• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Dakwah dan Tinjauannya

20 BAB II

seruan, undangan, agar seseorang mengikuti atau menyeru dengan tujuan untuk mendorong seorang.3

Dengan demikian, dakwah secara bahasa mempunyai makna bermacam-macam, antara lain:4

a. Memanggil dan menyeru, seperti dalam firman Allah dalam surah Yunus ayat 25:

ٍمْيِّقَتْسُّم ٍطاَرِّص لىِّا ُءٰۤاَشَّي ْنَم ْيِّدْهَ يَوۚ ِّم لَّسلا ِّراَد لىِّا ٓاْوُعْدَي ُ هللّاَو

“Allah menyeru (manusia) ke Dārussalām (surga) dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki menuju jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). (QS. Yunus [10]: 25).

b. Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif ataupun negatif.

c. Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran atau agama tertentu.

d. Do’a (permohonan kepada Allah SWT).

e. Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da'a bi as-syai' yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan ataupun minuman.

Pengertian dakwah secara istilah menurut Syekh Ali Mahfudz yaitu proses pemberian motivasi untuk melakukan pesan dakwah (ajaran Islam), sebagai upaya membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kepada perbuatan munkar supaya mereka mendapat kebahagiaan di

3 Tomi Hendra dan Siti Saputri, “Dinamika Dakwah Dalam Perspektif Komunikasi,”

Jurnal Hikmah, vol.13, no.2 (2019): h.264-265.

4 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 6-7.

dunia dan akhirat. Definisi ini menawarkan penjelasan bahwa dakwah sebagai proses mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.5 Dikuatkan lagi dengan pendapat Prof. Dr.

Hamka, menurutnya dakwah adalah seruan atau panggilan dalam menganut suatu pendirian yang berpengaruh positif dengan subtansi terdapat pada kegiatan yang memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar.6

Pengertian dakwah dari segi bahasa dan definisi para ahli sebagaimana disebutkan di atas memiliki padanan dengan istilah-istilah yang lain antara lain: Tablig, Khutbah, Nashihah, Tabsyir wa Tandzir, Washiyyah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan Tarbiyah wa Ta’lim. Masing-masing istilah ini berasal dari bahasa Arab yang telah menjadi istilah agama Islam dan sebagian telah populer dalam masyarakat muslim.7

2. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah terdiri dari pelaku dakwah, penerima dakwah, materi dakwah, media dakwah, metode dakwah dan efek dakwah. Adapun penjelasan dari beberapa unsur dalam dakwah adalah sebagai berikut:

a. Da’i (pelaku dakwah)

5 Tomi Hendra, “Profesionalisme Dakwah Dalam Pemberdayaan Masyarakat,”

Jurnal At-Taghyir : Jurnal Ilmu Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Desa, vol.1, no.1 (2018): h.7.

6 Tomi Hendra dan Siti Saputri, “Dinamika Dakwah Dalam Perspektif Komunikasi,”

Jurnal At-Taghyir : Jurnal Hikmah, vol.13, no.2 (2019): h.265.

7 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Kencana, 2004), h.17-32.

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah dengan lisan, tulisan ataupun perbuatan, baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Untuk mencapai keberhasilan, pelaku dakwah baik yang secara perorangan maupun kelembagaan, harus mempersiapkan secara matang dalam penguasaan materi, metode, media, dan psikologi.8

b. Mad’u (penerima dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, manusia beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan, yaitu kepada manusia yang belum beragama Islam. Dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam; sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan.9

c. Maddah (materi dakwah)

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da'i kepada mad'u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi Maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Secara garis besar ajaran Islam mencakup tiga aspek pokok dalam kehidupan manusia. Yaitu Akidah, Akhlak dan Syariah.10 Pengklasifikasian

8 Muslimin Ritonga, “Komunikasi Dakwah Zaman Milenial,” Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan (JKPI), vol.3, no.1 (2019): h.68.

9 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, “Manajemen Dakwah” (Jakarta: Kencana, 2006), cet.1, h 23.

