• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi potensi dan Permasalahan BMT

Untuk membuat suatu program peningkatan kapasitas BMT Nurul Ummah yang berbasis pada komunitas di Kelurahan Sekeloa hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah mengidentifikasi potensi dan permasalahan serta kebutuhan nasabah sehingga dapat diketahui program apa yang tepat untuk meningkatkan kapasitas BMT Nurul Ummah tersebut.

Untuk keperluan itu pada tanggal 11 Desember 2007 dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti oleh pengurus BMT Nurul Ummah, nasabah dan tokoh masyarakat, tokoh agama serta aparat kelurahan.

Dalam proses pelaksanaan FGD pada session pertama dipaparkan mengenai keberadaan BMT Nurul Ummah beserta potensi-potensi yang dimilikinya saat ini yang meliputi potensi kelembagaan BMT, potensi nasabah dan potensi penunjang lainnya. Dilanjutkan dengan pemaparan permasalahan yang dihadapi BMT dan nasabahnya berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pengkaji dengan pengurus BMT dan nasabahnya serta stakeholders terkait seperti tokoh masyarakat, tokoh agama dan Lurah setempat.

Secara umum potensi kelembagaan BMT Nurul Ummah saat ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas kegiatannya berasaskan syariah Islam. Hal ini sesuai dengan kepercayaan sebagian besar masyarakat.

2. Adanya prinsip bagi hasil di dalam aktivitas simpan pinjamnya yang mana dalam prinsip bagi hasil ini menekankan keadilan baik bagi nasabah maupun bagi pengelola.

3. Prosedur dan persyaratan pembiayaan kredit modal usahanya banyak memberi kemudahan kepada nasabah terutama nasabah yang tidak memiliki agunan yang dapat dijaminkan.

4. Adanya sistem jemput bola yang dapat memberi kemudahan bagi nasabah dalam kegiatan simpan pinjamnya,

5. Menekankan pada prinsip kekeluargaan di dalam pelaksanaan kegiatannya. 6. Adanya kemampuan pengurus dalam mengelola simpan pinjam nasabah dan

dalam mengelola manjemennya.

Potensi Nasabah BMT saat ini:

1. Sebagian besar nasabah adalah pelaku usaha sektor informal

2. Memiliki usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari seperti pedagang kelontong, pedagang masakan, pedagang goreng ayam, pedagang gorengan, pedagang sayuran yang berlokasi di pasar Sadang Serang dan lain sebagainya.

3. Memiliki kesadaran cukup tinggi dalam menunaikan ZIS nya 4. Memiliki kepercayaan yang cukup tinggi terhadap BMT.

5. Memiliki sumberdaya ekonomi yang dapat menjadi peluang usahanya

Potensi pendukung lainnya:

1. Tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi

2. Letak kantor BMT sangat strategis dekat dengan jalan raya dengan kemudahan alat transportasinya seperti angkutan umum dan ojeg, yang dapat dijadikan peluang untuk menunjang kegiatan BMT dalam melakukan melakukan jejaring sosial dan jejaring usaha di dalam komunitas maupun antar komunitas. Dekat dengan pemukiman padat penduduk, dekat dengan pasar-pasar tradisional, dekat dengan pusat pendidikan dan perkantoran baik swasta maupun pemerintah, dekat dengan aktivitas olah raga massal dan lain sebaginya. Banyaknya penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai pelaku usaha sektor informal yang tinggal dan berjualan di wilayah Kelurahan Sekeloa

3. Sebagian besar penduduknya beragama Islam yang memiliki kesadaran cukup tinggi dalam menyalurkan ZIS nya

4. Terdapat banyak aktivitas kegiatan keagamaan seperti pengajian, Majelis Ta’lim dan lain sebagainya

5. Cukup tingginya kepedulian sosial masyarakat daerah elit kepada masyarakat daerah kumuh yang banyak dihuni masyarakat miskin.

