kajian cagar budaya dalam perspektif filosofis, sosiologis, dan yuridis, kajian undang-undang dan peraturan terkait dan arah jangkaun pengaturan yang secara spesifik akan dilakukan di kabupaten Cilacap. Naskah akademik ini memberi penjelasan secara kolaboratif antara prinsip-prinsip akademik (fiosofis, sosiologis, dan yuridis) dengan aspek empirik. Kajian kolaboratif ini kemudian memberi ruang bagi upaya pengaturan yang diproyeksikan untuk meningkatkan dan mengakselerasi pengelolaan dan pendayagunaan cagar budaya di kabupaten Cilacap.

4. Rancangan Peraturan Daerah; merupakan dokumen yang berisi draft rumusan kebijakan dalam bentuk klausul yang rinci. Perincian dilakukan dalam bentuk bab dan pasal yang secara korelatif merupakan turnan dari kajian akademik. Rumusan kalusul bersifat teknis dan relatif bisa diaplikasikan secara konkret sebagai kebijakan publik.

5. Notulasi; merupakan dokumen yang merekam proses diskusi pada forum brainstrming antara Tim Ahli dan Balegda DPRD Kab. Cilacap serta pertemuan public hearing. Melalui dokumen ini pada titik tertentu bisa digunakan untuk mengecek dan mengklarifikasi atas masukan atau aspirasi yang kemungkinan belum terakomodasi atau

berbeda dengan rumusan-rumusan teknis yang tersusun. Notulasi menjadi alat untuk mengklarifikasi kebijakan publik sehingga pada akhirnya kebijakan publik memiliki tingkat resepsi yang tinggi dan akuntabilitas publik yang terjaga.

D. Ruang Lingkup

1. Tujuan Cagar Budaya; fungsi utama cagar budaya adalah sebagai perekaman jejak eksistensi kehidupan sosial dan fisik di masa lalu. Melalui pemahaman yang utuh, masyarakat saat ini dapat mengelola kehidupan secara lebih cerdas dan produktif. Memahami cagar

budaya tidak sekedar “peninggalan”, namun sebagai representasi

kehidupan masa lalu. Oleh karena itu cagar budaya harus didayagunakan lebih luas dari sekedar kegiatan sosial dan keagamaan tetapi mengarah pada ilmu pengetahuan dan pendidikan.

2. Kriteria Cagar Budaya; tidak semua benda, bangunan, dan struktur masa lalu bisa dijadikan atau ditetapkan sebagai cagar budaya. Cagar budaya memiliki kriteria tertentu terutama terkait dengan kemungkinan dijadikan sebagai intrumen untuk didayagunakan bagi kemanfaatan masyarakat yang luas. Pertimbangan penetapan kriteria adalah bahwa benda, struktur, dan bangunan yang ada memiliki nilai yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran yang tinggi kepada masyarakat. Dengan pertimbangan kriteria tersebut maka fungsi cagar budaya sebagai salah satu upaya meningkatkan peradaban, kesejahteraan, dan produktivitas masyarakat dapat tercapai.

3. Partisipasi Masyarakat; cagar budaya sebagai peninggalan sejarah

penting melibatkan masyarakat sebagai hakikat pemiliknya.

Partisipasi masyarakat terutama terkait dengan upaya menemukan benda, struktur, dan bangunan yang diduga cagar budaya. Masyarakat diberi ruang yang cukup untuk menemukan benda, struktur, dan bangunan yang diduga cagar budaya. Selain itu juga dalam hal pengelolaan dan pendayagunaan cagar budaya.

4. Penetapan Cagar Budaya; benda, struktur, dan bangunan yang memiliki dan memenuhi kriteria ditetapkan sebagai cagar budaya. Selanjutnya, cagar budaya yang telah ditetapkan dimanfaatkan dan didayagunakan untuk mendukung tujuan terciptanya masyarakat yang produktif, sejahtera dan beradab. Untuk mendukung ini maka cagar budaya diarahkan pengelolaan dan pendayagunaannya pada bidang-bidang yang memiliki prospek produktif, yaitu bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan sejarah sebagai akselerasi pemanfaatan cagar budaya yang selama ini lebih pada fungsi keagamaan dan sosial.

5. Sanksi; ruang lingkup ini dimasukkan sebagai upaya antisipasi terhadap tindakan-tindakan yang dapat merusak, mengurnagi nilai, dan menghilangkan cagar budaya baik secara fisik maupun non fisiknya. Sanksi juga diterapkan sebagai respon atas munculnya

kecenderungan tindakan vandalisme dan pragmatisme ekonomi terutama atas benda-benda cagar budaya.

E. Sistematika Penulisan

Pembahasan dilakukan secara deduktif yang diawali dari pernyataan umum kemudian diakhiri dengan penyataan-pernyataan kasuistik. Pendekatan deduktif ini tergambar pada distribusi masing-masing bab di mana urutannya dibuat berbadasr sifat keumuman atau kekhususannya.

Laporan ini terdiri dari 5 (lima) bab. Bab I merupakan bahasan yang mendeskripsikan tentang desain laporan. Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Keluaran, Ruang Lingkup, Sistematika Penulisan.

Bab II berisi landasan teori yang digunakan dalam menyusun Naskah Akademik. Bab ini berisi argumen-argumen teoretis yang digunakan untuk memberi landasan bagi konsep-konsep strategis dalam Naskah Akademik.

Bab III berisi metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan. Sub-sub bahasannya adalah Kerangka Pemikiran, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, dan Metode Analisis.

Bab IV adalah Rencana Kerja yang terdiri dari Susunan dan Struktur Tim Penyusun dan Jadwal Kegiatan.

Bab V adalah pelaksanaan kegiatan dan pembahasan. Bab ini memberi penjelasan tentang proses pembahasan Naskah Akademik dari tahap awal persiapan hingga finalisasi.

BAB II

Dokumen terkait