10 Daeng Naja, Bekal Bankir Syariah, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), h.94.

pokok ajaran Islam ini didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Umar bin Khattab, yaitu :11

َرَمُع ْنَع باَّطَلخا ِّنْب ٍمْوَ ي َتاَذ مَّلَسَو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِّالله ِّلْوُسَر َدْنِّع ُنَْنَ اَمَنْ يَ ب َلاَق

ُرَ ثَأ ِّهْيَلَع ىَرُ ي َلا ,ِّرْعَّشلا ِّداَوَس ُدْيِّدَش ِّباَيِّهثلا ِّضاَيَ ب ُدْيِّدَش ٌلُجَر اَنْ يَلَع َعَلَط ْذِّإ ْعَ ي َلاَو ِّرَفَّسلا ِّهْيَ تَ بْكُر َدَنْسَأف ,مَّلَسَو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِّهِّبَّنلا َلىِّإ َسَلَج َّتََّح ,ٌدَحَأ اَّنِّم ُهُفِّر

َلاَقَ ف ,ِّمَلاْسِّلإا ِّنَع ْ ِّنِِّْبرْخَأ ُدَّمَُمح َيَ َلاَق َو ,ِّهْيَذِّخَف ىَلَع ِّهْيَّفَك َعَضَوَو ,ِّهْيَ تَ بْكُر َلىِّإ ُالله ىَّلَص ِّالله ُلْوُسَر مَّلَسَو ِّهْيَلَع

اًدَّمَُمح َّنَأ َو ُالله َّلاِّإ َهَل ِّإَلا ْنَأ َدَهْشَت ْنَأ ُمَلاْسِّلإَا

َتْعَطَتْسا ِّنِّإ َتْيَ بْلا َّجَُتحَو ,َناَضَمَر َمْوُصَتَو ,َةاَكَّزلا َ ِّتِْؤُ تَو ,َةَلاَّصلا ُمْيِّقُتَو ,ِّالله ُلْوُسَر َلاَق .ًلاْيِّبَس ِّهْيَلِّإ َتْقَدَص

لَق َجَع َ ف ,ِّناَْيمِّلإا ِّنَع ْ ِّنِِّْبرْخَأَف َلاَق .ُهُقِّهدَصُيَو ُهُلَ ئْسَي ُهَل اَنْ ب

ْنَأ َلاَق َنِّمْؤُ ت

ِّهِّْيرَخ ِّرْدَقْلِّبا َنِّمْؤُ ت َو ,ِّرِّخلآا ِّمْوَ يْلاَو ,ِّهِّلُسُرَو ,ِّهِّبُتُكَو ,ِّهِّتَكِّئَلاَمَو ,ِّللهِّبا

َع ْ ِّنِِّْبرْخَأَف َلاَق .َتْقَدَص َلاَق .ِّهِّهرَش َو ُهاَرَ ت َكَّنَأَك َالله َدُبْعَ ت ْنَأ َلاَق ,ِّناَسْحِّلإا ِّن

َكاَرَ ي ُهَّنِّإَف ُهاَرَ ت ْنُكَت َْلَ ْنِّإَف

Umar bin Al-Khattab meriwayatkan, “Pada suatu hari ketika kami berada di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba datang kepada kami seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya tanda-tanda dalam perjalanan, dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia duduk di dekat Nabi SAW, lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas paha beliau, lantas berkata, ‘Hai, Muhammad!

Beritahukan kepada saya tentang Islam.’ Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Islam adalah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mebayarkan zakat, berpuasa pada bulan

11 Mohammad Ridwan, Wawasan Keislaman, (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2021), 12-13

Ramadhan, dan menunaikan haji bagi orang yang sanggup.’

Lelaki itu berkata, ‘Engkau benar.” Umar meneruskan, “Kami tercengang melihatnya, ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya. Selanjutnya laki-laki itu berkata lagi,

‘Beritahukan kepadaku tentang iman.’ Beliau menjawab, ‘Iman adalah keyakinan kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan qadar baik serta buruk.’ Laki-laki itu berkata, ‘Engkau benar.’ Selanjutnya, ia berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang ihsan.’ Beliau menjawab, ‘Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka rasakan bahwa Dia Melihatmu.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa’i).12

Hadis ini muncul setelah Malaikat Jibril bertanya kepada Nabi SAW tentang iman, Islam, ihsan dan hari kiamat. Ketika itu, beliau sedang berada ditengah-tengah sahabat. Untuk menjawabnya, beliau mengucapkan hadis diatas. Adapun pengertian akidah, akhlak dan syariah sebagai berikut.