6. Cukup tingginya kepedulian sosial para tokoh masyarakat dan tokoh agama terhadap masyarakat miskin

Potensi-potensi tersebut dapat menjadi faktor penunjang keberhasilan BMT dalam aktivitas kegiatan simpan pinjamnya (Baituttamwil) dan aktivitas kegiatan penghimpunan ZIS (Baitul Maal). Tetapi potensi-potensi tersebut belum dapat tergali oleh pengurus BMT secara optimal. Menurut pengurus BMT hal ini disebabkan karena adanya kelemahan dalam hal kemampuan sumberdaya manusia selain jumlahnya yang terlalu sedikit yaitu hanya memiliki personil sebanyak 6 orang (2 orang untuk kegiatan administrasi dan 4 orang untuk kegiatan lapangan) kemampuan dalam komunikasi, sosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan unsur-unsur masyarakat kurang dimiliki, juga dalam hal pengetahuan pengembangkan usaha nasabah serta dalam pengetahuan dan ketentuan mengenai penghimpunan dan penyaluran ZIS juga kurang dimiliki. Sehingga sampai saat ini BMT hanya mampu melaksanakan kegiatan simpan pinjam saja kepada nasabah. Dampak dari kelemahan tersebut adalah:

1. Kurangnya dukungan dari stakeholders

2. Kurangnya partisipasi aktif dan kepedulian nasabah terhadap kegiatan dan perkembangan BMT.

3. Masih rentannya usaha nasabah pelaku usaha sektor informal yang kurang mampu untuk mengembangkan usahanya, mempertahankan usahanya dan mengantisipasi berbagai perubahan.

4. Masih cukup tingginya tingkat kemacetan pengembalian pinjaman dari nasabah

5. Kurang difahaminya sistem bagi hasil baik oleh peminjam maupun penabung. 6. Belum difungsikannya Baitul Maal yang sangat berpotensi untuk membantu

modal usaha nasabah yang tidak mampu dan nasabah yang termasuk al-gharim.

Dengan adanya kelemahan tersebut berpengaruh pada keadaan modal usaha BMT yang kurang berkembang untuk pembiayaan kredit nasabah modal usaha

nasabah, sehingga menimbulkan ketergantungan BMT terhadap bantuan dana dari luar.

Dampak dari adanya kelemahan tersebut menimbulkan masalah yang dirasakan oleh nasabah meliputi:

1. Lamanya pencairan dana pinjaman, nasabah harus menunggu 1-2 minggu untuk dapat memperoleh pinjamannya dan itupun sering tidak sesuai dengan pengajuan, misalnya pengajuan pinjaman Rp.1 juta yang dapat cair hanya Rp. 500 ribu. Hal ini dapat berpengaruh pada kelangsungan usaha pelaku usaha sektor informal yang memiliki modal kecil.

2. Munculnya perasaan tidak puas terutama dari nasabah penabung karena tidak melihat keuntungan dari simpanannya di BMT dan menganggap BMT kurang terbuka dalam hal bagi hasil ini

3. Terhentinya atau tidak berkembangnya usaha nasabah yang kurang mampu karena tidak adanya modal.

Pada session ke dua dalam proses kegiatan FGD para peserta diminta untuk menyampaikan pendapatnya mengenai apa yang telah diuraikan pada sesion pertama. Dari proses tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Selama ini pengurus BMT kurang proaktif dan kurang tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitarnya dan kurang melibatkan diri dalam aktivitas sosial masyarakat;

2. Para petugas lapangan BMT kurang komunikatif dan cenderung pendiam sehingga tidak memberikan banyak informasi kepada nasabah yang dikunjunginya;

3. Pengurus BMT kurang terbuka dalam melaksanakan prinsip bagi hasilnya; 4. Solusi yang di berikan BMT untuk pengembalian pinjaman yang macet tidak

di dukung dengan upaya untuk membangkitkan kembali usaha nasabah yang sedang bermasalah tersebut.

Pada session berikutnya dalam proses FGD ini adalah mendiskusikan hasil pembahasan permasalahan untuk mendapatkan upaya pemecahan masalah. Diskusi difokuskan pada inti permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan pengurus BMT, pemupukan modal, meningkatkan kemampuan usaha nasabah,

menjalin kerjasama dengan stakeholders serta upaya menggali sumberdana untuk membantu nasabah yang tidak mampu.

Penggalian Alternatif Pemecahan Masalah

Meningkatkan Kemampuan Pengurus BMT

Sumberdaya manusia merupakan motor penggerak bagi kelangsungan suatu lembaga, lemahnya sumberdaya manusia dalam suatu lembaga berdampak pada lemahnya struktur dan mekanisme dari lembaga tersebut.

Dari hasil diskusi dengan nasabah dan stakeholders yang hadir dalam kegiatan FGD diperoleh satu alternatif pemecahan masalah yakni untuk meningkatkan kemampuan pengurus dalam hal komunikasi dan interaksi dengan masyarakat, kemampuan dalam meningkatkan kemampuan usaha nasabah dan dalam memfungsikan BMT perlu adanya pelatihan yang intensif yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan pengurus tersebut seperti pelatihan kemampuan komunikasi, kemampuan sosialisasi, kemampuan dalam mengembangkan usaha nasabah dan kemampuan dalam memahami ketentuan penghimpunan dan penyaluran ZIS.

Pemupukan Modal

Salah satu keberhasilan lembaga ekonomi masyarakat di dalam mengembangkan usaha anggotanya adalah adanya ketersediaan modal usaha, untuk itu perlu adanya sumberdana yang dapat menunjang ketersediaan modal tersebut.

Hasil diskusi mengenai masalah pemupukan modal tersebut alternatif pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. BMT lebih selektif di dalam memberikan pembiayaan pinjaman bagi nasabah dalam arti bahwa untuk nasabah yang mampu perlu diminta agunan sebagai jaminan jika mereka melalaikan pengembalian pinjaman;

2. Tingkatkan pemahaman nasabah mengenai prinsip dan fungsi BMT, sehingga dengan pemahaman tersebut nasabah BMT dapat ikut berperanserta dalam mempromosikan BMT baik secara langsung ataupun tidak langsung.

3. Perlu adanya dua sumberdana, bagi nasabah yang mampu dan memiliki agunan untuk dijaminkan, sumber dana berasal dari dana Baituttamwil (komersil) dan untuk nasabah yang kurang/tidak mampu sumber dana berasal dari penghimpunan ZIS nasabah yang mampu (Baitul Maal)

4. Tingkatkan kegiatan promosi dan sosialisasi oleh pengurus dengan cara menghadiri setiap kegiatan sosial dan keagamaan masyarakat untuk menarik minat pelaku sektor informal lainnya serta menarik minat masyarakat lain yang mampu untuk menyalurkan ZIS nya pada BMT.

Sumber dana BMT baik yang bersumber dari kegiatan komersil (Baituttamwil) ataupun yang bersumber dari dana ZIS (Baitul Maal) merupakan sumber dana independen. Korten (1988:65) dalam Pridjono & Pranarka (1996) menyatakan bahwa sebaiknya usaha untuk memperoleh sumberdana independen itu menjadi bagian dari kegiatan utamanya dan sesuai dengan alasan keberadaan organisasi sehingga dapat menunjang tujuan organisasinya.