1) Akidah (aspek keimanan)

Yaitu nilai yang berkaitan dengan bagaimana keyakinan seseorang terhadap Tuhan sebagai Tuhan yang harus disembah atau dalam hal ini adalah nilai agama seseorang.13 Akidah di dalam Al-Qur’an disebut dengan iman, yang artinya membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan

12 Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 38-40.

13 Fransiska Nilapravitasari, “Pesan Dakwah Dalam Film Pendek “Tilik” (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce),” (Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, 2021), H.6-7.

melaksanakan dengan amal perbuatan (semua anggota badan).

Adapun ruang lingkup iman ada enam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari kiamat dan iman kepada Qodho dan Qadar.14

2) Syari’ah (aspek hukum)

Menurut etimologi syariah artinya jalan, aturan. atau sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan dunia dan akhirat.

Syariah merupakan aturan yang digariskan oleh Tuhan agar manusia berpegang pada-Nya, dalam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (melalui ibadah), hubungan manusia dengan manusia (melalui muamalah), dan hubungan manusia dengan kehidupan. Dalam aspek syariah tercakup muamalah dan ibadah. Muamalah dapat menjadi ibadah, karena ibadah adalah tujuan penciptaan manusia sebagai seorang hamba.

3) Akhlak (aspek kebatinan yang membentuk perilaku).15

Menurut etimologi akhlak ialah budi pekerti atau nilai-nilai yang berkaitan dengan etika dan norma. Sedangkan menurut terminologi akhlak adalah kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa pikir dan direnungkan lebih dahulu. Adapun ruang lingkup akhlak dalam kehidupan seorang muslim mencakup: akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, akhlak pada alam semesta.16

14 Wahyuddin, et.al., eds., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (T.tp:

Grasindo: 2009), h. 19.

15 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet.1, h 24-28.

16 Wahyuddin, et.al., eds., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (T.tp:

Grasindo: 2009), h.20.

d. Media Dakwah

Media dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah alat, perantara atau penghubung. Sedangkan media dakwah adalah alat yang digunakan sebagai perantara dalam rangka pencapaian tujuan dakwah. Meskipun hanya sebagai alat perantara tetapi media berperan penting dalam pelaksanaan proses penyelenggaraan aktivitas dakwah dimasyarakat. Media yang dimaksud adalah media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media massa.

Pada masa Rasulullah media dakwah yang digunakan adalah melalui para da’i, mubalig, sahabat. Mereka dikirim ke daerah-daerah untuk berdakwah. Selain itu Rasulullah SAW juga pernah mengirim surat kepada gubernur-gubernur sebagai ajakan untuk masuk Islam. Pada masa Rasulullah SAW pula digunakan media kelompok dengan melakukan pertemuan-pertemuan dengan para khalifah dan sahabat Rasulullah.17

Namun, seiring perkembangan zaman, media pun kian berkembang, dakwah pun tidak ingin ketinggalan zaman, maka dakwah pun menjadi lebih mudah, tak terbatas ruang dan waktu serta murah dan terbuka dengan adanya media baru (new media) ini. Adapun Media dakwah yang digunakan pada saat ini adalah:

1) Media Cetak

Media cetak merupakan sebuah media yang dibuat memakai bahan dasar kertas yang bertujuan untuk menyampaikan pesan

17 Muhammad Qadaruddin Abdullah, Pengantar Ilmu Dakwah, (T.tp.:CV. Penerbit Qiara Media, 2019) cet.1, h.38.

atau informasi kepada khalayak. Unsur-unsur utama dari media cetak adalah teks dan gambar visualisasi. Media cetak umumnya dipahami secara khusus yang di tangkap ketika di sebutkan

‘media cetak’ adalah koran atau surat kabar, buku, majalah dan sebagainya. Pada dasarnya media cetak adalah media untuk penyampai informasi untuk kepentingan umum atau orang banyak dan bentuk penyampaiannya adalah tertulis.18

Media cetak ialah salah satu dari beragam jenis media massa yang dicetak pada lembaran kertas. Media cetak pun bisa di definisikan sebagai suatu kegiatan yang memiliki kaitan dengan proses produksi teks dengan mempergunakan tinta, dan huruf serta kertas, ataupun bahan cetak yang lainnya. Fungsi ataupun peranan dari media cetak yakni sebagai media informasi yang dapat mencerahkan, sebagai media pendidikan yang dapat mencerdaskan, untuk meningkatkan intelektual kehidupan bermasyarakat, dan dapat membantu atau mendorong dalam memperkuat kesatuan nasional. 19

2) Media Elektronik

Media elektronik mencakup dua jenis media, yaitu media visual dan media audio visual. Media dakwah elektronik jenis visual, yaitu media penyampaian pesan yang menampilkan gambar atau tulisan.20 Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang

18 Thahira, “Media Cetak Di Tengah Perkembangan Media Digital Di Kota Palopo (Studi Kasus Koran Cetak Seru!Ya)”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Palopo, 2018), h. 19.