Meningkatkan Kemampuan Usaha Nasabah

Salah satu bukti keberhasilan BMT adalah meningkatnya usaha nasabah yang mana dengan meningkatnya usaha nasabah akan berpengaruh pada pemupukan modal usahan BMT. Untuk meningkatkan usaha nasabah berdasarkan hasil diskusi selain adanya ketersediaan modal juga adanya kemampuan nasabah di dalam mengembangkan usahanya. Untuk meningkatkan kemampuan nasabah perlu adanya kegiatan pembinaan dan pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan nasabah mengenai ketentuan-ketentuan BMT, peningkatan keterampilan usaha dan peningkatan sikap di dalam mengembangkan usahanya. Menurut pengurus BMT kendala untuk meningkatkan kemampuan usaha nasabah selama ini adalah karena mereka tidak memiliki waktu untuk mengikuti suatu kegiatan pertemuan baik pertemuan pelatihan atau pertemuan apapun dan itu dibenarkan oleh para nasabah yang hadir. Solusi upaya pemecahan masalah dari ketidak sanggupan nasabah untuk mengikuti suatu kegiatan pertemuan adalah dengan melakukan pertemuan di tempat mereka berusaha (sistem jemput bola). Prosesnya bisa dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung dan sifatnya non formal dalam arti tidak terlihat secara khusus

memberikan pelatihan tapi diarahkan pada proses peningkatan keterampilan usaha. Kendala melaksanakan pelatihan peningkatan kemampuan dengan sistem jemput bola menurut pengurus BMT adalah keterbatasan personil. Untuk itu perlu adanya penambahan personil petugas BMT, sementara dana untuk operasional sudah sangat terbatas. Alternatif pemecahan masalah dari hasil diskusi adalah bahwa penambahan personil tidak selalu harus formal artinya personil tersebut tidak harus menjadi pegawai tetap. Kesimpulannya adalah perlu adanya perekrutan personil yang bersifat non formal dalam arti tidak digaji secara tetap tetapi diberi kompensasi berdasarkan prosentase perolehan nasabah atau lebih tepatnya disebut dengan istilah pembentukan kader dan kader yang efektif adalah kader yang berasal dari komunitas nasabah itu sendiri.

Menjalin Kerjasama dengan Stakeholders

Program pengembangan masyarakat merupakan suatu kegiatan kolaborasi di mana di dalam kegiatan kolaborasi tersebut setiap unsur memiliki perannya masing-masing., jika terdapat kekosongan peran di dalam suatu kegiatan kolaborasi maka akan menimbulkan ketimpangan. Stakeholders merupakan salah satu unsur peran dari suatu kegiatan kolaborasi. Ketidak terlibatan stakeholders dalam suatu program pengembangan masyarakat akan mengakibatkan sulit di capainya keberhasilan program tersebut. Stakeholders terkait dalam program pengembangan masyarakat BMT Nurul Ummah di Kelurahan Sekeloa adalah tokoh masyarakat, tokoh agama dan Lurah setempat serta unsur RW dan RT. Untuk menjalin kerjasama dengan para stakeholders tersebut perlu adanya suatu pendekatan. Selama ini kurangnya dukungan para stakeholders terhadap aktivitas BMT, disebabkan karena mereka merasa tidak memahami apa keberfungsian BMT Nurul Ummah di wilayah Kelurahan Sekeloa dan mereka merasa belum pernah dilibatkan dalam setiap aktivitasnya.

Kesimpulan dari hasil diskusi upaya pemecahan masalah dalam hal ini adalah memberikan pemahaman kepada para stakeholders mengenai keberfungsian BMT. Untuk itu perlu adanya suatu kegiatan pertemuan rutin atau berkala di mana dalam pertemuan tersebut pengurus BMT menghadirkan para stakeholders untuk membahas dan mengevaluasi perkembangan BMT serta

mendiskusikan permasalahan-permasalahannya. Kegiatan pertemuan tersebut tidak selalu harus di selenggarakan oleh BMT tetapi dapat juga di fasilitasi oleh Lurah setempat.