19 Bella Dwi Syahputri Ispriadi, dkk. “Eksistensi Media Cetak Pada Masa Pandemi Covid -19,” JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, vol 9, no 2, (2020): h.129

20 Suarin Nurdin, “Media Sebagai Sarana Komunikasi Dalam Berdakwah,” Jurnal Ta’dib, vol 16, no 2, (2018): h.52

dapat dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui indra penglihatan. Media visual seperti: flyer, power point, spanduk, dan sejenisnya.

Sedangkan, media dakwah elektronik jenis audio-visual, adalah media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsur gambar dan suara secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi. Jadi melalui media penyampaian seperti ini penerima pesan dapat melihat tayangan dalam bentuk gambar hidup yang dilengkapi dengan suara sekaligus. Media audio visual antara lain, televisi, rekaman video yang dilengkapi dengan penerimaan suara, film yang disertai suara dan sejenisnya.21

3) Media Internet

Perkembangan penggunaan media internet sebagai sarana komunikasi, kini menjadi semakin pesat setelah internet mulai bisa di akses melalui smartphone.22Terpaan internet sebagai media massa, memunculkan tren baru dalam memunculkan perangkat multimedia, seperti misalnya media cetak yang saat ini juga memiliki versi digital (online).23 Perkembangan internet telah menghadirkan berbagai macam media sosial.

Media sosial pada dasarnya merupakan perkembangan mutakhir dari teknologi-teknologi web baru yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi, berbagi,

21 Suarin Nurdin, “Media Sebagai Sarana Komunikasi Dalam Berdakwah,” Jurnal Ta’dib, vol 16, no 2, (2018): h.53.

22Amir Hamzah dan Putri Fadholi, Dakwah di Masa Pandemi, (Sukabumi: CV Jejak, 2021), cet.1, h.22.

23Eko Pamuji, Media Cetak VS Media Online, (Surabaya: Unitomo Press, 2019), cet.1, h.98.

berpartisipasi, dan menciptakan konten berupa blog, wiki, forum, jejaring sosial, dan ruang dunia virtual.24 Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi (misalnya, wikipedia), blog dan microblogs (misalnya, twitter), komunitas konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook, Instagram), virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social (misalnya, second life).25

Hadirnya internet sebagai media baru dengan interaktivitas dan konektivitas yang tinggi, telah memungkinkan pengembangan aktivitas dakwah yang lebih konvergensif dan membedakannya dengan pola konvensional. Dakwah menjadi lebih mudah, tak terbatas ruang dan waktu serta murah dan terbuka. Perkembangan media internet saat ini telah dibayangkan oleh Marshall McLuhan sejak awal 1960-an, seperti lahirnya pasar online, kampanye online, hingga kehidupan keagamaan yang menggunakan internet dalam berbagai fungsi dan sifatnya.26

Athik Hidayatul Ummah, menyebutkan bahwa dakwah internet merupakan model pengajaran Islam yang dijalankan melalui media digital atau media sosial yang didalamnya memiliki banyak kelebihan. Di antaranya materi dakwah lebih sesuai terhadap selera dan kebutuhan khalayak, selain itu juga bersifat instant feedback, praktis dan efisien, sehingga dakwah

24 Amir Hamzah dan Miqdad Aufa Nasrullah, Dakwah di Masa Pandemi, (Sukabumi: CV Jejak, 2021), cet.1, h.11.

25 Renny Nirwana Sari, Therapy Self Hater Healing, (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020), h. 6.

26 Efa Rubawati, “Media Baru: Tantangan dan Peluang Dakwah” Jurnal Studi Komunikasi, vol 2, no 1 (2018): h.128.

yang dilakukan dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana berdakwah.27Setiap aktivitas dakwah mempunyai tujuan tertentu, memungkinkan kegiatannya bervariatif sesuai dengan tujuannya, sehingga kalangan milenial tertarik menggunakan media sosial sebagai sebuah flatform yang muncul di media internet.28

Sejalan dengan itu, media sosial pun menjadi semakin variatif dalam menyampaikan pesan secara lebih efektif dan efisien. Melalui internet, dakwah semakin memainkan perannya untuk menyebarkan informasi tentang Islam ke seluruh penjuru dunia tanpa mengenal waktu dan tempat.

Semua orang dari berbagai etnis dan beragam usia dapat mengaksesnya dengan mudah.29 Internet telah menguasai seluruh masyarakat terutama para remaja. Hal ini terlihat dari aktifitas mendegarkan music online, bermain game online dan juga menonton film secara online. 30

3. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan kepada objek dakwah baik itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat umum agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini, dan diamalkan.31 Dalam Al-Qur’an dijelaskan, bahwa ada tiga metode

27 Minan Jauhari, “Aktivisme Dakwah Siber Di Tengah Konvergensi Media Digital,”

Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam, Vol 7, No 2, (2021): h.221-222.

28 Anih Ai Aisyah, et.al “Dakwah Terhadap Kaum Milenial” Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol 4, No 3, (2019), h.328.

29Zihni Ainul Haq, “Pesan Dakwah Dalam Media Sosial Youtube Nussa Official Nussa: Cintai Mereka (Analisis Semiotika Roland Barthes)”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin, IAIN Ponorogo, 2020), h. 2.

30 Detta Rahmawan, et.al. “Potensi Youtube Sebagai Media Edukasi Bagi Anak Muda” Edulib, vol.8, no.1 (2018): h.193.

31 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 15.

dakwah yang disesuaikan dengan kondisi objek dakwah, yaitu:

hikmah, mau’idhah al-hasanah dan mujadalah Sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an surah An-Nahl (16) ayat 125: 32

لىِّا ُعْدُا َوُه َكَّبَر َّنِّا ُنَسْحَا َيِّه ِّْتيَّلِّبا ْمُْلِّْداَجَو ِّةَنَسَْلحا ِّةَظِّعْوَمْلاَو ِّةَمْكِّْلحِّبا َكِّهبَر ِّلْيِّبَس ۗ

َنْيِّدَتْهُمْلِّبا ُمَلْعَا َوُهَو هِّلْيِّبَس ْنَع َّلَض ْنَِّبِ ُمَلْعَا

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl [16]: 125).

Berikut pengertian metode hikmah, mau’idhah al-hasanah dan mujadalah:

a. Metode Al-Hikmah

Kata al-hikmah dalam beberapa kamus diartikan sebagai al-‘adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), al-nubuwwah (kenabian), al-‘ilm (ilmu pengetahuan), pemikiran atau pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dakwah al-hikmah dapat diartikan sebagai kegiatan penyeruan atau pengajakan dengan cara yang bijak, filosofis argumentatif, penuh kesabaran dan ketabahan, sesuai dengan risalah nubuwwah dan ajaran Al-Qur’an.

Dakwah al-hikmah dikenal sebagai dakwah yang bijak, selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u. Selalu melihat

32 Sri Maullasari, “Metode Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat Dan Implementasinya Dalam Bimbingan dan Konseling Islam (BKI),” Jurnal Dakwah, vol 20, no 1 (2019): h.134.

keadaan mad’u seperti tingkat pendidikan, usia, suasana psikologis, kultural mad’u, dan lain sebagainya.33

b. Metode Mau’idzah Hasanah

Secara bahasa, mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah terdiri dari kata wa’adzu ya’idzu-wa’dzan-‘idzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah merupakan kebaikan. Mau’idzah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan kedamaian dunia dan akhirat. Dakwah dengan mau’izhah Hasanah, merupakan cara yang paling banyak digunakan.34

Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu: ungkapannya lembut dan indah, sesuai dengan keadaan. Karenanya nasihat (mau’izah hasanah) harus menggunakan yang lembut dan kata-kata yang sesuai, kaya akan format dan ragam. Sehingga para da’i dapat memilih format yang paling sesuai dengan keadaan, lebih bisa diterima dan mendapat respon, juga dapat menanamkan rasa cinta dan sayang di hati para mad’u.35

33 Nur Alhidayatillah,“Dakwah Dinamis Di Era Modern,” Jurnal An-nida’, vol 41, no.2 (2017): h.267.

34 Sri Maullasari, “Metode Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat Dan Implementasinya Dalam Bimbingan dan Konseling Islam (BKI),” Jurnal Dakwah, vol 20, no 1 (2019): h.135.