Penggalian Sumberdana Masyarakat/Nasabah Untuk Penanggulangan Kemiskinan

Dana yang efektif dalam upaya penanggulangan kemiskinan adalah dana yang bersumber dari masyarakat dari lingkungan masyarakat miskin tersebut sehingga di dalam penyalurannya akan mendapat dukungan, partisipasi dan kontrol sosial dari masyarakat itu sendiri. Selama ini masyarakat/nasabah BMT memiliki cukup ketaatan di dalam menyalurkan ZIS nya, tetapi tidak termanfaatkan oleh BMT sebagai sumberdana masyarakat yang dapat membantu nasabahnya yang tidak mampu atau masyarakat miskin lainnya. Untuk dapat memanfaatkan dana ZIS tersebut Baitul Maal perlu difungsikan terlebih dahulu dan untuk menghimpun dana ZIS tersebut berdasarkan hasil diskusi banyak cara yang dapat dilakukan BMT diantaranya dengan :

1. Memanfaatkan kegiatan Jum’atan, melalui kerjasama dengan tokoh agama BMT dapat menghimbau sidang Jum’at untuk menyalurkan ZIS nya;

2. Memanfaatkan mini-mini market melaui kerjasama dengan pemiliknya BMT menitipkan kotak amal ZIS bagi pengunjungnya;

3. Memanfaatkan pertemuan-pertemuan di tingkat Kelurahan atau Kecamatan melalui kerjasama dengan Lurah atau Camat setempat menghimbau peserta yang hadir untuk menyalurkan ZIS nya;

4. Memanfaatkan kegiatan pengajian rutin ibu-ibu atau kegiatan-kegiatan arisan melalui kerjasama dengan nasabah yang ikut dalam kegiatan tersebut;

5. Memanfaatkan kegiatan pengambilan tabungan dan pengembalian pinjaman oleh petugas BMT untuk mengambil penyaluran ZIS dari nasabah;

6. Memanfaatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, Ketua RW atau Ketua RT untuk melakukan pendekatan kepada para pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Mesjid) dan kelompok-kelompok sosial elit agar penyaluran ZIS nya dapat dihimpun di BMT.

Cara ini akan lebih mudah jika sebelumnya BMT melakukan sosialisasi mengenai penghimpunan ZIS tersebut kepada masyarakat, nasabah, tokoh-tokoh

sektor formal dan tokoh-tokoh sektor informal sehingga mereka dapat memfasilitasi kegiatan BMT didalam penghimpunan ZIS.

Hal utama untuk mendapatkan dukungan dari seluruh unsur masyarakat serta nasabah dalam penghimpunan ZIS ini adalah keterbukaan pengurus BMT. Keterbukaan pengurus dapat diwujudkan dalam bentuk melibatkan perwakilan dari unsur-unsur masyarakat baik di dalam penyalurannya ataupun dalam penghimpunan data sasarannya.

Untuk lebih jelasnya alternatif upaya pemecahan masalah hasil diskusi dalam kegiatan FGD dapat di lihat dari Tabel 8 berikut:

Rancangan Program Peningkatan Kapasitas BMT Nurul Ummah di Kelurahan Sekeloa Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Proses Rancangan Program

Setelah tersusunnya alternatif pemecahan masalah secara partisipatif dalam kegiatan FGD, kegiatan selanjutnya adalah menyusun rancangan program peningkatan kapasitas BMT. Sebelum menyusun rancangan program, terlebih dahulu para peserta yang hadir membuat suatu kesepakatan mengenai faktor-faktor yang mengakibatkan munculnya permasalahan atau kelemahan pada BMT Nurul Ummah sehingga menyebabkan kurangnya kapasitas BMT Nurul Ummah dalam menanggulangi kemiskinan. Faktor penyebab permasalahan atau kelemahan BMT disepakati peserta sebagai akibat dari kurangnya kemampuan lembaga dalam meningkatkan kemampuan pengurus, dalam meningkatkan kemampuan usaha nasabah, dalam menjalin kerjasama dengan stakeholders (jejaring sosial) dan dalam memanfaatkan sumberdaya masyarakat.