35 M. Tata Taufik, “Dakwah Era Digital,” (Kuningan: Pustaka Al-Ikhlas, 2020), h.

86-87.

c. Metode Mujadalah

Menurut bahasa, bahwa jadalahu mujadalatan wa jidalan, maknanya naqasyahu wa khashamahu (ia berdebat dan bertengkar dengannya). Sedangkan al-jadal maknanya permusuhan yang sengit dalam perdebatan dan mengalahkan musuhnya, dan ia sangat memusuhinya. Perdebatan ada kalanya baik dan ada kalanya buruk. Allah berfirman “dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl [16]:

125).36

Allah memerintahkan, ketika terjadi perdebatan dengan seseorang maka berikan bantahan yang ahsan (terbaik). Karena sering terjadi bantahan yang disampaikan disertai rasa bangga bahkan sombong dari orang yang memberikan argumen dan menghina mereka yang di debat. Dalam kondisi yang demikian, hasil yang diinginkan malah sebaliknya. Mereka yang diajak kepada kebenaran bukan saja menjadi benci kepada yang memberikan nasihat, bahkan boleh jadi malah membenci kebenaran.

Al-Qur’an mengajarkan umat Islam agar membantah pandangan orang lain dengan cara yang baik. Tujuannya adalah untuk menarik dan menyeru orang pada kebenaran, bukan berdebat adu mulut, bertengkar yang berujung semakin kuatnya sikap keras kepala dan penentangan terhadap kebenaran.37

36 Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayanuni, Al-Madkhal Ila Ilmi Ad-Dakwah, terj.

Masturi Irham dan Muhammad Malik Supar, Pengantar Studi Ilmu Dakwah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2021), h. 264-265

37 Nihayatul Husna, “Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Selasar KPI: Referensi Media Komunikasi dan Dakwah, vol 1, no 1 (2021): h.102-103.

Sehingga metode mujadalah ini merupakan tukar pendapat, ide, gagasan, atau pokok pikiran yang dilakukan oleh dua pihak yang sama-sama menyatakan pendapat secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan memberikan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat. Bentuk tukar pendapat tersebut bisa melalui diskusi, dialog, seminar dan yang sejenisnya.38

4. Efek Dakwah

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.

Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah tertentu, maka akan timbul responden efek pada mad’unya.

Efek dapat disebut dengan feed back dari proses dakwah terhadap perhatian para da’i. ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian bagi para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka dakwah telah selesai. Padahal evaluasi dan koreksi terhadap efek dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehersif atau tidak setengah-setengah.39

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Bisa juga terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan. 40

38 Mutiawati, “Metode Dakwah Mujadalah Dalam Al-Qur’an,” dalam Abdurrahman, Methodologi Dakwah Membangun Peradaban, (Medan: CV Pusdikra Mitra Jaya, 2020), h.25.

39 Anih Ai Aisyah, dkk “Dakwah Terhadap Kaum Milenial” Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol 4, No 3, (2019), h.328.

40 Indah Wulansari “Efektivitas Penggunaan Media Film Animasi Untuk Menyampaikan Pesan Dakwah Pada Anak (Analisis Film Animasi Nusa Dan Rara)” Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Ponorogo,2021), h.30.

Jalaluddin Rahmat mengatakan dalam bukunya bahwa efek komunikasi masa adalah tentang bagaimana suatu pesan menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita.41 Berikut ini adalah aspek-aspek efek komunikasi massa, yaitu:42 a. Efek Kognitif

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.

b. Efek Afektif

Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, dan dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, dan nilai. Khalayak dapat meraskan sedih, senang, menangis, terharu, empati, simpati dan lain-lain.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Perubahan pola tindakan bisa dilihat setelah khalayak menerima informasi. Contohnya, setelah melihat dakwah ustadz A di Youtube kemudian individu tersebut lebih aktif beribadah dan melakukan kebaikan.

B. Film Animasi

Dokumen terkait