Strategi

Rendahnya kapasitas kelembagaan BMT Nurul Ummah dalam penanggulangan kemiskinan di daerah kajian berdasarkan hasil analisis dari permasalahannya atau kelemahannya faktor utamanya adalah kurangnya kemampuan sumberdaya manusia baik pengelola BMT maupun nasabah BMT. Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan BMT Nurul Ummah dengan adanya permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi. Strategi yang telah di sepakati untuk meningkatkan kapasitas BMT tersebut yaitu:

1. Penguatan kemampuan kelembagaan BMT 2. Penguatan kemampuan usaha nasabah

3. Peningkatan kemandirian dan keswadayaan lembaga 4. Pengembangan dan penguatan dana ZIS

Dengan diwujudkannya ke empat strategi tersebut diharapkan BMT Nurul Ummah dapat menjadi sebuah lembaga ekonomi masyarakat yang memiliki kemandirian dan keswadayaan baik di dalam pemupukan modal usaha dalam kegiatan komersilnya (Baituttamwil) ataupun di dalam penghimpunan dan

penyaluran ZIS nya (Baitul Maal) sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi nasabahnya dan mendapat dukungan dari semua unsur masyarakat di Kelurahan Sekeloa. Untuk lebih lengkapnya strategi tersebut diuraikan sebagai berikut:

Penguatan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pengurus BMT Nurul Ummah

Di dalam permasalahan yang berkaitan dengan kapasitas BMT Nurul Ummah hal krusial yang menjadi faktor penyebabnya adalah kurangnya kemampuan pengurus BMT Nurul Ummah di dalam mengimplementasikan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan-ketentuan BMT sebagai lembaga keuangan masyarakat.

Untuk meningkatkan kemampuan pengurus BMT rencana program yang akan dilakukan berdasarkan alternatif pemecahan masalah dalam aspek kemampuan lembaga BMT adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan kemampuan bagi pengurus BMT yang meliputi :

1. Kemampuan komunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat 2. Kemampuan dalam melakukan sosialisasi

3. Kemampuan dalam mengembangkan usaha nasabah 4. Kemampuan dalam menghimpun dan menyalurkan ZIS

Peningkatan kemampuan untuk pengurus BMT harus mencakup penguasaan (knowledge), keahlian (skill) serta sikap (attitude) karena kelemahan dari pengurus BMT mencakup tiga aspek tersebut yaitu kurangnya penguasaan terhadap ketentuan penghimpunan dan penyaluran ZIS, kurangnya keahlian di dalam mengembangkan usaha nasabah serta kurangnya kemampuan sikap percaya diri di dalam melakukan hubungan dengan masyarakat (public relation)

Penguatan Kemampuan Usaha Nasabah

Kelemahan kemampuan nasabah BMT meliputi ketentuan simpan pinjam terutama pemahaman mengenai sistem bagi hasil, penguasaan dalam mengembangkan usaha serta sikap di dalam mendukung kelangsungan BMT.

Untuk meningkatkan kemampuan usaha nasabah rencana program yang akan dilakukan berdasarkan alternatif pemecahan masalah dalam aspek kemampuan usaha nasabah adalah:

1. Pelatihan peningkatan kemampuan pengembangan usaha nasabah dengan sistem jemput bola.

2. Untuk meningkatkan kemampuan nasabah dalam mengembangkan usahanya baik dalam meningkatkan kemampuan perencanaan dalam pengembangan usaha, kemampuan pemanfaatan biaya, kemampuan mengelola usaha atau kemampuan teknik pengembangan usaha tidak selalu harus dilakukan dalam kegiatan kelompok formal, dengan interaksi non formal kegiatan peningkatan kemampuan juga dapat dilakukan yaitu dengan cara pendekatan dari individu ke individu, hal inilah yang disebut dengan pelatihan dengan sistem jemput bola.

3. Pembentukan kader masyarakat

4. Adanya suatu kondisi bahwa nasabah BMT tidak memiliki waktu menghadiri suatu kegiatan pertemuan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan usahanya perlu adanya alternatif lain yang tujuannya sama yaitu memberikan pelatihan kemampuan usaha, alternatif tersebut adalah dengan sistem jemput bola, tetapi jumlah personil yang dimiliki BMT Nurul Ummah tidak akan memadai karena hanya empat orang. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penambahan personil yang sifatnya non formal karena dana yang di miliki BMT tidak akan mencukupi lagi untuk menggaji pegawai baru. Pembentukan kader mayarakat merupakan upaya pemecahan masalah yang di sepakati dalam kegiatan diskusi.

Tugas dari kader masyarakat tersebut adalah:

a. Memfasilitasi kebutuhan BMT dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat/nasabah atau terhadap unsur-unsur masyarakat lainnya;

b. Memfasilitasi kebutuhan nasabah yang membutuhkan pinjaman atau yang ingin menginvestasikan modalnya atau juga yang ingin menyalurkan ZIS nya. Dalam hal ini kader masyarakat berfungsi sebagai penghubung; c. Memfasilitasi kebutuhan informasi nasabah;

d. Memfasilitasi BMT dalam hal kebutuhan data mengenai masyarakat miskin yang akan dibantu di daerahnya;

e. Memfasilitasi BMT dalam menggali potensi sumberdaya dan di dalam menarik minat pelaku sektor informal yang belum menjadi nasabah BMT

dan kegiatan-kegiatan lain yang akan menghubungkan BMT dengan masyarakat, dan dengan para stakeholders terkait baik formal maupun informal. Sementara hal-hal yang berkaitan dengan pencairan pinjaman, pengambilan tabungan serta penghimpunan ZIS ataupun dalam hal penyampaian informasi yang sifatnya untuk meningkatkan pemahaman nasabah dalam mengembangkan usaha tetap merupakan tugas petugas lapangan BMT yang formal.

Kerjasama dengan kader masyarakat merupakan pengefektifan kerja bagi pengurus BMT baik waktu, dana ataupun operasional karena sebagian besar tugas BMT banyak terbantu oleh keberadaan mereka, dalam hal dana BMT tidak perlu menggaji tetap atau melaksanakan aturan-aturan yang berkaitan dengan kepegawaian. Kompensasi untuk para kader tersebut dapat diambil dari keuntungan dengan sistem prosentase dari nasabah yang meminjam dana melalui kader tersebut. Pemberian kompensasi dapat dikomulatifkan perbulan, per dua bulan atau sesuai kesepakatan sehingga jumlahnya akan terlihat cukup besar.

Kader masyarakat sebaiknya dari komunitas masyarakat itu sendiri karena secara operasional mereka akan lebih fleksibel, mereka cukup dekat satu sama lain dan tidak memerlukan biaya operasional.

Manfaat dari kerjasama dengan kader masyarakat ini bagi kelangsungan BMT adalah:

a. Terwujudnya kepedulian sosial dan partisipasi dari masyarakat/ nasabah; Terjalinnya koordinasi dengan unsur-unsur masyarakat dan stakeholders terkait baik formal maupun informal;

b. Meningkatkan pemupukan modal usaha BMT;

c. Termanfaatkannya sumberdaya dan sumberdana masyarakat.

Peningkatan Kemandirian dan Keswadayaan Lembaga

Kemandirian dan keswadayaan merupakan unsur melepaskan diri dari ketergantungan. Salah satu perwujudan dari adanya kemandirian dan keswadayaan bagi BMT adalah tidak tergantung pada bantuan modal dari luar.

Rencana program dalam aspek kemandirian dan keswadayaan adalah dengan meningkatkan pemupukan modal, meningkatkan kerjasama dengan stakeholders

terkait dan dengan meningkatkan pemanfaatan sumberdaya masyarakat. Hal yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kemandirian dan keswadayaan dalam pemupukan modal selain meningkatkan kapasitas pengurus dan meningkatkan kapasitas usaha nasabah juga dapat dengan melakukan jejaring usaha produktif dalam bentuk penyediaan barang-barang dan keperluan yang akan dibutuhkan nasabah melalui kerjasama dengan para pengusaha barang-barang dan keperluan nasabah tersebut seperti misalnya penyediaan kompor gas, etalase, meja, kursi dan